- Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat lapang dada dari
kaki penderita, terringgal, umumnya mengambarkan adanya gangguan di daerah
dimana ada gerakan dada yang tertinggal. ( tertinggal = abnormal)
- Dada yang lebih tertarik ke dalam dapat karena paru mengkerut (atelectasis,
fibrosis) pleura mengkerut (schwarte) sedangkan dada mencembung karena paru
mengembung (emifisema pulmo) pleura berisi cairan (efusi pleura)
b. Palpasi
- Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan pada dinding dada
(tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di tempat tertentu, limfonodi, posisi
trakea serta pergeserannya, faktur iga, ruang iga) serta gerakan, excursion dinding
dada
- Lingkar pita ukuran (ukur sampai 0.5cm ketelitian) sekitar dada dan nilai lingkar
ekprirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang menggambarkan elastisitas paru dan
dada
- Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di daerah yang simetris,
kemudian dinilai. Pada waktu pasien bernapas dalam : * (tangan diletakkan dibagian
depan dada) maka amati gerakan dada simetris. * (tangan di letakkan didada
samping) gerakan tangan kita naik turun secara simetris apa tidak. * (tangan di
letakan di dada bawah) gerakan tangan ke lateral di bagian bawah atau tidak.
Gerakan dinding dada maksimal terjadi di bagian depan dan bawah.
- Pada waktu melakukan palpasi kita gunakan juga untuk Memeriksa fremitus taktil.
Dinilai dengan hantaran suara yang dijalarkan ke permukaan dada dan kita raba
dengan tangan kita
- Pasien diminta dengan mengucapkan dengan suara dalam, misalnya mengucapkan
sembilan (9 9 9) atau enam (6 6 6) dan rasakan getarannya yang dijalarkan di kedua
tangan.
- Apabila jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang udaranya atau padat,
suarayang dijalarkan ke dinding dada lewat cabang bronkus yang terbuka ini
melemah.
c. Perkusi
- Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan menentukan
kualitas Jaringan paru-paru.
- Perkusi didapat dengan cara: direk : langsung mengetuk dada atau iga - cara klasik
Auenbrugger) atau indirek : ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai
plessimeter oleh jari kanan.
- Dibagian depan mulai di fossa supraclay. Terus kebawah, demikian juga pada bagian
belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah.
- Perkusi dapat menentukan Batas paru hati, peranjakan, batas jantung relatif dan
batas jantung absolut.
- Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di punggung sampai
terdengar dari S onor ke redup, kemudian pasien diminta insfirasi dalam-tahan
napas-perkusi lagi sampai redup.
- Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada dibawahnya,
seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior, medius dan inferior dan
lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan inferior.
d. Auskultasi
- Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknyayang dapat masuk antara 2 iga
(dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan seperti pada perkusi. Minimal harus
didengar satu siklus pernapasan (inspirasi - ekspirasi). Bandingkan kiri - kanan pada
tempat simetris.
- Umumnya pase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari ekpirasi. Penjelasan serta
perpanjangan fase ekspirasi mempunyai arti penting. Kita mulai dengan melukiskan
suara dasar dahulu kemudian melukiskan suara tambahannya. Kombinasi ini,
bersama dengan palpasi dan perkusi memberikan diagnosis serta diferensial
diagnosis penyakit paru. Suara dasar: Vesikuler : suara paru norma
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1
A ALAT
1. Setoskop 1
2. Bolpoin dan kertas 1
3. Jam tangan 1
B Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data 1
2. Mencuci tangan 1
3. Menempatkan alat di dekat pasien 1
C Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik 1
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien 1
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 1
D Tahap Kerja
Inspeksi
1. Lihat bentuk dada anterior dan posterior 3
2. Kaji kondisi kulit 3
3. Kaji pernafasan (frekuensi, irama, jenis, da nada tidaknya 4
retraksi dada)
Palpasi
4. Kaji adanya nyeri tekan, masa dan keadaan abnormal lain 3
5. Palpasi dan bandingkan gerakan dinding dada sewaktu
bernafas 3
6. Kaji fremitus
Perkusi 3
7. Lakukan perkusi, bandingkan bunyi perkusi paru kanan -
kiri anterior secara berurutan 4
8. Tentukan batas paru – hepar (perkusi dilakukan di
sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru-hepar 3
ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke
pekak)
9. Tentukan batas paru – lambung (perkusi dilakukan di
sepanjang garis axilla anterior sinistradi Intercostae VII 3
atau intercostae VIII. Batas paru - lambung ditentuka n
setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke timpani)
Auskultasi
10. Dengarkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronkial
pada pasien, bandingkan antara paru kanan dan kiri
(Duration, pitch, dan intensity) 4
11. Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat
3
E Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan 1
2. Berpamitan dengan klien 1
3. Membereskan alat-alat 1
4. Mencuci tangan 1
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1
Total 50
3. Pemeriksaan fisik jantung
KEGUNAAN 1. Inspeksi untuk melihat adanya ictus cordis yang nampak atau tidak
PEMERIKSAAN 2. Palpasi untuk meraba denyutan ictus cordis
3. Perkusi untuk menentukan batas-batas jantung
4. Auskultasi untuk memeriksa bunyi jantung, berbisik jantung,
memperhatikan pericard
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Stetoskop
2. Sarung Tangan
3. Masker
4. Hand Rub
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy (Menutup tirai/pintu)
2. Perawat mencuci tangan
3. Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur
4. Perawat menempatkan pasien pada posisi yang nyaman
(Supinasi/terlentang)
5. Perawat melakukan 4 tahap pemeriksaan fisik jantung
a) Melakukan Inspeksi
Mengamati warna dada pasien dari area anterior &
posterior
Mengamati bentuk dada pasien simetris/tidak
(Normal/Abnormal)
Mengamati diameter pasien area anterior & posterior
(2:1)
Mengamati dinding dada pasien kanan dan kiri
Mengamati otot bantu pernafasan, yaitu :
Intrakosta
Supra Vesikuler
Mengamati pola pernafasan irama (keteraturan/tidak),
kedalaman (nafas normal/dangkal), dan Frekuensi nafas (
Menghitung 1 menit dengan hitungan naik turun dada
dihitung 1 kali.
