Dokter Pembimbing:
dr. Frita Oktina, Sp.THT-KL
Disusun Oleh :
Rosita Hamdiah (2015730138)
RSUD SEKARWANGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang benda asing pada jalan
napas dari mengenali gejala dan tanda yang timbul, hingga menegakkan diagnosis dan
memberikan penatalaksanaan yang tepat.
2. Sebagai sarana pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah (referat).
3. Memenuhi salah satu tuga kepaniteraan klinik di laboratorium ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok.
BAB II
ISI
2.1 Epidemiologi
Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur, terbanyak pada anak, khususnya
anak usia 1-3 tahun, hal ini terjadi karena : a) anak-anak umur tersebut sedang mengekplorasi
lingkungan sekitarnya dengan kecenderungan meletakkan sesuatu di mulut sambil bermain
dan berlari b) pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga proses mengunyah
belum sempurna, c) belum dapat membedakan yang dapat dimakan dengan yang tidak dan d)
koordinasi menelan dan penutupan glotis yang belum sempurna .2,6,7,9
Aspirasi benda asing pada dewasa biasanya berhubungan dengan retardasi mental,
penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan faring, gangguan
kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis dan dimensia senilis.7,10
Kejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering terjadi pada laki-laki
dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2 : 1. Jenis benda asing yang teraspirasi
bervariasi, dengan frekwensi tertinggi dari berbagai laporan berupa bahan makanan seperti
kacang, biji-bijian, bagian dari sayuran dan benda anorganik lain seperti jarum, peniti, tutup
pena, mainan anak-anak dll. Perbedaan geografis, variasi makanan dan lingkungan
mempengaruhi hal ini.2,7,10
Kekerapan aspirasi benda asing bervariasi dari berbagai laporan, Iskandar pada
laporannya dibagian THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusomo selama 4 tahun dari Januari 1990
sampai Desember 1993 mendapatkan 70 kasus aspirasi benda asing di traktus trakeobronkial.
Lokasi benda asing tersering (62,86 %) di bronkus utama kanan. 12
2.2 Definisi
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.Benda asing yang berasal dari luar tubuh,
disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang
berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen.20
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas.Benda asing eksogen
padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang dan zat anorganik seperti
jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran
napas bayi pada saat proses persalinan. 18,20
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. 8
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan
juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.8
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Adapun fisiologi menelan pada manusia terdiri dari 4 fase, yaitu :
1. Fase persiapan oral. Pada tahap ini, manusia mengunyah makanan untuk
membentuk bolus.
2. Fase oral. Fase ini berlangsung selama 1-1,5detik, dimulai ketika lidah yang
mendorong bolus ke atas dan ke belakang terhadap permukaan bawah palatum durum
oleh kontraksi otot stilofaringeus.
3. Fase faringeal. Fase ini dimulai ketika bolus dipindahkan melalui faring dan berakhir
dengan terbukanya sfingter esofagus. Waktu transit normal faring <2detik. Bolus
yang berada di posterior faring akan menstimulasi ephitelial swallowing receptor area
di pilar tonsiler. Impuls itu akan menyebabkan terjadi beberapa hal, yaitu :
a. Palatum molle akan tertarik ke ata, untuk mencegah makanan masuk ke hidung.
b. Lipatan palatofaring di setiap sisi faring mendekat sehingga hanya bolus yang
berukuran kecil saja yang dapat lewat.
c. Laring akan tertarik ke atas seperyi epiglottis yang secara pasif menutup jalan
masuk.
d. Plika vokalis tertarik mendekat.
Pusat pernapasan di medulla oblongata dihambat oleh pusat menelan dalam waktu
yang singkat agar proses menelan dapat berlangsung. Hal ini disebut deglutisi
apneu. Dalam fase ini, saraf kranial V,IX,X dan XII berperan untuk proses
menelan yang baik. Muskulus sfingter esofagus superior berelaksasi untuk
memungkinkan makanan lewat, yang setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di
faring berkonstriksi secara berurutan untuk mendorong bolus makanan turun ke
esofagus.
4. Fase esofageal. Terdapat 2 jenis peristaltik pada fase ini, yaitu peristaltik primer dan
sekunder. Peristaltik primer merupakan kelanjutan dari akhir fase faringeal yang
terjadi selama 8-10detik. Jika peristaltik primer gagal makan peristaltik sekunder yang
akan menghasilkan distensi esofagus dan melanjutkan pasase makanan ke lambung.
Peristaltik sekunder diinisiasi oleh sirkuit saraf instrinsik dalam system saraf
mientrik.8
c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut
epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.Laring diselaputi oleh membrane
mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga
sebagai tempat keluar masuknya udara.8
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu
membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara
dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.8
Bronkus utama kanan lebih besar, lebih pendek dan lebih vertikal dari pada bronkus
utama kiri dengan panjangnya ± 2,5 cm pada orang dewasa dan mempunyai 6-8 cincin tulang
rawan, sedangkan bronkus kiri lebih kecil namun lebih panjang dari pada kanan, pada orang
dewasa hampir 5 cm mempunyai 9-12 cincin tulang rawan. 12.13 keadaan inilah yang
menyebabkan benda asing lebih banyak masuk ke bronkus kanan. 12 Selanjutnya bronkus
bercabang mengikuti anatomi paru, bronkus utama kanan bercabang menjadi tiga yaitu
superior, medius dan inferior dan bronkus utama kiri bercabang menjadi superior dan
inferior.1,4,16
Dinding Trakea dan bronkus ekstrapulmoner terdiri dari cincin tulang rawan hialin
yang tidak lengkap, jaringan ikat fibrosa, otot, mukosa dan kelenjar-kelenjar, oleh karena itu
pada waktu inspirasi lumen bronkus berbentuk bulat dan pada waktu ekspirasi berbentuk
seperti ginjal.12,16 Pada cabang bronkus yang lebih kecil, dindingnya menjadi tipis dan pada
bronkus yang diameternya 1 milimeter tidak mempunyai tulang rawan. 13
e. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.8
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas
antara lain :
1. Faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal).
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (kelainan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi).
3. Faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik).
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun).
6. Faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis).
7. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan
yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain (pada
anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum
lengkap.20
2.5 Patofisiologi
Setelah terjadi aspirasi benda asing, benda asing dapat tersangkut pada tiga tempat,
laring, trakea dan bronkus, 80-90 % akan tersangkut di bronkus. Pada dewasa benda asing
cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan
posisi karina yang lebih ke kiri serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15
tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama,
sehingga pada anak, frekwensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara
bronkus utama kiri dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi
saat terjadi aspirasi.9,10,11,12
Benda asing yang teraspirasi tanpa menimbulkan obstruksi akut, akan menimbulkan
reaksi tergantung jenisnya, organik atau anorganik.14 Benda asing organik menyebabkan
reaksi inflamasi mukosa yang lebih berat, dan jaringan granulasi dapat timbul dalam
beberapa jam. Disamping itu beberapa benda organik seperti kacang-kacangan dan biji-bijian
bersifat menyerap air sehingga mengembang, yang akan menambah sumbatan, obstruksi
parsial dapat berubah menjadi total.14 Benda organik yang lebih kecil akan bermigrasi ke arah
distal dan menyebabkan inflamasi kronik, sering memerlukan reseksi paru untuk
menanganinya. Aspirasi benda asing anorganik, jika tidak menyebabkan obstruksi, akan
bersifat asimptomatis.14,20
Benda asing di bronkus dapat menyebabkan terjadinya tiga tipe obstruksi yaitu a)
obstruksi katup bebas (by pass valve obstruction), benda asing menyebabkan sumbatan ,
namun udara pernafasan masih dapat keluar dan masuk, sehingga tidak menimbulkan
atelektasis atau emfisema paru. b) katup penghambat ekspiratori atau katup satu arah (check
valve obstruction), dan c) obstruksi katup tertutup (stop valve obstruction).15
Benda asing yang berada di bronkus dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi antara lain bronkiektasis,
pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema13,15
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau.
3. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.
1. Edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
2. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka sinusitis. Dalam hal
demikian bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu
tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea dan
bronkus. Benda asing, seperti busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau
busuk.20
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar
lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada waktu menelan
(odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda asing tajam seperti tulang
ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari benda itu di dasar lidah, valekula dan sinus
piriformis diperlukan kaca tenggorok yang besar (no 8-10).Benda asing di sinus piriformis
menunjukkan tanda Jackson yaitu terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda
asing tersangkut. Bila benda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah
tergenang di kedua sinus piriformis.20
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)
benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya
kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari
benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing
masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih
meninggalkan rekasi laring oleh karena edema laring.20
Benda asing di trakea, di samping gejala batuk dengan tiba-tiba yang berulang-
ulang dengan rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, terdapat gejala patognomonik yaitu
audible slap, palpatory thud dan asthmatoid wheeze. Benda asing trakea yang masih dapat
bergerak, pada saat benda itu sampai di karina, dengan timbulnya batuk, benda asing itu akan
terlempar ke laring. Sentuhan benda asing itu pada pita suara dapat terasa merupakan getaran
di daerah tiroid, yang disebut oleh, Jackson sebagai palatory thud, atau dapat didengar
dengan stetoskop di daerah tiroid, yang disebut audible slap.Selain itu terdapat juga gejala
suara serak, dispneu dan sianosis, tergantung pada besar benda asing serta lokasinya. Gejala
palaptory thud serta audible slap lebih jelas teraba atau terdengar bila pasien tidur terlentang
dengan mulut terbuka saat batuk, sedangkan gejala mengi (asthmatoid wheeze) dapat
didengar pada saat pasien membuka mulut dan tidak ada hubungannya dengan penyakit asma
bronchial.20 Benda asing yang tersangkut di karina, yaitu percabangan antara bronkus kanan
dan kiri, dapat menyebabkan atelektasis pada satu paru dan emfisema paru sisi lain
tergantung pada derajat sumbatan yang diakibatkan oleh benda asing tersebut.
Benda asing di bronkus, lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena
bronkus kanan hamper merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri
membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang ke rumah
sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.Pada fase ini keadaan umum pasien masih
baik dan foto rontgen toraks belum memperlihatkan kelainan.Pada fase pulmonum, benda
asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer.Pada fase ini udara yang masuk ke
segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang
di sertai mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya bervariasi,
tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis,
serta abses paru.15.20
Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran napas dengan
gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing
di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain dalam
paru.
2.7 Diagnosis
Diagnosis aspirasi benda asing di jalan nafas ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan endoskopi.20
Anamnesis yang cermat mengenai adanya riwayat tersedak atau kemungkinan
tersedak sangat penting dalam menegakkan diagnosis.Meskipun memang tidak selalu ada
yang melihat saat kejadian8.Dari anamnesis perlu ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa
tercekik yang tiba-tiba yang diikuti episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor, karena
lebih dari 90% pasien yang teraspirasi benda asing terdapat satu atau lebih gejala klasik di
atas.9
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sumbatan jalan nafas dalam
berbagai variasi sesuai dengan ukuran, lokasi, derajat sumbatan, sianosis, wheezing,
berkurang atau hilangnya suara nafas, meskipun tidak adanya tanda-tanda ini tidak
menyingkirkan adanya aspirasi benda asing.2
Gambar 2.4 Pemeriksaan dengan fleksibel serat optik pada laring dengan
dokumentasi video. 14
Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing harus buat foto thorak
postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran benda asing. 18,19Benda
asing radioopak dapat dengan mudah diidentifikasi, sedangkan pada benda asing radiolusen,
kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping yang timbul pada paru seperti
atelektasis, hiperinflasi unilateral, gambaran infiltrat, dan pergeseran mediastinum. Foto
thorak yang diambil dalam waktu 24 jam pertama setelah aspirasi benda asing radiolusen
biasanya menunjukkan gambaran normal.19,22,23
Gambar 2.5. A.Foto thorax posteroanterior yang menunjukkan benda asing radioopak pada
cabang bronkus utama dextra. B. Foto thorax lateral. 23
Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis, dibuat foto
thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akan tampak mediastinum bergeser
ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru yang terlibat akan hiperaerasi karena udara
terperangkap di sana.22,23
Gambar 2.6 Gambaran hiperinflasi sekunder lapang paru kiri pada obstruksi oleh
kacang di cabang bronkus utama kiri. 23
2.8 Penatalaksanaan
Benda asing disaluran nafas harus dikeluarkan segera dalam kondisi optimal dengan
trauma yang minimal untuk mencegah komplikasi. 19,20,23 Ada beberapa faktor yang
menentukan keberhasilan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas antara lain : a) tim
yang berpengalaman dalam ekstraksi benda asing di saluran nafas, b) tim anestesi yang
berpengalaman, c) Perawat dan teknisi yang familiar dengan alat yang tersedia dan d)
ketersediaan peralatan sesuai dengan yang dibutuhkan.18
Bronkoskopi merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing di saluran nafas,
disamping juga digunakan untuk diagnosis pada kasus kecurigaan benda asing .7,9,23 Jenis
bronkoskop yang digunakan sampai saat in masih merupakan perdebatan apakah rigid atau
fiberoptic, pengambilan keputusan tergantung pilihan operator, lokasi benda asing dan ukuran
pasien (umur), meskipun untuk anak dan sebagian besar dewasa penggunaan bronkoskop
rigid merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing karena ventilasi lebih terjamin melalui
tube bronkoskop selama tindakan disamping juga operator dapat memasukkan peralatan
seperti forsep dan optical telescope.2,7,9
Benda asing di laring.Pasien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan
dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Pada anak
dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba menolongnya dengan memegang anak
dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah tengkuk/punggung dipukul,
sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke luar.Cara lain untuk mengeluarkan
benda asing yang menyumbat di laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich
dapat dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh oleh udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatannya
akan terlempar ke luar.20
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.Caranya ialah, bila pasien
masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien, kepalan tangan kanan
penolong diletakkan di atas prosesus xifoid, sedangkan tangan kirinya diletakkan di atasnya.
Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan ke atas paru beberapa kali, sehingga
diharapkan benda asing akan terlempar ke luar dari mulut pasien. Bila pasien sudah terbaring
karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan
tangan di letakkan di bawah prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan
ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke luar mulut
pasien.pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping,
supaya jalan napas merupakan garis lurus.20
Gambar 2.7 Perasat Heimlich
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung atau hati
dan fraktur iga. Oleh Karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kanan dan kiri.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich tidak dapat
digunakkan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberi
pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak
ada, dilakukan trakeostomi. Pada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
Trendelenburg, kepala lebih rendah dari badannya, supaya benda asing tidak turun ke
trakea.20
Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan endoskopi pada
ekstraksi benda asing.Fisioterapi dada dilakukan pada anak kasus pneumonia, bronchitis
purulenta dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan
tidak demam.
Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang.
Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru, obstruksi jalan napas atau
odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan pengobatan yang tepat dan adekuat.20
2.9.2 Bronkoskopi
Bronkoskopi dengan menggunakan bronkoskop rigid dilakukan dalam anestesi
umum. Ada beberapa variasi teknik intubasi bronkoskop tergantung pada keterampilan ahli
bronkoskopi, anatomi dan keadaan klinis pasien 18,yaitu :
a). Teknik intubasi tanpa laringoskop (teknik klasik).
b).Teknik intubasi bronkoskop dengan laringoskop.
c). Teknik intubasi bronkoskop dengan pipa endotrakeal, dan
d). Teknik bronkoskopi kombinasi.
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada aspirasi benda asing di trakeobronkial
berhubungan dengan benda asing sendiri dan tindakan bronkoskopi.Komplikasi akibat benda
asing yang paling sering berupa infeksi paru dan kelainan lain seperti edema, tracheitis,
bronkitis atau timbulnya jaringan granulasi, dan atelektasis.Komplikasi yang berhubungan
dengan tindakan bronkoskopi (intra operatif) paling sering aritmia jantung, bronkospasme,
edema laring, trauma pada gigi, bibir, gusi dan laring.6
BAB III
KESIMPULAN
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Gejala Sumbatan benda asing di dalam
saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran
dari benda asing. Diagnosis benda asing saluran napas dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (radiologik). Penatalaksanaan
aspirasi benda asing harus dilakukan segera dan tepat dengan mengetahui jenis sumbatan dan
gejala setiap lokasi benda asing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA