Anda di halaman 1dari 21

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL LAPORAN KASUS

RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG JUNI 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RINITIS AKUT

Disusun Oleh:
Balthasar Kristoforus Manek, S.Ked
2008020060

Pembimbing:
dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA RSUD
PROF. W.Z. JOHANNES KUPANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh :

Nama : Balthasar Kristoforus Manek, S.Ked


NIM : 2008020060
Bagian Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
RSUD Prof DR W.Z. Johannes Kupang.
Laporan kasus ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat yang diperlukan untuk mengikuti ujian akhir di Bagian Ilmu
Penyakit THT- KL Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana RSUD
W.Z. Johannes Kupang.

Pembimbing Klinik

1. dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-KL 1……………………

Ditetapkan di : Kupang
Hari/tanggal : Juni 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-
gejala seperti rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum
malaise dan suhu tubuh naik. Rinitis disebabkan oleh infeksi virus (Rhinovirus,
Myxovirus, virus Coxsakie dan virus ECHO) atau infeksi bakteri terutama
Haemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus, dan sebagainya.1
Di samping virulensi, faktor predisposisi memegang peranan penting yaitu
faktor eksternal atau lingkungan yang terpenting adalah faktor dingin atau
perubahan temperatur dari panas ke dingin yang mendadak, dan faktor internal
meliputi daya tahan tubuh yang menurun dan daya tahan lokal cavum nasi.1
Perubahan pada mukosa nasi meliputi stadium permulaan yang diikuti
stadium resolusi. Pada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan
diikuti vasodilatasi, udem dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan
goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Sekret mula-
mula encer, jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna
kuning mengandung nanah dan bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk,
terbentuk akan terserap dalam darah dan lymphe, menimbulkan gejala-gejala
umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi sel epitel yang telah rusak dan
mukosa menjadi normal kembali.2
Gejala klinis rinitis akut pada masa prodromal mempunyai gejala yang
mirip dengan sindroma alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi.
Perbedaannya berdasarkan waktu dan gejala, sifat sekret, dan gejala umum dari
alergen.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidung

2.1.1 Anatomi Hidung

Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga

hidung dengan pendarahan serta persarafannya, serta fisiologi hidung. Hidung

luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah: 6

a. Pangkal hidung (bridge)


b. Batang hidung (dorsum nasi)
c. Puncak hidung (hip)
d. Ala nasi
e. Kolumela
f. Lubang hidung ( nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil, yang berfungsi melebarkan dan

menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : Os, nasal, prosesus

frontalis os, maksila, dan prosesus nasalis os. frontal, sedangkan kerangka tulang

rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah

hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateral superior, sepasang kartilago nasalis

lateral inferior yang disebut juga kartilago ala mayor dan tepi anterior kartilago

septum. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior,

tepat dibelakang đisebut dengan vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kufit van

mempunyai banyak kelenjar subasca dan rambut panjang yang disebut vibris
Sedangkan nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi denos

nasofaring. Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding

lateral, medial, inferior, dan superior.

Gambar 1. Anatomi Hidung

Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang

rawan. Bagian tulang adalah 1) lamina perpendikularis os etmoid, 2) vomer, 3)

krista nasalis os maksila dan 4) krista nasalis os palatine. Bagian tulang rawan

adalah 1) kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan 2) kolumela.

Rongga hidung bagian bawah mendapat perdarahan dari cabang arteri

maksilaris interna, diantaranya adalah ujung a. palatina mayor dan a.

splenopalatina yang keluar dari foramen splenopalatina bersama n. splenopalatina.

Hidung bagian depan mendapat perdarahan dari a. fasialis. Pada bagian depan

septum terdapat anastomosis cabang a, splenopalatina, a. etmoidalis anterior, a.

palatina mayor, dan a. labialis superior yang membentuk Pleksus


Kiesselbach(little's area) yang mudah cedera oleh trauma sehingga sering menjadi

sumber epistaksis anterior. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat

persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari n.

nasosiliaris yang berasal dari n. ophtalmicus.Rongga hidung lainnya sebagian

lainnya mendapat persarafan sensoris dari n. maksilaris melalui ganglion

spenopalatina. Ganglion spenopalatina selain memberikan persarafan sensoris

iuga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung

Ganglion ini menerima serabut sensoris dan n. maksilaris (N V2), serabut

parasimpatis dari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut simpatis dari n.

petrosus profunda.

