Anda di halaman 1dari 36

PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN (ANTROPOMETRI)

Pengertian :
Pemeriksaan pertumbuhan pada anak dapat dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, berat
badan serta lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lingkar fengan atas. Pengukuran ini juqa
bisa disebut dengan antropometrik

Persiapan Alat
1. Alat ukur panjang badan
2. Timbangan Berat Badan
3. Midline/meteran
4. Pantombayi
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan Lingkungan/ setting tempat untuk interaksiseperti di posyandu
2. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi
SOP
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan antropometri bayi dan anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Timbang berat badan dengan benar
8. Ukur tinggi badan/panjang badan dengan tepat
9. Ukur lingkar kepala dengan tepat
10. Ukur lingkar dada dengan tepat
11. Ukur lingkar perut dengan tepat
12. Ukur lingkar lengan atas dengan tepat
13. Catat setiap setelah melakukan satu pengukuran
Tahap terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi perasaan klien
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Bereskan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG DAN PARU

Pemeriksaan Jantung
Tujuan :
1. Untuk mengetahui ketidaknormalan denyut jantung
2. Untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
3. Untuk mengetahui bunyi jantung normal atau abnormal
4. Untuk mendetaksi gangguan kardiovaskuler
Persiapam alat :
1. Stetoskop
2. Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi dan palpasi jantung
1. Mengatur posisi klien supinasi dan pemeriksa berasa disebelah kanan klien
2. Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan mempalpasi sudut louis atau sudut sternal yang teraba
seperti suatu tonjolan datar memanjang pada sternum kurang lebih 5cm dibawah takik sternal
3. Gerakkan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untk meraba iga kedua yang
berdekatan
4. Palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk menentukan area aorta dan spasium interkostalis ke-
2 kiri adalah letak area pulmonal
5. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui adanya pulsasi atau
tidak
6. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventrikuler. Amati
adanya pulsasi
7. Dari area trikuspidalis, pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikularis kiri dimana
akan ditemukan area apikal atau PMI ( Point of Maximal Impuls)
8. Inspeksi dan palpasi area apikal tersebut terhadap pulsasi
9. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrik tepat dibawah
ujung sternum
Perkusi jantung
1. Membuka area dan memberitahu klien
2. Melakukan perkusi dari lateral kiri kemedial untuk mengetahui batas kiri jantung
3. Melakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan jantung
4. Melakukan perkusi dari atas ke bawah untuk menentukan batas jantung
5. Suara redup menunjukkan jantung dibawah area yang diperkusi
Auskultasi jantung
1. Menganjurkan klien bernafas normal dan kemudian tahan nafas saat ekspirasi
2. Dengarkan suara jantung 1/S2 sambil palpasi nadi karotis, perhatikan adanya splitting S1 (Bunyi
S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan)
3. Pada awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tembahan atau
murmur S1
4. Pada periode diastole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tembahan atau
murmur
5. Anjurkan klien bernafas normal, dengarkan S2 secara seksama untuk mengetahui apakah ada S2
saat inspirasi
6. Untuk memeriksa frekuensi jantung :
Setelah kedua bunti terdengar jelas seperti “dup lup”, hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai
satu denyut jantung. Hitung banyaknya denyut selama satu menit.
Pemeriksaan Paru dan Dada
Tujuan :
1. Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit pada dinding dada
2. Untuk mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan
3. Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, taktil vremitus
4. Untuk mengetahui keadaan paru, rongga pleuran
5. Untuk mengetahui batas paru-paru dengan orang lain disekitarnya
6. Untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakheobronkheal
7. Untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara
Persiapan alat ;
1. Stetoskop
2. Penggaris sentimeter
3. Pensil penanda
Prosedur Pelaksanaan :
Inspeksi dada
1. Membuka baju pasien dan perlihatkan badan pasien sepanjang pinggang
2. Mengatur posisi pasien, bisa duduk bisa berdiri
3. Memberikan penjelasan pada klien tentang apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan anjurkan
klien untuk tetap santai dan rileks
4. Melakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu :
a. Depan : perhatikan klavikula, sternum dan tulang rusuk
b. Belakang : perhatikan bentuk tulang belakang, simetrisakpula
c. Sisi kanan
d. Sisi kiri klien
5. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada dan tentukan
frekuensi respirasi
6. Mengamati keadaan kulit dada, adanya retraksi interkostalis selama bernafas, jaringan parut atau
kelainan-kelainan yang lain
Palpasi ekspansi dada :
1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding dada klien
2. Menganjurkan klien untuk menarik nafas
3. Merasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
4. Pemeriksa berdiri dibelakang klien, letakkan tangan pemeriksa pada sisi dada lateral pasien,
perhatikan getaran kesamping sewaktu pasien bernafas
5. Meletakkan kedua tangan pemeriksa dipunggung klien : ibu jari diletakkan sepanjang penonjolan
spina setinggi iga ke-10, dengan telapak tangan menyentuh permukaan posterior, jari-jari harus
terletak kurang lebih 5cm terpisah dengan titik ibu jari pada spina dan jari lain ke lateral
6. Setelah ekshalasi minta klien untuk bernafas dalam, observasi gerakan ibu jari pemeriksa
7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada
Palpasi untuk taktil femitus :
1. Meletakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apek paru
2. Menginstrusikan klien untuk mengucapkan bilangan “sembilan-sembilan”
3. Mengulangi langkah tersebut dengan tangan bergerak ke bagian dasar paru
4. Membandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan diantara apek dasar paru
5. Melakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior
6. Bila fremitus redup minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada lebih rendah
Perkusi dada :
1. Mengatur posisi klien supinasi/terlentang
2. Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawah pada spatium
interkostalis pada interval 4-5 mengikuti pola sistematik
3. Membandingkan sisi kanan dan kiri
4. Menganjurkan posisi klien duduk atau berdiri
5. Untuk perkusi paru posterior, perkusi mulai dari puncak paru kebawah
6. Bandingkan sisi kanan dan kiri
7. Untuk mendeterminasi gerakan diafragma, suruh klien untuk menarik nafas panjang dan
menahannya
8. Perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah dimana resonan berubah menjadi
redup
9. Beri tanda dengan pensil/spidol pada tempat dimana bunyi redup didapatkan
10. Menginstruksikan klien untuk menghembuskan nafas secara maksimal dan menahannya
11. Melakukan perkusi dari bunyi redup/ tanda I keatas. Biasanya bunyi redup ke-2 ditembukan diatas
tanda I. berikan tanda pada kulit yang ditemukan bunyi redup
12. Mengukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antar kedua tanda ini normalnya 3-5
cm, pada prie 5-6 cm
Auskultasi paru :
1. Gunakan diafragma stetoskop untuk orang dewasa dan bel untuk anak-anak
2. Meletakkan stetoskop dengan kuat pada kulit diatas area interkostal
3. Menginstruksikan klien bernafas secara perlahan dan dalam dengan mulut sedikit tertutup
4. Mulailah auskultasi dengan urutan yang benar
5. Dengan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat
6. Catat hasil auskultasi

FISIOTERAPI DADA

Pengertian :
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas. Fisioterapi dada terdiri atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah
tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang dibentuk
menyerupai mangkuk secara bergantian. Tindakan ini bertujuan untuk melepasakan sumbatan secret
pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi adalah serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua
tangan yang' diletakan mendatar di atas dada klien. Tujuannya untuk meningkatkan tuberlensi udara
yang dihembuskan sehingga secret terlepas dari dinding bronkus.
Tujuan fisioterapi dada adalah :
1. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
2. Membersihkan jalan nafas
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas tisu
3. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
4. Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja fisioterapi dada antara lain sebagai berikut :
1. Postural drainage
Merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai POSISI untuk mengalirkan
sekret di saluran pernafasan.Tindakan postural drainase diikuti dengan tindakan clapping
(penepukan) dan vibrating (vibrasi/getaran). Posisi yang sering digunakan untuk posisi ini adalah
posisi yang mengeluarkan secret darisegmen bawah paru.
Perlengkapan:
a. Bantal untuk mengatur posisi pasien
b. Tempat spuntum,tissue, obat kumur
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai maksud dan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur posisi pasiensesuaidengansegmen paru yang terisi secret
4. Untuk rnenqeluarkan secret dari segmen apeks paru,tempatkan pasien pada posisi semi-fowler
dengan kemiringan 30 derajat.lakukan vibrasi dan perkusi pada area bahu.
5. Untuk mengeluarkan secret dari segmen posterior,pasisikan pasien duduk dengan kepala agak
menunduk kemudian lakukan vibrasi dan perkusi pada area bahu.
6. Untuk- mengeluarkan secret dari segmen anterior lobus atas,tempatkan klien pada posisi
terlentang.letakan bantal dibawah bokong klien dengna posisi kaki klien fleksi.
7. Untuk mengeluarkam secret dari posisi lateral dan medial paru,posisikan pasien terlentang
dengan kaki tempat tidur dimiringkan 15 derajat. Pada lakl-lakl lakukan perkusi dan vibrasi
pada area dada kanan.pada perempuan tempatkan pangkal tangan di axial dengan jari-jari
dibawah mamae.
8. Posisikan pasien miring dan tinggikan bagian kaki tempat tidur 30°- 40o·lakukan vibrasi dan
perkusi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
9. melakukanpostural drainage ± 10-15 menit .
10. Observasi tanda vital selama prosedur
11. Lakukanhingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi pada pasien
13. Cuci tangan
Untuk posisi ini, pasien berbaring tengkurap di tempat tidur datar atau meja. Dua bantal harus
ditempatkan di bawah pinggul. Pengasuh Perkusi dan bergetar atas bagian bawah tulang
belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, menghindari perkusi langsung atau
getaran selama tulang belakangitu sendiri.
2. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan
pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasienmengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur posisi pasiensesuaidengan kodisinya
d. Lakukanclappingdengancara keduatangan perawat menepukpunggung pasiensecara bergantian
hingga ada rangsangan batuk
e. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot
sputum
f. Lakukan hingga lendir bersih
g. Catat respon yang terjadi pada pasien
h. Cuci tangan
3. Vibrating(menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas, menggetarkan
daerah dinding dada
1. Cucii tangan
2. Jelaskan pada pasienmengenaiproseduryang akan dilaksanakan
3. Atur posisi pasiensesuaidengan kondisinya
4. Lakukan vibrating dengan ·menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta
pasien untuk mengularkan napas perlahan-Iahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas
bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan- lahan. Hal tersebut
dilakukan seearaberkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot
sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi pada pasien
8. Cuci tangan

KASUS: Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan asma. Saat ini pasien mengeluh batuk,
sesak dan susah mengeluarkan dahak. Pasien baru saja diberikan terapi inhalasi.
Tugas : Lakukan tindakan fisioterapi dada pada anak tersebut

Persiapan Alat
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas tisu
3. Tempat duduk/kurSI
4. Satu bantal/handuk (untuk postural drainage)
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkanlingkungan/ setting tempat untuk interaksiseperti di ruang perawatananak di rumah
sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi

SOP Fisioterapi dada


Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan fisioterapi dada
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
1. Berikan salam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Jaga privasi
Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas pangkuan dan letakkan handuk atau bantal di
bawah punggung anak
3. Minta anak untuk menarik nafas atau ajarkan untuk meniup botol khusu/balon yang dapat
membantu anak menarik nafas dalam dan dapat menyebabkan batuk jika anak sudah mengerti
perintah.
4. Posisikan tangan seperti mangkuk untuk perkusi dan lakukantepukan kurang lebih selama satu
menit
5. Minta anak menarik nafas dalam dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan.udara, ulangi sampai
pernafasan 3 kali,jika anak sudahmengerti perintah
6. Minta anak untuk batuk, jika dalam posisi berbaring anak kesulitan batuk, ganti dalam
posisiduduk ( untuk anakvanq sudah bisa mengikuti perintah)
7. Ulangi proseduR 8 sampai dengan 12
8. Tenangkan anak dan pastikan tindakan memang diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih
baik
Tahap terminasi
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat
5. Cuci tangan
6. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

POSTURAL DRAINAGE

Pengertian :
Postural drainage adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan gravitasi.
Alat :
1. Bantal dua atau tiga
2. Papan pengatur posisi
3. Tissu wajah
4. Segelas air
5. Sputum pot
Posisi untuk postural drainage :
1. Bronkus apikal lobus anterior kanan dan kiri atas.
Minta klien duduk di kursi, bersandar pada bantal
2. Bronkus apikal lobus posterior kanan dan kiri atas
Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau meja
3. Bronkus lobus anterior kanan dan kiri atas
Minta klien berbaring datar dengan bantal kecil dibawah lutut
4. Bronkus lobus lingual kiri atas
Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan diatas kepala pada posisi
tendelenberg, dengan kaki tempat tidur ditinggikan 30cm (12 inci). Letakkan bantal di
belakang punggung dan gulingkan klien seperempat putaran keatas bantal
5. Bronkus lobus kanan tengah
Minta klien berbaring ke kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30cm (12 inci). Letakkan bantal
dibelakang punggung dan gulingkan klien seperempat putaran keatas bantal
6. Bronkus lobus anterior kanan dan kiri bawah
Minta klien berbaring terlentang dengan posisi tendelenberg, kaki tempat tidur ditinggikan
45-50 cm (18-20 inci). Biarkan lutut menekuk diatas bantal
7. Bronkus lobus lateral
Minta klien berbaring miring ke kiri pada posisi tendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 45-50 cm (18-20 inci)
8. Bronkus lobus lateral kiri bawah
Minta klien berbaring miring ke kanan pada posisi tendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 45-50 cm (18-20 inci)
9. Bronkus lobus superior kanan dan kiri bawah
Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah lambung
10. Bronkus basalis posterior kanan dan kiri
Minta klien berbaring tengkurap dalam posisi tendelenberg dengan kaki tempat tidur
ditinggikan 45-50 cm (18-20 inci)

MEMBERIKAN OKSIGEN SIMPLE MASK

Pengertian :
Terapi oksigen diberikan pada pasienyang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area paru,
pasien dengan gangguan pertukaran gas,serta mereka yang mengalami gagal jantung dan
membutuhkan terapi oksigen guna meneegah terjadinya hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen
tersedia bagi klien di berbagai kondisi. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan
memberikan oksiqen ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen yang lazim dilakukan pada anak yaitu dengan kanule, nasal,dan masker.
Alat dan bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan humidifier dan flow meter
2. Kateter nasal, kanule dan masker
3. Vaselin/jeli
4. Sarung tangan
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Cek flow meter dan humidifier
5. Aktifkan tabung oksigen
6. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi fowler atau ditidurkan
7. Beri oksigen melaui kanule atau masker
8. Apabila menggunakan kateter, ukur terlebih dahulu jarak antara hidung dengan telinga, setelah itu
beri jeli dan masukkan kateter
9. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk membuat anak lebih baik
10. Puji anak atas kerjasamanya
11. Lepaskan sarung tangan
12. Catat pemberian dan lakukan observasi
13. Cuci tangan

KASUS : Seorang anak laki-Iaki usia 4 tahun dirawat dengan pneumonia. Pasientampak sesak,
Respirasi 45 x/rnenit, Atas instruksi dokter, anak diberikan oksigen 2 liter/menit dengan menggunakan
masker.
Tugas : Lakukan tindakan pemberian oksigen pada nak tersebut
Persiapan Alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan humidifier dan flow meter
2. Kateter nasal, kanule dan masker
3. Vaselin/jeli
4. Sarungtangan
Persiapan Lingkungan
Persiapakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anak di rumah sakit
Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi
SOP
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan pemberian oksigen
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan dan gunakan sarungtangan
8. Cek flow meter dan humidifier
9. Aktifkan tabung oksigen
10. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkauan,posisisemi fowler atau ditidurkan
11. Beri oksigenmelaui kanule atau masker
12. Apabila menggunakan kateter, ukur terlebih dahulu jarak antara hidung dengan telinga, setelah itu
beri jeli dan masukkan kateter
13. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk rnernbuatanak lebih baik
14. Puji anak atas kerja samanya
15. Lepaskan sarung tangan
Tahap terminasi
16. Akhiri dan simpulkan kegiatan
17. Evaluasi perasaan klien
18. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

PEMBERIAN NEBULIZER

Pengertian :
Pemberian Nebulezer Tindakan pemberian nebulizer untuk memobilisasi sekresi paru dengan cara
humidifikasi. Humidifikasi meningkatkan hidrasi membrane mukosa melalui transudasi. Tindakan ini
memberikan penquapan pada saluran pernafasan agar lender encer dan mudah dikeluarkan atau diisap.
Tindakan ini dilakukan pada anak yang sesak nafasakibat obstruksi produksi sekresi yang menumpuk
dan tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis
Alat dan bahan :
1. NaCL 0,9%
2. Set nebulizer
3. Obat bronchodilator sesuai instruksi
4. Sarung tangan
Prosedur:
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkauan, posisi semi fowler atau ditidurkan.
4. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai denganmenghidupkan set nebulizer, yang
diarahkan ke saluran pernafasan mulai dari mulut atau hidung
5. Lakukan fisioterapi dada agarsecret mudah terlepas dari dinding bronkus
6. Tenangkan anak dan pastikantindakan ini diperlukan untuk membuat anak lebih baik
7. Puji anak atas kerjasamanya
8. Lepaskan sarung tangan
9. Catat status pernafasan dan secret
10. Cuci tangan
KASUS : Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan pneumonia. Ibu mengatakan pasien
masih batuk, sesak dan dahak susah keluar. Hasil pemeriksaan pasien tampak sesak, Respirasi 42
x/rnenit, ronchi (+). Atas instruksi dokter, anak diberikan terapi inhalasi dengan ventolin.
Tugas : Lakukan tindakan pemberian terapi inhalasi pada anak tersebut
Persiapan Alat
1. NaCL 0,9%
2. Set nebulizer
3. Obat bronchodilator sesuai instruksi
4. Sarung tangan
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkanlingkungan/ setting tempat untuk interaksiseperti di ruang perawatan anak di rumah
sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyamanserta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi
SOP Pemberian terapi inhalasi
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan terapi inhalasi (nebulizer)
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi fowler atau ditidurkan
9. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan menghidupkan set nebulizer, yang
diarahkan ke saluran pernafasan mulai dari mulut atau hidung
10. Lakukan fisioterapi dada agar sekret mudah terlepas dari dinding bronkus
11. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk membuat anak lebih baik
12. Puji anak atas kerja samanya
13. Lepaskan sarung tanagn
Tahap terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi perasaan klien
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Bereskan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak

INHALASI UAP SEDERHANA

1. Pengertian : Pemberian obat atau zat pelega tenggorokan melalui jalan pernafasan dengan cara
menghirup uap
2. Tujuan :
a. Mengatasi/mengobati inflamasi jalan nafas bagian atas
b. Melonggarkan bagian nafas
c. Merangsang kerja pernafasan
d. Mencegah kekeringan pada selaput lendir pernafasan bagian atas
3. Alat :
a. Kom berisi air panas
b. Obat pelega nafas yang diperlukan seperti aerosol, minyak kayu putih dll
c. Handuk besar atau kertas corong
4. Prosedur :
a. Persiapan lingkungan :
1) Ruangan yang tenang
2) Ruangan bersih, cukup ventilasi dan pencahayaan
b. Persiapan pasien :
1) Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2) Klien dalam posisi duduk
c. Langkah-langkah :
1) Klien diberitahu dan dianjurkan duduk
2) Bahu diberi handuk supaya tidak kedinginan
3) Kom berisi air panas yang telah dicampur oleh pelega nafas diletakkan diatas meja, kepala
klien ditutup dengan handuk agar uap tidak keluar
4) Anjurkan klien menarik nafas, mata tertutup sambil menghirup uap air panas tersebut
selama 2 menit
5) Jika tidak ada handuk, gunakan kertas yang telah dibentuk seperti corong, kemudian
arahkan corong tersebut hanya pada mulut dan hidung klien saat menghirup uap
6) Lakukan tindakan tersebut sampai 10-15 menut, dua kali sehari
7) Setelah selesai, alat-alat dibereskan
d. Hasil :
1) Evaluasi respon pasien
2) Respon verbal : pasien mengatakan pernafasannya tidak sesak
3) Respon nonverbal : klien tidak kesulitan bernafas, frekuensi nafas dalam batas normal,
ekspresi wajah segar
4) Beri reinforcement posistif
5) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
6) Mengakhiri kegiatan dengan baik
e. Dokumentasi :
1) Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan
2) Catat hasil pengkajian ; keluhan pasien, dan respon klien setelah tindakan
3) Dokumentasi evaluasi tibdakan : SOAP
4) Tanda tangan dan nama perawat

SUCTION

Pengertian :
Suction/Pengisapan Lendir Pengisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran nafas
bagian dalam dengan menggunakanalat pengisap(suction), lender melalui hidung, mulut atau trakea
agar saluran nafas bebasdari sumbatan lendir.
Alat dan bahan :
1. Mesinpengisaplender ( slym zuigar)
2. Kateter penghisap lender dengan ukuran
a. Neonatus usia 6 bulan : 6-8 Fr
b. 6 bulan -1 tahun : 8-10 Fr
c. 1-2 tahun : 10 Fr
d. 2-4 tahun : 10-12 Fr
e. 4-7 tahun : 12 Fr
f. 7-10 tahun : 12-14 Fr
g. 10-14 tahun : 14 Fr
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkauan, posisisemi fowler dengan kepala
miring ke salah satu sisi untuk pengisapan oral dan baringkan ke posisifowler dengan leher
ekstensi untuk pengisapan nasal.
4. Ukur slang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun telinga sampai ujung
hidung dan beri tanda.
5. Sambungkan kateter pengisap dengan mesin pengisap
6. Basahi ujung kateter dengan larutan steril dan pasang pengisap dengan ujungnya di dalam larutan
7. Memasukkan ujung kateter secara perlahan-Iahan dengan tangan kanan ke dalam mulut / hidung
sampai kerongkongan bila perlu kateter dimasukkan lebih dalam dan sejauh mungkin. Bila pasien
dengan trakeostomi, maka ujung kateter penghisap dimasukkan ke dalam lubang trakeostomi, bila
perlu kateter penghisap dimasukkan sejauh mungkin.
8. Lubang di samping pangkal kateter penghisap ditutup dengan ibu jari, kemudian kateter penghisap
ditarik secara perlahah-Iahan dengan gerakan memutar, hati-hati dan cepat. Satu periode
pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik.
9. Membilas kateter sampai bersih dengan aquadest/ cairan Nacl 0,9%.
10. Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih , pengisapanantara satu dengan yang kedua dan
seterusnyadiberi jeda istirahat 20-3- detik
11. Mematikan mesin dengan menekan tombol “ OFF” dan melepas kateter dari selang penghisap
kemudian memasukkannya ke dalam rendaman desinfektan.
12. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Merapikan pasien.
13. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya.
14. Perawat mencuci tangan.
15. Mengobservasi pernafasan pasien
16. Dokumentasikan kegiatan

KASUS : Seorang anak perempuan usia 2 tahun dirawat dengan pneumonia. Hasil pemeriksaan
menunjukkan dahak sangat banyak dan pasien tampak sesak.
Tugas : Lakukan tindakan suction pada nak tersebut
Persiapan Alat
1. Mesinpengisaplender ( slym zuigar)
2. Kateter pengisaplender dengan ukuran :
a. Neonatus usia 6 bulan : 6-8 Fr
b. 6 bulan -1 tahun : 8-10 Fr
c. 1-2 tahun : 10 Fr
d. 2-4 tahun : 10-12 Fr
e. 4-7 tahun : 12 Fr
f. 7-10 tahun : 12-14 Fr
g. 10-14 tahun : 14 Fr
3. Air steril dan NaCI sebagai pembilas
4. Pinset anatomy
5. Spatel/sudipIidah yang dibungkus kain kasa
6. Sarungtangan
7. Pengalas
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkanlingkungan/ setting tempat untuk interaksiseperti di ruang perawatan anak di rumah
sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyamanserta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi
SOP SUCTION/PENGHISAPAN LENDIR
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan suction/penghisapan lendir
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan sarung tangan
9. Atur posisi anak dengan cara menempatkandi atas pangkauan, posisi semi fowler dengan kepala
miring ke salahsatu sisi untuk pengisapan oral dan baringkan ke posisi fowler dengan leher
ekstensi untuk pengisapan nasal.
10. Ukur slang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun telinga sampai ujung
hidung dan beri tanda.
11. Sambungkan kateter pengisap dengan mesin pengisap
12. Basahiujung kateter dengan larutan steril dan
13. pasang pengisapdengan ujungnya di dalam larutan
14. Memasukkan ujung kateter secara perlahan -Iahan dengan tangan kanan ke dalam mulut / hidung
sampai kerongkongan bila perlu kateter dimasukkan lebih dalam dan sejauh mungkin. Bila pasien
dengan trakeostomi, maka ujung kateter penghisap dimasukkan ke dalam lubang trakeostomi, bila
perlu kateter penghisap dimasukkan sejauh mungkin.
15. Lubang di samping pangkal kateter penghisap ditutup dengan ibu jari, kemudian kateter penghisap
ditarik secara perlahah-Iahan dengan gerakan memutar, hati- hati dan cepat. Satu periode
pengisapan tidak boleh lebih dari 5 detik.
16. Membilas kateter sampai bersih dengan aquadestj cairan Nacl 0,9%.
17. Lakukan beberapa kali pengisapan sampai bersih , pengisapan antara satu dengan yang kedua dan
seterusnya diberi jeda istirahat 20-3- detik
18. Matikan mesin dengan menekan tombol "OFF" dan melepaskan kateter dari slang penghisap,
kemudian memasukkannya ke dalam rendaman desinfektan.
19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Tahap terminasi
20. Simpulkan kegiatan
21. Evaluasi perasaan klien
22. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23. Bereskan alat
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

PERAWATAN KATETER

Alat :
1. Pinset anatomis dan cirugis
2. Selimut mandi
3. Perlak pengalas
4. Waslap 2
5. Kapas alkohol
6. Bengkok
7. Plester
8. Bak instrumen
9. Kasa steril gunting verban
10. Handscoon
11. Handuk

Prosedur :
Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
Kerja
6. Mencuci tangan
7. Menjaga privasi
8. Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal rekumben
9. Memasang perlak dan pengalas
10. Memakai sarung tangan
11. Membersihkan genetalia dengan kapas air
12. Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar dengan menarik secara hati-hati, kateter tetap
tertahan
13. Mengoleskan desinfektan dengan lidi kapas pada sekitar orifsium uretra dan gland penis
14. Membuang kapas dan lidi kapas bekas ke dalam bengkok
15. Melepas sarung tangan
16. Merapikan pasien dan alat
17. Mencuci tangan
Fase terminasi
18. Melakukan evaluasi
19. Menyampaikan rencana tindak lanjut
20. Berpamitan

MERAWAT&MEMBERI MAKAN MLL NGT/OGT FEEDING DRIP

No Langkah Keterangan
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemberian nutrisi melalui NGT/OGT
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Atur posisi bayi senyaman mungkin
9. Pasang pengalas
10. Letakkan bengkok
11. Periksa sisa makanan di lambung dengan menggunakan
spuit yang diaspirasikan ke pipa lambung. Jika residu
tidak ada atau sedikit berikan nutrisi melalui NGT/OGT
12. Buka klem atau penutup NGT/OGT
13. Pasang spuit pada pangkal pipa
14. Masukkan air matang kurang lebih 2cc
15. Berikan ASI/susu formula sesuai program. Bila ada obat,
masukkan obat kemudian bilas dengan air minum
16. Klem pipa
17. Rapikan alat
18. Cuci tangan
Tahap Terminasi
19. Akhiri dan simpulkan kegiatan
20. Evaluasi jumlah ASI yang masuk dan respon Bayi/anak
21. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22. Bereskan alat
23. Cuci tangan
24. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak selama
pemberian makan

SOP Pemberian nutrisi melalui ngt/ogt


Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan pemerian nutrisi melalui NGT/OGT
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Atur posisi bayi senyaman mungkin
9. Pasang pengalas
10. Letakkan bengkok
11. Periksa sisa makanan di lambung dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan ke pipa lambung.
Jika residu tidak ada atau sedikit berikan nutrisi melalui NGT/OGT 12 Buka klem atau penutup
NGT/OGT
12. Pasang spuit pada pangkal pipa
13. Masukkan air matang kurang lebih 2 cc
14. Berikan ASI/Susu formula sesuai program. Bila ada obat, masukkan obat kemudian bilas dengan
air minum
15. Klem pipa
16. Rapikan alat
17. Cuci tangan
Tahap terminasi
18. Akhiri dan simpulkan kegiatan
19. Evaluasi jumlah ASI yang masuk dan respon Bayi/anak
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak selama pemberian makan

EKG

Pengertian :
Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus sinoatrial, yang
dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi) dalam jantung yang menyebabkan
jantung berkontraksi, yang dapat direkam melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.
TUJUAN PEMERIKSAAN EKG
1. Mengidentifikasi adanya kelainan irama jantung (disrithmia) akibatadanya infark miokard, angina
tertentu, pembesaran jantung, dan penyakit inflamasi jantung.
2. Menilai efek obat-obatan dan mengidentifikasi ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalsium
dan kalium.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN EKG


Persiapan Alat :
1. Mesin EKG.
2. Nierbeken.
3. Jelly.
4. Kapas alkohol pada tempatnya.
5. Tissue.
6. Washlap basah.
7. Alat cukur (kalau perlu).
8. Kertas dokumentasi EKG, lem, dan gunting.
Persiapan Klien Sebelum Tindakan Pemeriksaan EKG:
1. Menjelaskan kepada klien tentang tujuan tindakan pemeriksaan EKG.
2. Melepaskan alat logam yang digunakan klien, temasuk gigi palsu.
3. Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenang dan tidak bergerak selama prosedur.
4. Menjelaskan kepada klien untuk tidak memegang pagar tempat tidur.
IMPLEMENTASI
1. Mencuci tangan.
2. Menutup sampiran.
3. Membuka pakaian atas klien.
4. Membersihkan area ekstremitas dan dan dada yang akan dipasangi elektroda dengan
menggunakan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur bila perlu.
5. Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda.
6. Pasang kabel dan elektroda (hindari memasang elektroda pada massa otot yang terlalu tebal atau
pada struktur tulang) :
a. Kabel Merah  (R) : pada lengan kanan.
b. Kabel Kuning (L) : pada lengan kiri.
c. Kabel Hijau    (F)   : pada kaki kiri.
d. Kabel Hitam   (N) : pada kaki kanan.
e. V1 : pada interkostal ke– 4  kanan.
f. V2 : pada interkostal ke– 4  kiri.
g. V3 : pada interkostal ke 4 – 5 antara V2 dan V4.
h. V4 : pada interkostal ke-5 linea midclavicularis kiri.
i. V5 : horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior.
j. V6 : horizontal terhadap V5, pada línea midaksilaris.
7. Menghubungkan kabel ground ke washlap basah yang diletakkan di nierbeken.
8. Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber listrik.
9. Menyalakan power On mesin EKG.
10. Mengatur kecepatan gelombang pada 25 mV.
11. Mengatur ketinggian rekaman pada skala 1.
12. Melakukan kalibrasi 1 mV.
13. Melakukan rekaman 12 lead.
14. Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan lepaskan kabel/elektroda dari tubuh klien,
kemudaian bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
15. Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.
DOKUMENTASI
1. Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG.
2. Mencatat nama klien, umur, tanggal dan jam serta nama pemeriksa pada kertas dokumentasi EKG.
3. Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur.
4. Membersihkan jel yang menempel pada kulit pasien dengan tissue.
5. Cuci tangan

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH

A. VENA
1. Pengertian
Darah vena : adalah pembuluh darah yang membawa darah yang kaya akan  karbondioksida
(CO2) menuju jantung.   
2. Tujuan:
3. Pengambilan darah vena ialah  pengambilan darah dari pembuluh darah vena.
Adapun tujuan pengambilan darah vena  yakni :
a. Untuk mengetahui cara pengambilan darah vena
b. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik untuk dilakukan pemeriksaan
4. Lokasi Pengambilan Darah Vena 
Darah vena  biasanya diambil pada lokasi vena median cubital, vena chepalica, vena basilia,
vena digitalis . 
Lokasi yang tidak diperbolehkan dalam pengambilan darah :
a. Daerah edema
b. Hematoma
c. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
d. Daerah bekas luka
e. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
f. Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
5. Alat Dan Bahan Yang Digunakan 
a. Spuit, syring ( needle ) 
b. Tourniquet 
c. Kapas alkohol 
d. Kapas kering 
e. Tabung vakum 
f. Plester 
6. Prosedur Kerja  
adapun prosedur atau cara kerja pengambilan darah vena ialah  ada yang
secara manual ( menggunakan jarum suntik) dan ada pula secara vakum.
a. Pengambilan darah secara manual (menggunakan jarum suntik) 
1) Persiapkan alat yang dibutuhkan 
a) Syring,
b) Kapas alkohol ,
c) Torniquet ,
d) Plester dan tabung
2) Prosedur
a) Untuk pemilihan syring pilihlah yang susuai dengan  ukuran atau volume jumlah
sampel yang akan diambil, pilihlah ukuran jarum yang sesuai dan pastikan jarum
terpasang dengan erat . 
b) Lalu minta pasien untuk meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktivitas.
c)  Minta pasien untuk mengepalkan tangannya 
d) Pasang torniquet kira-kira 10cm diatas lipatan siku atau 3 jari dari siku,
e) Lakukan perabaan atau palpasi, untuk memastikan posisi vena. (pilihlah vena
bagian median cubital atau cepalic) 
f) Bersihkan bagian kulit yang akan diambil darah nya dengan menggunakan kapas
alkohol 70 % dengan sekali usap. Tunggu sampai kering, bagian yang  telah
dibersihkan atau desinfektan jangan disentuh lagi
g) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas,
h) Setelah volume  yang diperlukan cukup , lepaskan torniquet dan pasien  membuka
kepalan tangannya. 
i)
Tarik jarum dan letakkan kapas pada bagian yang telah diambil darahnya, tahan
beberapa saat lalu plester  kira-kira 15 menit            
b. Pengambilan darah dengan cara vakum 
1) Persiapkan alat yang diperlukan 
a) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat
b) Minta pasien meluruskan lengannya dan mengepalkan tangannya 
c) Pasang torniquet kira-kira 10cm diatas lipatan siku atau 3 jari diatas lipatan
siku lakukan perabaan atau palpasi , untuk menentukan posisi vena.
d) Bersihkan daerah yang akan diambil darahnya dengan menggunakan kapas
alcohol sekali usap 
e) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas, masukan
tabung kedalam holder dan dorong sehingga  jarum bagian posterior tertancap
pada tabung  maka darah akan mengalir masuk kedalam tabung .  Tunggu sampai
darah berhenti.
f) Lepaskan torniquet dan  buka kepalan tangan. 
g) Tarik jarum dan letakkan kapas pada bagian yang diambil darahnya  tahan
beberapa saat lalu plester kira-kira 15 menit. jangan menarik jarum jika torniquet
belum dibuka.                      
7. Dokumentasi
a. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan 
b. Mencatat hasil pengkajian  sebelum , selama dan setelah tindakan prosedur 
c. Mencatat hasil observasi 

B. DARAH ARTERI  
1. Pengertian 
          Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah yang kaya akan
oksigen (O2)  dari jantung menuju ke seluruh tubuh . Pengambilan darah arteri ialah  suatu
metode pengambilan  darah melalui pembuluh  darah arteri .
2. Tujuan 
Adapun tujuan pengambilan darah arteri  ialah :
a. Untuk melakukan analida terhadap gas darah (AGD)
b. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
c. Efisiensi pertukaran O2 & CO2
d. Tingkat tekanan O2 dalam arteri 
e. Kemampuan HB  dalam mengangkut O2 & CO2 
3. Lokasi Pengambilan Darah 
a. Arteri radialis 
b. Arteri dorsalis pedis 
c. Arteri brachialis 
d. Arteri femoralis 
4. Alat Dan Bahan
a. Torniquet 
b. Kapas alkohol 
c. Plester 
d. Spuit yang steril
e. Penutup jarum (karet) 
f. Handuk kecil
g. Sarung tangan 
h. Heparin 
i. Kasa steril 
5. Prosedur Pengambilan Darah Arteri 
a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan 
b. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai 
c. Palpasi arteri radialis 
d. Lakukan Allen test /Modified Allen Test 
e. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan ,  tekan arteri ulnaris dan arteri radialis  dengan
dua jari pada masing masing arteri . 
f. Lalu lepaskan kepalan tangan tersebut , amati  telapak tangan pasien yang menjadi pucat . 
g. Lepas tekanan pada arteri ulnaris , bila telapak tangan pasien menjadi kemerahan  maka
tes positif , darah dapat diambil . 
h. Hiperekstensikan pergelangan tangan pasien diatas gulungan handuk . 
i. Raba kembali arteri radialis  dan palpasi menggunakan  jari telunjuk dan jari tengah 
j. Desinfeksi daerah yang akan diambil darahnya menggunakan kapas Alkohol .
k. Bilas spuit berukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit biarkan heparin berada dalam jarum atau spuit 
l. Sambil mempalpasi arteri , masukkan jarum dengan sudut 45 derajat 
m. Observasi  adanya pulsasi ( denyutan ) , jika tusukan berhasil darah akan masuk  kedalam
spuit dan ambil darah  secukup nya saja . 
n. Tarik jarum/spuit  dari arteri , lalu tekan bekas penyuntikan dengan menggunakan kasa
lalu plester kira -kira 15 menit
6.  Doumentasi 
a. Mencatat tanggal dan waktu pengambilan sampel 
b. Mencatat hasil pengkajian sebelum , selama dan sesudah prosedur 
c. Mencatat hasil observasi 

SPUTUM

Pengertian :
Mengambil dahak (sputum) dari bronki dan trakea untuk bahan pemeriksaan laboratorium.
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya basil tahan asam atau mikroorganisme lain
Indikasi :
Dilakukan pada klien yang mengalami infeksi pada saluran pernafasan sesuai dengan kebutuhan.
Persiapan alat :
1. Sputum pot yang tertutup
2. Botol tempat bahan pemeriksaan
3. Formulir pemeriksaan dan tempat etiket
Prosedur :
1. minta klien untuk mwmbatukkan dahaknya kedalam pot sputum yang sudah disiapkan
2. Dahak diambil sekurang-kurangnya 5 cc, lalu masukkan kedalam botol
3. Botol diberi etiket bersama formulir pemeriksaan yang telah diisi lengkap, segera kirim ke
laboratorium
Perhatian :
1. Dahak tidak boleh bercampur dengan ludah
2. Bahan pemeriksaan harus dahal segar, kental, berwarna, atau berdarah
3. Pada anak-anak sebagai pengganti dahak, bahan pemeriksaan diambil dengan cara menyadap
cairan atau getah lambung.

MEMBANTU MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN


A. Menggunakan Alat Bantu Jalan
1. Kursi roda
Definisi
Kursi roda digunakan dengan cara menekan roda (pelek) yang memungkinkan pengguna
kursi roda untuk mendorong diri di kursi. Kursi roda yang tidak menggunakan pelek untuk
didorong sendiri, biasanya didorong oleh orang yang menggunakan pegangan di bagian
belakang kursi.
Langkah-langkah menggunakan kursi roda
a. Pastikan kuku pasien dipotong pendek untuk menghindari terjadinya luka. Pasien juga
dapat ditawarkan untuk memakai sarung tangan agar terlindung dari kotoran dan cedera.
b. Maju. Untuk menuju ke depan, dorong roda depan dengan tetap memegang pinggiran dan
memindahkan mereka ke arah depan.
c. Mundur. Jangkauan ke depan dan pegangan roda, dan mendorong rodamundur. Hati-hati,
seperti roda kecil di bagian depan perlu putarmelingkar. Jangan lupa untuk melihat di
belakang Anda.
d. Berbelok ke kanan. Pegang roda kanan, dan mendorong ke depan roda kiri.
e. Membelok ke kiri. Pegang roda kiri, dan mendorong roda depan yang tepat.
f. Berputar di tempat. Jika berada di sudut sempit, Anda mungkin perlu untuk berputar di
tempat. dorong roda depan satu dan yang lainnya mundur secara bersamaan.
g. Menghentikan. Memegang roda dan gesekan digunakan untuk memperlambat laju
roda. Jepit dan dorong bagian antara ibu jari dan sisi dari sendi pertama jari telunjuk
Anda. Berhati-hatilah, karena gesekan ini menciptakan panas yang dapat membakar
tangan Anda jika Anda berada dijalanan menurun atau berhenti tiba-tiba
Persiapan alat :
Persiapan Alat :
Kursi Roda
Persiapan Pasien :
a. Sapalah klien dengan ramah dan perkenalkan diri pada klien
b. Persilahkan klien untuk duduk
c. Beri informasi umum tentang pengukuran yang akan dilakukan
d. Informasikan tentang cara melakukan, tujuan, manfaat dilakukan tindakan
e. Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang diperoleh
f. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tindakan
g. Jaga privacy klien
Persiapan Perawat :
a. Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
b. Persiapkan peralatan yang akan digunakan
Prosedur Pelaksanaan :
a. Memberitahu pasien
b. Mencuci tangan
c. Pastikan kuku pasien dipotong pendek untuk menghindari terjadinya luka. Pasien juga
dapat ditawarkan untuk memakai sarung tangan agar terlindung dari kotoran dan cedera.
d. Maju. Untuk menuju ke depan, dorong roda depan dengan tetap memegang pinggiran dan
memindahkan mereka ke arah depan.
e. Mundur. Jangkauan ke depan dan pegangan roda, dan mendorong rodamundur. Hati-hati,
seperti roda kecil di bagian depan perlu putarmelingkar. Jangan lupa untuk melihat di
belakang Anda.
f. Berbelok ke kanan. Pegang roda kanan, dan mendorong ke depan roda kiri.
g. Membelok ke kiri. Pegang roda kiri, dan mendorong roda depan yang tepat.
h. Berputar di tempat. Jika berada di sudut sempit, Anda mungkin perlu untuk berputar di
tempat. dorong roda depan satu dan yang lainnya mundur secara bersamaan.
i. Menghentikan. Memegang roda dan gesekan digunakan untuk memperlambat laju
roda. Jepit dan dorong bagian antara ibu jari dan sisi dari sendi pertama jari telunjuk
Anda. Berhati-hatilah, karena gesekan ini menciptakan panas yang dapat membakar
tangan Anda jika Anda berada dijalanan menurun atau berhenti tiba-tiba.
2. Kruk
Definisi Melatih berjalan dengan menggunakan Kruk
Kruk yaitu tongkat / alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara ber-pasangan
yang diciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
Tujuan
a. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan   mobilisasi
b. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
c. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
d. Meningkatkan rasa percaya diri klien
Fungsi
a. Sebagai alat Bantu berjalan.
b. Mengatur / memberi keseimbangan waktu berjalan.
c. Membantu menyokong sebagian berat badan.
Indikasi
a. Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
b. Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah.
c. Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
Kontra Indikasi
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
2. Penderita dalam keadaan bedrest.
3. Penderita dengan post op.
Teknik Penggunaan Kruk
a. Tehnik Turun Tangga
1) Pindahkan BB pada kaki yang tidak sakit.
2) Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk memindahkan BB pada  kruk.
Gerakkan kaki yang sakit ke depan
3) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.
b. Tehnik Naik Tangga
1) Pindahkan berat badan pada kruk.
2) Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga.
3) Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit.
4) Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.
c. Tehnik Duduk
1) Klien diposisi pada tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh kursi.
2) Memberi metode yang aman untuk duduk dan bangun dari kursi.
3) Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang sakit.
4) Bila kedua tungkai sakit, kruk ditahan, pegang pada tangan klien yang lebih kuat.
d. Tehnik Naik Kendaraan
Tubuh dirapatkan ke mobil, kemudian pegang bagian atas pintu, bokong diangkat
kemudian naikkan kaki yang sakit.
e. Gaya berjalan 4 titik tumpu
1) Langkahkan kruk sebelah kanan kedepan
2) Langkahkan kaki sebelah kiri kedepan
3) Langkahkan kruk sebelah kiri kedepan
4) Langkahkan kaki sebelah kanan kedepan
f. Gaya Berjalan 3 titik
1) Kedua kayu penopang dan kaki yang tidak boleh menyangga dimajukan, kemudian
menyusul kaki yang sehat.
2) Kedua kayu penopang lalu segera dipindahkan kemuka lagi dan pola tadi diulang lagi
g. Gaya berjalan 2 titik
1) Kruk sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama
2) Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.
h. Full Weight Bearing
Berjalan normal, penggunaan alat penyangga di kurangi, lambat laun akhirnya
dihilangkan
i. Partial Weight Bearing
1) Dua tangan/ dua tongkat beserta satu tungkai lemah maju serentak.
2) Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan/tongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yang lemah
j. Non weight Bearing
1) Dua tangan/ dua tungkai yang sakit maju serentak, posisi tungkai  yang lemah
diangkat bergantung kearah depan
2) Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua
tangan/tongkat
k. Swing To Gait
1) Langkahkan kedua kruk bersama-sama.
2) Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju sampai pada garis yang menghubungkan
kedua tangan atau ujung kruk.
l. Swing through Gait
1) Langkahkan kedua kruk bersama-sama.
2) Kedua kaki diangkat, diayunkan melewati garis yang  menghubungkan kedua tangan
atau ujung kruk.
Langkah Tindakan
a. Beri salam
b. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
c. Cuci tangan
d. Jelaskan kepada klien gaya berjalan menggunakan kruk :
e. Gaya berjalan 4 titik : bantu klien berdiri dengan ditopang dua buah kruk, letakkan kedua
tungkai klien dalam posisi sejajar dengankedua titik tumpu kruk berada di depan kedua
kaki klien, minta klien untuk berjalan dengan menggunakan kruk kanan ke depan, dan
dilanjutkan dengan menggerakan tungkai kiri ke depan, lalu gerakkan kruk kiri ke depan
kemudian tungkai kanan juga ke depan, ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
f. Gaya berjalan 3 titik : gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke depan kemudian gerakkan
tungkai tangan ke depan, ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
g. Gaya berjalan 2 titik : gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke depan seccara bersamaan
kemudian gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke depan juga secara bersamaan, ulangi
langkah tersebut setiap kali berjalan
h. Selalu siapkan diri di sisi klien untuk membantu keseimbangan jika dibutuhkan
i. Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien dan lakukan koreksi jika perlu
j. Cuci tangan
3. Tripod
Definisi Melatih Penggunaan Alat Bantu dengan Tripot
Suatu alat yang digunakan untuk membantu pasien berjalan.
Tujuan
a. Membantu menjaga keseimbangan badan
b. Untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan beban yang berat
Indikasi
Klien dengan hemiparesis atau puralisis pada sebagian salah satu kaki maupun keseluruhan
Kontra Indikasi
Klien dengan kelemahan kaki bilateral

Langkah Tindakan
Fase orientasi
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Kontrak waktu
d. Menanyakan kesiapan pasien
Fase Kerja
a. Kaji toleransi aktivitas klien, kekuatan otot, nyeri, koordinasi, dan keseimbangan klien
untuk mennetukan jumlah bantuan yang diperlukan
b. Periksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan klien, misalnya
menyingkirkan kursi roda dan meja
c. Sebelum memulai, tentukn tempat beristirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing
d. Jelaskan tujuan memakai tongkat pada klien
e. jelaskan tentang cara menggunakan tongkat kaki tiga pada klien yaitu :
1) Penggunaan tongkat bagi lansia
a) Pegang tongkat dengan tangan pada sisi yang kuat dan tubuh untuk menyediakan
dukungan maksimum dan keseluruhan postur tubuh ketika berjalan
b) Pastikan ujung dari tongkat sekitar 15 cm
2) Penggunaan tongkat dengan dukungan maksimum dibutuhkan
a) Gerakkan tongkat kedepan sekitar 30 cm atau jarak yang nyaman ketika berat
badan ditahan dan kaki yang berat
b) Kemudian gerakkan kaki yang lemah mendekati tongkat ketika berat badan
ditahan oleh tongkat dan kaki yang kuat
c) Berikutnya gerakkan kaki yang kuat lurus kedepan menuju tongkat dan kaki yang
lemah ketika berat badan ditahan oleh tongkat dan kaki yang lemah
d) Ulangi langkah
3) Penggunaan tongkat ketika dukungan sedikit dibutuhkan
a) Gerakkan tongkat dan kaki yang lemah ke depan secara bersamaan , ketika berat
badan ditahan oleh kaki yang kuat
b) Kemudian gerakkan kaki yang kuat ke depan ketika berat badan ditahan oleh
badan
Fase terminasi
a. Menyampaikan evaluasi
b. Menyampaikan Rencana Tidak Lanjut
c. Berpamitan
4. Walker
Pengertian
Walker adalah alat bantu berjalan yang terbuat dari logam (biasanya alumunium)
dengan memiliki 4 kaki. Alat bantu ini dapat menopang dan memberikan rasa aman pada
pasien.
Fungsi
Fungsi walker, yaitu :
a. Dapat menopang dan memberikan rasa aman pada pasien.
b. Membantu mempercepat pengembalian kebugaran
c. Menjaga pasien pada saat melakukan latihan berjalan.
Indikasi
Pasien tirah baring lama, pasien yang masih lemah, pasien yang terdapat fraktur pada
kaki, dll.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a. Pasien harus menggunakan sepatu rata dan tidak licin waktu akan latihan.
b. Kekuatan otot tangan dan kaki.
c. Keseimbangan berdiri.
d. Frekuensi latihan.
Macam-macam Walker
a. Walker dengan 4 kaki tanpa roda di bawah.
b. Delta walker dengan 3 kaki dengan ada rodanya.
c. Rolatar walker dengan 4 kaki dan 2 roda di depan.
d. Folding walker / kekuatan tangan maksimal.
Cara menggunakan Walker
a. Klien menggunakan sepatu yang rata dan tidak licin.
b. Ketika klien bangkit dari duduk atau akan memulai latihan, pergunakan tangan kursi
sebagai penopang, selanjutnya tempatkan salah satu tangan pada walker kemudian tangan
yang satunya, setelah itu lakukan gerakan kaki maju.
c. Jika kaki kanan yang lemah, pastikan kaki kiri yang melangkah terlebih dahulu.
d. Jika kaki kiri yang lemah, lakukan sebaliknya.
e. Untuk pemakaian walker, tanyakan pada pasien gerakan kaki mana yang lebih dulu enak
untuk digerakkan atau sesuaikan dengan kenyamanan pasien.
f. Kedua tangan pasien memegang pada bagian tangan walker.

ROM

KASUS : Seoranganak laki-laki usia, 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu
dalam hanya terbaring di tempat tidur. Klien direncakanuntuk dilakukan latihan ROM.
Tugas : lakukan latihan ROM pada anak tersebut
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan anakdi rumah
sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
1. Pra interaksi
2. Interaksi:
a. Orientasi
b. Kerja
c. Terminasi
3. Post Interaksi
SOP Latihan ROM
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan latihan ROM
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan Anda kerjakan dan minta klien untuk dapat
bekerja sarna.
9. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar mernudahkar perawat dalarn bekerja, terhindar dari
masalah pada pajanan tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanik tubuh
10. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dan buka bagian tubuh yang akan
digerakkan
11. Lakukan pergerakan/latihan ROM pada ekstremitas atas dan bawah sesuai prosedur
12. Kembalikan pada posisi awal setelah masingmasing gerakan. Ulangi masing-masing gerakan 3
kali
13. Selama latihan pergerakan kaji : - Kemampuan untuk menoleransi gerakan - Rentang gerak
(ROM) dari masing-masing perserudian yang bersangkutan
14. Setelah latihan pergerakan kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap latihan
15. Cuci tangan
Tahap terminasi
16. Simpulkan kegiatan
17. Evaluasi perasaan klien
18. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

WTS + RESTRAIN

A. Water Tepid Sponge (WTS)


Definisi :
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkanteknik
kornpres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid
sponge ini hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik
(Ieher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan
dengan kain. Basahi lagi kain bila kering.
Komprestepid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi (melebarnya) pembuluh darah perifer
diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat,
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari
stimulasi hipotalamus. Kompres tepid sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas
tubuh saat demam, bahkan lebih cepat daripada meminum obat penurun panas.
Tujuan dan manfaat :
Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh pada anak yang sedang
mengalami demam. Menurut Wong DL Wilson D 1995 manfaat dari pemberian tepid sponge
adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman,
mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam.
Peralatan :
1. Baskom berisi air hangat
2. Thermometer
3. Handuk
4. Selimut mandi
5. Waslap 5 buah
6. Sarung tangan
7. Perlak
Prosedur tindakan :
1. Perawat mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Jaga privasi klien
4. Ukur suhu tubuh pasien
5. Letakkan banta tahan air dan perlak di bawah tubuh pasien
6. Lepaskan pakaian pasien
7. Ganti selimut dengan selimut mandi
8. Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres
9. Periksa suhu air
10. Celupkan waslap atau lap mandi yang sudah dibasahi dengan air hangat
11. Taruh di masing-masing ketiak dan lipat paha
12. Kompres/lap daerah ekstermitas
13. Keringkan ekstremitas
14. Lanjutkan mengompres ektremitas, punggung dan bokong setiap 3 sampai 5 menit. Keringkan
dengan handuk.
15. Kaji ulang suhu tiap 15 menit.
16. Ganti air, dan kompres kembali ketiak dan lipat paha sesuai kebutuhan
17. Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas dan tubuh secara menyeluruh
18. Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan pakaian pasien
19. Angkat perlak dan ,ganti linen tempat tidur bila basah
20. Alat dibereskan dan mencuci tangan.
SOP :
Persiapan Alat
1. Baskom berisi air hangat
2. Thermomete
3. Handuk
4. Selimut mandi
5. Waslap 5 buah
6. Sarung tangan
7. Perlak
Persiapan Lingkungan
1. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang bermain di rumah sakit
2. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
Pra interaksi
Interaksi:
1. Orientasi
2. Kerja
3. Terminasi
Post Interaksi
SOP
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji Kebutuhan tindakan tepid sponge
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
1. Berikan salam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Jaga privasi
Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Ukur suhu tubuh pasien
3. Letakkan banta tahan air dan perlak di bawah tubuh pasien
4. Lepaskan pakaian pasien
5. Ganti selimut dengan selimut mandi
6. Pertahankan selirnut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres
7. Periksa suhu air
8. Celupkan waslap atau lap mandi yang sudah dibasahi dengan air hangat
9. Taruh di masing-masing ketiak dan lipat paha
10. Seka/lap ektremitas, punggung dan bokong setiap 3 sampai 5 menit. Keringkan dengan
handuk.
11. Kaji ulang suhu tiap 15 menit.
12. Ganti air, dan kompres kembali ketiak dan lipat paha sesuai kebutuhan
13. Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas dan tubuh secara menyeluruh
14. Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan pakaian pasien
15. Angkat perlak dan ganti linen tempat tidur bila basah
Tahap terminasi
1. Simpulkan kegiatan
2. Evaluasi perasaan klien/keluarga
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat
5. Cuci tangan
6. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

B. Restrain Pada Anak


Definisi :
Setiap anak memiliki sifat dan prilaku yang berbeda-beda saat menjalankan suatu perawatan,
ada yang dapat menerima perawatan dengan baik dan ada yang tidak. Teknik pengendalian fisik
(restraint) merupakan teknik menahan gerakan pasien dengan cara mengunci gerakan tangan,
kepala, ataupun kaki pasien sehingga memudahkan perawatan. Teknik ini biasanya digunakan
pada anak yang mengalami kondisi tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan
teknik ini adalah untuk mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada
pasien ataupun orang lain yang terlibat dalam perawatan.
Manfaat penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah supaya pasien yang
mengalami gangguan kepribadian ataupun pasien yang tidak dapat menjadi kooperatif dapat
mendapatkan perawatan dengan baik.
Hal-halyang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak
1. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
2. Sesegera mungkin setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkanlegalitastindakan baik secaraverbal maupun tertulis.
3. Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia
9-17 tahun, dan 1jam untuk umur <9 tahun.
4. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien > 18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17tahun.
5. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia
<17 tahun.
6. Selama restrain klien di observasitiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
a. Nutrisi dan hidrasi
b. Sirkulasi dan Rangeof Motion eksstremitas
c. VitalSign
d. Hygiene dan eliminasi
e. Statusfisik dan psikologis
f. Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
Jenis-jenis Restrain pada Bayi dan Anak
Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
a. Restraint Jaket
Restraintjaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga anak
tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian bawah tempat tidur, menjaga anak
tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan anak pada
posisi horizontal yang diinginkan.
b. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi
terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki anak diikat dengan
menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat
diaplikasikan dengan cepat untuk mencegahanak berontak dan menolak perawatan. Tujuan
utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien anak tidak terluka saat
mendapatkan perawatan.
c. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ke
tengah. Bayi dlletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke
arah sudut yang berlawanan. Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan
selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh
bagian kiri. Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut
dikencangkanmelintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut
bagian bawah dilipat dan ditarik kearahtubuh dan diselipkanatau dikencangkandengan
pinpengaman.
d. Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu atau
lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk memfasilitasi penyembuhan.
Beberapa alat restrain yang da di pasaran atau yang tersedia, terrnasuk restrain: pergelangan
tangan atau kaki sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali
stockinettetipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuaidengan tubuh anak.
Harus dilapisi bantalan untuk mencegahtekanan yang tidak semestinya, konstriksi, atau cidera
jaringan. Pengamatan ekstremitas harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda
iritasi dan atau gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas yang sering
disertai sentakantiba-tiba yang dapat menciderai anak.
e. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wajah. Kadang-
kadangpenting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar anak tidak menggaruk
pada kulit yang terganggu. Bentukrestraintsiku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas
kain muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke
pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah.
Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan plester atau pin.
f. Pedi-wrap
Pedi-wrapmerupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai pergelangan
kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-
wrapmempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.
g. Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalianf isik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian flslk tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
h. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan bentuk
pengendalianfisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk menahan
gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien anak.

Tujuan mummy restrain :


1. Menjaga suhu bayi agar tetap stabil
2. Menjaga bayi agar aman
Persiapan alat :
1. Popok bersih
2. Kapas bersih yang basah / tissu basah
3. Tempat sampah medis
4. Kain bedong’peniti jika perlu
Persiapan bayi :
Bayi diangkat dan dibaringkan diatas kasur kecil yang telah tersedia atau dalam box bayi / tempat
tidur ibu
Prosedur mummy restrain :
1. Mencuci tangan efektif
2. Memeriksa suhu tubuh bayi
3. Memeriksa bayi BAB / BAK, bila ya, ganti popok dengan yang bersih
4. Membedong bayi : DOWN UP DOWN
a. Membuat segitiga kecil pada salah satu ujung bedong
b. Menempatkan bayi pada salah satu ujung bedong
c. Meluruskan tangan bayi dengan lembut (kanan) sejajar dengan tubuh
d. Menarik ujung bedong sebelah kanan, dan masukkan kebagian bawah bokong bayi
e. Bila bedong panjang, liat bagian kaki kearah dada
f. Meluruskan tangan kiri sejajar dengan tubuh dan selanjutnya menarik ujung kiri bedong
g. Masukkan kebagian bawah bokong bayi
h. k/p pergunakan peniti
7. Membaringkan bayi ke box
8. Mencuci tangan
Evaluasi :
1. Kaji respon bayi
2. Kerapihan bedong
Dokumentasi :
1. Catat alasan bayi dibedong
2. Catat respon bayi

PENGHITUNGAN DOSIS OBAT,


BB IDEAL,
KEB CAIRAN PADA ANAK

PENDAHULUAN
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalamankepada Anda tentang bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit. Setelah
mempelajari kegiatan praktek ini, diharapkan anda mampu:
1. Menghitung balance cairan (intake dan output),
2. Merawat infus
3. Merawat kateter
4. Memberikanobat sesuaiprogramterapi
URAIAN MATERI
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasistubuh.
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupan, manusia membutuhkan cairan dan elektrolit
dalam jumlah dan proposi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Air menempati proposi terbesar pada
tubuh manusia. Air menyusun lebih dari setengah berat badanmanusia.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relative konstan dan kompesisinya tetap setabil adalah
penting untuk homeostatis.system pengaturan mempertahankan mempertahankan konstannya cairan
tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemencairan
ekstraselulerdan intraseluler.
Data yang harus dikaji untuk menentukan adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain :
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan.
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (prilaku emosional).
Pengukuran Klinis
Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter adalah
pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, serta pengukuran asupan, dan haluran cairan.
1. Berat badan. Pengukuran berat badan dilakuakan disaat yang sam dengan menggunakan pakaian
yang beratnya sama. Peningkatanatau penurunan 1 kg berat badan serta dengan penamabahan atau
pengeluaransatu liter cairan.
2. Tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vita (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah serta
tingkat kesadaran)bisa mendakangangguan keseimbangan cairan dan elektrolitt.
3. Asupan cairan.Asupan cairan meliputi cairan oral (NGT dan oral), cairan pariental (obat-obat
intravena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter. Kaji manifestasi pengukuran klinik
melalui cairan hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan
tubuh, contohnya larutan dekstrosa 5% dan NaCI normal, dekstrosa 5% dalam RL, dekstrosa 5%
dalam NaCI 0,45%. Cairan hipotonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/
kepekatannyakurang.
4. Haluaran cairan/kaji input output. Haluaran cairan meliputi urine (volume, kepekatan),
fases(jumlah, konsistensi), drainase,dan IWL.
5. Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan, kekeringan pada
membran mukosa.
6. Proses penyakit Kondisi penyakit yang dapat mengganggu keseimbangancairan dan elektrolit
(misalnya deabetesmelitus, kanker, luka bakar, hematemesis,dan lain-lain).
7. Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan
elektrolit (misalnya steroid, diuretik, dialisis).
Pemeriksaan fisik
1. Integumen: turgor kulit, edema, kelemahanotot, tetani, dan sensairasa.
2. Kardiovaskular.distensi vena juqularis, tekanan darah, dan bunyi jantung.
3. Mata: cekung, air mata kering.
4. Neurotoat: refleks, gangguanmotorik dan sensorik,tingkat kesadaran.
5. Gastrointestinal.mukosamulut, mulut, lidah, bising usus.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaanini meliputi jumlah sel darah merah, 150 hemoglobin
(Hb), dan hernatokrit(Ht).
a. Ht naik: adanya.dehidrasi berat dan gejala syok.
b. Htturun: adanya perdarahanakut, masif, dan reaksi hemolitik.
c. Hb naik: adanya hemokonsentrasi.
d. Hb turun: adanya perdarahanhebat, reaksi hemolitik.
2. Pemeriksaan elektrolit serum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
3. pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030. Kebutuhan cairan pada
anak
Rumus Kebutuhan Cairan Pada Anak
1-10 KG 100 ML/KG BB
11-20 KG 1000 ML + 50 ML/KG DIATAS BB 10 KG
>20 KG 1500 ML + 20 ML/KG SIATAS BB 20 KG S
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
1. Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan
adalah 8 x 100 = 800 ml/hari
2. Pada anak dengan BB 10 - 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg
penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi
1250 ml/ hari kebutuhan cairannya
3. Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama
dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, misal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah
1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan
berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari
Contoh soal
1. Berapa kebutuhan cairan normal per hari untuk anak dengan berat 8 kg?
Diketahui : kebutuhan air/hari untuk BB 1-10 kg = 100 ml/kg BB
Jawab : 8 Kg x 100ml/kg = 800 ml/hari
2. Berapakah kebutuhan cairan normal untuk anak dengan berat 15 kg?
Diketahui : Kebutuhan air/harI untuk BB 11-20 kg = 1000 ml + 50 ml/ kg 15 kg = 10 kg + 5 kg =
1000 ml + 5 kg
Jawab : 1000 ml + (5 kg x 50 ml) = 1000 + 250 = 1250 ml/hari

Intake cairan : Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hUang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh gastrointestinal.
Output cairan pada anak: Kehilangan caiaran tubuh melalui :
1. Urine:
Normalnya urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan dan
elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Standarvolume urine normal dapat dilihat pada
tabel berikut :
StandarVolume Urine Normal Volume Urin ( ml/kgBB/hari)
Bayi lahir 10-90
Bayi 80-90
Anak-anak 50
Remaja 40
Dewasa 30
2. Insersible WaterLoss( IWL )
Insensible water loss adalah kehilangan cairan yang tidak disadari melaui kulit dan pernafasan.
BesarnyaIWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,tingkat
metabolism, dan usia.
Besar IWL Menurut Usia ( ml/kgBB/hari)
Bayi lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
3. Keringat:
Berkeringat terjadi sebagairespon terhadap kondisi tubuh yang panas,respon ini berasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces:
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanismereabsorbsidi dalam mukosausus besar(kolon)

Tindakan untuk mengatasi kekurangan volume cairan dan elektrolit :


1. Menghitung balance cairan :
Merupakan tindakan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan
memgukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output). Tujuannya untuk Menentukan status
keseimbangancairan tubuh dan tingkat dehidrasi klien.
Prosedur:
a. Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air minum, air dalam
makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena
b. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat, feses,
muntah, insensiblewater loss(IWL).
c. Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE – OUTPUT
d. Dokumentasi
2. Memasang dan memonitor cairan infuse
Salah satu cara pemberian terapi cairan dengan menggunakan prosedur infasif yang dilaksanakan
dengan menggunakan tehnik aseptic
Persiapan alat
a. Standarinfus
b. Infus set
c. Cairanyang dibutuhkan
d. Jarum infus dengan ukuran yang disesuaikan
e. Perlakdan alasnya
f. Tourniquet, kapasalcohol curafor
g. Plester,sarung tangan, dan gunting
Prosedur:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada orang tua pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien.
d. Siapkan standar infus
e. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan bagian karet pada cairan infus
f. lsi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka
klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara yang ada diselang akan keluar
g. Letakkan perlak dibawah tempat vena yang akan ditusuk
h. Pasang tourniquet sedekat mungkin disekitar area penusukan
i. Lakukan desinfektan pada daerah sekitar tempat penusukan dengan arah melingkar dari dalam
keluar
j. Dengan mata jarum menghadap keatas dan membentuk sudut 20 - 30 derajat dengan kulit,
lakukan penusukan dengan cepat lapisan yang ada diatas vena
k. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila ada darah \ dalam 154 jarum, tarik keluar
bagian dalam jarum sambil menyusupkan bagian luaranya lebih jauh ke dalam vena.
l. Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian atas vena dengan menggunakan jari tangan
agar darah tidak keluar, selanjutya hubungkan abocath ke slang infuse secara cepat dan
cermat.
m. Lepaskantorniket, buka klem dan alirkan cairan infus.
n. Lakukan fiksasi dan jangan lupa memberikan bantalan pada telapak tangan bayi atau anak -
anak agar infus tidak mudah lepas bila perlu pasangspalk.
o. Atur kecepatan tetesan sesuaidengan instruksi
p. Rapikan pasiendan bereskanalat
q. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
r. Dokumentasikan

LATIHAN : Praktik memasang infus pada bayi dan anak


KASUS : Seorang bayi laki-Iaki usia 9 bulan diantar ke rumah sakit oleh ibunya dengan keluhan
diare sejak kemarin. Frekwensi BAB 5 kali sejak pagi, klien juga muntah 2 kali. Klien
didiagnosadiare dengan dehidrasisedang.Intruksi dokter, klien dipasanginfuse.
Tugas : Lakukan pemasangan infus pada anak tersebut
Persiapan Alat
a. Standarinfus
b. Infus set
c. Cairan yang dibutuhkan
d. Jarum infus dengan ukuran yang disesuaikan
e. Perlakdan alasnya
f. Tourniquet, kapas alcohol, curafor
g. Plester,handscun dan gunting
Persiapan Lingkungan
a. Persiapkanlingkungan/ setting tempat untuk interaksiseperti di ruang perawatananak di rumah
sakit
b. Atur lingkungan aman dan nyamanserta libatkan orang tua untuk rasa aman anak
Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi:
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post Interaksi
SOP Pemasangan infus
Tahap Pra Interaksi
a. Kaji Kebutuhan antropometri bayi dan anak
b. Siapkan alat
c. Cuci tangan
Tahap orientasi
d. Berikan salam
e. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
f. Jaga privasi
Tahap kerja
g. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
h. Siapkan standar infus
i. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan bagian karet pada cairan infus
j. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka
klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara yang ada di selang akan keluar
k. Letakkan perlak dibawah tempat vena yang akan ditusuk
l. Pasang Torniquet sedekat mungkin disekitar area penusukan
m. Lakukan desinfektan pada daerah sekitar tempat penusukan dengan arah melingkar dari dalam
keluar
n. Dengan mata jarum menghadap keatas dan membentuk sudut 20-30 derajat dengan kulit,
lakukan penusukan dengan tepat lapisan yang ada diatas vena
o. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum, apabila ada darah dalam jaru, tarik keluar bagian
dalam jarum sambil menyusupkan bagian luarnya lebih jauh ke dalam vena
p. Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian atas vena dengan menggunakan jari tangan
agar adrah tidak keluar, selanjutnya hubungkan abocath ke selang infus secara cepat dan
cermat
q. Lepaskan torniquet, buka klem dan alirkan cairan infus
r. Lakukan fiksasi dan jangan lupa emmberikan bantalan pada telapak tangan bayi atau anak-
anak agar infus tidak mudah lepas bila perlu pasang spalk
s. Atur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
Tahap terminasi
t. Simpulkan kegiatan
u. Evaluasi perasaan klien
v. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
w. Bereskan alat
x. Cuci tangan
y. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi/anak

Anda mungkin juga menyukai