Anda di halaman 1dari 10

TIGGER CASE PASIEN DENGAN KLIEN GLAUKOMA

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah

Disusun oleh
Kelompok :6
Kelas : 2A

1. Edo Andrian P0 5120217 004


2. Riadha Pratiwi P0 5120217 025
3. Rini Tri Juliasni P0 5120217 026
4. Tiara Afriani P0 5120217 032
5. Yuni Mellianti P0 5120217 036

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Prodi D3 Keperawatan
Tahun Ajaran 2018/2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
yang berjudul “Trigger Case Dengan Klien Glaukoma “ ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu,6 November 2018

Penyusun
KASUS PEMICU

Tn w 40thn dirawat di RS karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer),


sakit kepala, penglihatan kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang.
Pada pemeriksaan didpat pupil yang lebar dan iregular, edem perifer corne, kongesti
pembuluh darah episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit. Pemeriksaan
tonometri TIO diatas 21mmHg, diduga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya
TIO, antara lain karena kecepatan produksi Aqueos humor oleh badan silia, resitensi aliran
aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal schlemna/ tekanan vena epislera.
Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian tetes mata beta
bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol, metripranolol) yang
kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.

A. Pengkajian
I. Identitas
– Nama : Tn.W
– Jenis kelamin : Laki-laki
– Umur : 40 tahun
– Status perkawinan : Sudah Menikah
– Pendidikan : SMP
– Suku/Bangsa : Indonesia
– Alamat : Ds Semanding - Tuban
– Pekerjaan : Petugas parkir
– Sumber informasi : Pasien
II. Keluhan Utama : penglihatan kabur
III. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
P : Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah
kemarin menglami benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W
juga merasakan tidak dapat melihat di sisi samping, dan sellu
melihat ada pelangi saat melihat lampu yg terang. Setelah
mengalami benturan, mata Tn.W dikompres istrinya dengan
air dingin.
Q : penglihatan kabur dirasakan setelah Tn.W
mengalami benturan pada matanya.
R : di daerah matanya
S : penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.W, sampai- sampai beliau sering berpegangan
saat berjalan karena takut jatuh
T : penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam hari
jika terkena sinar lampu.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.W tidak pernah mengalami
penyakit mata sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : menurut keterangan klien tidak ada
keluarga yang mmiliki penyakit mata dan DM serta HT.

IV. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum :
1. Mata Tn.W terlihat masih memar
2. Tn.W tampak lelah
3. TTV
 S : 37 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
 N : 80 x/menit ( 60 – 100 x/menit)
 TD : 120/80mmHg (<=120-130, <=80 mmHg)
 RR : 18 x/menit (16 – 20 x/menit)

V. Sistem Tubuh
1. Breathing (B1)
 Tn.W tampak lelah
 Bentuk dada normal
 Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
 PCH (-)
 Suara pernapasan tambahan (-)
 Pola napas teratur dengan RR 18 x/mnt
2. B2 (Blood)
 Didapatkan tekanan darah yang normal (120/80 mmHg)
 Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)
 Tidak ada sianosis
 CRT normal (< 3 detik)
3. B3 (Brain)
 Terlihat cemas
 Kesadaran compos mentis dengan GCS 456
 Pupil yg melabar dan irreguler
 Edema epitel kornea
 Congesti pemda episkleral & konjungtiva
 COA sempit
 Pemeriksaan TIO > 21 mmHg
 Saat dirangsang cahaya yang terang pasien mengeluh melihat pelangi

4. B4 (Bladder)
 Produksi urin normal min 400 cc/hari
 Tidak ada pemberian ciaran parenteral

5. B5 (Bowel)
 Anorexia
 BB mnurun
 Mulut bersih
 Peristaltik meningkat 25 x/mnt

6. B6 (Bone)
 Tn.W terlihat lelah
 Mampu meggerakkan sendi dengan bebas

Analisa Data

Data Senjang Etiologi Problem


Ds : Gangguan Gangguan persepsi
Tn.W mengatakan penglihatannya kabur penglihatan sensori
setelah mngalami benturan pada
matanya saatbekerja
Do :
- Mata Tn.W terlihat masih
memar
- Tn.W tampak lelah
- Mata Tn.W terlihat merah
- Pupil yg melabar dn irreguler
- Edema epitel kornea
- Congesti pemda episkleral &
conjungtiva
- OA sempit
- Saat dirangsang cahaya yang terang
pasien mengeluh melihat
pelangi
- Pemeriksaan tonometry : TIO >
21 mmHg
DS : Agen pencedera Nyeri akut
Klien mengatakan penglihatan kabur, fisiologis
sakit kepala dan seperti melihat
pelangi bila melihat cahaya yang
terang.

DO :
- Pupil melebar dan terkadang iuler
- Edema epitelkornea
- Lemah, lelah, pergerakan klien
berkurang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepri sensori b/d gangguan penglihatan
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b/d Agen pencedera Setelah dilakukan intervensi 1. Aktivitas Keperawatan :
fisiologis, ditandai dengan:
keperawatan selama 3 x 24 jam,
Manajemen Nyeri
DS : diharapkan (NOC)

Klien mengatakan penglihatan Kontrol Nyeri, Tingkat Nyeri 1. Membantu


1. Observasi, catat lokasi dan
kabur, sakit kepala dan seperti Ditingkatkan ke : membedakan
beratnya nyeri (skala 0-10),
melihat pelangi bila melihat  1 devisiasi berat dari kisaran karakter nyeri menetap atau
penyebab nyeri dan

cahaya yang terang. normal/sangat berat data dasar untuk


hilng timbul
 2 devisiasi cukup berat dari intervensi berikutnya
kisaran normal/berat
DO :
- Pupil melebar dan terkadang  3 devisiasi sedang dari kisaran 2. Observasi TTV tiap 12 jam
2. Nyeri dapat
normal /cukup mempengaruhi vital
iuler
- Edema epitelkornea  4 devisiasi ringan dari kisaran sign sebagai reaksi
- Lemah, lelah, pergerakan klien normal/ringan kompensasi tubuh
berkurang
 5 tidak ada devisiasi dari
kisaran normal/tidak ada 3. Meningkatkan
3. Ajarkan menggunakan tehnik
istirahat, memusatkan
relaksasi : nafas dalam
Dengan kriteria hasil : perhatian , dapat
 Mengenali kapan nyeri terjadi meningkatkan koping
(4)
 Menggambarkan faktor
penyebab (4) 4. Beri posisi yang nyaman sesuai 4. Memberi kesempatan
 Melaporkan nyeri yang (4) keinginan klien bagi otot untuk
terkontrol relaksasi seoptimal
 Nyeri yang di laporkan (4) mungkin
5. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat analgetik 5. Obat analgetik dapat
 Inj ketorolac 1 amp/ 8 jam/IV membantu
13.00 – 21.00 – 05.00 mengurangi nyeri

6. Beritahu dokter jika tindakan


tidak berhasil atau jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri 6. Berdiskusi dengan
sebelumnya. dokter tindakan apa
yang harus dilakukan
lagi atau di ubah
kepada pasien

2. Gangguan persepsi sensori b/d Setelah dilakukan intervensi Aktivitas Keperawatan :


Gangguan Penglihatan keperawatan selama 3x 24 jam, Terapi Aktivitas 1. Kekuatan otot dapat
Ds : diharapkan (NOC) 1. Kaji kekuatan dan tonus otot dijadikan indicator
Tn.W mengatakan penglihatannya Toleransi terhadap aktivitas ekstremitas klien dalam pemenuhan
kabur setelah mngalami benturan
pada matanya saatbekerja Ditingkatkan ke : aktivitas
Do :  1 devisiasi berat dari kisaran
- Mata Tn.W terlihat masih normal/sangat berat 2. Data dasar untuk
memar  2 devisiasi cukup berat dari 2. Kaji kemampuan klien dalam intervensi berikutnya
- Tn.W tampak lelah kisaran normal/berat beraktivitas dan indicator untuk
- Mata Tn.W terlihat merah  3 devisiasi sedang dari kisaran menilai
- Pupil yg melabar dn irreguler normal /cukup perkembangan
- Edema epitel kornea  4 devisiasi ringan dari kisaran
- Congesti pemda episkleral & normal/ringan 3. Klien akan terpenuhi
conjungtiva  5 tidak ada devisiasi dari 3. Bantu klien memenuhi kebutuhannya
- OA sempit kebutuhannya
kisaran normal/tidak ada
- Saat dirangsang cahaya yang 4. Tirah baring lama
terang pasien mengeluh Dengan kriteria hasil : 4. Tingkatkan aktivitas sesuai dapat menurunkan
melihat pelangi  Kemudahan dalam toleransi kemampuan , ini
- Pemeriksaan tonometry : melakukan aktifitas hidup terjadi karena
TIO > 21 mmHg harian (4) keterbatasan aktivitas
mengganggu periode
istirahat

5. Tanpa keluarga klien


tidak bisa berbuat
5. Anjurkan kepada keluarga apa-apa, karena itu
untuk lebih memperhatikan keluarga sangat
kebutuhan klien dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai