TUTOR :
Oleh :
KELOMPOK VI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
LAPORAN TUTORIAL 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
Dosen Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Dokter
Pembimbing Tutorial Modul BERAT BADAN MENURUN. Tak lupa pula kami sampaikan
rasa terimakasih kami kepada teman-teman yang telah mendukung, memotivasi, serta
membantu kami dalam menyelesaikan laporan hasil tutorial ini.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga menyadari
bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran, masukan maupun kritik dari semua kalangan demi kesempurnaan
laporan yang kami susun ini.
Kelompok VI
MODUL 2
I. SKENARIO
III. PERTANYAAN
1. Jelaskan antomi, fisiologi dan histologi organ yang terkait pada skenario ?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan
3. Jelaskan patomekanisme berat badan naik dan hipertensi
4. Jelaskan hubungan dari obesitas dengan hipertensi ?
5. Jelaskan langkah-langkah diagnostik dari skenario ?
6. Jelaskan DD dan DS yang terkait pada skenario ?
7. Jelaskan bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit pada skenario
1.Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi organ terkait
1.HYPOPHYSIS
a) Anatomi
Pembagian Hypophysis
Penampang midsagital : gambar skematis. Hypophysis yang sebesar
kacang polong terletak di Sella turcica di atas Os sphenoidale (akses operatif
pada tumor Hypophysis) dan diselubungi oleh sebuah kapsul yang terbuat dari
jaringan ikat. Di tutupi “diaphragm sellae” ➡ centralnya berlubang dilalui
Infunndibulum, sinus Cavernosum & isinya (lateral), sinus intercavernosus
(ant+post+inf), chiasma opticum (ant.Sup), dikelilingi Circulus Willisi.
Secara sederhana dapat dibagi menjadi:
Lobus anterior (Adenohypophyse)
Pars : Pars ant/distalis
Infundibulum : Pars Intermedia2.
Lobus Posterior (Neurohyphophyse)
Eminentia mediana : Lobus neuralis
Infundibulum stem
- Lobus anterior ➡ lobus posterior
- Lobus anterior ➡ struktur “celluler” (glandular)
- Lobus posterior ➡ struktur “neural” (axon dari hypothalamus)
- Lobus anterior ➡ tidak berhubungan dengan Diencephalon
- Lobus posterior ➡ lanjutan Diencephalon
Embriologi glandula Hipofisis yaitu:
- Neurohypophyseal bud ➡glandula hipofisis posterior
- Hypophyseal pouch ➡glandula hipofisis anterior
Vaskularisasi
Arteridari cab. A. Carotisinterna :
- A. Hyphophyseus superior.
- A. Hyphophyseus inferior
Vena (ke sinus cavernosus)
- V. Hyphophyseus superior.
- V. Hyphophyseus inferior
Intra hyphophyseal terbentuk.
- Anastomoseb.
- Sistem portal hyphophyse
b) Histologi
Adenohipofisis
Pars Distalis Adenohipofisis
Sel kromofob : yang berwarna pucat dipercayai merupakan kromofil yang
telah mengalami degranulasi atau sel punca yang belum berdiferensiasi
Sel Kromofil: sel sekretoris dengan hormon yang disimpan dalam granula
sitoplasma
Sel Kromofilasidofil: sel somatotropik dan sel mammotropik
Sel Kromofilbasofilik: sel gonadotropik, sel kortikotropik, sel tirotropik.
Pars Tuberalis Adenohipofisis
Hormon FSH
Hormone LH
Pars Intermedia Adenohipofisi
Hormon MSH (melanocyt stimulating hormone)
Neurohipofisis
Pars nervosa Neurohypofisis terdiri dari:
Sel pituisit
Akson tidak bermyelin
c) Fisiologi
Kelenjar pitutari atau hipofisis berasal dari terminology yunani karena
lokasinya yang merupakan perlekatan dibawah serebri. Andreas Vesalius yang
memberikan nama in isesuai dengan keyakinan dari aristoteles bahwa salah satu
dari tempat cairan esensial berasal dari otak.
Sebagai “Master Gland” dari system endokrin, hipofisis mengontrol semua
kelenjar pada system endokrin. Sistem ini mengatur fungsi-fungsi yang penting
untuk tubuh seperti mengatur homeostasis. Hipofisis ini akan mensekresikan
hormone langsung kealiran darah. Hormon-hormon ini mempunyai efek terhadap
metabolisme, tekanan darah, seksualitas, reproduksi, dan fungsi vital tubuh yang
lain. Hipofisis ini akan memberikan sinyal kekelenjar yang lain seperti hormone
tiroid, kortisol, estrogen, testosterone dan yang lainnya.
Masalah dari pada hipofisis ini muncul apabila terlalu banyak hormon yang
dihasilkan atau terlalu sedikit hormon yang dihasilkan. Ketika ketidak seimbangani
ni terjadi maka akan banyak timbul gangguan dari system endokrin.
2. Kelenjar Adrenal
a). Anatomi
Kelenjar adrenal (suprarenal) adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
dan terbenam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal merupakan struktur pipih
berbentuk bulan sabit, dengan panjang sekitar 4-6 cm, lebar 7-2 cm, dan tebal 4-6 mm pada
orang dewasa. Bersama-sama, kelenjar adrenal memiliki berat sekitar 8 gram, tetapi berat dan
ukurannya bervariasi sesuai umur dan keadaan fisiologis prorangan. Kelenjar adrenal masing-
masing dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian
dalam kelenjar sebagai trabekula. Stroma terutama terdiri atas jalinan serat retikular yang
menopang sekretoris. Kelenjat terdiri atas dua lapisan konsentris, lapisan perifer kekuningan
yaitu korteks adrenal, dan lapisan pusat bewarna coklat kemerahan, yaitu medulla renalis.
b). Histologi
Korteks Adrenal
Lapisan yang berada tepat di dalam simpai jaringan ikat adalah zona gromelurosa, dengan
deretan sel-sel kolumnair atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar
atau melengkung yang dikelilingi kapiler dan membentuk sekitar 15% korteks steroid yang
dibentuk oleh sel-sel ini disebut mineralkortikoid karena hormon ini mempengaru ambilan
Na+ dan K+, dan air oleh sel epitel.
Zona tengah, yaitu zona fasciculata, menempati 65-80% korteks dan terdiri atas deretan
panjang setebalsatu atau dua sel polihedral panjang yang dipisahkan oleh kapiler-kapiler
sinusoid bertingkap.
Zona reticularis yang terdalam membentuk sekitar 10% korteks dan berkontak dengan
medula. Zona ini terdiri atas selkecil tersebar di suatu jalinan kordaireguler dengan kapiler
yang lebar. Sel-selini biasanya terpulas lebih kuat ketimbang seldi zona lain karena
mengandung lebih sedikit droplet lipid dan lebih banyak pigmen lifofuscin.
Medulla Adrenal
Medulla adrenal terdiri atas sel-sel polihedral besar yang terpulas pucat dan tersusun berupa
deretan atau kelompok dan ditunjang jalinan serat terikuler. Sejumlah besar suplai kapiler
sinusoid terdapat di antara deretan-deretan yang berseblahan dan terdapat sejumlah sel
ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula, yang dikenal sebagia kromafin berasal dari
krista neuralis, seperti halnya neuron pascaganglionik dari ganglion simpatis dan
parasimpatis. Sel parenkim medulla adrenalis dapat dipandang sebagai modifikasi neuron
pasca ganglionik, yang telah kehilangan akson dan dendrit serta dikhususkan sebagai sel-sel
sekretoris.
c). Fisiologi
3. Hormon seks identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad (testis pada pria,
ovarium pada wanita). Hormon seks adrenokorteks yang paling banyak dan penting secara
fisiologis adalah dehidroepiandrosteeron, suatu androgen, atau suatu hormon seks “pria”
a. Hipertensi
Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin
I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
2. Penyebab
Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran Antropometri (BB, TB dan LP)
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan Diagnosis
1. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
2. Diagnosis Banding:
obesitas:
a. Hipertensi
b. DM tipe 2
c. Dislipidemia
d. Sindrom metabolik
a. Sindrom Metabolik
Pendahuluan
Pada tahun 1988, Reaven menunjukkan konstelasi faktor risiko pada pasien-pasien
dengan resistensi insulin yang mendukung dengan peningkatan penyakit kardiovaskular yang
disebutnya sebagai X. Selanjutnya, sindrom X ini disebut sebagai resistensi insulin dan juga
metabolisme metabolik. Resistensi insulin merupakan suatu kondisi di mana terjaci
menurunnya sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin sehingga terjadi peningkatan sekresi
insulin sebagai bentuk kompensasi sel beta pankreas. Resistensi insulin terjadi beberapa saat
sebelum timbulnya penyakit diabetes mellitus dan kardiovaskular lainnya. Sedangkan
sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik adalah kumpulan fakta yang menunjukkan
risiko kardiovaskular lebih tinggi pada individu tersebut. Resistensi insulin juga berkaitan
dengan beberapa keadaan seperti hiperurisemia, sindrom ovarium polikistik dan perlemakan
hati non alkoholik.
Kriteria
Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP III lebih banyak digunakan, karena lebih
memudahkan seorang klinisi untuk memfasilitasi setiap orang yang menggunakan
metabolisme. Sindrom metabolik ditegakkan sebagai persetujuan seseorang yang memiliki 3
(tiga) kriteria.
Patofisiologi
1. Obesitas Sentral
Obesitas yang digambarkan dengan indeks massa tubuh tidak begitu
peka dalam menggambarkan risiko kardiovaskular dan gangguan metabolisme
yang terjadi. Studi menunjukkan obesitas sentral yang dijelaskan oleh lingkar
perut (dengan cut-off yang berbeda antara jenis kelamin) lebih sensitif dalam
memprediksi gangguan metabolisme dan risiko kardiovaskular. Lingkar perut
membayangkan jaringan adiposa subkutan dan visceral. Meski demikian,
lemak ini lebih berkaitan dengan komplikasi metabolik dan kardiovaskular,
hal ini masih kontroversial. Peningkatan obesitas meningkat pada peningkatan
kejadian kardiovaskular Variasi faktor genetik membuat perbedaan dampaap
metabolik maupun kardiovaskular dari setiap obesitas. Sebuah insulin dapat
ditemukan pada individu tanpa obesitas, dan sebaliknya resistensi insulin
dapat ditemukan pada individu tanpa obesitas (subjek ramping). suatu
obesitas.
Jaringan adiposa merupaka suatu organ endokrin yang aktif mensekresi
berbagai faktor pro dan anti inflamasi seperti leptin, adiponektin, Tumor
nekrosis factor a (TNF-a), Interleukin-6 (IL-6) dan resistin. Konsentrasi
adiponektint plasma menurun pada kondisi DM tipe 2 dan obesitas Senyawa
ini diprcaya memiliki efek antiaterogenik pada hewan coba dan manusia.
Sebaliknya, konsentrasi leptin meningkat pada resistensi insulin dan obesitas
dan Terkait dengan risiko kejadian kardiovaskular tidak tergantung dari faktor
risiko tradisional kardiovaskular, IMT dan konsentrasi CRP. Sejauh ini belum
diketahui apakah pengukuran penanda hormonal dari jaringan adiposa lebih
baik dari pengukuran anatomi dan memprediksi risiko kardiovaskular dan
kelainan metabolik yang terkait.
2. Resistensi Insulin
Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada sindrom
metabolik. Sejauh ini belum disetujui pengukuran yang ideal dan praktis
untuk resistensi insulin. Teknik penjepit merupakan teknik yang ideal namun
tidak praktis untuk klinis sehari-hari. Pemeriksaan tebas puasa juga tidak ideal
mengingat gangguan toleransipuasa hanya dijumpai pada 10% sindrom
rmetabolik. Pengukuran Homeostasis Model Asessment (HOMA) dan Indeks
Periksa Sensitivitas Insulin Kuantitatif (QUICK dibuktikan berkorelasi erat
dengan standar pemeriksaan yang dapat memungkinkan untuk insulin. dan
insulin (seperti rumus HOMA dan cepat) perlu ditinjau ulang. Oleh karena itu,
penggunaan disetujui jugamelakukan perhitungan dengan rumus ini adalah
rutin di klinis yang belum disetujui.
3. Dislipidemia
Dislipidemia yang khas pada metabolisme metabolik ditanda dengan
peningkatan trigliserida dan peningkatan HDL kolesterol. LDL. Peningkatan
konsentrasi trigliserida plasma dipikirkan peningkatan cadangan asam lemak
meningkat pesat. Peningkatan produksi trigliserida. Namun, studi pada
manusia dan hewan menunjukk sebuah peningkatan Trigliserida yang
berfungsi multifaktorial dan tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan asam
lemak bebas ke hati.
Penurunan kolesterol HDL yang meningkatkan trigliserida sehingga
terjadi transfer trigliserida ke HDL. Namun, pada subyek dengan resistensi
insulin dan konsentrasi trigliserida normal dapat ditemukan penurunan
kolesterol HDL. HDL disamping peningkatan trigliserida. Apolipoprotein A-
I (Apo A-1) oleh hati yang selanjutnya akan meningkatkan kolesterol HDL.
Peran sistem imunitas pada resistensi insulin juga mempengaruhi pada
perubahan profil leipid pada subyek dengan resistensi insulin. Studi tentang
hewan menunjukkan sistem aktivasi akan menyebabkan gangguan pada
lipoprotein, transportasi protein, reseptor dan enzim yang terkait sehingga
terjadi perubahan profil lipid
4. Peran Sistem Imunitas pada Resistensi Insulin
Inflamasi subklinis kronik juga merupakan bagian dari sindrom
metabolik. Penanda inflamasi berperan pada progresifitas DM dan komplikasi
kardiovaskular. C reactive protein (CRP) harus menjadi prognosis tambahan
tentang keparahan inflamasi pada subyek wanita sehat dengan sindrom
metabolik. belum dapat menyelesaikan alur diagnosis yang memerlukan
peningkatan CRP, Koagulasi, dan Pemindahan fibrinolisis dalam memprediksi
risiko kardiovaskular.
5. Hipertensi
Resistensi insulin juga berpartisipasi pada hipertensi patogen. Insulin
mengembalikan sistem saraf simpatis, meningkatkan transportasi, dan
memperbaiki sel otot polos yang menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi.
Dapat disimpul darah. Pemberian infus insulin dapat menyebabkan hipertensi
akibat resistensi insulin dan ketidakseimbangan antara efek pressor dan
depressor. The Aterosklerosis Resistansi Studi insulin melaporkan hubungan
antara resistensi insulin dengan hipertensi pada subyek normal namun tidak
pada subyek dengan DM tipe 2
Terapi
b. Hipertensi Primer
A.Pendahuluan
B.Epidemiologi
Hipertensi ditemukan pada kurang lebih 6% dari seluruh penduduk di dunia, dan merupakan
sesuatu yang sifatnya umum pada seluruh populasi.data epidemiologi menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi hipertensi, dengan meningkatkan harapan hidup atau populasi usia
lanjut.lebih dari separuh populasi di atas 65 tahun menderita hipertensi baik hipertensi sitolik
maupun kombinasi sistolik dan diastolik.
Interaksi antar individu ra suku dan faktor lingkungan yang menyebabkan peranan genetik
sebagai penyebab utama terjadinya hipertensi menjadi sulit ditemukan. Apalagi dengan
meningkatnya migrasi penduduk dunia pada akhir abad ini.pada daerah tertentu seperti
daerah amazon hampir tidak pernah ditemukan penderita hipertensi serta tidak mendapatkan
peningkatan preferensi hipertensi seiring dengan meningkatnya usia.terjadi peningkatan
peran valensi diferensi di hampir sebagian besar asia dan sub konsumsi nen india kecuali
korea dan jepang dengan peningkatan preferensi yang melebihi daerah asia lainnya.
Data dari the national help and nutrition examination survey (NHANES)(2003-
2004)menunjukan bahwa pravelensi hipertensi pada orang dewasa dengan usia 18 tahun
keatas di amerika adalah 29,6% atau 58-65 juta penduduk amerika menderita
hhipertensi.Berdasarkan survei RISKESDAS pada tahun 2007 , pravelensi penderita
Hipertensi ditemukan lebih banyak pada wanita yaitu 37% bila banding dengan pria yaitu
28%.sedangkan pada udia diatas 25 Tahun ,ditemukan 29% pada wanita dan 27%pada pria
hipertensi primer itu sndiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi
C.Definisi
Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih,pada usia 18 tahun keatad
dengan penyebab yang tidak diketahui.pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi
duduk,kemudia diambil reratanya pada 2 kali atau lebih kunjungan.
Potensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya disebabkan oleh 1 macam mekanisme
akan tetapi bersifat multifaktorial yang timbul akibat dari interaksi dari berbagai macam
faktor risiko berbagai faktor dan mekanisme tersebut antara lain faktor genetik dan
lingkungan mekanisme neural renal hormonal dan vaskuler
faktor risiko tersebut antara lain diet asupan garam stres rase obesitas merokok
dan genetik
mekanisme neural aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis mempunyai
peranan yang penting pada awal terjadinya hipertensi primer.pada awalnya
terjadi peningkatan denyut jantung curah jantung kadar neuroeponefrin plasma
dan urin berlebihnya ne di tingkat regional rangsangan saraf simpatis post
ganglion dan reseptor Alfa adrenergik menyebabkan vasokonstriksi sirkulasi
Perifer.meningkatnya aktivitas saraf simpatis ini sulit diukur secara klinis.
Pengukuran kadar ne plasma dan denyut jantung tidak dapat dipakai untuk
mengukur aktivitas saraf simpatis yang meningkat.untuk mengukur aktivitas
ini dapat dipakai dengan mengukur kadar yang berlebih di tingkat regional
dengan radiator dan mikroneurografi
mekanisme renal ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
patogenesis terjadinya hipertensi sebaliknya hipertensi dapat menyebabkan
terjadi kelainan pada ginjal.dasar dari semua kelainan yang ada pada
hipertensi adalah menurunnya kemampuan ginjal untuk mengekspresikan
kelebihan natrium yang ada di tinggi garam.
Mekanisme vaskular perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah kecil dan
besar memegang peran penting saat mulai terjadinya progresivitas hipertensi.
Pada beberapa keadaan didapatkan peningkatan tahanan pembuluh darah
perifer dengan curah jantung yang normal berjanji terjadinya gangguan
keseimbangan antara faktor yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan
konstriksi pembuluh darah
mekanisme hormonal aktivasi sistem renin angiotensin aldosterone merupakan
salah satu mekanisme penting yang ikut berperan pada resistensi natrium oleh
ginjal disfungsi endotel inflamasi dan remodeling pembuluh darah juga
hipertensi.renin yang diproduksi terutama oleh sel jukstaglomerulus dan yang
ada di ginjal akan berkaitan dengan angiotensin yang diproduksi oleh hati
menghasilkan angiotensin selanjutnya adalah oleh angiotensin-converting
enzyme dan yang terutama banyak terdapat di paru-paru juga jantung dan
pembuluh darah ,(,tissue ace),AT akan diubah menjadi angiotensin 2.. selain
itu masih ada jalur alternatif lain. Zimase atau enzim protease akan berubah
pada beberapa penelitian hewan coba atau dapat menyebabkan hipertensi
melalui aktivasi nadph oksidasi dalam sel t yang berada dalam sirkulasi ginjal
dan otot ekspresi reseptor AT1 dan nadph oksidasi pada sel t memegang
peranan yang penting pada terjadinya hipertensi pada tikus coba dan mungkin
pada manusia. At2 mengaktivasi nadph oksidasi dan meningkatkan produksi
ROS pada organ subfronical kemudian memicu aktivasi saraf simpatis klien
dan kelenjar getah bening sehingga terjadi dalam sirkulasi.bersamaan dengan
itu terjadi aktivasi nadph2 oksidasi pada sel t oleh a T 2 diikuti dengan
meningkatnya ekspresi kemokin pada permukaan sel t.sel tersebut akan
mengaktivasi nadph oksidasi di vaskuler dan ginjal diikuti dengan
meningkatnya Ros di tingkat lokal. Sel t yang teraktivasi di perivascular fat
akan menyebabkan vasokonstriksi dan remodeling vaskuler.sel t yang
teraktivasi pada peripheral vascular juga akan menyebabkan disfungsi ginjal
dan retensi natrium.
E.Diagnosis
Evaluasi pada penderita hipertensi bertujuan untuk 1 pola hidup dan identifikasi
faktor faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta
yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan 2 mencari penyebab
kenaikan tekanan darah 3 menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan
penyakit kardiovaskuler.
Anamnesis meliputi:
Ekokardiogram
USG karotis (dan femoral)
C-reactiv protein
Microalbumin urine atau perbandingan albumin atau kreatinin urin
Funduskopi (pada hipertensi berat)
Proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif)
Pada penderita hipertensi berapa pemeriksaanuntuk menentukan adanya kerusakan organ
target dapat dilakukan secara rutin sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada
kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi
adanya kerusakan organ target meliputi
1.jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung kondisi arteri intratoraks dan
sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia dengan gangguan konduksi aritmatika serta
hipertrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2.pembuluh darah
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan kranial komputer tomografi (CT)
scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan keluhan gangguan
neuro kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4.mata
Funduskopi
5. Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi penentuan adanya proteinuria atau mikro agro
albuminuria serta rasio albumin atau kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat
diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari cockroft-gault sesuai
dengan anjuran national kidney foundation
F.Pengobatan
JNE tujuh merekomendasikan menurunkan berat badan berlebih atau kegemukan pembatasan
asupan garam kurang atau sama dengan 100 meq/l/hari(2,4 gram natrium atau 6 gram natrium
klorida)meningkatkan konsumsi buah dan sayur menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih
dari 2 kali minum per hari meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit perhari
selama 5 hari Minggu serta menghentikan merokok akan mengurangi risiko kejadian
kardiovaskuler
Pengobatan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain:
efek samping pengobatan antihipertensi bisa dihindari dengan menggunakan rendah baik
tunggal maupun kombinasi.hampir sebagian besar penderita memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi pengobatan kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang
harus diminum bertambah.akhir-akhir ini telah beredar berbagai macam obat antihipertensi
yang merupakan kombinasi dua atau tiga macam obat antihipertensi yang disebut dengan
single pill combinationdan berguna untuk meningkatkan efisiensi kepatuhan berobat dan
menekan biaya pengeluaran untuk pembelian obat.
G.Pemantauan
penderita hipertensi yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk
evaluasi lanjutan untuk pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai.setelah
target tekanan darah tercapai dan stabil kunjungan selanjutnya dengan interval 3 sampai 6
bulan tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti
gagal jantung penyakit yang berhubungan seperti diabetes dan kebutuhan akan pemeriksaan
lab laboratorium
H.Komplikasi
hipertensi merupakan faktor resiko untuk terjadinya segala bentuk manifestasi klinis dari
aterosklerosis.hipertensi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular
dan kerusakan organ target baik langsung maupun tidak langsung mortalitas meningkatkan
dua kali pada setiap kenaikan tekanan darah sebesar 20/90 mmhg. Pada keadaan dengan
tekanan darah haid normal (130-139/85-89),didapatkan peningkatan kejadian kardiovaskuler
2,5 pada wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibanding dengan tekanan darah
normal.sedangkan resiko untuk penyakit ginjal meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
erat kaitannya dengan insiden penyakit ginjal tahap akhir bila dibandingkan dengan tekanan
darah diastolik terutama pada usia lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan ginjal.
c.Cushing Sindrom
Pendahuluan
Lebih kurang 70 tahun yang lalu Harvey Cushing mendeskripsikan suatu
fenomena klinik akibat dari adenoma hipofisis basofilik yang kemudian menjadi
nama dari penyakit tersebut , yaitu penyakit Cushing . Sampai saat ini pengelolaan
pasien dengan kelebihan glukokortikoid ini masih merupakan tantangan di bidang
endokrinologiberdampak karena kasusnya memang jarang, bervariasi, dan untuk
menegakkan diagnosisnya membutuhkan pemeriksaan penunjang yang canggih dan
mahal untuk ukuran negara berkembang. Pembahasan pada tulisan ini akan
difokuskan pada sindrom Cushing endogen, yaitu kelebihan hormon glukokortikoid
yang bukan karena memakai steroid dari luar tubuh walaupun secara empirik yang
sering ditemukan adalah yang jenis eksogen (fenotip Cushingoid).
Definisi
Sindrom Cushing dan penyakit Cushing adalah manifestasi protein, klinis dari kelebihan
abnormal hormon glukokortikoic dalam waktu lama dengan segala konsekuensinya. Definisi
ini juga mencakup adanya insufisiensi aksis hipotalamo- pituitari-adrenal dan gangguan pada
ritme sekresi sirkadian kortisol. Istilah sindrom Cushing adalah istillah umum yang dipakai
untuk fenomena tersebut tanpa memperhatikan penyebabnya, sementara jika penyebabnya
berasal dari kelebihan ACTH ( odrenocorticotrophic hormone ) yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis, lalu merangsang produksi kortisol berlebihan di adrenal , maka istilah yang dipakai
adalah penyakit Cushing.
Epidimiologi
Walaupun data epidemiologi sindrom Cushing sangat terbatas, diestimasikan insiden
tahunan sindrom ini berkisar 2.3 juta per tahun di seluruh dunia. Penyakit Cushing terutama
terjadi pada wanita dengan rasio wanita ke pria berkisar 3.1 sampai 10:1. Pada klinik
endokrin tersier di negara maju, ditemukan prevalensi sindrom Cushing sekitar 5 % diantara
pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol dan osteoporosis. Data tersebut tentunya akan
berdampak pada pengelolaan pasien-pasien diabetes obesitas, hipertensi, gangguan
menstruasi, oleh karena itu menjadi penting untuk melakukan penapisan.
Diagnosis
Manifestasi klinis sangat beragam tergantung pada derajat beratnya hiperkortisolisme,
lamanya, dan sensitifitas reseptor glukokortikoid. Langkah-langkah diagnostik yang
dianjurkan adalah: mengenali sindrom Cushing, konfirmasi tes biokimiawi untuk
membuktikan kelebihan kortisol, mencarí penyebab, dan mencari strategi terapi yang sesuai.