Gambar 2. Plexus Kiesselbach

2.1.2 Fisiologi Hidung

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional. Fungsi

hidung dan sinus paranasal adalah 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi

udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam


pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal, 2) fungsi penghidu karena

terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus

penghidu, 3) fungsi fonetik berguna untuk resonansi suara, membantu proses

bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang, 4) fungsi

statis dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma,

dan pelindung panas, 5) refleks nasal.

2.2 Definisi
Rhinitis akut adalah peradangan akut yang mengenai hidung. Rhinitis akut
terjadi ketika pergantian musim atau akibat dari kelelahan dan penurunan
pertahanan tubuh seperti mengalami defisiensi vitamin. Infeksi pada nasal juga
menjadi salah satu penyebab gangguan ini, umumnya disebabkan oleh virus.
Sebagian besar yang mencakup virus, meliputi rhinovirus, Respiratory syncytial
viruses (RSV), virus parainfluenza, virusinfluenza, dan adenovirus.1,2

2.3 Common Cold


Penyebab tersering adalah virus. Infeksi biasanya ditularkan melalui udara.
Beberapa virus seperti adenovirus, pocorna virus, rhinovirus,coxsacie dan ECHO
bertanggung jawab pada penularan penyakit ini. Inkubasi terjadi selama 1-4 hari
dan penyakit ini dapat menetap selama 2-3 minggu.
Gejala klinik dari rinitis akut berupa sensasi terbakar pada hidung
posterior diikuti kekakuan, rhinorrhea dan bersin. Pasien akan merasa kedinginan
dan sedikit demam. Biasanya sekret berupa cairan yang banyak dan dapat menjadi
mukopurulen akibat adanya invasi sekunder bakteri. Invasi sekunder oleh
Streptococcushaemolyticus, Pneumococcus, Staphylococcus, H.Inflenzae,
Klesiella pneumoniadan M.catanhalis.1
Penatalaksanaan Common cold merupakan self limiting disease sehingga
dengan istirahat yang cukup dapat menurunkan gejala. Pengobatan simptomatik
dapat dengan antihistamin dan dekongestan. Analgesic biasanya untuk
menurunkan demam dan keluhan nyeri kepala serta myalgia. Antibiotik hanya di
berikan pada infeksi sekunder. Komplikasi berupa sinusitis, faringitis, tonsillitis,
bronchitis, pneumonia dan otitis media dapat timbul.3
Influenza virus A, B atau C bertanggung jawab pada terjadinya penyakit
ini. Gajala dan tanda hampir sama dengan common cold. Komplikasi biasanya
terjadi akibat invasi bakteri.

2.4 Epidemiologi
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 prevalensi ISPA menurut diagnosis
tenaga kesehatan di Indonesia yaitu sebesar 4.4%. Dalam satu tahun, terdapat 10
juta kujungan ke RS akibat infeksi saluran pernapasan atas. Orang dewasa
mengalami flu biasa sekitar 2-3 kali setahun sedangkan pada anak-anak
mengalami hingga 8 kasus setiap tahun.4

Infeksi saluran pernapasan bagian atas menyebabkan lebih dari 20 juta


hari tidak masuk sekolah dan 20 juta hari tidak masuk kerja, sehingga
menimbulkan beban ekonomi yang besar.4

2.5 Gejala Klinis


Permulaan penyakit ini biasanya tiba-tiba dan ditandai dengan rasa kering,
gatal, atau rasa panas di hidung atau nasofaring. Segera batuk, timbul menggigil,
hidung tersumbat dan malaise, disertai dengan bersin dan ingus mukupurulen atau
encer. Pada saat ini biasanya tidak disertai demam. Sering terasa nyeri kepala
ringan atau perasaan penuh di antara kedua mata.5

2.6 Etiologi
Etiologi pada rinitis akut masih belum jelas namun ada beberapa hal yang pada
umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
• Reaksi makanan
• Emosional
• Pekerjaan
• Hormon
• Kelainan anatomi
• Penyakit imunodefisiensi
• Interaksi dengan hewan
• Temperatur

2.7 Patofisiologi
Studi mengungkapkan bahwa pada Rhinitis Akut Viral/Common Cold
bukan disebabkan oleh kerusakan dari epitel hidung karena pada biopsi sel epitel
tampak utuh saat gejala penyakit sedang berlangsung. Rhinovirus dan
Coronavirus tidak memberikan efek sitopatik saat bereplikasi dalam lapisan
mukosa hidung yang dikultur. Sedangkan Virus Influenza A dan Adenovirus
menghasilkan kerusakan atau menunjukan efek sitopatik.
Flu adalah akibat dari pelepasan sitokin, mediator lain serta masuknya
PMN dialam epitel hidung. Pada infeksi Rhinovirus PMN dapat naik menjadi
100x lipat di hari 1-2 inokulasi. Pelepasan PMN menyebabkan perubahan pada
sekret yang dihasilkan hidung. Sekret yang berwarna putih cenderung
mengandung PMN yang tinggi sementara sekret yang berwarna hijau cenderung
menjadi hasil bahwa adanya aktivitas enzimatik PMN (Terutama enzim
mieloperoksidase).
Pada Kultur Rhinovirus IL-8 berperan sebagai kemoatraktan ampuh
terhadap PMN yang diproduksi sel. IL-8 dan sitokin lain (seperti IL-1B dan IL-6)
dibuktikan ada dalam sekret hidung individu yang terinfeksi. Kenaikan Albumin
dan Kinin (terutama Bradikinin) disebabkan oleh Infeksi Rhinovirus
Eksperimental. Bradikinin sendiri dapat menyebabkan nyeri tenggorokan saat
diuji coba pada individu yang sehat.6

2.8 Klasifikasi7
1) Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold)
Rinitis akut merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-
sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada
musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis
Rinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.

2) Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi:


a. Rhinitis alergi
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan
dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran
hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,
serbuk/tepung sari yang ada di udara Macam-macam rhinitis alergi, yaitu:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak
dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau
asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi
sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen
yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang
peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
3. Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas karena
masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma,
dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi
oral, kokain dan anti hipertensif. Macam-macam rhinitis non alergi, yaitu:
a. Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan
mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasimpatis.
b. Rhinitis medikamentosa
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa
gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian
vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung)
dalam waktu lama dan berlebihan.
c. Rhinitis atrofi
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan
tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka.
2.9 Diagnosis
Anamnesis
Penyakit ini akan berkembang pesat dalam waktu 48 jam dan ditandai
dengan suara serak, mata berair, ingus encer dan berkurang atau hilangnya
penciuman dan pengecapan. Gejala yang paling mengganggu pada pasien ini ialah
hidung yang tersumbat. Rasa nyeri yang tidak terlalu berat disekitar dahi, mata
dan kadang-kadang pipi, berhubungan dengan pembengkakan mukosa hidung.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior dapat ditemukan hiperemis pada mukosa nasa,
edema konka, terlihat secret yang bening hingga kuning apabila sudah terjadi
infeksi sekunder

2.10 Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk rhinitis akut, selain istirahat dan pemberian
obat-obat simtomatik, seperti analgetika, antipiretika dan obat dekongestan.
Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien
merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.
Pemberian obat simtomatik oral sangat efektif dengan diberikan 4 jam
sekali, suatu kapsul yang terdiri dari :
Efedrin sulfat 0,015 g
Pentobarbital 0,015 g
Asam asetil salisilat* 0,300 g
*dapat digantikan dengan 300 mg Asetaminofen.

2.11 Komplikasi
 Polip hidung
Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip
hidung.
 Otitis media
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan
terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
 Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis
alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat
drainase.

2.12 Pencegahan
Tidak ada vaksin efektif melawan colds, dan infeksi tidak
mempertimbangkan imunitas. Pencegahan tergantung kepada lebih sering
mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah. Memperkecil kontak
dengan orang-orang yang telah terinfeksi, Tidak berbagi sapu tangan, alat makan,
atau gelas minum. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. ES
Usia : 13 tahun
Tanggal Lahir : 25 Mei 2009
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : BPJS
Alamat : Obufu
Nomor Rekam Medis : 556281
Kunjungan : Poli THT

