Anda di halaman 1dari 37

Anamnesis

◦ Keluhan Utama : BAB berwarna hitam


◦ Keluhan Tambahan : Nyeri perut, mual, muntah merah kecokelatan.
◦ Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan BAB
berwarna kehitaman dengan konsistensi lunak dan lengket sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengeluhkan BAB sebanyak 1 gelas aqua dan sebanyak 2x sehari. Pasien
juga merasakan nyeri pada ulu hati seperti ditusuk-tusuk dan tidak membaik setelah
makan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Muntah berwarna
merah kecokelatan dengan jumlah sebanyak setengah gelas aqua. Muntah berwarna
merah kecokelatan dikeluhkan hanya 1x yaitu 2 hari sebelum pasien ke rumah sakit.
◦ Riwayat Penyakit Dahulu :
◦ Riwayat Hipertensi : disangkal
◦ Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
◦ Riwayat Asma : disangkal
◦ Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
◦ Riwayat Alergi Obat : disangkal
◦ Riwayat sakit maag : (+)
◦ Riwayat Penyakit Keluarga
◦ Riwayat Hipertensi : disangkal
◦ Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
◦ Riwayat Asma : disangkal
◦ Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
◦ Riwayat Pengobatan
Pasien sudah mengonsumsi obat warung untuk nyeri ulu hati nya namun tidak
membaik. Pasien seringkali mengkonsumsi bodrex jika sakit kepala.
◦ Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, obat, debu, dan cuaca.
◦ Riwayat Psikososial
◦ Nafsu makan : menurun
◦ Olahraga : jarang
◦ Merokok : disangkal
◦ Alkohol : disangkal
Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum : Sakit ringan
◦ Kesadaran : Compos mentis
◦ Tekanan Darah : 117/70 mmHg
◦ Nadi : 83x / menit
◦ Pernapasan : 21x / menit, teratur
◦ Suhu : 36,3 0C
Status generalisata
Normochepal

Konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-), edema palpebra (-)

Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, JVP tidak meningkat

Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-),

Normotia, nyeri (-/-), sekret (-/-), serumen (-/-), pendengaran baik

Mukosa bibir lembab, lidah tremor (-), faring hiperemis (-)


Paru

INSPEKSI PALPASI
Simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada Simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra,
yang tertinggal saat bernapas, retraksi dinding tidak ada bagian dada yang tertinggal saat
dada (-) bernapas, nyeri tekan (-)

AUSKULTASI
PERKUSI
Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-),
Sonor pada semua lapang paru wheezing(-/-)
Jantung

PALPASI
INSPEKSI
Ictus cordis tidak teraba di ICS 5 linea
Ictus cordis tidak terlihat midclavicularis sinistra

AUSKULTASI
PERKUSI
Bunyi jantung I dan II regular,
Batas jantung dalam batas normal, redup
gallop (-), murmur (-)
• EKTREMITAS ATAS
Akral hangat, edema (-/-), pucat (-), CRT < 2 detik

• EKSTREMITAS BAWAH
Akral hangat, edema (-/-), pucat (-) , CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang (26/09/2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 6,2* 13,8-17
Leukosit 11,2* 4,23-9,070
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
8*
Eosinofil 1-6
68
Neutrofil 34-71
19 19-52
Limfosit
6
Monosit 4-12
73*
Laju endap darah 0-15
993*
Trombosit 185-402
20,1* 40-54
Hematorkit
Pemeriksaan Penunjang (26/09/2020)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


 
Karbohidrat/Gula Darah
Gula darah sewaktu 72 70-115
Renal Profile
Kreatinin 1,1 0,9-1,3
Ureum 43 18-55
Resume
◦ Tn. S 51 tahun datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan keluhan BAB berwarna kehitaman dengan
konsistensi lunak dan lengket sejak 2 hari SMRS. Pasien mengeluhkan BAB sebanyak 1 gelas aqua
dan sebanyak 2x sehari. Pasien juga merasakan nyeri pada ulu hati seperti ditusuk-tusuk dan tidak
membaik setelah makan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Muntah berwarna
merah kecokelatan dengan jumlah setengah gelas aqua. Muntah berwarna merah kecokelatan
dikeluhkan sebanyak 1x yaitu 2 hari sebelum pasien ke rumah sakit. BAK dalam batas normal.
Pasien memiliki riwayat sakit maag. Pasien sudah mengonsumsi obat warung untuk nyeri ulu hati
nya namun tidak membaik. Pasien seringkali mengkonsumsi bodrex jika sakit kepala.
◦ Pada pemeriksaan fisik pasien tampak Sakit ringan, Kesadaran Compos mentis ,Tekanan Darah
117/70 mmHg ,Nadi 83x / menit, Pernapasan 21 x / menit, Suhu 36,3 0C, konjungtiva anemis (+/+)
◦ Pada pemeriksaan Laboratorium darah didapatkan Hb 6,2, leukosit 11,2, LED 73, trombosit 993,
dan Hematokrit 20,1
Diagnosa Kerja

Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas + Anemia


Rencana Tindakan Prognosis
- Infus RL ◦ Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
- vitamin K 3x1 amp ◦ Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Omeprazole 2x 1 amp ◦ Quo Ad fungtionam : dubia ad bonam
- Sucralfat 4x2 cth
- Asam traneksamat 3x1 amp
- Transfusi darah 750 cc PRC

- Jika Hb sudah mencapai target, dapat dilakukan endoskopi


elektif
Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
27/09/2020 Lemas, pusing, TD: 112/68; HR: Perdarahan saluran - Infus RL
nyeri ulu hati, 70x/mnt; RR: cerna + Anemia - Omeprazole
belum BAB 20x/mnt; T: 36 - Sucralfat
Hb: 9,2
28/09/2020 Pusing, nyeri ulu TD: 115/70; HR: Perdarahan Saluran - Infus RL
hati, BAB tidak 68x/mnt; RR: cerna + Anemia - Omeprazole
hitam 20x/mnt; T: 36 - Sucralfat
29/09/2020 Sedikit nyeri ulu TD: 113/77; HR: Perdarahan Saluran - Rencana pulang
hati 81x/mnt; RR: Cerna + Anemia (omeprazole dan
19x/mnt; T: 36,3 sucralfat)
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan Saluran Cerna
◦ Perdarahan yang terjadi pada saluran cerna mulai dari mulut sampai dengan
anus.
◦ Klasifikasi:

a. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas: Perdarahan yang bersumber dari


proksimal ligamentum treitz dengan manifestasi klinis tersering hematemesis
dan atau melena.
b. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah: Perdarahan yang berasal dari distal
ligamentum treitz dengan manifestasi klinis klasik berupa hematoskezia.
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA)

◦ Terjadinya perdarah dari saluran cerna


bagian atas mulai dari esofagus sampai
dengan duodenum (Dengan batas
anatomik ligamentum treitz)
Epidemiologi
◦ Kejadian perdarahan SCBA menunjukan 48-160 kasus per 100.000 penduduk dengan
kejadian lebih tinggi pada pria dan usia lanjut.
◦ Angka mortalitasi keseluruhan SCBA berkisar antara 6-14 % oleh karena intoleranis
terhadap kehilangan darah, syok, aspirasi dan prosedur terapeutik.
◦ Perdarahan ulkus peptikum (PUP) merupakan penyebab tersering perdarahan SCBA,
berkisar antara 31%-67%, diikuti oleh gastritis erosif, perdarahan variceal, esofagitis,
keganasan, dan robekan mallory weiss.
◦ Di Indonesia, di beberapa wilayah ulkus peptikum paling banyak, namun wilayah
lainnya karena pecahnya varises esofagus.
Definisi
◦ Melena: Feses berwarna kehitaman seperti aspal dan lengket
Biasanya terjadi karena perdarahan dari esofagus, lambung, atau duodenum.
Warna hitam yang timbul akibat kontak darah dengan asam hidroklorida
sehingga terbentuk hematin. Feses ini akan bersifat lengket dan menimbulkan
bau yang khas.

◦ Hematemesis: Muntah darah


Biasanya terjadi perdarahan di sebelah proksimal ligamentum treitz
Kelainan lambung dan Penyakit darah: Obat-obatan:
Kelainan esofagus: duodenum: tukak, peradangan, leukimia, DIC, kortikosteroid,
esofagitis, keganasan keganasan trombositiopenia, dll alkohol
esofagus, dll

Pecahnya pembuluh O2 pada mukosa


Infeksi mukosa lambung darah terhambat

Peningkatan tekanan
portal

Erosi dan ulserasi Perdarahan Asam lambung


meningkat

Pembuluh darah Inflamasi


pecah Kerusakan vaskuler pada Masuk saluran cerna
mukosa lambung mukosa
lambung

Hematemesis dan Melena


ETIOLOGI
Gastritis
Proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Dapat disebabkan oleh penggunaan
OAINS.

Ulkus Peptikum
Suatu defek mukosa/submukosa yang
berbatas tegas dapat menembus muskularis
mukosa sampai lapisan serosa sehingga
dapat terjadi perforasi
ETIOLOGI

Esofagitis
Terjadi peradangan pada mukosa esofagus
baik secara akut maupun kronik.
Penyebab tersering nya adalah GERD
namun dapat disebabkan oleh penggunaan
OAINS/antibiotik.

