RHINITIS TUBERKULOSIS
Disusun oleh:
102119071
Pembimbing:
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan keselamatan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. selaku dokter
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
Judul makalah ini adalah mengenai “Rhinitis Tuberkulosis”. Adapun tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan penyakit ini. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang bersifat membangun
dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi makalah ini. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1. Anatomi Nasal 2
2.2. Fisiologi Hidung 5
2.3. Defenisi Rhinitis Tuberculosis 6
2.4. Epidemiologi 6
2.5. Etiologi 6
2.6. Klasifikasi 7
2.7. patofisiologi 10
2.8. manifestasi 22
2.9. Penatalaksanaan 29
BAB 3 KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB 1
PENDAHULUAN
2.5 Etiologi
Penyebab rhinitis tuberkulosa adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asamdan
tahan alkohol yang termasuk familiMyco-bacteriaceae, yaitu kompleks
Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis, M. bovis, M. caprae, M.africanum, M.
microti, M. pinnipedii, dan M. canetti). Spesies yang paling penting dan sering
dijumpai pada manusia adalah M.tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis biasanya
menyerang paru, meskipun pada sepertiga kasus dapat mengenai organ lain. 2 TBC
hidung primer sangat jarang terjadi, bahkan lebih jarang lagi ditemukan kasus TBC
hidung disertai keterlibatan kelenjar getah bening tanpa disertai keterlibatan paru.
2.6 Klasifikasi
Pembagian rhinitis kronis berdasarkan ada tidaknya peradangan sebagai penyebabnya.
Rhinitis kronis yang disebabkan oleh peradangan dapat kita temukan pada rhinitis hipertrofi,
rhinitis sika (sicca), dan rhinitis spesifik (difteri, atrofi, sifilis, tuberkulosa & jamur).
Rhinitis Hipertrofi
Etiologi
Rhinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus atau
sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. 8
Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan
sering ada keluhan nyeri kepala. Konka inferior hipertrofi, permukaannya berbenjol-benjol
ditutupi oleh mukosa yang juga hipertrofi. 8
Terapi
Pengobatan yang tepat adalah mengobati faktor penyebab timbulnya rhinitis hipertrofi.
Kauterisasi konka dengan zat kimia (nitras argenti atau asam trikloroasetat) atau dengan
kauter listrik dan bila tidak menolong perlu dilakukan konkotomi.
Rinitis Sika
Etiologi
Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja di lingkungan
yang berdebu, panas, dan kering. Juga pada pasien dengan anemia, peminum alkohol, dan gizi
buruk.
Manifestasi Klinis
Pada rhinitis sika mukosa hidung kering, krusta biasanya sedikit atau tidak ada. Pasien
mengeluh rasa iritasi atau rasa kering di hidung dan kadang-kadang disertai epitaksis.
Terapi
Etiologi
Manifestasi klinis
Gejala rhinitis difteri akut adalah demam, toksemia, limfadenitis, paralisis, sekret hidung
bercampur darah, ditemukan pseudomembran putih yang mudah berdarah, terdapat krusta
coklat di nares dan kavum nasi. Sedangkan rhinitis difteri kronik gejalanya lebih ringan.
Terapi
Terapi rhinitis difteri kronis adalah ADS (anti difteri serum), penisilin lokal, dan
intramuskular.
Rhinitis Atrofi
Etiologi
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab rhinitis atrofi, yaitu infeksi kuman
Klebsiela, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormonal, dan
penyakit kolagen. 26
Manifestasi Klinis
Rhinitis atrofi ditandai dengan adanya atrofi progresif mukosa dan tulang hidung. Mukosa
hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta yang
berbau busuk. Keluhan biasanya nafas berbau, ingus kental berwarna hijau, ada krusta hijau,
gangguan penghidu, sakit kepala, dan hidung tersumbat. 26
Terapi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Gejala rhinitis sifilis yang primer dan sekunder serupa dengan rhinitis akut lainnya. Hanya
pada rhinitis sifilis terdapat bercak pada mukosa. Sedangkan pada rhinitis sifilis tertier
ditemukan gumma atau ulkus yang dapat mengakibatkan perforasi septum. Sekret yang
dihasilkan merupakan sekret mukopurulen yang berbau. 26
Terapi
Rhinitis Tuberkulosa
Etiologi
Penyebab rhinitis tuberkulosa adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.
Manifestasi Klinis
Terdapat keluhan hidung tersumbat karena dihasilkannya sekret yang mukopurulen dan
krusta. Tuberkulosis pada hidung dapat berbentuk noduler atau ulkus, jika mengenai tulang
rawan septum dapat mengakibatkan perforasi26
Terapi
Rhinitis Lepra
Etiologi
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul diantaranya adalah hidung tersumbat, gangguan bau, dan produksi sekret
yang sangat infeksius. Deformitas dapat terjadi karena adanya destruksi tulang dan kartilago
hidung. 26
Terapi
Pengobatan rhinitis lepra adalah dengan pemberian dapson, rifampisin, dan clofazimin selama
beberapa tahun atau dapat pula seumur hidup.
Rhinitis Jamur
Etiologi
Manifestasi Klinis
Pada aspergilosis yang khas adalah sekret mukopurulen yang berwarna hijau kecoklatan. Pada
mukomikosis biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, demam, oftalmoplegia
interna dan eksterna, sinusitis paranasalis, dan sekret hidung yang pekat, gelap, dan berdarah.
Terapi
Untuk terapinya diberikan obat anti jamur, yaitu amfoterisin B dan obat cuci hidung.
2.7 Patofisologi
Tuberkulosis hidung dapat terjadi secara primer dan sekunder. TBC hidung sekunder
biasanya terjadi akibat penyebaran dari TBC paru atau laring. Penyakit primer dapat terjadi
melewati jalur inhalasi atau inokulasi langsung melalui jari yang terkontaminasi, selanjutnya
akan terjadi inflamasi kronis pada kulit dan mukosa yang ditandai dengan terbentuknya
granuloma (tuberkuloma) yang mengalami nekrosis dan berubah menjadi parut.
2.8 Manifestasi klinis
Gejala klinis pasien dengan TBC hidung biasanya adalah hidung tersumbat dan rinore.
Gejala lainnya adalah rasa tidak nyaman di hidung, epistaksis, hidung berkrusta, postnasal
drip, ulserasi, polip rekuren, dan mata berair.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada sekret
hidung. Pada pemeriksaan hispatologi ditemukan sel datia Langhans dan Limfositosis.
2.10 Penatalaksanaan
Beberapa alat yang harus dipersiapkan antara lain cairan pencuci hidung (cairan
infus NaCl 0,9%), transofix, spuit 10 cc, dan wadah (gelas atau mangkuk) untuk
menaruh cairan. Semua alat ini dapat dibeli bebas di apotek terdekat.