KELOMPOK 8B
BLOK 2.2
TUTOR :
dr. An Aldia Asrial, Sp.JP
ANGGOTA KELOMPOK :
Suami mengalami pubertas usia 12 tahun dan ciri seks kelamin sekunder normal. Pada
pemeriksaan fisik organ reproduksi dan hormonal normal. Dokter kemudian menjelaskan
tentang perkembangan seks sekunder, fertilisasi, dan kehamilan.
I. Klarifikasi Istilah
1. Reproduksi : Penghasilan keturunan dan badan yang telah terorganisasi
2. Menarche : Menstruasi pertama
3. Anamnesis : Riwayat penyakit pasien
4. Menstruasi : Pengeluaran sekret darah dan jaringan mukosa uterus melalui vagina
5. Hormon : Zat kimia untuk metabolisme tubuh
6. Seks sekunder : Perubahan awal saat pubertas
7. Pubertas : Proses menuju kedewasaan
8. Fertilisasi : Penyatuan sperma dan ovum
II. Identifikasi Masalah
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita?
2. Bagaimana terjadinya fertilisasi ?
3. Jelaskan siklus atau fase dari menstruasi ?
4. Hormon apa saja yang berperan dalam siklus reproduksi ?
5. Faktor-faktor terjadinya menarche ?
6. Jelaskan ciri seks sekunder pada pria dan wanita ?
7. Bagaimana terjadinya kehamilan, perkembangan embriologi dan perubahan fisiologis
kehamilan pada ibu?
8. Hubungan menstruasi dengan ciri seks sekunder ?
9. Pada usia berapa menarche normalnya terjadi ?
III. Brainstorming
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita?
Jawab :
Anatomi
Pada pria
Interna : epididimis, testis, vas deferens, kelenjar aksesoris
Eksterna : penis, skrotum
Pada wanita
Interna : ovarium, uterus, vagina, tuba uterina
Eksterna : labia mayora, labia minora, klitoris, mons pubis
Histologi
Pada pria
Penis :
Terdapat tunika albugine yang membungkus kedua korpus
cavernosum penis dan corpus spongiosum
Tunika albuginea berupa jaringan ikat padat fibrosa
Terdapat arteri profunda penis di kedua corpus cavernosum penis
Testis :
Terdapat tunika albuginea yang membungkus seluruh permukaan penis
Terdapat septula testis yang membagi menjadi lobulus-lobulus
berbentuk piramid
Di dalam lobulus terdapat tubulus seminiferus
Tubulus eferens
Lumennya terlihat bergelombang karena diliputi epitel selapis (sel
silindris dan sel kuboid)
Sel yang tinggi terdapat kinosilia pada permukaannya
Di luar membran basal terdapat lapisan oto polos melingkar tipis
Duktus epididimis
Mukosanya diliputi epitel silindris bertingkat dan punya stereosilia
Di dalam lumen terdapat spermatozoa
Duktus deferens
Mukosanya diliputi epitel silindris bertingkat dan punya stereosilia
Di bawah lamina propria terdapat lapisan otot polos longitudinal
(dalam), sirkular (tengah), longitudinal (luar)
Glandula prostat
Mukosanya berlipat-lipat dan diliputi epitel silindris selapis atau
bertingkat
Di dalam lamina propria terdapat serat otot polos
Di dalam lumen terdapat konkremen berwarna merah homogen
Glandula vesikulosa
Mukosanya berlipat-lipat dan dilapisi epitel silindris selapis atau
bertingkat
Di dalam lamina propria tidak terdapat serat otot polos
Pada wanita
Ovarium = dilapisi epitel germinal
Tuba uterina = terdiri dari tunika mukosa, muskularis, adventisia
Uterus = terdiri endometrium, myometrium, perimetrium
Vagina = dilapisi epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Fisiologi : (LI)
Anatomi
- Cutis scroti
- Tunika dartos
- Fascia spermatika eksterna
- Tunika cremaster
- Fascia spermatika interna
- Tunika vaginalis testis
Gambar 2. Penis
1. Testis, panjangnya 4,5 cm, lebar 2,5 cm dan tebal 3 cm. Tergantung dalam
scrotum oleh funiculus spermaticus. Merupakan organ yang homolog
dengan ovarium. Terdiri dari 200-300 lobuli yang tiap lobuli terdiri dari 1-
4 lengkung epitel germinal yang membentuk tubulus seminiferus,
didalamnya terdapat sel sertoli, sedangkan diantara tubulus terdapat sel
leydig.
5. Ductus ejaculatory
6. Uretra terdiri dari 3 pars : pars prostatika, membranasea dan spongiosa
7. Glandula accesoris
1. Mons pubis
2. Labia mayora
3. Labia minora
4. Clitoris Bagian dari vulva
5. Vestibulum vaginae
6. Orificium vaginae
- Cerviks uteri,
- istmus uteri,
- corpus uteri,
- fundus uteri.
Fiksasi uterus :
Histologi
3) Tubulus eferens
Berada diluar testis, lumen tampak bergelombang karena disusun oleh epitel
selapis torak dan kuboid
Sel yang tinggi mempunyai kinosilia pada permukaanya
Diluar membran basal terdapat lapisan otot polos melingkar tipis
Terdapat spermatozoa dalam lumen
Tubulus Eferen
4) Duktus deferen
Saluran lurus dan berdinding tebal
Epitel silindris bertingkat, terdapat stereosilia
Epitel mukosa bergelombang berikut lamina propria di bawahnya, epitelnya
bertinggi seragam
Dibawah lamina propria terdapat tiga lapisan otot polos
Lapisan dalam berkas otot tersusun memanjang, lapisan tengah berkas otot
tersusun melingkar, lapisan luar berkas otot tersusun melingkar
Tunika adventisia jaringan ikat longgar
Tubulus deferen
5) Kelenjar prostat
Mukosa berlipat dan diliputi epitel selapis torak atau bertingkat
Lamina propria terdapat serat otot polos
Dalam lumen terdapat konkremen warna merah homogen
Terdapat lapisan otot polos dibawah lamina propria
Tunika adventisia jaringan ikat longgar
Kelenjar Prostat
6) Kelenjar vesikula
Tunika mukosa berlipat dan diliputi epitel selapis torak atau bertingkat
Lamina propria tidak terdapat serat otot polos
Terdapat lapisan otot polos dibawah lamina propria
Tunika adventisia jaringan ikat longgar
Sistem Reproduksi Wanita
1) Ovarium
Bagian korteks epitel germinativum merupakan epitel kuboid selapis
Di bawah epitel terdapat tunika albuginea ovarium jaringan ikat fibrosa
Di korteks terdapat sejumlah besar folikel ovarium dana fase perkembangan
(folikel primordal, folikel berkembang, folikel de Graaf)
Stroma korteks berupa jaringan yang banyak mengandung sel berbentuk
gelendong mirip serat otot polos
Jaringan medula tampak lebih longgar banyak mengandung serat elastin, serat
otot polos, pembuluh darah arteri dan vena, pembuluh limfe.
Ovarium
2) Plasenta
Terdapat dua sisi, sisi maternal dan sisi fetal
Pada sisi fetal terdiri atas vilus korialis dan epitel amnion
Tepi vilus diliputi sinsisiotrofoblas yaitu lapisan warna gelap dgn ketebalan
tidak seragam, memiliki banyak inti
Jika tembuni masih muda dapat ditemukan sitotrofoblas di bawah
sinsisiotrofoblas
Sitotrofoblas berupa sel kuboid
Bagian tengah vilus terdapat jaringan mesoderm ekstraembrional dengan
pembuluh darah didalamnya
Epitel amnion merupakan selapis kuboid sampai gepeng, terdapat ruangan
konsong diatas amnion disebut ruang amnion berisi air ketuban
Plasenta pars maternal pada daerah desidua basalis terdapat sel desidua yang
besar, lembung, sitoplasma merah pucat, inti biru kromatin halus
Diantara vilus korialis terdapat ruang antar vilus
Korpus Luteum
4) Ovarium, korpus albikans
Lebih kecil dari pada korpus luteum, warna pucat
Warna pucat
Kadang dapat dilihat beberapa pembuluh darah kecil
Jaringan ikat terdapat di antara sisa sisa sel lutein
Korpus Albicans
5) Tuba uterina, ampulla
Tunika mukosa dilapisi epitel torak selapis dengan lamina propria dibawahnya
Sel epitelnya ada dua macam yaitu bersilia dan yang tidak bersilia
Tunika musklaris terdiri dari lapisan melingkar tebal bagian dalam dan lapisan
memanjang yang tipis di luar
Tunika adventisia jaringan ikat longgar yang diliputi mesotilium
9) Vagina
Dinding dibentuk oleh mukosa yang dilapisi epitel gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk
Terdapat lapisan otot polos terdiri atas berkas berkas serat otot polos yang
berjalan dalam, berbagai arah
Tidak memiliki kelenjar pada dindingnya
Vagina
Fisiologi
1) Ereksi
Disebabkan oleh impuls saraf parasimpatik yang menjalar dari bagian sakral
medula spinalis melalui saraf saraf pelvis ke penis. Berlawanan dengan sebagian
besar serat-saraf parasimpatik lain, serat parasimpatik ini diyakini melepaskan
oksidasi nitrat dan vasoactive instestinal peptide selain asetilkolin. Oksidasi nitrat
mengaktifkan enzim guanilil siklase, yang menyebabkan peningkatan
pembentukan guanisin monofosfat (GMF) siklik. GMF siklik ini terutama
melebarkan arteri-arteri penis, dan jalinan trabekula serat-serat otot polos di
jaringan erektil korpus kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis
bertambah, menyebabkan lepasnya oksidasi nitrat dari sel-sel endotelia pembuluh
darah da terjadinya vasodilatasi. Jaringan erektil penis ini terdiri atas sinusoid-
sinusoid kavernosa yang lebar, yang normalnya tidak terisi penuh dengan darah
namun menjadi sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat ke
dalamnya sementara sebagian aliran vena dibendung. Selain itu badan erektil,
terutama kedua korpus kavernosa, dikelilingi oleh lapisan fibrosa yang kuat oleh
karena itu tekanan yang tinggi di dalam sinusoid menyebabkan penggembungan
jaringan erektil sedemikian sehingga penis menjadi keras dan memanjang.
2) Ejakulasi
Ketika rangsangan seks sangat kuat, pusat refleks medula spinalis mulai
melepas impuls simpatis yang meninggal medulaspinalis pada segmen T12-L2 dan
berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan pleksus saraf simpatik
pelvis untuk mengawali emisi yang merupakan awal dari ejakulasi.
Emisi dimulai dgn kontraksi vas deferens dan ampula yang menyebabkan
keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kemudian kontraksi lapisan otot
kelenjar prostat yang diikuti kontraksi vesikulo seminalis, akan menyemprotkan
cairan prostat dan cairan seminalis ke dalam uretra, mendorong sperma lebih jauh.
Semua cairan ini bercampur di uretra interna debgan mukus yang telah diseksresi
oleh kelenjar bulbouretra untuk membentuk semen. Ini lah proses emisi.
Pengisian uretra interna dengan semen mengerluarkan sinyal sensoris yang
dihantarkan melalui nervus pedendus ke regio sakral medula spinalis, yang
menimbulkan rasa penuh mendadak di organ genitalia interna. Selain itu, sinyal
sensoris ini makin merangsang kontraksi ritmis organ genitalia interna dan
menyebabkan kontraksi otot-otot ischiocavernosus dan bulbokavernosus yang
menekan dasar jaringan erektil penis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan yang ritmis dan bergelombang di kedua jaringan erektil penis dan di
duktus genital serta uretra yang mengejakulasi semen dan uretra keluar.
3) Pembentukan Sperma
Pembehan sel selama spermatogenesis. Selama perkembangan embrio, sel
germinal primordial bermigrasi ke testis tempat sel tersebut berubah menjadi
spermatogenia. Spermatogenia yang melewati sawar masuk ke dalam lapisan sel
sertoli akan dimodifikasikan secara berkelanjutan dan membesar membentuk
spermatosit primer, setiap spermatosit, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis
untuk membentuk 2 spermatosit sekunder. Setelah beberapa hari spermatosit
sekunder juga membelah menjadi spermatid yang akhirnya dimodifikasi menjadi
spermatozoa.
4) Pembentukan ovum
Sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin
oogonia membelah secara mitosis, menghasilkan 6-7 juta oogonia pada bulan ke-5
gestasi, saat proliferasi mitosis terhenti. Oogonia disebut oosit primer yang
mengandung 46 kromosom replikasi. Oosit primer mengalami kedaan henti
meiosis selama bertahun-tahun hingga sel dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa
bersama-sama satu oosit primer dan sel-sel granulosa di sekitar membentuk oosit
primer. Oosit yang tidak membentuk folikel mengalami apoptosis (bunuh diri).
Saat lahir, hanya lebih kurang 2 juta folikel primer yang masing-masing
mengandung 1 oosit primer yang mampu menghasilkan 1 ovum. Dari cadangan
total folikel , lebih kurang 300.000 yang ada saat pubertas, hanya 400 yang akan
matang dan mengeluarkan ovum. 99,7 % tidak ovulasi dan mengalami atresia.
Pembentukan folikel lebih lanjut, pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi
serta diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar. Oosit membesar 1000 kali, disebabkan
penimbunan bahan sitoplasma untuk embrio awal,
Tepat sebelum ovulasi, oosit primer yang nukleusnya mengalami perhentian
meiosis bertahun-tahun mengalami meiosis I, menghasilkan 2 sel anak masing-
masing 23 kromosom haploid. Hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu
sel, kemudian menjadi oosit sekunder dan menjadi ovum. Kromosom yang satunya
dengan sitoplasma sedikit menjadi badan polar I.
Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder memicu meiosis II. Setengah set
kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar II.
Setengah lainnya tetap tertinggal dalam ovum matang atau ootid. Kemudian, 23
kromosom ibu dan 23 kromosom ayah menyatu menuntaskan pembuahan. Jika
badan polar I belum berdegenerasi, sel ini juga mengalami meiosis II pada saat
yang sama ketika oosit sekunder yang dibuahi membagi kromosomnya.
b. Reflek Letdown
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh Hipofisis anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormone ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada
uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah :
1. Melihat bayi
2. Mendengarkan suara bayi
3. Mencium bayi
4. Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
6) Kehamilan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah terbentuknya zigot, maka zigot
akan membelah terus untuk membentuk embrio yang kemudian tertanam di dalam
rahim. Sewaktu berada di dalam rahim, embrio ini juga selalu membelah dan
mengalami perkembangan untuk membentuk janin (fetus). Jika diperhatikan akan
terlihat sebenarnya pada tahap awal, bentuk embrio manusia tidak jauh dari bentuk
embrio hewan vertebrata lain, yaitu mirip kecebong yang memiliki panjangnya 5
mm. Tahap blastulasi terjadi pada minggu pertama setelah fertilisasi.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir
dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu
awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk
pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum
pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Dalam banyak masyarakatdefinisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi
menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari
perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran
(kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2
perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan
awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal
alami atau kelahiran dipaksakan.
Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya
dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah
sebuah pribadi. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita
yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Sseorang
wanita yang belum pernah hamil dikenalsebagai gravida 0.
Pada saat ini embrio masih sangat kecil. Walaupun dalam kurun waktu itu ia
telah terdiri atas ratusan sel-sel kecil yang berkumpul membentuk bola kecil yang
berukuran hampir sama dengan kepala jarum pentul. Pada proses pembentukan
blastula, sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi migrasi sel di dalam embrio,
yang membentuk duabagian utama, yaitu embrio yang nantinya berkembang
menjadi janin dan membran ekstra embrio yang nantinya membentuk plasenta,
amnion, dan tali pusar. Ketiga bagian ini berfungsi untuk menunjang kehidupan
janin, antara lain :
a) untuk memberikan nutrisi
b) pertukaran gas
c) menahan goncangan
Plasenta juga dapat menghasilkan hormon-hormon tertentu, antara lain
mengatur hormon kelenjar dan relaksin yang berfungsi untuk fleksibilitas simfibis
pubis dan organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses gastrulasi yang terjadi pada minggu ke-3.
Pada proses gastrulasi, jaringan sudah membentuk 3 lapisan, yaitu lapisan
ektodermis, mesodermis, dan endodermis. Ketiga lapisan jaringan tersebut akan
mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk organ dan sistem organ.
1. Lapisan ekstroderm akan membentuk organ-organ seperti saraf, hidung, mata,
kelenjar kulit dan berkembang menjadi jaringan epidermis.
2. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk organ ginjal, limpa, kelenjar
kelamin, jantung, pembuluh darah, getah bening, tulang dan otot.
3. Lapisan endoderm akan membentuk organ hati, pankreas, saluran pencernaan,
saluran pernapasan, kelenjar gondok, dan anak gondok. Fase itu disebut fase
organogenesis. Fase ini terjadi pada minggu ke-4 s.d. minggu ke-8.
Pada saat janin berusia 14 minggu, organ sudah terbentuk lengkap. Janin terus
mengalami pertumbuhan dan penyempurnaan pada bagian-bagian organ tubuhnya,
hingga usia 9 bulan 10 hari sebagai usia yang normal bagi bayi untuk dilahirkan.
Kadar hormon estrogen pada seorang wanita yang hamil sedikit. Hormon estrogen
ini akan membantu kontraksi uterus. Selain itu, dihasilkan pula hormon
oksitosinyang fungsinya sama seperti estrogen.
c. Fertilisasi
Tahapan-tahapan fertilisasi sebagai berikut :
1) Sperma yang akan membuahi menembus korona radiata melalui
enzim0enzim terikat membran yang terdapat dalamm membran plasma
kepala sperma dan berikatan dengan reseptor ZP3 di zona pelusida. Sperma
dapat menembus zona pelusida hanya telah berikatan dengan reseptor
spesifik di permukaan lapisan. Fertilin, suatu protein yang terdapat di
membran plasma sperma, berikatan dengan glikoprotein yang dikenal
sebagai ZP3 pada lapisan luar zona pelusida.
2) Pengikatan sperma dengan reseptor ini memicu reaksi akrosom, yaitu saat
enzim-enzim hidrolitik pada akrosom dibebaskan ke zona pelusida.
3) Enzim akrosomal mencerna zona pelusida, membentuk jalur ke membran
plasma ovum. Ketika sperma mencapai ovum, membran plasma kedua sel
ini berfusi.
4) Kepala sperma dengan DNAnya memasuki sitoplasma ovum.
5) Sperma merangsang pelepasan berbagai enzim yang tersimpan di dalam
granula kortikal di ovum, yang kemudian menginaktifkan reseptor ZP3 dan
mengeraskan zona pelusida sehingga menghambat terjadinya polispermia.
- Fase ovulasi
Sebelum terjadi ovulasi, dinding luar folikel akan menonjol membengkak
dengan cepat dan stigma pada bagian tengah kapsul folikular juga akan
menonjol. Kira- kira 30 menit kemudian, cairan mulai merembes dari folikel
melalui stigma, sekitar 2 menit kemudian, stigma akan robek cukup besar,
menyebabkan cairan yang lebih kental, yang menempati bagian tengah folikel,
mengalami evaginasi keluar. Cairan kental ini membawa bersamanya ovum
yang diselubungi oleh massa terdiri dari beberapa ribu sel granulosa kecil,
disebut korona radiata. LH sangat diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel
dan ovulasi. Tanpa hormon ini, folikel tidak akan berkembang ke tahap
ovulasi. Sekitar 2 hari sebelum ovulasi, kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan
mencapai puncaknya sekitar 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat
kira-kira dua sampai tiga kali lipat pada saat bersamaan, dan FSH dan LH
akan bekerja secara sinergistik menyebabkan pembengkakan folikel yang
berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai
efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yaitu mengubah kedua jenis
sel tersebut terutama menjadi sel penyekresi progesteron. Oleh karena itu,
kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi,
sementara progesteron yang meningkat mulai disekresi.
Dalam lingkungan inilah terjadi ovulasi, yaitu (1) pertumbuhan folikel
yang berlangsung cepat, (2) berkurangnya sekresi estrogen sesudah fase
sekresi estrogen berlebihan yang berlangsung lama, dan (3) dimulainya sekresi
progesteron. Tanpa adanya lonjakan hormon LH praovulasi, ovulasi tidak
akan berlangsung.
- Fase luteum
Beberapa jam pertama, setelah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-sel
granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel
lutein. Diameter sel-sel ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan
inklusi lipid yang memberi tampilan kekuningan. Proses ini disebut
luteinisasi, dan seluruh massa sel bersama-sama disebut korpus luteum. Sel-
sel granulosa dalam korpus luteum membentuk retikulum endoplasma halus
intrasel yang luas, yang menghasilkan sejumlah besar hormon seks perempuan
yaitu progesteron dan esterogen. Korpus luteum normalnya memiliki diameter
kira-kira 1,5 cm, yang dicapai dalam waktu 7 sampai 8 hari setelah ovulasi.
Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan akhirnya kehilangan fungsi
sekresi juga sifat warna kekuningan lipidnya dalam waktu kira-kira 12 hari
setelah ovulasi, menjadi korpus albikans; selama beberapa minggu berikutnya,
korpus albikans akan digantikan oleh jaringan ikat dan dalam beberapa bulan
akan diserap.
- Fase menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan,
korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon esterogen dan
progesteron menurun sampai kadar sekresi yang rendah. Hormon ini
menyebabkan endometrium meluruh hingga ketebalannya berkurang 65%. Hal
inilah yang disebut dengan menstruasi.
Aktikvitas fisik
Efek samping dari tingkat aktivitas fisik pada kesuburan telah diamati lebih dari
40 tahun yang lalu pada atlet wanita yang kompetitif. Sejak saat itu, sejumlah
menunjukkan bahwa atlet wanita muda mungkin mengalami usia pubertas
yangtertunda. Usia menarche rata-rata dari atlet wanita yang kompetitif dan
penari balet seringkali mengalami penundaan 2 hingga 4 tahun.
Massa lemak
Beberapa peneliti merekomendasikan bahwa berat terendah atau ambang batas
untuk menarche adalah sekitar 17% lemak sebagai persentase berat badan.
Sejalan denganitu, kurang lebih 26 – 28 % lemak sebagai persentase dari berat
badan dicapai pada pencapaian pertumbuhan yang khas dan berat terendah sekitar
22 % lemak tubuh sangat penting untuk pemeliharaan atau kelanjutan dari
menstruasi pada anak perempuan yang usianya lebih tua dari 16 tahun.
Hormon Leptin
Satu faktor yang mungkin berkontribusi terhadap hipogonadisme oleh kelaparan
adalah rendahnya kadar hormon leptin. Leptin merupakan hormon protein yang
dihasilkan oleh jaringan adiposa yang terlibat dalam homeostasis energi.
Hipoleptinemia berhubungan dengan rendahnya kadar LH dan estradiol dan
mungkin juga bekerja secara langsung pada tingkat hipofisis dan ovarium di mana
dijumpai reseptor-reseptor leptin.
Faktor Lingkungan
Pada dunia yang berkembang, anak-anak dari kelas sosial yang tinggi akan
matanglebih dini dibandingkan dengan anak-anak dari kelas sosial yang rendah,
dan gadisyang tinggal di kota lebih cepat matang dibandingkan dengan gadis yang
tinggal didesa.
Stress merupakan faktor risiko sosial lain yang mungkin atau tidak mempercepat
terjadinya pematangan. Anak perempuan yang tumbuh pada lingkunganyang
sulit sebagai contoh, di mana orang tua telah berpisah atau hidup dalam
konflik/memiliki menarche 4 bulan lebih dini dibandingkan dengan anak
perempuan yang tumbuh pada lingkungan yang stabil.
Laki-laki Perempuan
Pada saat ovulasi, oosit berada pada tahap metafase pembelahan meiosis kedua
dan dikelilingi oleh zona pelusida dan beberapa sel granulosa. Fimbrae membawa
oosit masuk ke dalam tuba uterina.
B. Fertilisasi
Penyatuan gamet jantan dan gamet betina, dan terjadi di daerah ampula tuba
uterina. Spermatozoa tidak dapat membuahi oosit segera setelah kedatangannya
di dalam saluran genitalia wanita maka Sebelum spermatozoa dapat membuahi
oosit, sper-matozoa harus mengalami :
1 Kapasitasi, adalah periode pengondisian di dalam saluran reproduksi
wanita yang berlangsung sekitar 7 jam pada manusia. Oleh sebab itu, percepatan
ke ampula tidaklah bermanfaat, karena kapasitasi belum terjadi dan sperma yang
demikian tidak mampu membuahi telur. Sebagian besar pengondisian selama
kapasitasi terjadi di dalam tuba uterina dan melibatkan interaksi epitel antara
sperma dan permukaan mukosa tuba. Selama periode ini, suatu selubung
glikoprotein dan protein plasma semen disingkirkan dari membran plasma yang
melapisi bagian akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang terkapasitasi yang
dapat menembus sel-sel korona dan mengalami reaksi akrosom.