3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menggunakan autoanamnesis dari pasien dan
aloanamnesis dengan keluarga pasien.
Keluhan Utama:
Rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian kanan sejak 5 bulan lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS Lembata ke poli anak bagian tumbuh kembang
dengan diagnosis Autism disorder dan Miliaria. Menurut orangtua pasien, pasien
mulai difable sejak umur 8 tahun, mata pasien tidak fokus, interaksi dengan
lingkungan sekitar menurun. Kulit pasien terdapat bintik-bintik merah pada
seluruh tubuh dan kerap berkeringat serta rasa gatal pada telinga kanan. Saat ini
pasien mengeluhkan rasa gatal pada telinga kanannya setiap kali bangun tidur
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa terdapat riwayat
kemasukan kapas di telinga kanannya sekitar 1 bulan yang lalu. Orang tua pasien
awalnya tidak tahu namun, karena pasien yang mengeluhkan nyeri pada
telinganya maka pasien dibawa ke IGD di RS Lembata. Di RS Lembata telinga
pasien diperiksa dan didapatkan terdapat kapas yang sudah berwarna kehijauan.
Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri telinga, keluar cairan dari telinga (-),
namun terdapat banyak kotoran telinga dan hampir setiap hari pasien mengorek
telinganya sedangkan penurunan pendengaran disangkal oleh pasien.. Keluhan
lain seperti batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat, nyeri kepala sesekali
(+), menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman (+), dan sering keluar
ingus.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Telinga kanan pasien pernah kemasukan kapas pada 1 bulan yang lalu.
Riwayat Pengobatan:
Pasien tidak mengingat riwayat obat apa saja yang pernah dikonsumsi
pasien.
Riwayat Psikososial dan kebiasaan:
Pasien tinggal bersama opa dan omanya di Jawa Tengah namun 5 bulan
terakhir telah pindah ke Lembata untuk tinggal bersama Ayahnya. Ibu pasien telah
meninggal sejak pesien duduk di kelas 2 SD. Pasien sekolah di SLB karena
mengikuti keinginan dari opa dan omanya. Pasien sempat sekolah di sekolah
reguler hingga kelas 2 SD. Pasien dulunya beragama Khatolik namun pindah
Islam setalah pindah mengikuti ayahnya di Lembata. Pasien sehari-harinya makan
3 kali sehari dengan lauk nasi, ikan, daging dan sayur. Riwayat merokok dan
alkohol disangkal oleh pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak baik


Kesadaran : Compos mentis
BB : 36,5 kg
Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
HR : 92 x / menit, regular, kuat angkat
RR : 20 x / menit
Suhu : 36.5 0C
SPO2 : 97 %
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)(-), pupil isokor
Leher : Pembesaran KGB (-), stridor (-), retraksi (-)
Thorax : Simetris, vesikuler (+)/(+), Rhonki (-)(-), Wheezing (-)/(-),
retraksi (-), BJ 1 dan 2 reguler, murmur (-)
Abdomen : Supel
Ekstremitas : Akral hangat, turgol kulit baik, CRT < 2 detik

Status THT-KL

Telinga

Dextra Telinga Sinistra


Inspeksi
Edema hiperemi (-), massa (-), Aurikula Edema hiperemi (-), massa (-),
edema (-) edema (-)
Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
Pre-Aurikula
massa (-), fistula (-), massa (-), fistula (-), abses
abses (-) (-)
Edema (-), hiperemi (-), Retro-Aurikula Edema (-), hiperemi (-),
massa (-), fistula (-), massa (-), fistula (-), abses
abses (-) (-)
KAE

Lapang Lapang

Intak, refleks cahaya (+) Membran Timpani Intak refleks cahaya (+)
(-) Sekret (-)
(-) Pendarahan Aktif (-)

Hidung

Dextra Hidung Sinistra


Bentuk normal Inspeksi Bentuk normal
Hidung Luar
Lapang Kavum Nasi Lapang
Hiperemis Mukosa Hiperemis
Dekongesti Konka Dekongesti
Septum: tidak deviasi
(-) Sekret (-)
(-) Pendarahan (-)

Tenggorokan

Faring Mukosa licin, merah muda, pseudomembran (-)

Tonsila palatina T1/T1, merah muda, kripte melebar (-)/(-), detritus (-)/(-)