Pecahnya varises esofagus Sindroma Mallory Weiss


Penderita umumnya tidak mengeluh rasa nyeri Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah
di epigastrium. Umumnya perdarahan spontan hebat baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum
dan masif. alkohol.
Manifestasi Klinis
Hematemesis (muntah darah)

Muntah berwarna coffee ground

Melena (tinja seperti aspal/tar)

Tanda dan gejala non spesifik: Nausea, Vomitus, Nyeri epigastrik, Fenomena vasovagal, Sinkop,
Disertai komorbid (DM, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal kronik, penyakit
arthritis)
Anamnesis
Ada beberapa hal yang penting yang perlu ditekankan:
1. Sejak kapan terjadinya perdarahan
2. Berapa perkiraan darah yang keluar
3. Riwayat perdarahan sebelumnya
4. Riwayat perdarahan dalam keluarga
5. Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
6. Penggunaan obat terutama OAINS dan antikoagulan
7. Kebiasaan minum alkohol
8. Ada tidaknya penyakit hati kronik, demam berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik,
diabetes melitus, hipertensi
9. Riwayat transfusi sebelumnya
Pemeriksaan fisik
a) Penilaian hemodinamik (denyut nadi, tekanan darah), laju pernapasan, status
kesadaran, konjungtiva yang pujat, CRT yang melambat, serta adanya
stigmata sirosis hepar.
b) Adanya takikardia pada saat istirahat dan hipotensi ortosatik menunjukan
adanya kehilangan darah yang cukup banyak
c) Urin output yang rendah, mukosa bibir kering, vena jugular collaps juga
dapat menjadi tanda yang berguna
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan BUN, kreatinin serum (pada perdarahan SCBA pemecahan darah oleh
kuman usus akan mengakibatkan kenaikan BUN, sedangkan kreatinim serum tetap
normal atau sedikit meningkat)
2) Elektrolit (Na, K, Cl)
3) Endoskopi gastrointestinal untuk mengetahui letak anatomi perdarahan
4) Radiografi dengan barium digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
benda asing, esofagitis, inflammatory bowel disease
5) Angiografi apabila endoskopi gagal
Penatalaksanaan
1. Non Endoskopis
- Penggunaan NGT untuk mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses
hemostatik.
- Pemberian vitamin K
- Pemberian vasopressin untuk menurunkan aliran darah dan tekanan vena porta.
- Pemberian PPI dosis tinggi (diawali bolus omeprazole 80 mg/IV kemudian per infus 8
mg/kgBB/jam selama 72 jam)
- Pemberian antasida, sukralfat, antagonis reseptor H2 untuk penyembuhan lesi mukosa
penyebab perdarahan.
- Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan perdarahan
Penatalaksanaan
2. Endoskopi
Untuk perdarahan yang masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak.
Metode terapinya: a). Contact thermal b). Noncontact thermal (laser) c). Nonthermal
(misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau pemakaian
klip)

Kadar hemoglobin minimal untuk dilakukan endoskopi adalah 8 mg/dL dan jika akan
dilaksanakan endoskopik terapeutik maka kadar hemoglobin minimal adalah 10
mg/dL dengan catatan pasien juga dalam keadaan hemodinamik stabil.
Contoh endoskopi
Penatalaksanaan
3. Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditentukan asal perdarahannya, atau bila terapi endoskopi dinilai
gagal dan pembedahan dianggap berisiko.

4. Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan radiologi dianggap
gagal.
ANEMIA
Anemia
Penurunan jumlah massa eritrosit. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit
tersendiri, tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar.

Kelompok Kriteria Anemia (Hb)

Laki-laki dewasa <13 gr/dL

Wanita dewasa tidak hamil <12 gr/dL

Wanita hamil < 11 gr/dL


Etiologi
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam
penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Klasifikasi anemia (morfologi dan etiologi)
Anemia Makrositer: bentuk
Anemia normositik normokrom:
Anemia Hipokromik Mikrositik: megaloblastik (anemia defisiensi
Anemia pasca perdarahan, anemia
anemia defisiensi besi, thalasemia asam folat, anemia defisiensi B12);
aplastik, anemia pada gagal ginjal
mayor, anemia akibat penyakit bentuk non megaloblastik (anemia
kronik, anemia pada keganasan
kronik, anemia sideroblastik pada penyakit hati kronis, anemia
hematologik
pada hipotiroidisme)

Anemia Hipokromik Mikrositik: Anemia normositik normokrom:


Anemia Makrositer: MCV >95 fl
MCV <80 fl dan MVH < 27 pg MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg
Tanda dan Gejala
Gejala umum pada anemia yaitu lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
sesak napas, dan dispepsia

Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada


konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah
kuku.
Terapi
1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang telah
ditegakkan terlebih dahulu
2. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
3. Dapat diberikan terapi suportif dan terapi kausal untuk mengobati penyakit
dasar yang menyebabkan anemia tersebut
4. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda
gangguan hemodinamik. Di sini diberikan packed red cell, jangan whole
blood
ALHAMDULILLAH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai