Anda di halaman 1dari 3

Keterlambatan Diagnosis Pada Benda Asing Esofagus: Laporan Kasus

Salem Yahyaoui, Imen Jahaouat, Ines Brini, Azza Sammoud

Abstrak

Pendahuluan: menelan benda asing, kasus yang sering dan serius pada anak-anak, dapat hadir dengan
bermacam- macam gejala. Jurnal ini menjelaskan dan mendiskusikan kasus benda asing esofagus,
dimana pasien datang dengan gejala klinis utama pada saluran nafas menyebabkan diagnosisnya
tertunda.

Kasus: Seorang anak berumur enam bulan datang dengan riwayat tiga bulan batuk yang keras, stridor,
dan kongesti paru. Anak tersebut telah berulangkali mendapat pengobatan steroid dan antibiotik.
Gejala-gejala pada anak tersebut memburuk secara progresif. Pada pemeriksaan, didapatkan resesi
suprasternal, krepitasi/rhonki yang menyebar, wheezing yang difuse dan stridor yang kontinu.
Rongent dada normal. Flexible bronchoscopy menunjukkan kompresi posterior external pada dinding
tengah dari trachea. CT scan normal. Pada x-ray dengan kontras memperlihatkan endoluminal filling
defect. Esophagoscopy memperlihatkan penyempitan 12cm dari arkus dental, dan massa kuning yang
mudah berdarah bila disentuh. Biopsi Esofagus telah dilakukan dan histologinya tidak meyakinkan.
Pembedahan eksplorasi telah direncanakan, tetapi bayi tersebut mengeluarkan cangkang kacang
pistachio dengan paksa setelah sesi chest physiotherapy.

Diskusi: menelan benda asing pada anak merupakan kasus yang umum. Sebagian besar benda asing
esofagus yang melewati traktus gastrointestinal tidak berbahaya, akan tetapi benda asing esofagus
dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan. Diagnosis dapat terlambat yang mengakibatkan
beberapa komplikasi terutama jika tertelan benda asing tersebut tidak disaksikan dan klinisi tidak
berpikir jika tertelan benda asing merupakan diagnosis banding dari tanda gangguan saluran nafas
kronik.

Kesimpulan: pada kasus ini, penting untuk diketahui, yang jarang dan paling sering dilupakan dari
gejala-gejala gangguan nafas pada benda asing esofagus untuk menghindari keterlambatan diagnosis
terutama pada kasus yang tidak disaksikan.

1.PENDAHULUAN

Kencenderungan anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan disekitarnya secara oral membuat


kasus benda asing menjadi sering ditemukan. Terutama pada anak dengan usia kurang dari sepuluh
tahun. Infeksi saluran nafas atas dan stridor akibat dari benda asing esofagus jarang terjadi. Diagnosis
dapat salah atau terlambat jika keluhan utama berupa gangguan pernafasan. Laporan ini mengunakan
kriteria SCARE.

2.PRESENTASI KASUS

Seorang anak laki-laki berumur 6 bulan dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan dispnea dan stridor.
Terdapat riwayat stridor, batuk yang keras, dan kongesti pulmoner selama 3 bulan. Tidak ada riwayat
tersedak atau tertelan benda asing yang disaksikan oleh orangtua dan tidak pernah mengalami
disfagia. Anak tersebut beberapa kali telah mendapat pengobatan dengan corticosteroid dan
antibiotik. Akan tetapi stridor dan batuk memburuk secara progresif. Selama 48 jam terakhir sebelum
masuk rumah sakit, anak tersebut mengalami serangan batuk dan sesak yang berulang tanpa riwayat
disfagia dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan, anak tersebut tampak eutrofik. Suhu badannya 38,50C
dan saturasi oksigennya 95% dengan udara ruangan. Pernafasannya 50 kali/menit dengan cekungan
suprasternal, krepitasi, Wheezing/mengi yang menyeluruh dan stridor yang berkepanjangan.
Pemeriksaan kardiovaskular normal. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil normal dan
protein C- reaktif 20mg/L. Foto Rontgen dada normal. Anak tersebut telah diberikan cefotaxime
100mg/kg/hari, nebulasi dengan adrenalin, pemberian oksigen dan fisioterapi dada. Perbaikannya
lambat dan tidak menyeluruh. Pada bronkoskopi fleksibel terlihat penyempitan trakea 30%,
disebabkan oleh adanya kompresi eksternal. CT scan cervical dan thorax untuk melihat malformasi
bronkopulmonal atau limpadenopati normal. Diduga terdapat kelainan pada arkus aorta dan pada
foto rontgen dada dengan kontras ditemukan adanya endoluminal felling defect (gambar 1). Pada
esofagoskopi ditemukan adanya penyempitan esofagus 12 cm dari arcus dental, dan pada anterior
tumbuh massa berwarna kuning yang mudah berdarah bila disentuh (gambar 2). Tidak ada robekan
mukosa atau benda asing. Biopsi esofagus telah dilakukan namun hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Direncanakan untuk Bedah ekplorasi, tetapi anak tersebut memuntahkan kulit kacang pistachio
setelah sesi fisioterapi dada (gambar 3). Lebih dari 2 tahun setelahnya, kondisi anak tersebut baik dan
berat badannya naik dengan memuaskan.

