TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tumbuh Kembang
1. Defenisi
Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi –lahir),masa bayi
(lahir – 1 tahun), kanak-kanak awal (toddlerdan prasekolah), kanak-kanak pertengahan
(6 – 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (11- 19 tahun). Masing-masing periode
memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai yaitu serangkaian ketrampilan dan
kompetensi yang harus dikuasai pada tahap perkembangannya agar anak mampu
berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Wong, et al., 2009).
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian besar sistem
tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan
yang moderat. Anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu berada
pada usia tiga sampai enam tahun Anak usia prasekolah adalah pribadi yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan
agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Di usia ini anak mengalami
banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai
berikut,berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi,
belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal(tubuh), belajar dari
lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa,
dan munculnya perilaku (Wong, et al., 2009).
2. Pertumbuhan Fisik
Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari
tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku
tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang
sangat penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual (Wong,
2009)
Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan sekelilingnya,
menyusun 6 balok, mulai cemburu pada ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar
dalam mengontrol buang air kecil, mulai mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa,
dapat menunjuk mata dan hidung, memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain
dengan teman-temannya. Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan
menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi untuk
berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan
berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009).
a. Tinggi badan
Usia toddler rata-rata mengalami penambahan tinggi 7,5 cm per tahun. Rata-rata
usia toddler memiliki tinggi badan sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun
adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
b. Berat badan
Rata-rata pertumbuhan berat badan usia toddler adalah 1,8-2,7 kg pertahun. Rata-
rata berat badan usia toddler adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat badan toddler
mencapai empat kali berat lahir.
c. Lingkar kepala
Pada usia 1-2 tahun, ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju
peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5cm, kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm per tahun sampai usia 5 tahun (Cahyaningsih, 2011).
a. Perkembangan Motorik
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan anak yang
berkaitan dengan pengertian mengenai proses bagaimana anak belajar dan
memikirkan lingkungan. Kognisi meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna
yang diindra), imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar. Semua bentuk
mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan, membayangkan, memperkirakan,
menduga dan menilai adalah kognisi
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi dalam empat tahap, yaitu
sebagai berikut.
1) Sensori motor (0-2 tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau memegang karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
5. Perkembangan Bahasa
Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak sudah harus dibentuk pada usia
toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu
menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya berupa
hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada tahap orientasi
instrumental naif dimana segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan
mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret.
Timbal balik atau keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul
tanganku, aku akan memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas atau
rasa terima kasih (Wong, et al., 2009).
7. Perkembangan Spiritual
Pada periode anak toddler (umur 1-3 tahun) merupakan masa yang penting bagi anak
karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan
dan mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya. Setelah lahir sampai 3 tahun
pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-
cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi kinerja otak mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal hidup hingga bersosialisasi (Yuliastati dan
Amelia, 2016)
Pada masa ini perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga
dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila
tidak dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari (Yuliastati dan Amelia, 2016)
Keluarga merupakan unit yang terkecil dalam masyarakat di mana anak-anak mulai
belajar berkomunikasi dan melakukan interaksi dengan orang dewasa.Salah satu bentuk
pembinaaan yang perlu diberikan oleh keluarga kepada anak adalah dalam hal
kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan
manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain.
Anak usia prasekolah memiliki pengalaman hidup yang terbatas, sehingga mereka
dapat memproyeksikan perasaan kepada orang atau situasi baru. Mereka dapat
menggunakan proyeksi ini untuk membantu memahami apa yang terjadi di sekitar
mereka. Anak usia prasekolah dapat memproyeksikan orang tua mereka atau perasaan
atau karakteristik pengasuh terhadap “Tuhan”: jika ibu marah, maka Tuhan mungkin
juga marah. Keyakinan agama keluarga dapat memengaruhi pola makan anak, cara
mendisiplinkan yang digunakan orang tua, dan bahkan bagaimana pandangan orang tua
terhadap anak mereka. Perawat perlu mengetahui tentang praktik doa atau ibadah
keluarga, hal ini dapat digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ibadah
selama anak sakit atau dirawat di rumah sakit
Masa usia emas merupakan masa emas perkembangan seorang manusia, di manaterjadi
lonjakan perkembangan anak yang sangat pesat dan tidak terulang pada
masaberikutnya. Masa emas tersebut dapat diberikan pada saat anak masih di rumah
melaluipembentukan dasar-dasar keimanan dan perilaku, seperti iman, harapan, kasih
sayang,watak jujur, adil, ramah, santun, ulet, rajin, teliti, rendah hati, tenang dan damai,
menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain, sigap dan bertanggung jawab.
Pendidikan agama jika diajarkan sejak usia dini akan membawa berkah bagi
keluargatersebut, seperti pada agama Islam diatur segala aspek kehidupan manusia,
baik hubunganmanusia dengan Tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan
manusia lainnya maupun manusia dengan alam sekitarnya. Pendidikan agama jika
diajarkan sejak usia dini akan membawa berkah bagi keluargatersebut, seperti pada
agama Islam diatur segala aspek kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lainnyamaupun
manusia dengan alam sekitarnya.Jika keluarga dapat mengarahkan anaknyasejak usia
dini agar melalui agama Islam, anak dibiasakan berzikir untuk mengingat Allah,doa,
istighar, puasa, dan salat merupakan rangkaian ibadah yang dapat membentukanak
menjadi sehat mentalnya sejak usia dini. Jika anak sejak usia dini sudah diberikan
pemahaman untuk menumbuhkembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan meng-
hilangkan sifat-sifat tercela (mazmumah), akan didapatkan masa depan anak yang tidak
membuat masalah bagi kedua orangtuanya. Keluarga sebagai pendamping anak pada
saat anak berada di rumah akan membekali anak dengan jiwa yang sehat melalui agama
yang berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu.
Peran keluarga Muslim dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak, dapat dilihat
dari dua istilah yaitu :
b. Spiritual dapat diartikan sebagai esensi yang hidup; penuh kebajikan;suatu ciri atau
atribut kesadaran yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan/being values.Dengan
demikian kecerdasan spiritual adalah kemampuan memahami hubungan-
hubungankompleks yang didasarkan atas esensi yang hidup, kebajikan dan
kesadaran yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui pendampingan dari
keluarga, diharapkan anak sejak usia dini telah pahambahwa manusia adalah ciptaan
Tuhan dan bagian dari keseluruhan alam semesta. Sedangkan dari pihak keluarga
perlu meyakini bahwa semua anak yang dilahirkan memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi dan agar sampai dewasa memiliki kecerdasan spiritual yang semakin
tinggi, jika sejak usia dini keluarga membina dan mengembangkan dengan baik.
Anak yang hidup dalam keluarga yang memahami arti suatu kehidupan, akan
memberi pembelajaran kepada anak-anaknya tentang alam semesta, kebesaran
Tuhan akan ciptaannyadari manusia, tumbuh-tumbuhan dan binatang
Kecerdasan spiritual dapat dikembangkan sejak anak berusia dini melalui beberapa cara
yaitu :
a. orangtua memberikan informasi dengan baik dan benar kepada anaknya melalui
penjelasan yang sangat sederhana sesuai dengan usianya mengenai siklus
kehidupanmanusia dari kecil hingga dewasa dan akhirnya meninggalkan dunia.
Semua ini dapat dilakukan tidak dengan suasana kaku, tetapi dapat sambil bermain
atau mengajak anak berjalan-jalan di taman dan kebun binatang.
c. Menjelaskan tujuan hidup setiap orang selalu ingin bahagia. Bahagia dapat orangtua
jelaskan bukan hanya bahagia karena banyak harta, tetapi bahagia dapat dari segi
sosial,kemanusiaan, kesadaran lingkungan hidup damai, saling menghargai dan
memberikan kasih sayang kepada semua ciptaan Tuhan. Sehingga anak sejak usia
dini sudah ada rasa selain memberikan kasih sayang kepada manusia, juga kepada
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sehingga jiwa memelihara sudah ditumbuhkan dari
awal kehidupannya.
8. Perkembangan Kemandirian
a. Sleep Training
Anak tidur sendiri atau sleep training merupakan cara dalam mengajarkan balita
Anda untuk kembali tidur tanpa bantuan orang tua atau pun pengasuhnya, ketika
terbangun di tengah malam. Tujuannya, agar dapat membantu anak dan orang tua
tentunya, untuk memiliki kualitas tidur yang lebih baik
b. Toilet Training
Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18
bulan sampai 2 tahun.. Toddler juga belajar mengendalikan buang air besar dan
kecil menjelang usia tiga tahun dan sangat penting bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilan motorik seperti belajar penerapan toilet training
dengan benar (Wong, 2009). Dampak orang tua tidak menerapkan toilet training
dengan tepat dengan anak menjadikan anak susah diatur. Selain itu anak tidak
mandiri dan membawa kebiasaan mengompol hingga besar, berdasar hal tersebut
menggambarkan bahwa toilet training khususnya anak usiatoddler memerlukan
latihan.
