Anda di halaman 1dari 9

PRATIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“PEMERIKSAAN FISIK PERNAFASAN”


“PERAWATAN WSD”

DISUSUSN OLEH:
KELOMPOK C

1. YUNI MELLIANTI (2011316017)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2021-2022
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAFASAN

A. Pengertian
Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam-basa.

B. Tujuan :
Untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam sistem pernapasa, untuk
mengetahui kecukupan oksigen, irama napas, dan frekuensi napas.

C. Prosedur Tindakan
Alat dan bahan :
1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. jam tangan
Prosedur kerja :
1. Salam terapeutik:
a. perkenalan
b. jelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. jelaskan tujuan tindakan
d. kontrak waktu
2. Tutup sampiran
3. cuci tangan 6 langkah
4. Atur posisi klien semi fowler
5. Suruh klien membuka baju
6. general inspection (inspeksi secara umum)
a. Bentuk dada
b. Ada sesak atau tidak
c. Batuk atau tidak
d. Ada luka atau tidak
7. inspeksi tangan
a. Lihat kuku klien apakah ada sianosis atau tidak
b. Temukan kedua jempol tangan pada bagian punggung pada jari normal,
antara pangkal kuku dapat bertemu. Tetapi pada clubbingfinger,
pangkal kuku tidak dpt bertemu, membentuk sudut 165 derajat
8. memeriksa denyut nadi
9. memeriksa respirasi
10. inspeksi tremor menandakan adanya asterixis (retensi oksigen), caranya
dengan menyuruh klien menjulurkan tangan kedepan
11. inspeksi mata Tarik kelopak mata bagian bawah dengan menggunakan ibu
jari.Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah,
lihatapakah anemis atau tidak
12. inspeksi mulut menganjurkan klien untuk membuka mulut dan
menjulurkan lidah, lihatapakah kebiruan atau tidak, jika kebiruan itu
menandakan adanya sianosis.
13. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri. identifikasi 5ena jugularis. Lihat
apakah ada pembengkakan pada jvp atau tidak.
14. Amati apakah ada pergeseran trakea.
15. close inpection (inspeksi secara dekat)
a. bentuk dada
b. Skars
c. luka
d. lebam
16. palpasi apex beat (irama jantung) pada ics 5
17. palpasi
a. palpasi :
palpasi pada thoraks digunakan untuk mengkaji keadaan kulit
pasien,adanya nyeri tekan, massa, kesimetrisan ekspansi dada, taktil
fremitus vokal premitus.
1) palpasi kesimetrisan dinding dada.
Letakkan kedua telapak tangan pada dinding dada. Anjurkan pasien
nafas dalam. rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan antara
dada kanan dan kiri. kemudian kaji pula pada daerah punggung
dengan cara yang sama. biasanya pada pasien yang mengalami nyeri
pada costae dan sternum, baik karena adanya krepitasi maupun
farktura, pergerakan dinding dada tidak akan sama antara kanan dan
kiri.
2) palpasi taktil fremitus.
Letakkan kedua telapak tangan pada kedua lapang paru. Kemudian
minta pasien mengucapkan (tujuh puluh tujuh atau sembilan puluh
sembilan) angka ini bila diucapkan akan menimbulkan fibrasi yang
kuat. kemudian letakkan kedua telapak tangan pada dinding dada
yang sama tetapi secara bersilang. kegiatan ini dilakukan di semua
lapang paru. palpasi ini dilakukan untuk memeriksa getaran udara
pada dinding paru. normalnya getaran suara terasa sama pada kedua
lapang paru. Abnormalitas terjadi bila salah satu sisi atau keduanya
fibrasinya lemah.
18. Perkusi
perkusi dilakukan dengan cara mengetuk jari tengah tangan yang tidak
dominan oleh jari tengah tangan dominan. perkusi pada dinding thoraks
dilakukan pada intercostal space (ics) celah antara tulang rusuk. Perkusi
dinding thoraks tidak boleh dilakukan pada sternum karena
akanmenimbulkan nyeri dan mudah fraktur.
19. penilaian suara perkusi thoraks :
a. Sonor / resonan : suara paru normal
b. redup : Terjadi konsolidasi paru
c. pekak : terjadi bila paru terisi cairan, suara ini normal bila terdengar
pada icS 3-5 midsternal sinistra karena terdapat jantung.
d. hipersonor/hiperresonan : Terjadi bila ada timbunan udara yang
berlebihan.
20. Auskultasi
Suara normal pada auskultasi pada paru.
Inspirasi Bunyi Lokasi
Bunyi Nafas
=Ekspirasi Ekspirasi Vesikuler
Vesikuler inspirasi > lembut Sebagian area paru
ekspirasi
Bronkovesikule inspiras= ekspirasi Sedang icS 1 dan 2 sternal
r line sinistra dan
dextra
Trakeal inspirasi = ekspira Sangat  di atas trakea pada
si keras leher 
Bronkial inspirasi <ekspiras keras di bawah manubriu
i m stern

21. kaji respon klien
22. buka sampiran
23. cuci tangan 6 langkah
24. dokumentasi

Perawatan WSD ( Water Seal Drainage ) 

A.    Pengertian

WSD merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah


prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga pleura
dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke sistem drainase
(suction). Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan asing yang
yang bersifat solid dari rongga dada pleura atau rongga thoraks dan ruang
mediastinum.

B.     Tujuan PerawatanWSD :


1.      Mengganti balutan dada dan selang WSD.
2.      Memonitor kepatenan dan fungsi sistem WSD.
3.      Mengganti botol WSD.  
4.      Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

C.    Dalam Perawatan Yang Harus Diperhatiakan :


1)      Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
2)      Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
3)      Mendorong berkembangnya paru-paru.
      Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
      Latihan napas dalam.
      Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
      Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
       Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan. Suction harus berjalan efektif :

1.     Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1
- 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2.     Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,
keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3.    Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di
cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan
di dinding paru-paru.
4.      Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
a.     Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
b.    Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
c.    Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu
meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
d.   Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan
slang harus tetap steril.
e.      Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,
dengan memakai sarung tangan.

Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,


misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal
Drainage)

D.    Persiapan Alat :


1.      Satu buah meja dengan satu set bedah minor
2.      Botol WSD berisi  larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl
0,9% dan  ujung selang terendam sepanjang dua cm.
3.      Kasa steril dalam tromol
4.      Korentang
5.      Plester dan gunting
6.      Nierbekken/kantong balutan kotor
7.      Alkohol 70%
8.      Bethadin 10%
9.      Handscoon steril

E.     Persiapan Pasien Dan Lingkungan:


  Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukaN
  Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
  Membebaskan pakaian pasien bagian atas
  Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
  Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.
F.     Pelaksanaan Perawatan WSD
1.     Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
2.     Membuka set bedah minor steril
3.     Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati,    balutan
kotor dimasukkan ke dalam nierbekken
4.     Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan
alkohol 70%
5.     Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya   kemudian
diplester
6.      Selang WSD diklem
7.      Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
8.     Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang
WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
9.      Klem selang WSD dibuka
10.  Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk
efektif
11.  Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan
latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
12.  Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien
dalam posisi yang paling nyaman
13.  Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi
kembali
14.  Membuka handscoon dan mencuci tangan
15.  Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
16.  Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
  Evaluasi keadaan umum :
1.      Observasi keluhan pasien
2.      Observasi gejala sianosis
3.      Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
4.      Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
5.      Observasi tanda-tanda vital.
  Evaluasi ekspansi paru meliputi :
1.      Melakukan anamnesa
2.      Melakukan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
3.      Melakukan Palpasi  paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
4.      Melakukan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
5.      Melakukan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
6.     Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan  sebelum
selang WSD di lepas.
  Evaluasi WSD meliputi :
1.      Observasi undulasi pada selang WSD
2.      Observasi fungsi suction countinous
3.      Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
4.      Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
5.      Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2  cm di
bawah air
6.      Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
7.      Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh

Anda mungkin juga menyukai