Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tumbuh Kembang

1. Defenisi

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan proses bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui kematangan dan belajar (Wong, et al., 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi secara fisik, intelektual,maupun


emosional. Pada semua dimensi tumbuh kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat
diperkirakan tetapi laju perkembangan setiap anak tidak sama.Terdapat variasi yang
besar dalam hal usia pencapaian tahap perkembangannya.Sebagian tumbuh dan
berkembang cepat sedangkan lainnya lambat dalam mencapai maturitas (Wong, et al.,
2009).

Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi –lahir),masa bayi
(lahir – 1 tahun), kanak-kanak awal (toddlerdan prasekolah), kanak-kanak pertengahan
(6 – 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (11- 19 tahun). Masing-masing periode
memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai yaitu serangkaian ketrampilan dan
kompetensi yang harus dikuasai pada tahap perkembangannya agar anak mampu
berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Wong, et al., 2009).

2. Ciri – Ciri Tumbuh Kembang


Menurut Hurlock EB dalam Soetjiningsih (2016), tumbuh kembang anak mempunyai
cirri-ciri tertentu, yaitu:
a. Perkembangan melibatkan perubahan (Developmentinvolves change)
b. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan lanjutannya (Early
development more critical than critical than later development)
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar (Development is the
product of maturation and the leaning)
d. Pola perkembangan dapat diramalkan (the developmental patenrt is predicable)
e. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat diramalkan (the
developmental pattern has predicable characteristic)
f. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan (there individual
defferences the development)
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there are periods in the
development pattern)
h. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there are social
expectation for every developmental period).
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area of developmens
has potensial hazard)

3. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak


Dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008)
secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.
a. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa
embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama
yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran,
sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu
bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan
jaringan subkutan dan jaringan otot.
b. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masausia prasekolah, masa sekolah, dan
masa remaja.
(1) Masa neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan postnatal setelah lahir diawali dengan masa
neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam
ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
(2) Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia
1-12 bulan) : pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung
secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap kedua
(usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan
terdapat percepatan pada perkembangan motorik.
(3) Masa usia prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik
dan kemampuan kognitif. Menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase
phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan
laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang 14
tuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa
disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan
dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk
makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan
perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah
mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
(4) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan
kognitif dibandingkan dengan masausia prasekolah.
(5) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-
laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap
remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Adriana,
2013 adalah :
a. Faktor internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, yaitu
(1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter
ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
(2) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus.
(3) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan, dan pada masa remaja.
(4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-
laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat.
(5) Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.
(6) Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.g.
b. Faktor eksternal.
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak.
(1) Faktor prenatal
a) Gizi.
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis.
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/zat kimia.
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin.
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi.
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.
f) Infeksi.
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi.
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu.
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
(2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak
(3) Faktor pasca persalinan
a) Gizi.
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital.
Seperti Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kimia.
Lingkungan yang sering disebut melieuadalah tempat anak tersebut hidup
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatifterhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis.
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e) Endokrin.
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosioekonomi.
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan
lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut menghambat
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan.
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat memengaruhi
tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi.
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan.
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf
yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan

B. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Toddler

1. Konsep Tumbuh Kembang Anak Toddler

Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian besar sistem
tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan
yang moderat. Anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu berada
pada usia tiga sampai enam tahun Anak usia prasekolah adalah pribadi yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan
agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Di usia ini anak mengalami
banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai
berikut,berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi,
belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal(tubuh), belajar dari
lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa,
dan munculnya perilaku (Wong, et al., 2009).

2. Pertumbuhan Fisik

Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari
tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku
tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang
sangat penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual (Wong,
2009)

Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan sekelilingnya,
menyusun 6 balok, mulai cemburu pada ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar
dalam mengontrol buang air kecil, mulai mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa,
dapat menunjuk mata dan hidung, memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain
dengan teman-temannya. Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan
menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi untuk
berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan
berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009).

Pertumbuhan fisik usia toddler terdiri dari :

a. Tinggi badan
Usia toddler rata-rata mengalami penambahan tinggi 7,5 cm per tahun. Rata-rata
usia toddler memiliki tinggi badan sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun
adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
b. Berat badan
Rata-rata pertumbuhan berat badan usia toddler adalah 1,8-2,7 kg pertahun. Rata-
rata berat badan usia toddler adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat badan toddler
mencapai empat kali berat lahir.
c. Lingkar kepala
Pada usia 1-2 tahun, ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju
peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5cm, kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm per tahun sampai usia 5 tahun (Cahyaningsih, 2011).

3. Perkembangan Psikososial dan Psikoseksual


Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009), anak sudah
mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan
bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak
akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak memberikan
kemandirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.

Perkembangan psikoseksual anak toddler yang dikemukakan oleh Sigmund Freud


dalam Hidayat (2009) merupakan perkembangan psikoseksual pada fase kedua yaitu
fase anal (1-3 tahun) dimana kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja,
anak akan menunjukan keakuanya dan sifatnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap
dirinya sendiri dan sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Menurut
Supartini (2004), pada tahap ini anak senang menahan Perkembangan psikoseksual
anak toddler yang dikemukakan oleh Sigmund Freud dalam Hidayat (2009) merupakan
perkembangan psikoseksual pada fase kedua yaitu fase anal (1-3 tahun) dimana
kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukan
keakuanya dan sifatnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat
egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Menurut Supartini (2004), pada tahap
ini anak senang menahan

4. Perkembangan Motorik dan Kognitif

a. Perkembangan Motorik

1) Perkembangan motorik kasar anak usia toddler

a) Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan,


membungkuk untuk memungut permainannya kemudian berdiri tegak kembali
secara mandiri, berjalan mundur lima langkah.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30
detik, anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c) Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat
bermain dan menendang bola kecil.

2) Perkembangan motorik halus anak usia toddler


a) Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan
kubus ke dalam kotak.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,
menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk, anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran.
c) Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2016).

b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan anak yang
berkaitan dengan pengertian mengenai proses bagaimana anak belajar dan
memikirkan lingkungan. Kognisi meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna
yang diindra), imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar. Semua bentuk
mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan, membayangkan, memperkirakan,
menduga dan menilai adalah kognisi

Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi dalam empat tahap, yaitu
sebagai berikut.
1) Sensori motor (0-2 tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau memegang karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.

2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)


Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit karena tidak bisa melihat dari
sudut pandang orang lain. Anak memiliki kecenderungan meniru orang
disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai mengerti motivasi, tetapi mereka
tidak mengerti cara berpikir yang sistematis.

3) Operasional konkret (7-11 tahun)


Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-kejadian konkrit, proses berpikir
menjadi lebih rasional.

4) Operasional formal (mulai umur 11 tahun)


Perkembangan kemampuan nalar abstrak dan imajinasi lebih baik, pengertian
terhadap ilmu dan teori lebih mendalam.
Perkembangan kognitif anak toddler dijabarkan sebagai berikut.
a. Usia 12-18 bulan anak dapat menemukan objek yang disembunyikan,
membedakan bentuk dan warna, memberikan respon terhadap perintah sederhana,
menggunakan trial dan error untuk mempelajari tentang objek.
b. Usia 18-24 bulan anak mampu menggelindingkan bola kearah sasaran, membantu
atau meniru pekerjaan rumah tangga, dapat memulai permainan pura-pura,
memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri, menikmati gambar
sederhana, mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagian-bagian dari tubuhnya.
c. Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta, melihat gambar dan dapat menyebut nama benda dua atau lebih, dapat
bercerita menggunakan paragraf sederhana,menggabungkan dua sampai tiga kata
menjadi kalimat, menggunakan nama sendiri untuk menyebutkan dirinya.
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013)

5. Perkembangan Bahasa

Menurut Maryunani (2011) menyatakan perkembangan bahasa sesuai usia:


No Usia Uraian
1 Usia 15 bulan Anak menggunakan istilah yang
eksresif.
2 Usia 2 tahun Anak bisa menggunakan 300 kata,
menggunakan 2 atau 3 suku kata
(frase) dan menggunakan kata ganti.
3 Usia 2,5 tahun Anak menyebutkan nama panggilan
dan nama lengkapnya; anak juga
menggunakan kata jamak.

Tabel 2.1 Perkembangan bahasa sesuai usia

Kemajuan bicara setelah usia 2 tahun berlalu anak akan meninggalkan


komunikasi prabicara yang sangat berperan selama masa bayi, setelah berusia
dua tahun. Periode mengoceh juga telah berlalu, anak lebih banyak belajar bicara
meskipun isyarat banyak digunakan sebagai pelengkap pembicaraan, misalnya
saja anak menyebut pipis dengan memegang celana.
No Tugas belajar Uraian
bicara balita
1 Pengucapan kata-kata  Anak-anak sulit mengucapkan
huruf seperti z, w, d, s, g, dan
kombinasi huruf seperti st, str,
dr, dan fl.
 Mendengarkan radio dan
telivisi dapat membantu anak
mengucapkan kata-kata yang
benar

2 Menambah kosa kata  Kosa kata meningkat pada


masa ini
 Hal ini terutama berkaitan
dengan baik dan buruk,
memberi dan menerima,
bilangan dan warna-warna.

3 Membentuk  Kalimat dengan tiga atau


kalimat empat kata sudah mulai
disusun anak usia dua tahun
dan biasa disusun anak usia
tiga tahunan.
 Kalimat banyak yang tidak
lengkap, misalnya
. Setelah usia tiga tahun anak dapat
membentuk kalimat
kurang kata kerja.
 Setelah usia tiga tahun anak
dapat membentuk kalimat
dengan 6-8 kata.

Tabel 2.2 perkembangan bicara sesuai usia

Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective vocalization, Bubbling,


Lalling, Echolalia, dan True speech. Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-
kata sendiri, menunjuk bagian tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal ; usia 18-
24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan kata meningkat
pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih ; usia 24-36 bulan
pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering dilakukan di
keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan tanya-jawab
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
6. Perkembangan Moral

Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak sudah harus dibentuk pada usia
toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu
menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya berupa
hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada tahap orientasi
instrumental naif dimana segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan
mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret.
Timbal balik atau keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul
tanganku, aku akan memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas atau
rasa terima kasih (Wong, et al., 2009).

7. Perkembangan Spiritual

Pada periode anak toddler (umur 1-3 tahun) merupakan masa yang penting bagi anak
karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan
dan mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya. Setelah lahir sampai 3 tahun
pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-
cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi kinerja otak mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal hidup hingga bersosialisasi (Yuliastati dan
Amelia, 2016)

Pada masa ini perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga
dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila
tidak dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari (Yuliastati dan Amelia, 2016)

Keluarga merupakan unit yang terkecil dalam masyarakat di mana anak-anak mulai
belajar berkomunikasi dan melakukan interaksi dengan orang dewasa.Salah satu bentuk
pembinaaan yang perlu diberikan oleh keluarga kepada anak adalah dalam hal
kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan
manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain.

Anak usia prasekolah memiliki pengalaman hidup yang terbatas, sehingga mereka
dapat memproyeksikan perasaan kepada orang atau situasi baru. Mereka dapat
menggunakan proyeksi ini untuk membantu memahami apa yang terjadi di sekitar
mereka. Anak usia prasekolah dapat memproyeksikan orang tua mereka atau perasaan
atau karakteristik pengasuh terhadap “Tuhan”: jika ibu marah, maka Tuhan mungkin
juga marah. Keyakinan agama keluarga dapat memengaruhi pola makan anak, cara
mendisiplinkan yang digunakan orang tua, dan bahkan bagaimana pandangan orang tua
terhadap anak mereka. Perawat perlu mengetahui tentang praktik doa atau ibadah
keluarga, hal ini dapat digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ibadah
selama anak sakit atau dirawat di rumah sakit

Masa usia emas merupakan masa emas perkembangan seorang manusia, di manaterjadi
lonjakan perkembangan anak yang sangat pesat dan tidak terulang pada
masaberikutnya. Masa emas tersebut dapat diberikan pada saat anak masih di rumah
melaluipembentukan dasar-dasar keimanan dan perilaku, seperti iman, harapan, kasih
sayang,watak jujur, adil, ramah, santun, ulet, rajin, teliti, rendah hati, tenang dan damai,
menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain, sigap dan bertanggung jawab.

Pendidikan agama jika diajarkan sejak usia dini akan membawa berkah bagi
keluargatersebut, seperti pada agama Islam diatur segala aspek kehidupan manusia,
baik hubunganmanusia dengan Tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan
manusia lainnya maupun manusia dengan alam sekitarnya. Pendidikan agama jika
diajarkan sejak usia dini akan membawa berkah bagi keluargatersebut, seperti pada
agama Islam diatur segala aspek kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lainnyamaupun
manusia dengan alam sekitarnya.Jika keluarga dapat mengarahkan anaknyasejak usia
dini agar melalui agama Islam, anak dibiasakan berzikir untuk mengingat Allah,doa,
istighar, puasa, dan salat merupakan rangkaian ibadah yang dapat membentukanak
menjadi sehat mentalnya sejak usia dini. Jika anak sejak usia dini sudah diberikan
pemahaman untuk menumbuhkembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan meng-
hilangkan sifat-sifat tercela (mazmumah), akan didapatkan masa depan anak yang tidak
membuat masalah bagi kedua orangtuanya. Keluarga sebagai pendamping anak pada
saat anak berada di rumah akan membekali anak dengan jiwa yang sehat melalui agama
yang berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu.

Peran keluarga Muslim dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak, dapat dilihat
dari dua istilah yaitu :

a. Kecerdasan/intelligence adalah istilahkompleks yang terkait dengan kemampuan


untuk menggunakan konsep-konsep yangabstrak, mempelajari dan memahami
hubungan-hubungan yang kompleks. Selain itu,kecerdasan juga dapt diartikan
sebagi konstruk pengukuran untuk mengetahui tingkatan kemampuan kognitif atau
kemampuan nalar.

b. Spiritual dapat diartikan sebagai esensi yang hidup; penuh kebajikan;suatu ciri atau
atribut kesadaran yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan/being values.Dengan
demikian kecerdasan spiritual adalah kemampuan memahami hubungan-
hubungankompleks yang didasarkan atas esensi yang hidup, kebajikan dan
kesadaran yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui pendampingan dari
keluarga, diharapkan anak sejak usia dini telah pahambahwa manusia adalah ciptaan
Tuhan dan bagian dari keseluruhan alam semesta. Sedangkan dari pihak keluarga
perlu meyakini bahwa semua anak yang dilahirkan memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi dan agar sampai dewasa memiliki kecerdasan spiritual yang semakin
tinggi, jika sejak usia dini keluarga membina dan mengembangkan dengan baik.
Anak yang hidup dalam keluarga yang memahami arti suatu kehidupan, akan
memberi pembelajaran kepada anak-anaknya tentang alam semesta, kebesaran
Tuhan akan ciptaannyadari manusia, tumbuh-tumbuhan dan binatang

Kecerdasan spiritual dapat dikembangkan sejak anak berusia dini melalui beberapa cara
yaitu :

a. orangtua memberikan informasi dengan baik dan benar kepada anaknya melalui
penjelasan yang sangat sederhana sesuai dengan usianya mengenai siklus
kehidupanmanusia dari kecil hingga dewasa dan akhirnya meninggalkan dunia.
Semua ini dapat dilakukan tidak dengan suasana kaku, tetapi dapat sambil bermain
atau mengajak anak berjalan-jalan di taman dan kebun binatang.

b. Orangtua dapat menjelaskan ciptaan Tuhan,selain manusia ada tumbuh-tumbuhan


dan binatang. Biasanya anak kecil yang sudah menggunakan pikirannya dengan
baik, akan banyak bertanya tentang berbagai macam hal dengan pertanyaan, seperti:
Mengapa ada adik, kenapa binatang memberi makan anaknya,bagaimana tumbuh-
tumbuhan tersebut dapat mati, dan berbagai macam pertanyaan yang kadang-kadang
sangat rinci.

c. Menjelaskan tujuan hidup setiap orang selalu ingin bahagia. Bahagia dapat orangtua
jelaskan bukan hanya bahagia karena banyak harta, tetapi bahagia dapat dari segi
sosial,kemanusiaan, kesadaran lingkungan hidup damai, saling menghargai dan
memberikan kasih sayang kepada semua ciptaan Tuhan. Sehingga anak sejak usia
dini sudah ada rasa selain memberikan kasih sayang kepada manusia, juga kepada
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sehingga jiwa memelihara sudah ditumbuhkan dari
awal kehidupannya.

d. Diajak bersama-sama membaca kitab suci. Orangtua perlu menyediakan waktu


khusus bersama anak-anaknya untuk membahasdan mendiskusikan setiap kalimat
yang ada di setiap kitab suci. Sehingga wawasannya akan bertambah tentang
kehidupan, apalagi jika orangtua pandai mendongeng tentang kisah-kisah dan tokoh-
tokoh spiritual yang ada di dunia.

8. Perkembangan Kemandirian

a. Sleep Training
Anak tidur sendiri atau sleep training merupakan cara dalam mengajarkan balita
Anda untuk kembali tidur tanpa bantuan orang tua atau pun pengasuhnya, ketika
terbangun di tengah malam. Tujuannya, agar dapat membantu anak dan orang tua
tentunya, untuk memiliki kualitas tidur yang lebih baik
b. Toilet Training
Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18
bulan sampai 2 tahun.. Toddler juga belajar mengendalikan buang air besar dan
kecil menjelang usia tiga tahun dan sangat penting bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilan motorik seperti belajar penerapan toilet training
dengan benar (Wong, 2009). Dampak orang tua tidak menerapkan toilet training
dengan tepat dengan anak menjadikan anak susah diatur. Selain itu anak tidak
mandiri dan membawa kebiasaan mengompol hingga besar, berdasar hal tersebut
menggambarkan bahwa toilet training khususnya anak usiatoddler memerlukan
latihan.
c. Kemandirian untuk Bereksplorasi (Kemampuan Berjalan dan Berpikir)
Ciri terbesar kemandirian dalam tahapan tumbuh kembang anak  adalah saat ia
belajar berjalan pada usia 1 tahun, menurut Alan Fogel, Ph.D., seorang
profesor psikologi di University of Utah.
d. Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk untuk memungut
permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri, berjalan mundur lima
langkah.
e. Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik, anak mampu
berjalan tanpa terhuyung-huyung.
f. Anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat bermain dan menendang
bola keci
g. Anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak.

9. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan (Health Promotion) adalah upaya memasarkan, menyebarluaskan,


mengenalkan, atau menjual kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah
memasarkan atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan,
sehingga masyarakat menerima (dalam artian menerima perilaku kesehatan) atau
mengenal pesan-pesan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup
sehat.

Metode pelaksanaan dibagi 3 tahapan yakni:

1. Tahap Persiapan
Kegiatan pada tahapan ini yakni sosialisasi pertemuan dengan petugas dengan tujuan
untuk menyamakan persepsi antara tim Pengabdian dengan Mitra. Rincian Kegiatan
Sosialisasi sebagai berikut:
a. Perumusan Solusi dengan melakukan diskusi antara tim puskesmas dan tim
pengabmas dengan tujuan identifikasi masalah baik melalui survey di Puskesmas,
wawancara dengan beberapa ibu balita maupun petugas puskesmas
b. Tim Pengabmas menawarkan solusi kepada puskemas dan strategi dalam
pelaksanaannya.
c. Tim Pengabmas menyiapkan alat dan bahan.

2. Pelaksanaan
Kegiatan meliputi tumbuh kembang,demonstrasi stimulasi, pengukuran TB/BB,
LIKA LILA, pemenuhan gizi serta pemberian PMTAS. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini meliputi mengkaji pengetahuan awal ibu balita, edukasi pengetahuan
ibu balita dengan menggunakan metode MSG, mengkaji sikap ibu balita, edukasi
sikap ibu balita dengan menggunakan media KIE, demontrsasi stimulasi tumbuh
kembang balita dan evaluasi kegiatan dengan melakukan post test.

3. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak
yang dirasakan. Menjelaskan dan menguraikan tentang:
a. Pengukuran Tumbuh kembang Balita. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan,
masa balita dimulai dari 12-60 bulan. Perkembangan pertumbuhan balita ditandai
dengan perubahan fisik yang cepat serta perubahan kebutuhan zat gizi. Pada
dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
b. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yakni
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
c. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 bagian yakitu
survey konsumsi makanan, statistic vital, dan factor ekologi.

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
yakni dengan pengukuran dimensi tubh dan kompisoso tubuh dari bebagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan bagian atas dan tebal lemak bagian bawah kulit. Keunggulan mudah
dilakukan,dapat diukur berulang-ulang ( ibu sendiri dapat melakukan / tanpa petugas
medis), biaya lebih murah, hasil dapat disimpulkan, dan secara ilmiah dapat diakui
keberadaannya.

Edukasi Ibu dan balita mengenai tumbang. Pemeliharaan status gizi anak sebaiknya:
a. Dimulai sejak kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula
b. Setelah lahir segera beri ASI ekslusif sampai usia 6 bulan
c. Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 6 bulan
secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.
d. Memperpanjang masa menyusui (prolog lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki

Perkembangan motorik dan Bahasa sangat dipengaruhi oleh status gizi, status
kesehatan, dan stimulasi gerak dan Bahasa yang sesuai dengan masa perkembangannya.
Gizi kurang akan menghambat laju perkembangan anak. Akibatnya, proporsi struktur
tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya dan berimplikasi pada perkembangan aspek
lain. Apabila anak balita mengalami kurang gizi akan berdampak pada keterbatasan
pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, dan peradangan kulit.

Akhirnya, perkembangan anak yang meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan


keterampilannya akan terhambat dibandingkan dengan balita yang memiliki status gizi
yang baik. Status gizi kurang akan memengaruhi perkembangan mental maupun sosial
anak. Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan fisik anak adalah dengan melihat
status gizi anak. Sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat perkembangan seorang
anak dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) (Kemenkes RI,2013).

10. Masalah dan Psikologis yang sering terjadi

Salah satu masalah psikologis pada anak toddler yaitu kecemasan. Anak kecil, imatur
dan tergantung pada tokoh ibu, adalah terutama rentan terhadap kecemasan yang
berhubungan dengan perpisahan, karena anak mengalami urutan ketakutan
perkembangan yaitu takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera
tubuh, takut akan impulsnya, dan takut akan cemas hukuman (punishing unxiety) dari
super ego dan rasa bersalah. Sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan
didasarkan pada slah satu atau lebih ketakutan-ketakutan tersebut (Sriyanti, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.

Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika

Anik Maryunani, 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Cahyaningsih, D., S. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta :


Rineka Cipta

Dewi, Rizky Cintya., Oktiawati, Anisa & Saputri, Lintang Dewi. 2015. Teori & Konsep
Tumbuh Kembang Bayi, Toddler, Anak Dan Usia Remaja.Yogyakarta: Nuha Medika.

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika

Mansur, Arif Rohman. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang : Andalas
University Press

Notosrijoedono, R.A. Anggraeni. 2013. Peran Keluarga Muslim Dalam Mengembangkan


Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini. Universitas Indonesia. Vol. XXXVII No.
Diakses pada 4 Februari 2020 melalui file:///C:/Users/ACER/Downloads/154522-ID-
peran-keluarga-muslim-dalam-mengembangka(1).pdf

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EG

Sriyanti, Lilik. 2014. Psikologi Anak. Jawa Tengah : STAIN Salatiga Press

Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6. Vol 1.
Jakarta : EGC

Yuliastati & Amelia Arnis. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan
Anak. Jakarta : P2M2

Anda mungkin juga menyukai