3.DISKUSI

Laporan kasus ini menggambarkan suatu benda asing yang jarang terjadi pada esofagus. Fakta
menunjukkan sebagian besar benda asing esofagus dapat melewati saluran cerna secara spontan
tanpa disertai keluhan dan komplikasi. Pada kasus ini dimana terjadi impaksi , tanda-tanda klinisnya
sangat bervariasi. Pada anak-anak, keluhan yang ada berupa disfagia atau gangguan pernafasan.
Keterlambatan diagnosis dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak ada saksi atau tertelan
benda asing yang tidak menunjukkan gejala dan pada benda asing yang radiolusens. Pada kasus kami,
klinisi tidak memikirkan benda asing sebagai diagnosis banding dari tanda-tanda gangguan saluran
nafas kronik. Benda asing yang lama dapat menyebabkan pneumonia berulang atau yang lebih serius
mulai dari ulcer hingga fistula, mediatinitis, pneumothorax, abses, dan striktur.

Benda asing yang terjadi pada populasi anak mempunyai insiden puncak antara umur enam
bulan hingga sepuluh tahun. Hal ini disebabkan karena rasa ingin tahu yang besar dan interaksi tangan
dan mulut dengan insting alami untuk meletakkan benda di mulut. Kebanyakan benda asing yang
terimpaksi/tersangkut ditemukan dibawah otot cricofaringeal karena peristaltik yang lemah pada
regio ini. Selebihnya ditemukan pada penyempitan fisiologis esofagus setinggi arkus aorta, cabang kiri
bronkus dan sfingter bawah esofagus.

Gangguan pada pernafasan dapat disebabkan oleh penekanan pada membran trakea.
Periesofagitis, abses frank, cricoid perikondritis, sekresi yang berlebihan ke dalam trakea dan
tracheoesophageal fistula.

Kemungkinan besar mekanisme stridor adalah penekanan secara langsung pada dinding
belakang trakea oleh benda asing esofagus bagian atas seperti yang dijelaskan pada kasus kami. Efek
kompresif trakea pada anak-anak disebabkan oleh karena trakea secara alamiah masih lunak dan
diameternya lebih kecil dibandingkan orang dewasa.

Dejarat kerusakan tergantung dari impaksi benda asing tersebut, lamanya, kelainanan
esofagus/trakea yang sudah ada sebelumnya, tempat impaksi dan umur anak tersebut.

Penatalaksanaan benda asing pada esofagus adalah dengan endoskopi rigid/fleksibel jika
memungkinkan. Metode lain seperti mendorong ke dalam gaster telah dijelaskan sebelumnya. Jika
pengambilan dengan endoskopi tidak memungkinkan, ekstrasi dengan pembedahan harus segera
dilakukan. Ada beberapa kasus jarang yang dilaporkan menggunakan esofagotomi untuk
mengeluarkan benda asing pada esofagus, dan pendekatan ini dilakukan jika ada tanda-tanda
komplikasi yang mengancam jiwa atau harus dikeluarkan segera. Pada kasus ini, pasien secara spontan
memuntahkan kulit kacang pistachio. Pada kasus ini fisioterapi tidak disarankan maupun
direkomendasikan untuk tatalaksana tertelan benda asing. Pada kasus ini, fisioterapi dada dilakukan
untuk kongesti bronkial. Namun demikian, manuver yang dilakukan cukup agresif menyebabkan batuk
dan muntah yang tiba-tiba dimana terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal yang dapat
memfasilitasi keluarnya benda asing.

4.KESIMPULAN

Pada kasus ini tidak ada yang menyaksikan saat tertelan benda asing, gejala yang timbul mulai umur
3 bulan dan pada pemeriksaan endoskopi benda asing tersebut telah ditutupi oleh jaringan granulasi
yang menyebabkan kesulitan dalam penegakan diagnosis. Kesimpulannya, stridor yang persisten dan
obstruksi saluran nafas atas pada anak dengan kasus yang tidak jelas harus dicurigai adanya benda
asing esofagus.

DAFTAR PUSTAKA

[1] R.A. Agha, A.J. Fowler, A. Saeta, I. Barai, S. Rajmohan, D.P. Orgill, SCARE Group,The SCARE
statement: consensus-based surgical case report guidelines, Int. J.Surg. 34 (2016) 180–186.
[2] M.F. Lyons, A.M. Tsuchida, Foreign bodies of the gastrointestinal tract, Med.Clin. North Am. 77
(1993) 1101–1114.
[3] R.S. Miller, J.P. Willging, M.J. Rutter, K. Rookkapan, Chronic esophageal foreignbodies in pediatric
patients: a retrospective review, Int. J. Pediatr. Otorhinol.Laryngol. 68 (3) (2004) 265–272.
[4] M. Oyewole, O. Ajayi, A. Hilger, Oesophageal foreign body: an unusualpresentation, J. Laryngol.
Otol. 127 (12) (2013) 1242–1243.
[5] M. Muthucumaru, T. Clarnette, Oesophageal foreign body causing stridor inan infant: is a rare
forgotten cause, J. Pediatr. Surg. Case Reports 2 (6) (2014)284–286.
[6] J.E. Kerschner, D.J. Beste, S.F. Conley, et al., Mediastinitis associated withforeign body erosion of
the oesophagus in children, Int. J. Pediatr. Otorhinol.Laryngol. 59 (2001) 89–97.
[7] J.S. Reilly, D. Cook Stool, et al., Prevention and management of aerodigestiveforeign body injuries
in childhood, Pediatr. Clin. North Am. 43 (1996)1403–1411.
[8] W.A. Webb, Management of foreign bodies of the upper gastrointestinal tract:update,
Gastrointest. Endosc. 41 (1995) 39–51.
[9] E. Panieri, O.H. Bass, The management of ingested foreign bodies in children:a review of 663 cases,
Eur. J. Emerg. Med. 2 (1995) 83–87.
[10] S. Beer, G. Avidau, E. Viure, R. Starinsky, A foreign body in the oesophagus as acause of respiratory
distress, Pediatr. Radiol. 12 (1) (1982) 41–42.
[11] D. Virgilis, J.M. Weinberger, D. Fisher, S. Goldberg, et al., Vocal cord paralysissecondary to
impacted oesophageal foreign bodies in young children,Pediatrics 107 (2001) 101–103.
[12] W.S. Winship, P.D. Roux, B.T. Roux, Retention or radiolucent foreign bodies onoesophagus as a
cause of stridor, S. Afr. Med. J. 48 (1974) 831–833.
[13] E. Hiejima, H. Nakase, S. Uemoto, Esophageal foreign body causing stridor inan infant, Clin. J.
Gastroenterol. 5 (2012) 146–149.[14] A. Sapru, M. Bin Seif Ali Elbualy, P.M. Nayyar, Esophageal foreign
body causingrecurrent respiratory symptoms, Gastrointest. Endosc. 48 (2) (1998) 218–219.[15] S.O.
Ikenberry, T.L. Jue, M.A. Anderson, et al., Management of ingested foreignbodies and food impactions,
Gastrointest. Endosc. 73 (2011) 1085–1091.

Anda mungkin juga menyukai