A
2 Reaksi akrosom, yang terjadi sesudah pengikatan pada zona pelusida,
dipicu oleh protein zona. Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk menembus zona pelusida, enzim-enzim tersebut adalah enzim
Corona Penetrating Enzyme (CPE )dan hialuronidase.
1. Reaksi korteks dan zona. Akibat pelepasan granula oosit korteks, yang
mengandung enzim lisosom, (1) membran oosit menjadi tidak dapat ditembus
oleh spermatozoa lainnya, dan (2) zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah pengikatan dan penetrasi sperma. Reaksi ini
mencegah polispermi (penetrasi lebih dari satu spermatozoa ke dalam oosit).
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menuntaskan pembelahan
meiosis keduanya segera sesudah masuknya spermatozoa. Dan membentuk
pronukleus wanita.
3. Pengaktifan metabolik sel telur.
Nukleus spermatozoa membengkak dan membentuk pronukleus pria. Ekornya
lepas dan mengalami degenerasi. Secara morfologis, pronukleus pria dan wanita
tidak dapat dibedakan, dan pada akhirnya, keduanya berkontak erat dan
kehilangan selubung nukleusnya. Selama pertumbuhan pro-nukleus pria dan
wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus mereplikasi
DNAnya. Sesudah kedua pronukleus mereplikasi DNAnya, kromosom ayah dan
ibu saling bercampur, memisah secara longitudinal, dan mengalami pembelahan
mitosis, yang menghasilkan tahap dua-sel.
C. Pembelahan
Serangkaian pembelahan mitosis yang menimbulkan penambahan jumlah sel,
blastomer, yang menjadi lebih kecil dengan setiap pembelahan. Sesudah tiga kali
pembelahan, blastomer mengalami pemadatan sehingga menjadi gulungan sel yang
terkemas padat, dengan lapisan dalam dan luar. Blastomer yang memadat terbelah
untuk membentuk morula 16- sel. Sesudah morula masuk ke dalam uterus pada hari
ketiga atau keempat sesudah fertilisasi, mulai muncul sebuah rongga, dan
terbentuklah blastokista. Massa sel dalam, yang dibentuk pada saat pemadatan dan
akan berkembang menjadi mudigah yang sebenarnya, berada di satu kutub blastokista.
Massa sel luar, yang mengelilingi sel dalam dan rongga blastokista, akan membentuk
trofoblas.
D. Implantasi
Mukosa uterus pada saat implantasi berada di fase sekretorik, blastokista tertanam di
dalam dinding anterior atau posterior korpus uteri.
PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI
1. Trimester pertama
Minggu ke-1 merupakan tahap perkembangan awal janin. Kurang lebih satu jam setelah
proses peleburan sel telur dan sel sperma, semua aspek pendukung kehidupan, berupa materi
genetic yang disebut gen, saling dipertukarkan. Minggu ini sebenarnya masih periode
menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran si kecil
dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir.
Minggu ke -2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua dan 30 jam setelah dibuahi, sel
telur akan membelah menjadi dua dan hingga menjadi morulla. Dan juga sirkulasi
uteroplasenta pun dimulai.
Minggu ke-3 terjadi gastrulasi dan pembentukan sistem saraf pusat ( langman)
Minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Pembentukan organ-organ
tubuh seperti telinga dan alat pencernaan makin sempurna.
Minggu ke-6, persentase perkembangan embrio sudah lebih besar dibanding dari minggu2
sebelumnya, yaitu 5 mm. Bentuknya melengkung seperti udang. Pada minggu ini kepala dan
leher sudah mulai muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga sudah ada. Selain
itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai terlihat walaupun masih kecil.dan
peredaran darah dan organ2 penting tubuh seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah mulai
terbentuk.
minggu ke-7, di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku jari kelingking atau 1 cm, tangan
sudah mulai ada dan berkembang dengan cepat. Tonjolan-tonjolan yang di minggu
sebelumnya masih tampak pada rangka, pada minggu ini sudah jelas.
minggu ke-8, ukuran embrio mencapai kisaran 2731 mm. Secara keseluruhan embrio makin
menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 13-15 gram. Semua organ tubuh juga mulai
bekerja, meski belum sempurna. Cikal bakal mata janin tampak berupa dua bintik hitam.
Minggu ke-9 sudah punya tangan yang besarnya sekacang kapri dan jari sudah mulai
terbentuk. Kaki sudah membentuk lutut dan jari. Di minggu ini organ genital sudah mulai
terlihat jelas.
Minggu ke-10 Rahang atas dan bawah sudah terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi
air seni., Darah dan sel-sel tulang mulai terbentuk.
Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan mulai berfungsi. Janin sudah
mulai bergerak dan bisa meluruskan tubuhnya, bahkan mengubah posisinya.
minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan berkembang kian
sempurna. Di usia 3 bulan, sistem saraf dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain
bernapas, kini janin juga mulai mampu mencerna makanan.
2. Trimester kedua
Minggu ke 13 seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo.
Minggu ke 16 plasenta terbentuk sempurna dan janin mulai mampu mengenali dan
mendengar suara-suara dari luar kantong ketuban.
Minggu ke 18 taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar 150 gram.
Minggu ke-21 ini, berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan
perkemangan. Pada bulan kelima, janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya.
3. Trimester ketiga
minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang rata-rata 37 cm.
minggu ke-32, berat bayi berkisar 1800-2000 gram dengan panjang tubuh 42 cm.
minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm.
minggu ke-35, secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram, Namun
yang terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya.
minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan panjang 46 cm.
minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan siap
lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala
bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir.
Minggu ke 38, bayi mencapai berat sekitar 3250 gram dengan panjang sekitar 49 cm.
minggu ke-40, panjang bayi mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram dan siap
dilahirkan.
PERUBAHAN FISIOLOGI KEHAMILAN PADA IBU
1) Perubahan Hematologi
2) Sistem Kardiovaskular
Perubahan dasar :
Kenaikan sirkulasi volume darah hingga 50% dan cardiac output 30-40%
Detak jantung meningkat 10 detak/menit
Tekanan darah arterial dan resistensi vaskuler menurun saat volume darah, berat
ibu, basal metabolisme meningkat .
3) Sistem Respiratorius
Frekuensi pernafasan meningkat
Peningkatan volume tidal dan hiperventilasi terjadi karena pengaruh progesteron
atau kebutuhan metabolisme yang meningkat .
4) Sistem urinaria
Peningkatan filtrasi glomerular dan aliran darah renal hingga 50% sebagai akibat
kenaikan cardiac output
Secara normal bisa terjadi glukosuria
Hidronefrosis/hidroureter ringan karena menurunnya tonus otot atau karena
penekanan uterus
Stress inkontinensia karena perubahan posisi angulus vesikouretralis sebagai
akibat naiknya kandung kencing
5) Sistem Gastrointestinal
Pengosongan lambung dan peristaltik usus melambat karena faktor hormonal
maupun mekanik
Perasaan tidak enak di uluhati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan
aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah
Nausea dan muntah pada trimester I karena pengaruh HCG
Kadang ditemukan adanya hemoroid. Konstipasi karena pengaruh progesteron .
6) Sistem Endokrin
Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi
estrogen dan progesteron plasenta, dan hormon yang dikeluarkan oleh janin
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100x sebelum hamil
Progesteron tonus otot polos menurun dan diuresis
Human Placental Lactogen (HPL) efeknya mirip hormon pertumbuhan, dan
bersifat diabetogenik sehingga kebutuhan insulin wanita hamil meningkat
FSH dan LH sangat rendah selama kehamilan karena ditekan estrogen dan
progesteron plasenta
Prolaktin produksinya terus meningkat sampai aterm
7) Sistem muskuloskletal
Sebagai kompensasi pembesaran uterus di antaranya akan terjadi lordosis
Terdapat peningkatan mobilitas pada sakroiliaka, sakrokoksigeal, dan simfisis
pubis selama kehamilan sebagai respon perubahan hormonal