Tentunya anamnesis yang detail (terutama membedakan sindrom Cushing eksogen atau
endogen), pemeriksaan fisik yang teliti, dan pemeriksaan penunjang yang tepat akan
membawa ke arah diagnosis etiologi yang jelas. Tampilan yang klasik dari aspek metabolik,
kardiovaskular, kulit, muskuloskeletal, dan manifestasi psikiatrik, biasanya mudah bagi
dokter untuk mengenalinya, tetapi tidak jarang kasusnya ringan, dan hanya beberapa tanda
saja yang muncul karena kenaikan hormon kortisol yang ringan dan siklik. Pada beberapa
kelaianan psikiatri (depresi, ansietas, kelainan obsesif konvulsif), diabetes yang tidak
terkontrol, dan alkoholisme, bisa disertai hiperkortisolisme ringan dan menghasilkan tes
seperti sindrom Cushing. Pada keadaan terakhir tentu butuh usaha yang lebih ati-hati untuk
membuktikan adanya kelebihan hormon kortisol yang abnormal.
Tugas para klinisi saat mencurigai sindrom Cushing tentu berusaha mengenali secermat
mungkin gejala dan tanda yang berhubungan dengan hiperkortisolisme.
Gejala dan tanda yang mungkin timbul bisa dilihat pada tabel 2 Pada tabel 3 dapat dilihat
bagaimana keseringan dari masing-masing gejala dan tanda, sehingga para klinisi dapat
memperkirakan keadaan apa yang biasanya sering ditemukan.
Truncal obesity adalah tanda yang sering dan seringkali mengawali tanda-tanda yang lain.
Kenaikan berat badan juga sering ditemukan walaupun pada beberapa kasus kenaikannya
minimal sehingga foto serial pasien beberapa tahun terakhir seringkali membantu
menunjukkan perubahan kearah moon face. Kecurigaan akan semakin muncul jika ditemukan
obesitas sentral dengan penumpukan lemak pada wajah dan daerah supraklavikula, cervical
fat pad, kulit tipis, striae, kelemahan otot proksimal, fatigue, hipertensi, gangguan
metabolisme glukosa dan diabetes, akne, hirsutisme, dan gangguan menstruasi. Stigmata lain
pada dewasa adalah atrofi atot dan mudah memar. Osteoporosis, fraktur, dan gangguan
neuropsikiatrik seperti depresi, emosi labil, gangguan tidur dan gangguan kognitif juga sering
ditemukan. Beberapa tanda disebut sebagai tanda spesifik untuk sindrom Cushing seperti
striae kemerahan, pletora, kelemahan otot proksimal, dan mudah memar, tetapi banyak juga
tanda lain yang tidak spesifik dan sering ditemukan pada kondisi lain. Untuk itu tetap
dibutuhkan bukti secara laboraturium bahwa terdapat hiperkortisolisme yang patologis dan
menetap.
Setelah kita mencurigai secara klinis maka langkah selanjutnya adalah membuktikan
bahwa terdapat kelebihan sekresi hormon kortisol dan gangguan mekanisme umpan balik
aksis hipotalamus-pituitari- adrenal. Untuk pemeriksaan laboraturium awal banyak guidelines
menganjurkan salah satu dari beberapa tes berikut: dua kali pemeriksaan 24 jam kortisol
bebas urin (24-h Urinary Free Cortisol ), late-night salivary cortisol, 1-mg overnight
dexamethason suppression test (DST) atau longer low-dose DST. Pada suatu survey di
kalangan endocrinologist, ketiga pemeriksaan di atas adalah jenis pemeriksaan awal yang
paling sering dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan sindrom Cushing. Seringkali sulit
atau belum tersedia pemeriksaan-pemeriksaan yang disebutkan di atas di negara berkembang,
sehingga secara pragmatis seringkali hanya memeriksa kortisol pagi Untuk kortisol plasma
sewaktu pagi hasilnya cukup dapat diterima jika hasilnya ekstrim tinggi Pemeriksaan 24h-
UFC menunjukkan banyaknya sekresi kortisol 24 jam tanpa dipengaruhi oleh kadar
corticosteroid-binding globulin (CBG). Pemeriksaan ini mengukur kortisol yang tidak terikat
dengan CBG dan terfiltrasi di ginjal tanpa mengalami perubahan. Dengan demikian tentu
fungsi ginjal akan mempengaruhi hasil interpretasi pemeriksaan ini karena semakin berat
kerusakan ginjal maka akan makin sedikit kortisol yang disekresikan ke urin. Hal penting
yang harus ditekankan kepada pasien adalah semua urin harus benar-benar terkumpul selama
24 jam, minum seperti biasa dan tidak berlebihan, serta tidak memakai kortikosteroid bentuk
apapun. Jika dalam 3 kali pemeriksaan menunjukkan sekresi kortisol urin yang normal maka
diagnosis sindrom Cushing sudah dapat disingkirkan, tentu pada fungsi ginjal yang normal
Bentuk aktif kortisol bebas di darah proporsional dengan kortisol di saliva, dan konsentrasi di
saliva tidak dipengaruhi oleh keadaan produksi saliva, serta konsentrasi nya stabil pada suhu
kamar atau suhu refrigerator. Perubahan konsentrasi kortisol di darah akan era dikuti oleh
perubahan konsentrasi kortisol saliva. Pada orang normal, kortisol saliva pada saat antara
pukul 23.00 dan 24.00 selalu dibawah 145 ng/dl (4 nmol/L Laporan dari beberapa negara
menyebutkan pemeriksaan ini memiliki sensifisitas 92-100 % dan spesifisitas 93-100 dengan
akurasi yang sama dengan pemeriksaan 24h-UFC. Saliva dikumpulkan dengan cara
diludahkan secara pasif di tabung plastik atau dengan tampon kapas yang diletakkan di mulut
dan dikunyah-kunyah 1-2 menit.
Pemeriksaan 1-mg overnight dexamethasone suppression test (1-mg DST) dapat
membedakan pasien sindrom Cushing atau bukan. Pemberian dexametason 1 mg antara pukul
23.00 dan 24.00, lalu dikuti pemeriksaan kortisol puasa antara pukul 08.00 sampai pukul
09.00 di hari berikutnya. Jika sudah cukup bukti adanya sindrom Cushing dari klinis dan
laboraturium, maka langkah selanjutnya adalah mencari penyebab kelebihan hormon kortisol
tersebut. Pemeriksaan ACTH adalah langkah selanjutnya, dimana jika didapatkan hasil
ACTH s 10 pg/ml maka sindrom Cushing tersebut adalah ACTH-independent (adrenal
Cushing) dan jika ACTH normal atau menetap tinggi lebih dari 15 pg/mL maka termasuk
kelompok yang ACTH-dependent. Pada beberapa kasus penyakit Cushing menunjukkan
ACTH yang normal rendah dan sebaliknya beberapa adrenal Cushing menunjukkan ACTH
yang tidak tersupresi jelas. Dalam keadaan demikian dianjurkan untuk mengulang
pemeriksaan ACTH sebelum melanjutkan ke pemeriksaan selanjutnya. Untuk adrenal
Cushing yang kadar ACTH antara 10-20 pg/mL dianjurkan untuk melakukan tes stimulasi
CRH, dimana jika hasilnya kurang maka jelas suatu adrenal Cushing sementara jika terdapat
kenaikan ringan dari ACTH maka dapat diklasifikasikan sebagai penyakit hipofisis (pituitary
Cushing).
Setelah diyakini bahwa sindrom Cushing pada pasien adalah jenis ACTH-independent
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pencitraan terhadap adrenal untuk melihat ada
tidaknya lesi, jenis lesi, serta unilateral atau bilateral. Jika ditemukan lesi pada adrenal maka
kemungkinannya adalah adenoma adrenal atau karsinoma atau bentuk yang lebih jarang
AIMAH (ACTH-independent macronodular adrenal hyperplasia). Jika tidak ditemukan lesi
pada adrenal maka sebagai penyebab biasanya adalah PPNAD (primary pigmented nodular
adrenal disease). Pada tumor adrenal unilateral, jaringan sekitar tumor dan adrenal
kontralateral akan mengalami atrofi atau masih tetap normal tergantung derajat rendahnya
ACTH. Adenoma adrenal biasanya ukurannya kecil bervariasi, homogen, batas yang jelas,
densitasnya lebih rendah dari air pada CT scan, tetapi sama densitasnya dengan hati pada
MRI. Jika lesinya bilateral maka diperlukan adrenal venous sampling (AVS) untuk
membedakan sumber utama hipersekresi kortisol sehingga membantu ahli bedah untuk
menentukan jenis adrenalektomi. Berbeda dengan karsinoma adrenal, biasanya diameter lebih
dari 6 cm, tepinya iregular dengan batas yang tidak tegas, densitas yang tinggi dan tidak
merata karena adanya perdarahan dan atau nekrosis, tetapi jika dengan MRI intensitasnya
hanya meningkat sedang.
Pada ACTH-dependent langkah selanjutnya adalah mencari sumber hipersekresi ACTH,
apakah berasal pituitari atau ektopik. Jika pasiennya adalah wanita maka yang harus
dipikirkan adalah kemungkinan berasal dari pituitari karena rasio penyakit Cushing dengan
ektopik adalah 9:1. Langkah awal adalah melakukan pencitraan pada pituitari. Pada beberapa
kasus MRI pituitari tidak konklusif maka pada keadaan tersebut diperlukan prosedur BIPSS
(bilateral inferior petrosus sinus sampling) untuk membedakan sumber ACTH apakah
memang berasal dari pituitari atau ektopik. Pasien dengan kecurigaan ACTH- producing
tumour (ektopik) maka dilakukan pemeriksaan PET CT.
Penatalaksanaan
Setelah diketahui penyebab persisnya maka pengelolaan disesuaikan dengan penyakit
dasarnya dan lokasi organ yang terlibat. Pilihan terapi diantaranya adalah operasi, radioterapi,
atau medikamentosa. Pilihan tertentu bisa saja efektif untuk pasien tertentu tetapi bisa jadi
sangat terbatas untuk pasien lain karena efek sampingnya. Untuk penyakit Cushing pilihan
pertama adalah operasi transfenoid, lalu dilanjutkan dengan radioterapi dan medikamentosa
jika diperlukan. Untuk adrenal Cushing pilihan terapi adalah operasi, sesuai dengan lesi yang
ditemukan dan selalu didahului dengan pemberian anti steroidogenesis (ketokonazol,
mifepristone, mitotan, metirapon). Untuk adrenalektomi bilateral maka biasanya diperlukan
substitusi hormonal glukokortikoid dan mineralokortikoid terus-menerus pasca operasi. Saat
ini sedang berkembang adrenalektomi per laparoskopi dengan teknik minimal invasif. Pada
keadaan ectopic ACTH- dependent seringkali sulit untuk mencari fokus dimana tempat
ACTH diproduksi berlebihan. Dari beberapa penelitian disebutkan distribusi sumber ACTH
di luar hipofisis yang tersering (bronchial carcinoid 25 % , islet cell cancer 16 % , small - cell
lung carcinoma 11 % , medullary thyroid cancer 8 % , disseminated neuroendocrine tumour
of unknown primary source 7 % , thymic carcinoid 596 , feokromositoma 3 % , disseminated
gastrointestinal carcinoid 1 % , tumor lain 8%).
Setelah sindrom Cushing terdiagnosis, sambil menunggu konfirmasi penyakit dasarnya,
maka sebaiknya diberikan anti steroidogenesis (ketokonazol, mifepristone, mitotan,
metirapon) terlebih dahulu. Hal lain yang sering dilupakan adalah karena pasien dengan
sindrom Cushing sangat rentan dengan bangkitnya kuman komensal penumocistic carini di
paru, maka sebaiknya diberikan profilaksis dengan kotrimoxazole.
Komplikasi
Sindrom Cushing mengakibatkan beragam komplikasi sistemik diantaranya obesitas
sentral, hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan diabetes, dislipidemia, trombosis kelainan
psikiatrik, penyakit ginjal, osteoporosis, bersama- sama dengan meningkatnya risiko
kardiovaskular. Hal lain yang juga sering menyebabkan kematian pada sindrom Cushing
adalah infeksi dan sepsis. Remisi dan normalisasi kortisol seringkali tidak menghilangkan
risiko kardiovaskular tersebut dan riwayat sindrom Cushing adalah faktor risiko permanen
dari penyakit kardiovaskular. Hal terpenting yang mempengaruhi harapan hidup adalah level
kortisol, sehingga tujuan dari pengelolaan adalah menurunkan kadar kortisol bersamaan
dengan mengontrol risiko kardiovaskular lain sepanjang usia.
Hal lain yang sering terlupakan adalah bahwa pasien dengan sindrom Cushing
mengalami suatu keadaan penurunan daya tahan tubuh (immunocompromissed) yang
signifikan akibat kelebihan kortisol. Akibatnya pasien tersebut dapat terinfeksi oleh kuman
yang pada orang normal hanya sebagai kuman komensal, seperti yang terjadi pada pasien
HIV, sehingga diperlukan profilaksis untuk kuman tertentu seperti pneumicystic carinii.
Prognosis
Jika tidak diobati secara adekuat, sindrom Cushing secara signifikan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas, dan survival median dari pasien hanya sekitar 4,6 tahun. Dari
beberapa studi didapatkan angka kematian pada sindrom Cushing non malignansi sekitar 2-4
kali dibandingkan dengan populasi normal, sementara sindrom Cushing dengan penyakit
dasar keganasan prognosisnya sangat buruk, umumnya meninggal selama dalam usaha
pengobatan awal. Perlu juga dipahami bahwa pasien yang gagal dengan operasi angka
kematiannya 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi normal jika dibandingkan
dengan pasien yang remisi dengan operasi.
7.Jelaskan penatalaksaan
setelah diketahui penyebab persisnya maka pengelolaan disesuaikan dengan penyakit dasar
dan lokasi organ yang terlibat. Pilihan terapi di antaranya adalah operasi radioterapi atau
medikamentosa.pilihan tertentu bisa saja efektif untuk pasien yang tertentu tetapi bisa jadi
sangat terbatas untuk pasien kain karena efek sampingnya. Untuk penyakit cushing pilihan
pertama adalah operasi transfenoid,lalu dilanjutkan dengan radioterapi dan medikamentosa
jika diperlukan.untuk adrenal cushing pilihan terapi adalah operasi sesuai dengan relasi yang
ditemukan dan selalu didahului dengan pemberian antisteroidogenesis.untuk adrenalectomy
bilateral maka biasanya diperlukan subtitusi hormonal glukokortikoid dan mineralokortikoid
terus menerus pasca operasi.saat ini sedang berkembang adrenalectomy per laparoskopi
dengan teknik minimal invasif. Pada keadaan ectopic ACTH -dependentseringkali sulit untuk
mencari fokus di mana tempat produksi HCL yang berlebihan.dari beberapa penelitian
disebutkan distribusi sumber acth di luar hipofisis yang tersering (broncial
carcinoid25%,islet cell csncer 16%,small cell carcinoma 11%,medulary thyroid
8%,dessmentaid gastroinstestinal cacinoid 1%,tumor lain8%..
Setelah syndrome cushing terdiagnosis sambil menunggu konfirmasi penyakit dasarnya maka
sebaiknya diberikan anti stereoideogenesis(ketakonazol,miferpristone,mitotan,metirapon)
terlebih dahulu. Hal ini yang sering dilupakan adalah karena pasien dengan sindrom cushing
sangat rentan dengan bangkitnya kuman komensal penumocistic carniidi paru,maka
sebaiknya diberikan profilaksasidengan kotrimoxazole.