c. Kemandirian untuk Bereksplorasi (Kemampuan Berjalan dan Berpikir)
Ciri terbesar kemandirian dalam tahapan tumbuh kembang anak adalah saat ia
belajar berjalan pada usia 1 tahun, menurut Alan Fogel, Ph.D., seorang
profesor psikologi di University of Utah.
d. Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk untuk memungut
permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri, berjalan mundur lima
langkah.
e. Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik, anak mampu
berjalan tanpa terhuyung-huyung.
f. Anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat bermain dan menendang
bola keci
g. Anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak.
9. Promosi Kesehatan
1. Tahap Persiapan
Kegiatan pada tahapan ini yakni sosialisasi pertemuan dengan petugas dengan tujuan
untuk menyamakan persepsi antara tim Pengabdian dengan Mitra. Rincian Kegiatan
Sosialisasi sebagai berikut:
a. Perumusan Solusi dengan melakukan diskusi antara tim puskesmas dan tim
pengabmas dengan tujuan identifikasi masalah baik melalui survey di Puskesmas,
wawancara dengan beberapa ibu balita maupun petugas puskesmas
b. Tim Pengabmas menawarkan solusi kepada puskemas dan strategi dalam
pelaksanaannya.
c. Tim Pengabmas menyiapkan alat dan bahan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan meliputi tumbuh kembang,demonstrasi stimulasi, pengukuran TB/BB,
LIKA LILA, pemenuhan gizi serta pemberian PMTAS. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini meliputi mengkaji pengetahuan awal ibu balita, edukasi pengetahuan
ibu balita dengan menggunakan metode MSG, mengkaji sikap ibu balita, edukasi
sikap ibu balita dengan menggunakan media KIE, demontrsasi stimulasi tumbuh
kembang balita dan evaluasi kegiatan dengan melakukan post test.
Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
yakni dengan pengukuran dimensi tubh dan kompisoso tubuh dari bebagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan bagian atas dan tebal lemak bagian bawah kulit. Keunggulan mudah
dilakukan,dapat diukur berulang-ulang ( ibu sendiri dapat melakukan / tanpa petugas
medis), biaya lebih murah, hasil dapat disimpulkan, dan secara ilmiah dapat diakui
keberadaannya.
Edukasi Ibu dan balita mengenai tumbang. Pemeliharaan status gizi anak sebaiknya:
a. Dimulai sejak kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula
b. Setelah lahir segera beri ASI ekslusif sampai usia 6 bulan
c. Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 6 bulan
secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.
d. Memperpanjang masa menyusui (prolog lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki
Perkembangan motorik dan Bahasa sangat dipengaruhi oleh status gizi, status
kesehatan, dan stimulasi gerak dan Bahasa yang sesuai dengan masa perkembangannya.
Gizi kurang akan menghambat laju perkembangan anak. Akibatnya, proporsi struktur
tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya dan berimplikasi pada perkembangan aspek
lain. Apabila anak balita mengalami kurang gizi akan berdampak pada keterbatasan
pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, dan peradangan kulit.
Salah satu masalah psikologis pada anak toddler yaitu kecemasan. Anak kecil, imatur
dan tergantung pada tokoh ibu, adalah terutama rentan terhadap kecemasan yang
berhubungan dengan perpisahan, karena anak mengalami urutan ketakutan
perkembangan yaitu takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera
tubuh, takut akan impulsnya, dan takut akan cemas hukuman (punishing unxiety) dari
super ego dan rasa bersalah. Sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan
didasarkan pada slah satu atau lebih ketakutan-ketakutan tersebut (Sriyanti, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Anik Maryunani, 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Dewi, Rizky Cintya., Oktiawati, Anisa & Saputri, Lintang Dewi. 2015. Teori & Konsep
Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak Dan Usia Remaja.Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansur, Arif Rohman. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang : Andalas
University Press
Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EG
Sriyanti, Lilik. 2014. Psikologi Anak. Jawa Tengah : STAIN Salatiga Press
Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6. Vol 1.
Jakarta : EGC
Yuliastati & Amelia Arnis. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan
Anak. Jakarta : P2M2