Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma adalah cedera, baik fisik atau psikis trauma esofagus adalah benda
baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena
tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja mapun
tidak sengaja. Kacang-kacangan, biji-bijian atau benda kecil lainnya dapat terhirup
anak, dan paling sering terjadi pada anak umur < 4 tahun. Benda asing biasanya
tersangkut pada bronkus (paling sering pada paru kanan) dan dapat menyebabkan
kolaps atau konsolidasi pada bagian distal lokasi penyumbatan.
Gejala awal yang tersering adalah tersedak yang dapat diikuti dengan
interval bebas gejala dalam beberapa hari atau minggu kemudian sebelum anak
menunjukkan gejala wheezing menetap, batuk kronik atau pneumonia yang tidak
berespons terhadap terapi. Benda tajam kecil dapat tersangkut di laring dan
menyebabkan stridor atau wheezing. Pada kasus yang jarang, benda berukuran besar
dapat tersangkut pada laring dan menyebabkan kematian (Soepardi, 2010. Hal: 299).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada anak
dengan aspirasi benda asing
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian aspirasi benda asing
b. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah tanda dan gejalah dari aspirasi
benda asing
c. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi akibat aspirasi benda asing
d. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah cara pencegahan aspirasi benda
asing

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah
yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah
benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal
tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-
anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing
terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu
sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam
mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang
berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan
benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan,
sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan
saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam
kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.
B. Etiologi
1. Kelainan kogenital hidung atau jaringan
a. Atresia koana.
b. Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis.
c. Kista dukstus tiroglosus.
d. Kista brankiogen yang besar.
e. Laringokel yang besar
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi akut
5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis
6. Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar
7. Benda asing
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :

2
a. Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai
berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia,
hemoptisis, pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi
sianosis.Gangguan oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang
disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur
bentuknya.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka
dapat dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus
C. Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu
peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus
kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut
adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat
mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.
D. Manifestasi Klinik
Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran, bentuk
dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul
akibat benda asing tesebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala pemmulaan
benda asing esofagus adalah ras nyeri didaerah leher bila benda asing tersangkut
didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut diesofagus bagian distal timbul rasa
tidak enak didaerh substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi
tergantung, pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat bila telah terjadi edema
mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esofagus yang
persistem. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau
ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah.
Gejalah sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing,
lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul
nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah,
disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan
napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing

3
terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau
batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema
subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.
E. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal
anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila
radiolusen, dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau hiperint plamasi
hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda
asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat
dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
F. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis. perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala
dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain episema subkutis atau mediastinum.
Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher, kaku leher, demam,
mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan retrosternal,
epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila
lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus.
benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik
dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan
tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat korosit yang menyebabkan
peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.
G. Tindakan Keperawatan
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan
nafas tidak terhalang oleh benda asing:
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik
kain, bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
a. Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari tungkai.
b. Buka mulut korban lebar-lebar.

4
c. Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan.
d. Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa
karet menggunakan semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet
menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik
3. Abdomen Thrust
Prosedur abdomen thrust :
a. Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian
pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lenan anda pada
abdomen klien yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat atau
umbilicus.
3) Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea
rah dalam dan atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal trust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
5) Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan kebersihan tindakan
ini.
b. Jika pasien dalam keadaan supine atau unconscious:
1) Anda mengambil posisi berlutut atau mengangkangangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang menempel di
abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan di atas pusat atau
umbilicus.
3) Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea
rah dalam dan atas
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
5) Kaji jalan naps secara seng untuk memasitikan keberhasilan tindakan yang
dilakukan.
6) Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamaka mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau megil forcep.