Pemeriksaan Audiometri
Kesan : Normal hearing loss
3.4 Diagnosis
Rinitis akut
3.5 Tatalaksana
Medika mentosa:
 Cefadroxil 2x500 mg PO
 Cetrizine 1x10mg PO
 Natrium Diclofenak 3x50 mg PO
KIE pada pasien:
 Tidak boleh mengucak atau mengorek hidung dan telinga sembarangan
 Makan, minum dan istirahat yang cukup
 Menjaga hygiene daerah hidung dan telinga
 Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien dan
tatalaksana yang akan diberikan beserta prognosisnya
3.6 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : bonam
BAB 4
PEMBAHASAN
Permulaan penyakit ini biasanya tiba-tiba dan ditandai dengan rasa kering,
gatal, atau rasa panas di hidung atau nasofaring. Segera batuk, timbul menggigil,
hidung tersumbat dan malaise, disertai dengan bersin dan ingus mukopurulen atau
encer. Pada saat ini biasanya tidak disertai demam. Sering terasa nyeri kepala
ringan atau perasaan penuh di antara kedua mata. Penyakit ini akan berkembang
pesat dalam waktu 48 jam dan ditandai dengan suara serak, mata berair, ingus
encer dan berkurang atau hilangnya penciuman dan pengecapan. Gejala yang
paling mengganggu pada pasien ini ialah hidung yang tersumbat. Rasa nyeri yang
tidak terlalu berat disekitar dahi, mata dan kadang-kadang pipi, berhubungan
dengan pembengkakan mukosa hidung.
Pada pasien ditemukan rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian
kanan sejak 5 bulan lalu. Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri telinga, keluar
cairan dari telinga (-), namun terdapat banyak kotoran telinga dan hampir setiap
hari pasien mengorek telinganya sedangkan penurunan pendengaran disangkal
oleh pasien.. Keluhan lain seperti batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat,
nyeri kepala sesekali (+), menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman
(+), dan sering keluar ingus
Pada pemeriksaan fisik pasien status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior dapat ditemukan hiperemis pada mukosa nasal,
edema konka, terlihat secret yang bening hingga kuning apabila sudah terjadi
infeksi sekunder. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior pada pasien ditemukan
hiperemis pada mukosa nasal.
Tatalaksana untuk rhinitis akut tidak ada terapi spesifik, selain istirahat
dan pemberian obat-obat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik dan obat
dekongestan. Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh
bakteri. Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat
pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan. Pada pasien diberikan
terapi Medikamentosa:, Cefadroxil 2x500 mg PO, Cetrizine 1x10mg PO,
Natrium Diclofenak 3x50 mg PO dan terapi Non medikamentosa berupa KIE
pada pasien : Tidak boleh mngucak atau mengorek hidung dan telinga
sembarangan, Makan, miman dan istirahat yang cukup, Menjaga hygiene daerah
hidung dan telinga, Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita
pasien dan tatalaksana yang akan diberikan beserta prognosisnya.
BAB 5
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien An.ES berusia 13 tahun dengan keluhan utama
rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian kanan sejak 5 bulan lalu SMRS
disertai batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat, nyeri kepala sesekali (+),
menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman (+), dan sering keluar ingus . Pada
pemeriksaan didapati hiperemis pada kedua mukosa hidung pasien. Pasien
kemudian didiagnosa dengan Rinitis akut. Pasien kemudian diberikan terapi
medikamentosa Cefadroxil 2x500 mg PO, Cetrizine 1x10mg PO, Natrium
Diclofenak 3x50 mg PO dan terapi Non medikamentosa berupa KIE pada pasien :
Tidak boleh mngucak atau mengorek hidung dan telinga sembarangan, Makan,
miman dan istirahat yang cukup, Menjaga hygiene daerah hidung dan telinga,
Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien dan tatalaksana
yang akan diberikan beserta prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pulungan AS. Rinitis Akut Et Causa Infeksi Bakteri pada Laki-Laki
Dewasa 22 Tahun. J Medula. 2018;1(5):7-13.
2. Akut R, Causa ET, Bakteri I, et al. Acute Rhinitis Caused By Bacterial
Infection In Adult. 2019;1(5):7-13.
3. Sakit R, Daerah U. Rinitis Akut. Published online 2019.
4. Badan Litbangkes RI. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia
Tahun 2018. Minist Heal Repub Indones. 2018;(1). doi:10.1007/s13398-
014-0173-7.2
5. Munasir Z. Rinitis alergi pada anak. Buku Ajar Alergi Imunol Anak.
Published online 2018:173-178.
6. Kepala B, Leher DAN. Rinitis Non Alergi. Published online 2020.
7. Sibuea S, Suprihati S. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Rinosinusitis Pada Penderita Rinitis Alergi. J Kedokt Diponegoro.
2019;2(1):115137.

Anda mungkin juga menyukai