b) Melakukan Palpasi
Daerah aorta : ICS II kanan sternal
Daerah pulmonal : ICS II kiri sternal
Erb's point ICS III kiri sternal
Daerah trikuspidalis : ICS V bawah sternal
Daerah mitral : ICS V kiri MCL
c) Melakukan Perkusi
Batas Jantung kanan atas = ICS 2 Dekstra
Batas Jantung bagian bawah = ICS 4 Dekstra
Batasan Jantung kiri atas = ICS 2 Sinistra
Batasan Jantung sebelah kiri bawah = ICS 5 Sinistra
d) Melakukan Auskultasi
Pada daerah aorta, pulmonal, erb's point, trikuspidalis,
mitral
Bunyi jantung I (S1: LUB)
Bunyi jantung II (S2 : DUB)
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
4. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada (FD) meliputi postural drainage, perkusi dan vibrasi dada,
dan latihan napas dalam dan batuk efektif.
a. Persiapan alat
- Stetoskop
- Bantal untuk pengaturan posisi
- Meja postural drainage atau miring (jika ada) atau tempat tidur
pasien yang bisa diatur.
- Sarung tangan bersih
- Bengkok
- Tisu wajah (Facial tissues)
- Peralatan suction
- Peralatan perawatan mulut
- Kantong sampah
- Desinfektan grade rumah sakit
- Pilihan: wadah spesimen steril, gaun, masker, alat pelindung mata,
dan suplemen oksigen
b. Peosedur
1. Lakukan hand higin.
2. Konfirmasi identitas pasien menggunakan minimal dua identifier pasien menurut
kebijakan setempat.
3. Jelaskan prosedur kepada pasien.
4. Ciptakan privacy.
5. Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri, jika perlu.
6. Lakukan auskultasi paru pasien. Rasional: untuk menentukan status pernapasan dasar.
7. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif menggunakan teknik yang sesuai dengan usia
pasien, kondisi, dan kemampuan memahami. Jika diperlukan, berikan obat pereda nyeri
sebelum prosedur mengikuti praktik pemberian obat yang aman, sesuai order.
8. Atur posisi pasien sesuai order. Dalam penyakit yang umum, drainase umumnya
dimulai denga lobus bawah, dilanjutkan dengan lobus tengah, dan diakhiri dengan lobus
atas. Pada penyakit terlokalisir, drainase dimulai dengan lobus yang terkena dan
kemudian dilanjutkan ke lobus yang lain. Rasional: untuk menghindari penyebaran
penyakit ke area yang tidak terkena. (Lihat Pengaturan posisi pasien untuk
postural drainage.)
9. Instruksikan pasien untuk tetap dalam posisinya selama 3 – 15 menit. Selama waktu
ini, lakukan perkusi dan vibrasi sesuai order. (Lihat Cara melakukan perkusi dan vibrasi.)
10. Setelah postural drainage, perkusi, atau vibrasi, instruksikan pasien
untuk melakukan napas dalam dan batuk. Rasional: untuk mengeluarkan sekret yang
terlepas. Pertama, Minta kepada pasien untuk menghirup udara dalam melalui hidung
dan kemudian menghembuskan dalam 3 kali hentakan pendek. Kemudian minta pasien
untuk bernapas dalam lagi dan membatukkan melalui mulut yang terbuka sedikit. Tiga
kali batuk berurutan memiliki efektivitas yang tinggi. Batuk yang efektif terdengar dalam,
rendah, dan bersaluran; sedangkan yang tidak efektif bila pitch nya tinggi.
11. Minta pasien melakukan latihan batuk selama 1 menit dan kemudian beristirahat 2
menit. Lanjutkan secara bertahap latihan sampai 10 menit frekuensi 4 kali sehari.
Diusahakan jadwal latihan terakhir beberapa saat sebelum tidur. Rasional: membantu
memaksimalkan oksigenasi pasien ketika ia sedang tidur.
12. Jika batuk pasien tidak efektif, lakukan suction.
13. Monitor respon pasien terhadap tindakan. Waspada terhadap perubahan warna
yang signifikan, terutama jika pasien menjadi agak kehitaman, dimana mengindikasikan
oksigenasi yang buruk.
14. Buang sekret ke saluran air.
15. Kaji ulang dan berespon terhadap nyeri pasien, sesuai keperluan.
16. Berikan oral hygiene karena sekret berasa busuk atau berbau basi.
17. Lakukan auskultasi paru pasien. Rasional: untuk mengevaluasi efektivitas terapi.
18. Lepas dan buang alat pelindung diri dan lakukan hand higin.
19. Desinfeksi stetoskop menggunakan desinfektan menurut kebijakan setempat.
20. Lakukan hand higin.
21. Dokumentasikan prosedur