Anda di halaman 1dari 16

“Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Post PCI


Dengan Stemi Anterior
Di RSUD Raden
Mattaher”
ANGGOTA KELOMPOK
1. Aquardo Leovalentino
2. Annisa Mappario
3. Diah Ayu Anjani
4. Dwi Kartika Maharani
5. Joapridiansah
6. Lastri Maranatha Samosir
7. Medina Yasmin
8. Nur Fadilla Bahri
9. Pooja Putri
10. Porizona
11. Putrision Simamora
12. Regina S. Turnip
13. Reza Nurmala Sari
14. Rizki Devita Roshella
15. Septiany Permatasari
16. Siti Karina
17. Tania Githa Uli
18. Tialawati Sirait
19. Vina Febriyola
Latar Belakang
Menurut WHO, infark miokard diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG,
dan enzim jantung. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan elevasi
gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang ST (NSTEMI).
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah suatu bentuk penanganan invasive yang
diberikan pada pasien yang mengalami penyakit jantung. Percutaneous Coronary Intervention
(PCI) adalah prosedur intervensi non bedah dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon atau stent
Konsep STEMI
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan Gejala utama dari STEMI adalah:
gangguan aliran darah ke jantung yang a. Sesak napas
menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran b. mual dan muntah
darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi c. Pingsan.
sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil d. Rasa cemas, gelisah dan kadang marah
aliran kolateral dari pembuluh darah di Respon psikologis sebagai akibat serangan
sekitarnya. jantung yang menyiksa dan ketakutan akan
mati serta pengalaman syok dan nyeri
Infark miokard akut dengan elevasi ST sebelumnya. Nyeri terjadi di daerah yang
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner sama dengan angina (bagian dada,
menurun secara mendadak akibat oklusi tenggorokan, lengan, epigastrium, atau
trombus pada plak aterosklerotik yang sudah punggung) tetapi lebih parah dan
ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi berlangsung lebih lama sering digambarkan
secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana sebagai sesak, berat atau penyempitan di
injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti dada.
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid
Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain
• Lead V3-V4 disebut infark anterior.
• Lead lead II, III, aVF perubahan EKG ST Elevasi disebut infark inferior
• Lead VI – V4 Infark posterior dijumpai adanya ST segmen depresi
• Infark miokardial lateral terjadi bila dijumpai adanya perubahan ST elevasi
pada EKG di lead I, aVL, V5, V6
• Ventrikel kanan : V3R-V4R
• Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
KONSEP PCI
(PERCUTANEOUS
CORONARY
INTERVENTION )
Tujuan dilakukan tindakan PCI adalah untuk
digunakan membebaskan pembuluh darah yang
Percutaneous Coronary mengalami penyempitan atau sumbatan trombus.
Intervention (PCI) adalah suatu Prosedur ini juga dapat mengembalikan aliran darah
bentuk penanganan invasive yang ke jantung setelah terjadi serangan jantung. Pada
diberikan pada pasien yang beberapa sirkumtasi, prosedur ini dapat menurunkan
mengalami penyakit jantung. risiko terjadi serangan jantung pada masa yang akan
Percutaneous Coronary datang (Oxford University Hospital, 2016).
Intervention (PCI) adalah prosedur Prosedur ini juga dapat digunakan pada klien dengan
intervensi non bedah dengan infark miokard akut untuk membantu reperfusi
menggunakan kateter untuk miokardium, trombolisis (pembubaran gumpalan
melebarkan atau membuka darah oleh enzim seperti streptokinase), atau jika
pembuluh darah koroner yang trombolisis telah gagal.
menyempit dengan balon atau stent
 
Percutaneous Coronary Intervention dibagi menurut onset menjadi (Harselia S, 2018) :
1) Primary Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang dilakukan pada Akut Coroner
Infark dengan Onset gejala kurang dari 12 Jam, Keterlambatan door to needle atau door to balloon
tiap 30 menit akan meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%. Sehingga segala usaha harus
dilakukan untuk mempercepat reperfusi.
2) Early Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang dilakukan pada Akut Coroner Infark
dengan Onset gejala lebih dari 12 Jam
3) Rescue Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang dilakukan pada Akut Coroner
Infark dengan Onset gejala kurang dari 12 Jam setelah mengalami kegagalan terapi Fibrinolitik
4) Percutaneous Coronary Intervention Elektif adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan mengurangi gejala dari penyakit arteri koroner pada penderita yang sudah
stabil atau tidak muncul gejala.
Indikasi Pemasangan PCI antara lain
a. Memiliki gejala penyakit arteri koroner
meskipun telah mendapat terapi medis yang
adekuat
b. Penentuan prognosis pada pasien dengan
Kontraindikasi tindakan PCI antara lain
penyakit arteri coroner
gagal jantung yang tidak terkontrol,
c. Nyeri dada stabil dengan perubahan iskemik
klien pasca serangan stroke kurang dari
bermakna pada tes latihan
1 bulan, infeksi berat disertai demam.
d. Pasien dengan nyeri dada tanpa etiologi yang
Gangguan keseimbangan elektrolit,
jelas
perdarahan lambung akut yang disertai
e. Sindrom koroner tidak stabil (terutama dengan
dengan anemia, wanita hamil, gagal
peningkatan Troponin T atau I).
ginjal, riwayat perdarahan tidak
f. Pasca infark miokard nongelombang Q
terkontrol, dan intoksikasi digitalis
g. Pasca infark miokard gelombang Q pada pasien
risiko tinggi (ditentukan dengan tes latihan atau
pemindaian perfusi miokard).
PROSEDUR PCI
Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PTCA juga hanya menggunakan
pembiusan/anastesi lokal di kulit. Akses pembuluh darah bisa di pergelangan tangan
ataupun di pangkal paha. Setelah dipasang selongsong (sheath) di pembuluh darah
kaki atau tangan, maka kateter akan dimasukan sampai pada pembuluh darah koroner
jantung. Kateter yang digunakan mempunyai diameter lumen yang lebih besar
dibandingkan dengan kateter yang digunakan untuk kateterisasi jantung. Untuk
masuk ke pembuluh darah koroner yang menyempit, harus dipandu dengan
menggunakan guide wire dengan ukuran sangat kecil, yaitu 0,014 inchi. Setelah
guide wire ini melewati daerah penyempitan, baru dilakukan pengembangan (inflasi)
balon pada daerah yang menyempit. Setelah pembuluh darah terbuka, biasanya akan
dilanjutkan dengan pemasangan stet (gorong-gorong) dengan tujuan untuk
mempertahankan pembuluh darah tersebut tetap terbuka.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai