Anda di halaman 1dari 8

SOP TERAPI OKSIGEN DAN RJP

Disusun Oleh :
Annisa (2017720066)
7B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020/2021
SOP TERAPI OKSIGEN

A. Definisi
Terapi Oksigen adalah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen
pasa inspirasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan nasal kanul, simple
mask, RBM mask dan NRBM mask.

B. Tujuan
Untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat

C. Indikasi
1. Hipoksia berdasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pasien-
pasien dengan
2. Infark miokard
3. Edema paru
4. Cidera paru akut
5. Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
6. Fibrosis paru
7. Keracunan sianida
8. Inhalasi gas karbon monoksida (CO)

D. Kontraindikasi
a. Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat dengan keluhan utama
dispeneu tetapi dengan PaO2 lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronis.
b. Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan prognosis yang buruk dan
dapat meningkatkan risiko kebakaran

E. Persiapan Alat
1. Tabung
2. Humidifier
3. Jenis pemberian oksigen
a. Nasal kanula : 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24-44%
b. Simple Mask (masker kanula) sederhana : 5-8 liter/menit dengan
kosentrasi 40-60%
c. Kanula masker rebreating : 8-12 liter/menit dengan konsentrasi 60-80%
diberikan pada pasien yang memiliki tekanan CO₂ yang rendah.
d. Kanula masker non breathing : konsentrasi 80-100%. Diberikan pada
pasien dengan kadar tekanan CO₂ yang tinggi.
4. Flow meter
5. Handscoon
6. Plester
7. Gunting
8. Pinset

F. Persiapan Pasien
1. Mengkaji data-data mengenai kekurangan oksigen (sesak nafas, nafas cuping
hidung, penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi, gelisah, bimbang
dan sianosis).
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Pesien diatur dalam posisi aman dan nyaman (semi fowler)

G. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan handscoon

3. Siapkan nasal kanul 1 set tabung oksigen ( oksigen central )

4. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau


oksigen dinding
5. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton
budd atau tissu
6. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan
mengamati adanya gelembung udara dalam humidifier
7. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul
kepunggung tangan perawat
8. Memasang kanule pada hidung klien
9. Menetapkan kadar O2 sesuai dengan program medic
10. Fiksasi selang
11. Rapikan alat
12. Mencuci tangan

H. Tahap Dokumentasi
Catat respon klien setelah dilakukan tindakan
SOP RJP

A. Definisi
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien.

B. Tujuan
CPR bertujuan untuk mengembalikan fungsi nafas dan juga sirkulasi agar oksigen
dan darah sampai keseluruh tubuh.

C. Indikasi
1. Henti Jantung
2. Henti Nafas

D. Kontraindikasi
a. Pasien dengan tanda-tanda kematian
b. Pasien dengan kondisi perburukan

E. Persiapan Alat
1. Alat pelindung diri (handscoon dan masker)
2. Outdoor :
a. Amubag
b. Nasopharingeal
3. Indoor : Trolly emergency yang berisi
a. Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
b. Magil force
c. Pipa trakhea berbagai ukuran
d. Trakhea tube berbagai ukuran
e. Gudel berbagai ukuran
f. CVP set
g. Infus set/blood set
h. Papan resusitasi
i. Gunting verban
j. Bag resuscitator lengkap
k. Semprit 10 cc – jarum no. 18c
l. Set therapy oksigen lengkap
m. Set penghisap sekret lengkap

n. Dc shock

F. Prosedur
1. Periksa respon:
 Petugas IGD segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada
respon atau tidak.
 Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
 Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan
kecuali bila benar-benar diperlukan.
2. Airway :
Bila korban tidak memberikan respon
 Tentukan apakah korban tersebut bernafas secara adekuat.
 Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
 Buka mulut dengan teknik cros finger,lihat adanya benda-benda
asing,bersihkan,
 Posisi kepala ekstensi dengan teknik head thil chin lift
3. Breathing :
Periksa ada tidaknya nafas
a. Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil tetap
membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban lakukan tidak
boleh melebihi 10 detik:
 Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
 Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
 Feel: rasakan adanya hembusan
b. Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
 Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada
cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi mantap,
jaga jalan nafas terbuka.
 Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas
2 kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur
ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha ventilasi.
 Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada
mengembang, tenaga terlatih harus melakukan manuver untuk
mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich manuver
atau abdominal thrust/back thrust).
 Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang
diberikan.
 Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.
4. Circulation :
a. Periksa adanya tidak adanya tanda-tanda sirkulasi
 Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan
normal, k atau gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan
nafas yang diberikan. Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis
jangan lebih dari 10 detik.
 Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan
posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2
atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi
penolong hingga celah antara trakhea dan otot.
 Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak
menekan arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan
kompresi dada.
b. Kompres dada
 Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
 Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
 Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah
sternum, dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan
yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel. Pastikan
sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.
 Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu
sama lain tetapi jangan menekan dada.
 Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara
meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla
mammae.
 Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal
sebagai berikut:
1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan
dada korban.
2) Tekan di tengah sternum.
3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar
darah masuk ke dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel
di sternum.
4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke
posisi semula diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan
berikan lagi 2 kali bantuan nafas, masing- masing 1 detik. Bila
sudah dilakukan intubasi kompresi dada dan ventilasi dapat
dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.
5. Reassessment
a. Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi
RJP dengan dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah
tampak, periksa pernafasan.
b. Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan
sirkulasi.
c. Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas
10-12 kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d. Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan
rasio 30 kompresi 2 ventilasi.
e. Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan
spontan tiap menit.
f. Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
g. Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda
sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan posisikan dalam
posisi mantap dengan cara:
1) Satu lutut difleksikan.
2) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan yang
lain difleksikan didepan dada.
3) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang
fleksi.
4) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada diletakkan
mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )

G. Komplikasi
1. Tertutupnya saluran pernafasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan
2. Patah tulang iga
3. Bocornya paru
4. Perdarahan dalam paru-paru atau rongga dada
5. Luka dan memarpada paru atau dada
6. Robekan pada hati

H. Tahap Dokumentasi
Catat respon klien setelah dilakukan tindakan

Anda mungkin juga menyukai