RINITIS AKUT
Disusun Oleh:
Balthasar Kristoforus Manek, S.Ked
2008020060
Pembimbing:
dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-KL
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Hari/tanggal : Juni 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-
gejala seperti rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum
malaise dan suhu tubuh naik. Rinitis disebabkan oleh infeksi virus (Rhinovirus,
Myxovirus, virus Coxsakie dan virus ECHO) atau infeksi bakteri terutama
Haemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus, dan sebagainya.1
Di samping virulensi, faktor predisposisi memegang peranan penting yaitu
faktor eksternal atau lingkungan yang terpenting adalah faktor dingin atau
perubahan temperatur dari panas ke dingin yang mendadak, dan faktor internal
meliputi daya tahan tubuh yang menurun dan daya tahan lokal cavum nasi.1
Perubahan pada mukosa nasi meliputi stadium permulaan yang diikuti
stadium resolusi. Pada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan
diikuti vasodilatasi, udem dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan
goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Sekret mula-
mula encer, jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna
kuning mengandung nanah dan bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk,
terbentuk akan terserap dalam darah dan lymphe, menimbulkan gejala-gejala
umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi sel epitel yang telah rusak dan
mukosa menjadi normal kembali.2
Gejala klinis rinitis akut pada masa prodromal mempunyai gejala yang
mirip dengan sindroma alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi.
Perbedaannya berdasarkan waktu dan gejala, sifat sekret, dan gejala umum dari
alergen.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga
kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil, yang berfungsi melebarkan dan
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : Os, nasal, prosesus
frontalis os, maksila, dan prosesus nasalis os. frontal, sedangkan kerangka tulang
rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah
hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateral superior, sepasang kartilago nasalis
lateral inferior yang disebut juga kartilago ala mayor dan tepi anterior kartilago
septum. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior,
tepat dibelakang đisebut dengan vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kufit van
mempunyai banyak kelenjar subasca dan rambut panjang yang disebut vibris
Sedangkan nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi denos
nasofaring. Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding
Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang
krista nasalis os maksila dan 4) krista nasalis os palatine. Bagian tulang rawan
Hidung bagian depan mendapat perdarahan dari a. fasialis. Pada bagian depan
sumber epistaksis anterior. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat
petrosus profunda.
hidung dan sinus paranasal adalah 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang, 4) fungsi
statis dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma,
2.2 Definisi
Rhinitis akut adalah peradangan akut yang mengenai hidung. Rhinitis akut
terjadi ketika pergantian musim atau akibat dari kelelahan dan penurunan
pertahanan tubuh seperti mengalami defisiensi vitamin. Infeksi pada nasal juga
menjadi salah satu penyebab gangguan ini, umumnya disebabkan oleh virus.
Sebagian besar yang mencakup virus, meliputi rhinovirus, Respiratory syncytial
viruses (RSV), virus parainfluenza, virusinfluenza, dan adenovirus.1,2
2.4 Epidemiologi
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 prevalensi ISPA menurut diagnosis
tenaga kesehatan di Indonesia yaitu sebesar 4.4%. Dalam satu tahun, terdapat 10
juta kujungan ke RS akibat infeksi saluran pernapasan atas. Orang dewasa
mengalami flu biasa sekitar 2-3 kali setahun sedangkan pada anak-anak
mengalami hingga 8 kasus setiap tahun.4
2.6 Etiologi
Etiologi pada rinitis akut masih belum jelas namun ada beberapa hal yang pada
umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
• Reaksi makanan
• Emosional
• Pekerjaan
• Hormon
• Kelainan anatomi
• Penyakit imunodefisiensi
• Interaksi dengan hewan
• Temperatur
2.7 Patofisiologi
Studi mengungkapkan bahwa pada Rhinitis Akut Viral/Common Cold
bukan disebabkan oleh kerusakan dari epitel hidung karena pada biopsi sel epitel
tampak utuh saat gejala penyakit sedang berlangsung. Rhinovirus dan
Coronavirus tidak memberikan efek sitopatik saat bereplikasi dalam lapisan
mukosa hidung yang dikultur. Sedangkan Virus Influenza A dan Adenovirus
menghasilkan kerusakan atau menunjukan efek sitopatik.
Flu adalah akibat dari pelepasan sitokin, mediator lain serta masuknya
PMN dialam epitel hidung. Pada infeksi Rhinovirus PMN dapat naik menjadi
100x lipat di hari 1-2 inokulasi. Pelepasan PMN menyebabkan perubahan pada
sekret yang dihasilkan hidung. Sekret yang berwarna putih cenderung
mengandung PMN yang tinggi sementara sekret yang berwarna hijau cenderung
menjadi hasil bahwa adanya aktivitas enzimatik PMN (Terutama enzim
mieloperoksidase).
Pada Kultur Rhinovirus IL-8 berperan sebagai kemoatraktan ampuh
terhadap PMN yang diproduksi sel. IL-8 dan sitokin lain (seperti IL-1B dan IL-6)
dibuktikan ada dalam sekret hidung individu yang terinfeksi. Kenaikan Albumin
dan Kinin (terutama Bradikinin) disebabkan oleh Infeksi Rhinovirus
Eksperimental. Bradikinin sendiri dapat menyebabkan nyeri tenggorokan saat
diuji coba pada individu yang sehat.6
2.8 Klasifikasi7
1) Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold)
Rinitis akut merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-
sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada
musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis
Rinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.
2.10 Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk rhinitis akut, selain istirahat dan pemberian
obat-obat simtomatik, seperti analgetika, antipiretika dan obat dekongestan.
Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien
merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan.
Pemberian obat simtomatik oral sangat efektif dengan diberikan 4 jam
sekali, suatu kapsul yang terdiri dari :
Efedrin sulfat 0,015 g
Pentobarbital 0,015 g
Asam asetil salisilat* 0,300 g
*dapat digantikan dengan 300 mg Asetaminofen.
2.11 Komplikasi
Polip hidung
Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip
hidung.
Otitis media
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan
terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis
alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat
drainase.
2.12 Pencegahan
Tidak ada vaksin efektif melawan colds, dan infeksi tidak
mempertimbangkan imunitas. Pencegahan tergantung kepada lebih sering
mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah. Memperkecil kontak
dengan orang-orang yang telah terinfeksi, Tidak berbagi sapu tangan, alat makan,
atau gelas minum. Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. ES
Usia : 13 tahun
Tanggal Lahir : 25 Mei 2009
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : BPJS
Alamat : Obufu
Nomor Rekam Medis : 556281
Kunjungan : Poli THT
3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menggunakan autoanamnesis dari pasien dan
aloanamnesis dengan keluarga pasien.
Keluhan Utama:
Rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian kanan sejak 5 bulan lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS Lembata ke poli anak bagian tumbuh kembang
dengan diagnosis Autism disorder dan Miliaria. Menurut orangtua pasien, pasien
mulai difable sejak umur 8 tahun, mata pasien tidak fokus, interaksi dengan
lingkungan sekitar menurun. Kulit pasien terdapat bintik-bintik merah pada
seluruh tubuh dan kerap berkeringat serta rasa gatal pada telinga kanan. Saat ini
pasien mengeluhkan rasa gatal pada telinga kanannya setiap kali bangun tidur
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa terdapat riwayat
kemasukan kapas di telinga kanannya sekitar 1 bulan yang lalu. Orang tua pasien
awalnya tidak tahu namun, karena pasien yang mengeluhkan nyeri pada
telinganya maka pasien dibawa ke IGD di RS Lembata. Di RS Lembata telinga
pasien diperiksa dan didapatkan terdapat kapas yang sudah berwarna kehijauan.
Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri telinga, keluar cairan dari telinga (-),
namun terdapat banyak kotoran telinga dan hampir setiap hari pasien mengorek
telinganya sedangkan penurunan pendengaran disangkal oleh pasien.. Keluhan
lain seperti batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat, nyeri kepala sesekali
(+), menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman (+), dan sering keluar
ingus.
Status THT-KL
Telinga
Lapang Lapang
Intak, refleks cahaya (+) Membran Timpani Intak refleks cahaya (+)
(-) Sekret (-)
(-) Pendarahan Aktif (-)
Hidung
Tenggorokan
Tonsila palatina T1/T1, merah muda, kripte melebar (-)/(-), detritus (-)/(-)
Pemeriksaan Audiometri
Kesan : Normal hearing loss
3.4 Diagnosis
Rinitis akut
3.5 Tatalaksana
Medika mentosa:
Cefadroxil 2x500 mg PO
Cetrizine 1x10mg PO
Natrium Diclofenak 3x50 mg PO
KIE pada pasien:
Tidak boleh mengucak atau mengorek hidung dan telinga sembarangan
Makan, minum dan istirahat yang cukup
Menjaga hygiene daerah hidung dan telinga
Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien dan
tatalaksana yang akan diberikan beserta prognosisnya
3.6 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : bonam
BAB 4
PEMBAHASAN
Permulaan penyakit ini biasanya tiba-tiba dan ditandai dengan rasa kering,
gatal, atau rasa panas di hidung atau nasofaring. Segera batuk, timbul menggigil,
hidung tersumbat dan malaise, disertai dengan bersin dan ingus mukopurulen atau
encer. Pada saat ini biasanya tidak disertai demam. Sering terasa nyeri kepala
ringan atau perasaan penuh di antara kedua mata. Penyakit ini akan berkembang
pesat dalam waktu 48 jam dan ditandai dengan suara serak, mata berair, ingus
encer dan berkurang atau hilangnya penciuman dan pengecapan. Gejala yang
paling mengganggu pada pasien ini ialah hidung yang tersumbat. Rasa nyeri yang
tidak terlalu berat disekitar dahi, mata dan kadang-kadang pipi, berhubungan
dengan pembengkakan mukosa hidung.
Pada pasien ditemukan rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian
kanan sejak 5 bulan lalu. Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri telinga, keluar
cairan dari telinga (-), namun terdapat banyak kotoran telinga dan hampir setiap
hari pasien mengorek telinganya sedangkan penurunan pendengaran disangkal
oleh pasien.. Keluhan lain seperti batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat,
nyeri kepala sesekali (+), menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman
(+), dan sering keluar ingus
Pada pemeriksaan fisik pasien status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior dapat ditemukan hiperemis pada mukosa nasal,
edema konka, terlihat secret yang bening hingga kuning apabila sudah terjadi
infeksi sekunder. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior pada pasien ditemukan
hiperemis pada mukosa nasal.
Tatalaksana untuk rhinitis akut tidak ada terapi spesifik, selain istirahat
dan pemberian obat-obat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik dan obat
dekongestan. Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder oleh
bakteri. Dekongestan oral mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat
pasien merasa lebih nyaman, namun tidak menyembuhkan. Pada pasien diberikan
terapi Medikamentosa:, Cefadroxil 2x500 mg PO, Cetrizine 1x10mg PO,
Natrium Diclofenak 3x50 mg PO dan terapi Non medikamentosa berupa KIE
pada pasien : Tidak boleh mngucak atau mengorek hidung dan telinga
sembarangan, Makan, miman dan istirahat yang cukup, Menjaga hygiene daerah
hidung dan telinga, Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita
pasien dan tatalaksana yang akan diberikan beserta prognosisnya.
BAB 5
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien An.ES berusia 13 tahun dengan keluhan utama
rasa gatal setiap bangun tidur pada telinga bagian kanan sejak 5 bulan lalu SMRS
disertai batuk (+) sesekali, pilek (+) hidung tersumbat, nyeri kepala sesekali (+),
menggigil (+), suara serak (+), penurunan penciuman (+), dan sering keluar ingus . Pada
pemeriksaan didapati hiperemis pada kedua mukosa hidung pasien. Pasien
kemudian didiagnosa dengan Rinitis akut. Pasien kemudian diberikan terapi
medikamentosa Cefadroxil 2x500 mg PO, Cetrizine 1x10mg PO, Natrium
Diclofenak 3x50 mg PO dan terapi Non medikamentosa berupa KIE pada pasien :
Tidak boleh mngucak atau mengorek hidung dan telinga sembarangan, Makan,
miman dan istirahat yang cukup, Menjaga hygiene daerah hidung dan telinga,
Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien dan tatalaksana
yang akan diberikan beserta prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pulungan AS. Rinitis Akut Et Causa Infeksi Bakteri pada Laki-Laki
Dewasa 22 Tahun. J Medula. 2018;1(5):7-13.
2. Akut R, Causa ET, Bakteri I, et al. Acute Rhinitis Caused By Bacterial
Infection In Adult. 2019;1(5):7-13.
3. Sakit R, Daerah U. Rinitis Akut. Published online 2019.
4. Badan Litbangkes RI. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia
Tahun 2018. Minist Heal Repub Indones. 2018;(1). doi:10.1007/s13398-
014-0173-7.2
5. Munasir Z. Rinitis alergi pada anak. Buku Ajar Alergi Imunol Anak.
Published online 2018:173-178.
6. Kepala B, Leher DAN. Rinitis Non Alergi. Published online 2020.
7. Sibuea S, Suprihati S. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Rinosinusitis Pada Penderita Rinitis Alergi. J Kedokt Diponegoro.
2019;2(1):115137.