5
4. Chest trust
Tahap prosedur chest thrust :
a. Jika posisi klien dudu atau berdiri
1) Anda berdiri di belakan klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area
midsternal di atas prosesus xipideus klien (sama seperti pada posisi saat
kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal. Jika perlu ulangi
chest trhrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
b. Jika posisi klien supine
1) Anda mengambil posisi berlutut atau mengakangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan posisikan
bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus
xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan naps secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
5) Jika mungkian, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringhoskpi dan jika tampak utamakan mengestraksi benda asing tersebtu
menggunakan Kelly atau megil forcep.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan yang lalu:
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan
pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan eliminasi.
a. Ventilasi
1) Bunyi napas
Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah
pernapasan.Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan
yang signifikan dan mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau
beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau
berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh
aspirasi benda asing
2) Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50
pernapsan/menit pada bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak
usia<3 tahun merupakan kondisi sensitive dan spesifik adanya infeksi
saluran pernapasan bawah.
3) Lajua aliran ekspirasi
Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan
menggunakan peak flowmeter.Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase
segera ke ruang tindakan.
4) Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu.Jika tingkat SpO2
91 % atau kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
5) Sputum
Jelaskan produksi sputum.Sputum merah muda yang berbusa merupakan
tanda edema alveoli paru kardiogenik.

7
6) Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi.
b. Perfusi
1) Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung.
2) Titik impuls maksimal
Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada
dinding anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di garis
midklavikula.
3) Distensi vena jugularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi
semifowler dengan kepala miring kanan atau kiri.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya
teofilin dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan
agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan
penurunan kesadaran.
4. Kondisi Pernafasan.
a. Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus , tidak tersendat-sendat , tidak
menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan baik.
b. Bila menjawab terputus-putus , tersendat-sendat , menggeh-menggeh ->
Fungsi pernafasan terganggu.
c. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa
nafas -> Pernafasan berhenti
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
5. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.

8
6. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
c. Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
d. Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT,
duduk pada sandaran TT.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap,dll.
f. Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi
jantung, memberikan air hangat.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.
2. Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
Intervensi:
a. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
b. Awasi tanda vital dan irama jantung
c. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA
dan toleransi klien
d. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
e. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
f. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan
Intrvensi :
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
c. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi

9
d. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati
e. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada
selang endotrakeal/ gudel dan adanya ronchi
f. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15
detikdan lakukan pemberian oksigen 100% sebelum melakukan suction
g. Observasi hasil pemeriksaan GDA
h. Anjurkan untuk minum air hangat
i. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)
j. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan
k. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan
vibrasi
l. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg
BB/24 jam).
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
Tujuan: pola nafas adekuat
Intervensi:
a. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
b. Awasi tanda vital dan irama jantung
c. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA
dan toleransi klien
d. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
e. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
f. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik.
5. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi:
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
c. Lakukan tindakan Manuver Heimlich
d. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
e. Awasi tanda vital dan irama jantung

10
6. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.
a. Intervensi untuk orang tua:
1) Berikan ketenangan pada orang tua
2) Memberikan rasa nyaman.
3) Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.
4) Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
5) Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
b. Intervensi untuk anak :
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
3) Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
4) Melibatkan anak dalam bermain.
5) Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur
tindakan.
6) Memberikan rasa nyaman
7) Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma adalah adalah cedera, baik fisik atau psikis trauma esofagus adalah
benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tesangkut dan tejepit di esophagus
karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Gejalah sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing,
lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul
nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah,
disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan
napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing
terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau
batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema
subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.
Pencegahan pada aspirasi benda asing dapat berupa pada saat makan sesuatu
tidak berbicara agar tidak tertelan.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan aspirasi
benda asing.
2. Bagi perawat untuk mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang benar, tepat serta
perlunya pertolongan cepat pada anak dengan aspirasi benda asing.
3. Bagi orangtua di harapkan untuk selalu mengawasi anak-anak pada saat bermain agar
tidak terjadinya aspirasi benda asing pada saluran nafas anak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soepardi. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Dan Leher.
Jakarta: balai penerbit FKUI.
Carpenito, Lyinda Jual.2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi Ke-10. Alih
Bahasa,Yasmin Asih. Jakarta: buku kedokteran EGC.
Suwendra P. 2012. Aspirasi Benda Asing Dalam Saluran Respiratori. Jakarta : ikatan dokter
anak indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai