LAPORAN PBL
MODUL 3 (PENYAKIT JANTUNG BAWAAN)
SISTEM KARDIOVASKULER
OLEH
KELOMPOK IV A
Shelvia Agita Ayuba 1102080036
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Modul 3 yang
berjudul Penyakit Jantung Bawaan. Laporan ini berisikan tentang berbagai pertanyaan dan
jawaban yang timbul pada pada modul 3. Diharapkan dalam laporan ini khususnya kami dapat
mengerti dan mengaplikasikan hasil tutorial kami di masyarakat.
Mungkin dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga kami
masihmemerlukan masukan dan kritikan yang membangun bagi kelompok kami.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini. Besar harapan kami laporan ini berguna khususnya bagi kami
sendiri, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT.
Seorang anak laki-laki 4 tahun datang dengan keluhan sering terlihat sesak dan mudah capek bila
bermain. Hal ini sudah dialami sejak bayi. Anak tidak pernah terlihat biru. Anak sering
menderita batuk-pilek berulang dan sering berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan : perawakan kecil dan kurus. Sianosis (-). Nadi dan tekanan darah normal.
Pemeriksaan thoraks : terlihat vessure cardiac (+). Aktivitas ventrikel kiri dan kanan meningkat.
Thrill teraba di LSB 4. BJ : 1 & 2 terdengar mengeras. Terdengar bisisng pansistol derajat 4/6,
p.m. di LSB 4 menyebar ke RSB, aksiller dan suprasternal. A. femoralis teraba normal. Tidak
terdapat jari tabuh.
KATA SULIT
Sianosis : suatu keadaan diman kulit dan membrane mukosa terlihat biru akibat
penumpukan deoxihemoglobin
Vossure cardiac: keadaan dimana terjadi penonjolan bagian depan dari hemithoraks kiri
Thrill : sensasi getaran yang dirasakan oleh pemeriksa pada palapasi tubuh
seperti diatas jantung
Bising pansistol: bising yang disebabkan aliran abnormal darah dari ventrikel kiri
bertekanan tinggi ke ruangan jantung yang tekanannya lebih rendah.
Jari tabuh : deformitas yang ditimbulkan karena aproliferasi jaringan lemak sekitas
phalanx terminal jari tangan dan kaki.
PERTANYAAN
8. Differential Diagnose
JAWABAN
2. Mengapa sering sesak dan batuk pilek berulang serta terlihat mudah capek?
a) Sesak dan batuk pilek
Pada penyakit Defek Septum Ventrikel dinding pemisah kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna, akibatnya darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel
kanan dan sebaliknya. Besarnya defek umumnya bervariasi dari diameter beberapa
millimeter sampai beberapa sentimeter. Semakin besar defek, maka semakin besar
pula pirau dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Semakin besar pirau makan darah
yang melalui katup aorta berkurang dan volume darah semakin banyak di jaringan
intratorakal. Volume intratorakal yang selalu bertambah menyebabkan infeksi
saluran nafas yang berulang (batuk-pilek). Karena volume darah di intratorakal selalu
bertambah menyebabkan cairan menumpuk dan akhirnya mengganggu sistem
pernafasan (sesak/dispneu).2
b) Cepat capek
Pada penyakit Defek Septum Ventrikel dinding pemisah kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna, akibatnya darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel
kanan dan sebaliknya. Besarnya defek umumnya bervariasi dari diameter beberapa
millimeter sampai beberapa sentimeter. Semakin besar defek, maka semakin besar
pula pirau dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Semakin besar pirau makan darah
yang melalui katup aorta berkurang dan volume darah semakin banyak di jaringan
intratorakal. Karena darah banyak di intratorakal menyebabkan berkurangnya
volume darah pada sisitem sirkulasi, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tidak
adekuat maka perfusi organ terganggu yang menyebabkan anak cepat capek.3
Timbul sebagai akibat aliran yang melalui bagian jantung yang masih terbuka
(seharusnya dalam keadaan tertutup pada kontraksi jantung) dan mengisi seluruh fase
sistolik. Bising dimulai bersamaan dengan bunyi jantung I, terdengar sepanjang fase
sistolik dan berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II, terdapat pada defek septum
ventrikel, insufisiensi mitral, atau insufisiensi trikuspid. 3
Pada neonatus neonatus normal, saat lahir masih disertai tahanan arteri pulmonalis yang
tinggi. Setelah 4-12 minggu terjadi penurunan tahanan arteri pulmonalis sampai menuju
nilai normal. Pada neonatus dengan PJB non sianotik, selama tahanan arteri pulmonalis
masih tinggi, defek jantung yang ada belum menimbulkan perubahan aliran darah dari
sistemik ke paru. Setelah 4-12 minggu postnatal, pada saat terjadi penurunan tahanan
arteri pulmonalis sampai menuju nilai normal, defek jantun yang dan akan menimbulkan
perubahan aliran darah yaitu yang seharusnya ke sistemik berubah menuju ke paru. Pada
saat inilah baru terjadi pirau kiri ke kanan disertai gejala klinis berupa mulai terdengarnya
bising sampai gagal jantung dengan gejala utama takipnea. 3
Derajat intensitas bising jantung menurut American Heart Association), dinilai dengan
skala I sampai VI.4
Skala I : Intensitas terendah, sering tidak terdengar oleh pemeriksa
yang belum berpengalaman
Skala II : Intensitas rendah, biasanya dapat didengar oleh pemeriksa yang belum
berpengalaman.
Skala III : Intensitas sedang tanpa thrill
Skala IV : Intensitas sedang dengan thrill
Skala V : Bising terkuat yang dapat didengar bila stetoskop diletakkan di dada.
Berkaitan dengan thrill
Skala VI : Intensitas terkuat: dapat didengar sewaktu stetoskop diangkat dari
dada. Berkaitan dengan thrill.
Dari nada dan kualitas bising tidaklah dapat dibedakan bising faali atau bising yang
terjadi karena kelainan jantung organis. 4
Bising dapat dilukiskan, misalnya, sebagai derajat “II/VI”, “derajat IV/VI”, atau “derajat
II-III/VI”. Tiap bising yang berkaitan dengan thrill paling sedikit mempunyai derajat
IV/VI. Perlu diketahui bahwa bising derajat IV/VI lebih kuat daripada bising derajat II/VI
hanya karena ada turbulensi yang lebih besar, kedua-duanya mungkin mempunyai makna
klinis, mungkin pula tidak. Penulisan “/VI” dipakai karena ada sistem penggolongan lain
yang kurang populer yang hanya memakai empat kategori. Aksioma penting yang perlu
diingat adalah: umumnya, intensitas bising tidak memberikan informasi mengenai
beratnya keadaan klinis. 4
Pada fase sistolik, terjadi aliran darah abnormal dari LV ke RV sehingga menimbulkan
bising. Ventrikel kiri berada di LSB dan ventrikel kanan berada di RSB sehingga
bunyinya menjalar. 4
Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan
akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut.
Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku, dan telinga. Derajat sianosis ditentukan
dari warna dan ketebalan kulit yang terlibat. Sebenarnya, penilaian akurat dari derajat
sianosis ini sulit ditentukan, karena tingkat penurunan saturasi oksigen yang dapat
berakibat sianosis berbeda pada tiap ras. Selain itu, pemeriksaan sianosis pada membran
mukosa, seperti mulut dan konjungtiva, lebih bermakna daripada pemeriksaan pada kulit.
Bagian tubuh yang paling sering terlihat berwarna kebiruan adalah bibir, ujung jari, dan
kuku.6
Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan darah vena
akibat dilatasi venula atau penurunan saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis biasanya
muncul ketika kadar hemoglobin tereduksi minimal 5 g/dL pada darah arteri. 6
Tipe sianosis
Terdapat dua tipe sianosis, yaitu sianosis sentral dan sianosis perifer. 6
a) Sianosis sentral
Pada sianosis jenis ini, terdapat penurunan jumlah saturasi oksigen atau derivat
hemoglobin yang abnormal. Biasanya sianosis sentral terdapat pada membran mukosa
dan kulit.Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari penurunan tekanan
oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju oksigen
tanpa adanya kompensasi yang cukup dari paru-paru untuk menambah jumlah oksigen
tersebut. 6
Tanda dari sianosis sentral terlihat pada kulit dan membran mukosa yang menjadi
kebiruan. Sianosis sentral terdapat pada penyakit jantung kongenital dengan tanda dan
gejala lain yang menyertai, seperti dispnea, murmur jantung, sinkop, gagal jantung
kongestif, dan lain-lain. 6
Sianosis sentral dapat terjadi pada individu yang memiliki kadar hemoglobin normal
tetapi memiliki saturasi oksigen yang tinggi. Misalnya, pasien yang memiliki kadar
hemoglobin 15 g/dL dapat dikatakan sianosis sentral jika saturasi oksigennya menurun
hingga 80%. Sedangkan, pasien yang kadar hemoglobinnya 9 g/dL dapat mengalami
sianosis sentral jika saturasi oksigen menurun hingga 63% .Ambang batas sianosis sentral
yaitu kadar hemoglobin tereduksi kapiler sebesar 5 g/dL. 6
b) Sianosis perifer
Sianosis ini disebabkan oleh menurunnya kecepatan aliran darah dan ekstrasi oksigen
yang berlebih dari darah arteri. Hal tersebut diakibatkan oleh vasokonstriksi kapiler, yang
dapat diakibatkan oleh: 6
Penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung yang menyebabkan sianosis perifer
ini biasanya memiliki riwayat adanya emboli pulmonal, stenosis mitral, infark myokard,
atau penyakit jantung lainnya.
keadaan dingin
shok
gagal jantung kongestif
penyakit vaskular perifer
obstruksi arteri atau vena. Adanya obstruksi atau konstriksi arteri pada ekstremitas,
seperti yang terdapat pada fenomena Raynaud, menyebabkan kulit pucat, dingin, dan
sianosis. Obstruksi arteri biasanya dikeluhkan pasien sebagai kesemutan, yang biasanya
dialami oleh penderita diabetes mellitus. Penyebab lain dari obstruksi arteri yaitu emboli,
yang biasanya merupakan akibat dari trombus mural pada stenosis mitral, infark
myokard, atau endokarditis infektif.Selain itu, obstruksi vena, seperti pada
trombophlebitis, menyebabkan dilatasi dari pleksus vena subkapiler dan menyebabkan
sianosis.Obstruksi vena bisa disebabkan oleh varises, trombophlebitis, edema, trauma
kaki, atau imobilisasi.
Penyebab sianosis perifer paling sering yaitu vasokonstriksi normal akibat udara atau air
dingin. Vasokonstriksi terjadi sebagai kompensasi dari penurunan curah jantung sehingga
darah lebih dialirkan ke organ-organ vital daripada ke kulit. Hal tersebut menyebabkan
adanya sianosis pada ekstremitas walaupun saturasi oksigennya baik.6
Sianosis perifer dapat tidak melibatkan membran mukosa pada mulut atau di bawah
lidah.Biasanya, sianosis perifer terlihat pada bagian tubuh yang terkespos, seperti tangan,
telinga, hidung, pipi, dan kaki. 6
Tidak terjadi sianosis pada anak tersebut karena Hb tereduksi <5 g/dl dalam aliran darah
atau pirau dari kiri ke kanan (L to R Shunt).7
Pada penyakit Defek Septum Ventrikel dinding pemisah kedua ventrikel tidak tertutup
sempurna, akibatnya darah dari ventrikel kiri langsung mengalir ke ventrikel kanan dan
sebaliknya. Besarnya defek umumnya bervariasi dari diameter beberapa millimeter
sampai beberapa sentimeter. Semakin besar defek, maka semakin besar pula pirau dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Semakin besar pirau maka darah yang melalui katup
aorta berkurang dan volume darah semakin banyak di jaringan intratorakal. Karena darah
banyak di intratorakal menyebabkan berkurangnya volume darah pada sisitem sirkulasi
menyebabkan pertumbuhan terhambat. Selain itu pada penyakit ini sering terjadi infeksi
saluran pernafasan sehingga mengakibatkan pertambahan berat badan anak minimal.
Biasanya pada penyakit ini juga sering muncul masalah makn pada anak yang
menyebakan pertumbuhan anak terhambat.3
8. Differential Diagnose
Merupakan kelainan jantung dimana terjadi defek sekat antar ventrikel pada berbagai
lokasi. Merupakan kelainan kongenital yang tersering sesudah kelainan aorta
bikuspidalais, sekitar 20% ( 1.5 02.5 dalam 1000 persalinan, tidak ada perbedaan kejadian
antara laki-laki dan perempuan).5
Klasifikasi defek septum ventrikel ditentukan oleh lokasi defek relative pada empat
komponen lokasi septum. 5
2. FISIOLOGI
Pada DSV terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju ventrikel kanan, terjadi
percampuran darah arteri dan vena tanpa sianosis. 5
Ukuran dan besarnya aliran melalui defek meruapakan faktor yang penting dalam
menentukan akibat fisiologis serta tambahan klasifikasi DSV. 5
Pada DSV kecil ukuran defek lebih kecil dari 1/3 anulus aorta, terjadi gradien
yang signifikan antara ventrikel kiri dan kanan (64 mmHg). Defek seperti ini disebut
restriktif, dengan berbagai variasi aliran dari kiri ke kanan, tekanan sistol ventrikel kanan
dan resisitensi pulmonal normal. 5
Defek ventrikel septum moderat dengan restriksi, gradient berkisar 36 mmHg,
besar defek sekitar ½ annulus aorta. Awalnya derajat aliran dari kiri ke kanan bersifat
sedang berat. Resisten vascular paru dapat meningkat, tekanan sistolik ventrikel kanan
dapat meningkat, tekanan sistolik ventrikel kanan dapat meningkat vwalaupun tidak
melampaui tekanan sistemik. Ukuran atrium dan ventrikel kiri dapat membesar akibat
bertambahnya beban volume. 5
Pada DSV besar non restriktif, tekanan sistol vebtrikel mengalami perubahan
vascular paru yang menetap dalam waktu satu atau dua tahun kehidupan. Dengan waktu
terjadi penurunan lairan dari kiri ke kanan, bahkan terjadi aliran dari kanan ke kiri, yang
kita kenal sebagai fisiologi Eisenmenger. 5
3. GAMBARAN KLINIS
Tergantung ukurah defek dan umur saat ditemukan, pada DSv kecil terdengar bising
pansistolik. Defek kecil bersifat benigna, dan dapat menutup spontan tergantung tipenya
dan biasanya tidak mengganggu pertumbuhan. Pada DSV besar dapat disertai sesak napas
dan gangguan pertumbuhan oleh karena meningkatnya aliran pulmonal. 5
4. PEMERIKSAAN FISIS
I. DSV kecil
Palpasi: Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising
pada SIC III dan IV kiri.3
Auskultasi: Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak
keras. Intensitas bising derajat III s/d VI. 3
Palpasi: Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada. 3
Auskultasi: Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti
‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria
pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.3
5.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) ELEKTROKARDIOGRAFI
- Pada VSD sedang dan besar biasanya gambaran EKGnya hipertensi ventrikel kiri
dengan hipertrofi atrium kiri atau hipertrofi biventrikular dengan hipertrofi atrium kiri. 3
b) RADIOLOGI
- Pada VSD kecil gambaran radiologi thorax menunjukkan besar jantung normal
dengan/tanpa corakan pembuluh darah berlebih. 3
c) EKOKARDIOGRAFI
Dapat menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan
ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan
katup aorta atau tricuspid serta kelainan lain. 3
6. PENATALAKSANAAN
Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan.
Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif. 3
Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu
sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi
gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan
pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg. 3
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya
pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan
digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi
besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan
dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan. 3
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau
operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena a.pulmonalis mengalami
arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali
dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan
pada ventrikel kanan dapat disalurkan. 3
1. DEFINISI
Merupakan suatu kelainan di mana vaskuler yang menghubungkan arteri pulmonal dan
aorta pada fase fetal, tetap paten sampai lahir. Dimana duktus arteriosus adalah saluran
arterial yang berjalan antara arteria pulmonalis dan aorta. 5
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). 5
2. EPIDEMIOLOGI
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomi menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi premature banyak yang menderita PDA. Diperkirakan insidens dari PDA sebesar 1
dari 2000 kelahiran normal, dan insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi
laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. Biasanya gejalanya
ringan, tetapi akan semakin berat jika tidak diobati/diperbaiki pada usia 2 tahun. 5
3. PATOFISIOLOGI
1. Pirau dari kiri ke kanan, berakibat peningkatan aliran darah ke arteri pulmonalis
2. Dilatasi atrium kiri peningkatan tekanan atrium kiri
3. Peningkatan volume (volume overload) ventrikel kiri
Derajat beratnya pirau kiri – kenan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali pada yang
non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan antara sirkulasi sistemik
dan sirkulasi paru. 5
Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan dapat memicu
terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale yang teregang/ terbuka
(stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium kiri bertambah tekanan bertambah
septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium kanan foramen ovale teregang
terbuka, disebut stretched foramen ovale ). 5
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah lahir, plasenta
tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme prostaglandin. Dengan hilangnya
plasenta, ditambah dengan semakin matangnya fungsi paru, maka kadar prostaglandin
neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan mulai menutup secara fungsional
(konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan duktus ini dipengaruhi oleh kadar
PaO2 ateri, prostaglandin, thromboksan. 5
Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya perubahan
degeneratif dan timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi ligamentum arteriosum. 5
4. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan : 5
1. Faktor prenatal
2. Faktor genetik
5. MANIFESTASI KLINIK
PDA menyebabkan pirau kiri ke kanan tekanan tinggi, yang terdengar sebagai
murmur”mesin”. PDA kecil tidak menimbulkan gejala pada defek yang besar, gejala
timbul pada masa anak atau dewasa. Seperti pirau kiri ke kanan lain, terjadinya hipertensi
pulmonal ditandai dengan munculnya sianosis dan gagal jantung kongestif. Pirau tekanan
tinggi juga memudahkan pengidap menderita endokarditis infeksi. Koreksi bedah secara
dini terhadap PDA yang besar dapat menyelamatkan nyawa. 5
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain
dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel
tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal
jantung kongestif (CHF) 5
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
11. Hipoksemia
2) Elektrokardiogram
Dapat ditemukan gelombang P yang melebar, komplek ORS yang tinggi akibat beban
tekanan pada atrium dan ventrikel kiri. Hipertropi ventrikel kanan dapat terlihat akibat
hipertensi pulmonal. 5
3) Foto Rontgen
Adanya dilatasi arteri pulmonal, meningkatnya corakan vaskular,dilatasi atrium kiri,
menunjukkan adanya aliran dari kiri ke kanan yang signifikan.
Dapat terlihat adanya kalsifikasi pada posisi anteroposterior dan lateral pada pasien yang
lebih tua. 5
4) Elektrokardiografi
Dapat diukur ukuran dari DAP, pada dewasa biasanya sukar dan kurang tepat. Dapat
ditentukan ukuran atrium dan ventrikel kiri sebagai petanda aliran darah dai kiri ke kanan
yang signifikan. Juga dapat diukur tekanan arteri pulmonalis, adanya gradien lebih dari
64 mmHg pada daerah DAP menunjukkan tidak adanya hipertensi pulmonal. 5
5) Katerisasi
Dilakukan apabila ada keragu-raguan dalam penentuan tekanan pulmonal dan
kemungkinan reversibilitas dari tekanan pulmonal, dengan ,menggunakan tes oklusi
balon. 5
4. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi pulmonal.
Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi aterm.
Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.
Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama
restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial. 5
a.Invasif
b. Bedah
Tindakan bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
Operasi dianjurkan pada DAP yang besar, atau terdapat distorsi seperti aneurisma5
C. ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
1. DEFENISI
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial
(sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa
janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada
dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). 5
Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi
kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat
muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan
setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum
sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang
letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat
ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah
melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger.
Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan.
Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau
dengan menambal defek dengan sepotong dakron. 5
5
Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu:
1) Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum,mungkin disertai
kelainan katup mitral.
2) Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3) Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium
Kanan.
2. ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. 5
Faktor-faktor tersebut diantaranya: 5
1) Faktor Prenatal
Ibu menderita infeksi Rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ibu menderita IDDM
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2) Faktor genetic
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah atau ibu menderita PJB
Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium
kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir,
lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari
atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum
atrium ini tidak diketahui. 5
3. PATOFISIOLOGI
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung
oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang
melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium
tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar
daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang.
Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. 5
Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt
dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi
akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah
menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. 5
4. MANIFESTASI KLINIK
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa
kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di
tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat
pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung
(aritmia).3, 4 Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi
saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas
hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat
berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat
capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan
echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan. 5
5. PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Menutup ASD pada masa kanak-kanak bisa mencegah terjadinya kelainan yang serius di
kemudian hari. Jika gejalanya ringan atau tidak ada gejala, tidak perlu dilakukan
pengobatan. 5
Jika lubangnya besar atau terdapat gejala, dilakukan pembedahan untuk menutup ASD.
Pengobatan pencegahan dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum
penderita menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi resiko terjadinya
endokarditis infektif. 5
TERAPI
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut,
karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan
menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu
dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya
gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal)
serta penyulit lain. 5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Ronsen Dada Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal.
Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung
kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.5
2. Elektrokardiografi Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan
patognomis, yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II
jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri. Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum
dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH.EKG menunjukkan
adanya fibrilasi atrium atau pembesaran atrium kanan. 5
3. Katerisasi Jantung Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak
jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat
peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan
ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis,
sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk
menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di
atrium kiri menurun. 5
4. Eko kardiogram Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan
septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat
memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang
paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak pada defect
septum atrium yang besar. 5
5. Radiologi Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah: 5
6. Corak pembuluh darah bertambah5
7. PEMERIKSAAN FISIS
1) Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung. 5
Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal. Bisa
terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup pulmonalis
Inspeksi5
Status nutrisi
Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit
jantung.
Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan
pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya
dengkur ekspirasi).
Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.
Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa
jenis penyakit jantung.
Palpasi dan perkusi5
Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain
(seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi)
Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan
ketidaksesuaian.
Auskultasi5
Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang
membantu melokalisasi defek jantung.
Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian
antara ekstremitas atas dan bawah)
Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi,
fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah, haemoglobin,
volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.
4. Tetralogi Fallot
Tetralogi Fallot (TF) adalah PJB sianotik yang paling sering ditemukan dan merupakan
58% dari seluruh PJB.7
Tetralogi Fallot terjadi bila terdapat kegagalan perkembangan infundibulum. Sindrom ini
terdiri dari 4 kelainan, yaitu: 7
Salah satu penyebab paling sering dari cacat jantung congenital adalah infeksi virus pada
ibuselama trimester pertamam kehamilan, yaitu ketika jantung mulai terbentuk. Cacat
initerutama timbul bila ibu terkena cacar jerman pada saat itu begitu seringnya sehingga
dokter ahli kandungan menganjurkan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi cacar
jerman padatrimester pertama. Beberapa cacat congenital jantung bersifat herediter
karena beberapa cacattelah diketahui terjadi pada kembar identik demikian pada generasi
selanjutnya. Anak dari pasien2 yang menderita penyakit jantung congenital dan diobati
secara pembedahanmempunyai kurang lebih 10 kali lebih banyak resiko menderita
penyakit jantung congenitaldebanding dengan anak2 lain.Kelainan ini sering ditemukan
pada kelainan jantung bawaan yang disertai cyanosis dan³clubbing´ jari-jari.
Embriogenensis kombinasi kelainan ini berhubungan erat dengan pembentukan septum
interventrikel. Bagian membranosa septum intervetrikel berasal dariseptum yang
membagi truncus arteriosus menjadi a. pulmonalis dan aorta. Pertumbuhanseptum ini
yang berlainan dapat menyebabkan berbagai kelainan yang mengenai aorta, a. pulmonalis
dan septum intervetrikel. Letak septum yang salah menyebabkan terbentuknyaaorta yang
lebar dan a. pulmonalis yang sempit dengan stenosis. Dan perputaran ke
belakang berlebihan daripada truncus arteriosus memindahkan aorta ke kanan sehingga
terletak dikanan (dextroposisi) dan berhubungan langsung dengan ventrikel kanan atau
berhubunganlangsung dengan kedua ventrikel dan menerima darah dari bagian kiri dan
kanan. Akibatstenosis pulmonalis dan defek intervetrikel terjadi aliran darah dari kiri ke
kanan, terjadikenaikan tekanan dalam jantung bagian kanan sehingga menyebabkan
hipertropi ventrikelkanan. 7
2.Prevalensi
TOF terjadi pada 10% total kelainan kongenital. TOF adalah jenis tersering kelainan
jantungsianotik. TOF dengan absent pulmonary valve terjadi sekitar < 2% dari
keseluruhan kasuskelainan jantung kongenital. Adanya pulmonary atresia pada TOF
sekitar 15-20% darikeseluruhan kasus TOF7
3.Gambaran klinis
Gejalanya bisa berupa:8
Sesak nafas
Cepat lelah
Sianosis
4. Langkah diagnosis
a.Pemeriksaan Fisis
Pada sebagian pasien sianosis baru tampak setelah bayi berusia beberapa minggu bahkan
beberapa bulan pascalahir. 7
Pada bayi, terutama usia 2-6 bulan dapat terjadi serangan sianotik (sianotic spells) akibat
terjadinya iskemia serebral sementara. Pasien tampak biru, pucat, dengan pernapasan
Kussmaul. Bila tidak segera ditolong dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, bahkan
meninggal. Serangan sianotik biasanya terjadi pada TF yang berat. 7
Pada anak besar terdapat gejala squatting (jongkok) setelah pasien beraktivitas. Dalam
posisi jongkok anak merasa lebih nyaman karena alir balik dari tubuh bagian bawah
berkurang dan menyebabkan kenaikan saturasi oksigen arteri. 7
Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II biasanya tunggal (yakni A2). Terdengar
bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal, yang makin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi (berlawanan dengan stenosis pulmonal murni). Bising ini adalah bising
stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel; darah dari ventrikel kanan yang
melintas ke arah ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi oleh karena tekanan
sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama. 7
b.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan kenaikan hemoglobin dan hematokrit yang sesuai dengan derajat desaturasi
dan stenosis. Pasien tetralogi Fallot dengan kadar hemoglobin dan hematokrit normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. 8
Radiologi
Pembesaran ventrikel kanan menyebabkan bayangan jantung melebar ke kiri dengan apex
di atas diafragma. Pembesaran ini tidak seberapa, karena ventrikel kanan umumnya hanya
hipertrofi saja bukan dilatasi. Pinggang jantung menjadi lebih konkaf karena tidak ada
pembesaran darijalur keluar ventrikel kanan. Pada stenosis berat, pinggang jantung lebih
dalam lagi sehingga menimbulkan gambaran jantung seperti sepatu kayu (coeur en
sabot). Pembuluh darah paru menjadi kecil dan berkurang sehingga paru nampak lebih
radiolusen. Aorta tampak melebar, tetapi karena aorta terletak di belakang sternum, maka
batas aorta ini kadang sulit dilihat pada proyeksi PA. Aorta tampak lebih jelas bila
letaknya di sisi kanan kolumna vertebralis (right sided aortae). Dengan proyeksi LAO
atau RAO dengan barium esofagus, letak aorta akan lebih nyata. Pada Tetralogi Fallot
yang ringan, bentuk jantung pada proyeksi PA tampak normal, walaupun biasanya
pembuluh darah paru tampak berkurang. 8
EKG
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T
positif di V1, disertai deviasi sumbu QRS ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan.
Gelombang P di hantaran II tinggi (P pulmonal). 8
5.Penatalaksanaan
Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5
ml/kgBB.
Berikan propranolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Jangan berikan digoksin saat
pasien dalam serangan sianotik karena akan memperburuk keadaan.
Bila tidak segera dilakukan operasi dapat diberikan propranolol rumat 1 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami serangan sianotik disertai anemia relatif,
diperlukan preparat Fe untuk meningkatkan kadar Hb. Perhatikan kebersihan mulut dan
gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.
Cegah dehidrasi, khususnya pada infeksi interkuren. 7
Terapi pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan korektif. Bedah paliatif yang biasa
dilakukan adalah operasi B-T (Blalock - Taussig) Shunt yang bertujuan meningkatkan
sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan arteri subklavia dengan a. pulmonalis yang
ipsilateral. Umumnya bedah paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia
arteri pulmonalis dan pasien yang sering mengalami serangan sianotik. Pada bedah
korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah paliatif. Bila arteri
pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan pada pasien tetralogi
Fallot di bawah usia 2 tahun. Di negara maju yang telah berpengalaman operasi sudah
dilakukan sebelum umur 1 tahun. 7
6.Prognosis
Umumnya prognosis buruk tanpa operasi. Pasien tetralogi derajat sedang dapat bertahan
sampai umur 15 tahun dan hanya sebagian kecil yang hidup sampai dekade ketiga. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2009
2. Lauralee Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Penerbit buku kedokteran.
3. Buku Kuliah ILmu Kesehatan Anak Jilid II Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010
7. http://www.medicine.com
8. http://www.scribd.com/doc/55826283/1/A-Tetralogi-fallot-Pintas-Kanan-ke-kiri#logout
9. http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=kategori&hkategori=Perawat%20Pediatrik