2019/2020 Pengkajian Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan klien meliputi: 1. Anamnesa Anamnesa merupakan tekhnik memperoleh suatu informasi atau data tentang kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat dengan petugas kesehatan dengan pasien atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien. Dalam anamnesa, informasi yang perlu didapatkan adalah: a. Biodata pasien Biodata pasien yang perlu dikaji dalam anamnesa meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku bangsa. b. Keluhan Utama Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta gejalanya. Termasuk dalam keluhan utama pada gangguan sistem pernafasan yaitu batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pasien yang mendorong pasien untuk datang menemui layanan kesehatan. c. Riwayat penyakit saat ini Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernafasan seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan sehingga klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 komponen, antara lain: kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan utama, keluhan penyerta dan usaha berobat. d. Riwayat penyakit dahulu Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya. e. Riwayat penyakit keluarga Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan meupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah dari generasi terdahulu. f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol, atau obat tertentu. 2. Pengkajian fisik (Head to toe) a. Inspeksi Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut (Irman Somantri, 2007): 1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk. 2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya. 3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah 4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, scoliosis, dan lordosis) 5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada. 6) Observasi tipe pernafasan seperti: pernafasan hidung, diafragma serta pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan. 7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan ekspirasi. Normalnya adalah 1:2. 8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan lateral. Rationya berkisar 1: 2 sampai 5: 7, tergantung kondisi cairan tubuh pasien. 9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi Barrel chest, Funnel Chest, Pigeon Chest, Kyposkoliosis. 10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. 11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas. b. Palpasi Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan abdomen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien dengan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan vena jugularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium kanan. Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea tetap di tengah ataukah bergeser ke samping, apakah ada penonjolan nodus limfe. Pemeriksaan palpasi dada akan memberikan informasi tentang penonjolan di dinding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris, derajat ekspansi dada, dan untuk menentukan taktil vocal fremitus. Pemeriksaan gerak dada dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan secara simetris pada punggung. Kedua ibu jari diletakkan di samping linea vertebralis, lalu pasien diminta inspirasi dalam. Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu jari kanan dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009) c. Perkusi Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmonary, organ yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal. (Muttaqin Arif, ____) 1) Suara Normal Resonan (Sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umumnya bergaung dan bernada rendah. Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical 2) Suara Abnormal Hiperresonan : bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan. d. Auskultasi Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mendengarkan suara napas normal dan suara napas tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. 1) Suara normal Bronkial : suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya lembut. Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara keduanya. Bronkovesikular : gabungan suara napas bronkial dan vesicular. Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnnya sedang. Inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya. Vesikular : terdengar lembut, halus, dan seperti angina sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekaspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan. 2) Suara abnormal Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musical, suara terus menerus. Ronchi : Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya terdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan produksi sputum. Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat bernafas. Crackles dibagi menjadi dua yaitu Crackles halus dan kasar.