Anda di halaman 1dari 4

KEPERAWATAN KRITIS

RESUME PEMANTAUAN CVP


Dosen Pengampu: Angga Sugiarto, S,ST., M.Kes.

Disusun Oleh:
Anti Dwi Andhini
P1337420520071
Setyaki 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI D3 KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2022
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya
berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena
sentralis (KVS). Pengukuran CVP (Central Venous Pressure) atau tekanan vena sentral
secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung
menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole.
Tujuan pemasangan CVP yaitu sebagai pemandu pemberian cairan pada pasien sakit serius
dan sebagai pengukur volume efektif darah yang beredar.

Pada umumnya pemantauan dilakukan melalui vena sublavia. Keuntungan


pemasangan di daerah vena subvalia yaitu Mudah dilaksanakan (diameter 1,5cm – 2,5 cm),
Fiksasi mudah, dan Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1
minggu.

A. Indikasi Pemasangan CVP


1) Pengukuran tekanan vena sentral (CVP)
2) Pasien yang mendapatkan obat vasoaktif per drip (tetesan) dan obat inotropik,
3) Trauma mayor
4) Edema paru
5) Gagal jantung kanan
6) Pasca operasi jantung
7) Pengambilan darah yang sering
8) Pemberian cairan IV super cepat
9) Pengukuran oksigenasi vena sentral
10) Pemberian nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi
11) Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat iv lainnya telah lemah
B. Kontraindikasi Pemasangan CVP
1) Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
2) Bekuan darah karena tertekuknya kateter
3) Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas
4) Tromboplebitis
5) Microshock
6) Disritmia jantung
C. Fisiologis
1) Menggambarakan preload dari jantung kanan
2) Merefleksikan tekanan di atrium kanan
3) Venous return
D. Interpretasi Gelombang CVP
Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan tekanan rendah
yang dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar 0 sampai 10 mmHg, dan LAP kira
kira 3 sampai 15mmHg. Tekanan jantung kiri biasanya melampaui tekanan jantung
kanan karena terdapat perbedaan resistensi antara sirkulasi sistemik dengan sirkulasi
paru. Pengukuran secara langsung tekanan atrium kiri biasanya hanya dilakukan di icu
setelah operasi jantung.
Pada gelombang CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v) yang
berkaitan dengan tiga peristiwa dalam siklus mekanis yang meningkatkan tekanan
atrium dan dua gelombang (x dan y) yang dihubungkan dengan berbagai fase berbeda
dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran EKG normal
1. Gelombang a : diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium pada saat
kontraksi atrium kanan. Dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG
2. Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke dalam
atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik. Dikorelasikan dengan
akhir gelombang QRS segmen pada EKG
3. Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke bawah
ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya gelombang T
pada EKG 
4. Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama injeksi
ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap tertutup)
digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG 
5. Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve saat
diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi sebelum
gelombang P pada EKG
E. Komplikasi
1) Bakteriemi
2) Pneumotoraks
3) Sepsis
4) Disritmia
5) Tamponade perikard
6) Emboli udara
7) Perdarahan
8) Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah insersi
kateter. Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau rongga pleura
9) Aritmia ventrikel atau supraventrikel
10) Infeksi lokal atau sistemik.
11) Overload cairan

Anda mungkin juga menyukai