PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan merupakan mahluk hidup yang meempunyai kebutuhan
beragam.
Kebutuhan
tersebut
mencakup
beberapa
aspek
seperti
16. BAB II
17. PEMBAHASAN
18.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) :
fungsi kopulasi Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi
blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. Fungsi sistem
reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormone hormon
gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus hipothalamus
hipofisis adrenal ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.(Purwaningsih,
wahyu.2010)
1. GENITALIA EKSTERNAL
a. Vulva
33. Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
clitoris, hymen,
34.
urogenitalis
(m.perinealis
transversus
profunda,
ligamentum
infundibulopelvicum,
ligamentum
dari
arteri
uterina
cabang
arteri
52.
Ovarium
berfungsi
dalam
pembentukan
dan
dan
jaringan
ikat
mesovarium.
10
di
dalam
sella
turcica
tulang
sphenoid.
menghasilkan
juga
hormon-hormon
metabolisme,
11
d. Ovarium
64. Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan
dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi
steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel)
dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormonhormon gonadotropin.
e. Endometrium
65. Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai
bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi,
kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium
rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada
pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat
konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus
hormon-hormon ovarium.
5. HORMON-HORMON REPRODUKSI
a. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
66. Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
67. Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai
respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan
pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada
pria : memicu pematangan sperma di testis).
12
dan
mempertahankan
fungsi
korpus
luteum
Pada uterus
13
75.
76.
Pada vagina
77.
proses
perubahan
sekretorik
(fase
sekresi)
pada
14
di
hipofisis
anterior,
memiliki
aktifitas
15
16
ini
merupakan
hal
yang
kompleks
saling
berkembang
17
yang
dikenal
sebagai
connexin
yang
berguna
untuk
secara
simultan
menyebabkan
terlepasnya
endometrium
fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap
antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral
dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah proliferasi yang
berlangsung cepat dari sel granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel
granulose. Selain itu, banyak sel-sel berbentuk kumparan yang
dihasilkan dari interstitium ovarium yang berkumpul dalam beberapa
lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok sel kedua disebut
teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna (Guyton,
2006).
94.
18
Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan
untuk terjadinya ovulasi. Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk
folikel antral meningkatkan diameter ovum tiga sampai empat kali lipat
menghasilkan peningkatan diameter total sampai menjadi sepuluh kali
lipat seratus kali lipat atau peningkatan massa sebesar seratus kali lipat
(guyton, 2006). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat dari
pada folikel-folikel lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf)
(Sherwood, 1997). Sebagian besar pertumbuhan ini disebabkan oleh
ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan sel teka,
dan sel granulose. Antrum menempati sebagian besar difolikel matang.
Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulose,
tergeser secara asimetris kesalah satu sisi folikel yang sedang tumbuh
dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum (guyton,
19
Folikel-folikel
dan
hanya
yang
lain
satu
folikel
mulai
yang
mengalami
terus
atresia
mengalami
20
21
102.
balik
yang
kuat
terhadap
hipofisis
anterior
dalam
dari
uterus,
disertai
pelepasan
(deskuamasi)
endometrium
(Wknjosastro, 2008).
106.
Gangguan haid adalah apabila siklus haid yang terjadi
diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada pada interval pola
haid pada rentang kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan interval
pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari 7 hari disebut siklus
menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002).
22
107.
dari 21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari 6,
12 . Gejala haid tidak normal penyebab anemia lain adalah polimenorhea.
Kondisi siklus haid yang berjalan lebih pendek dari haid yang normal. Haid
polimenorhea terjadi jika siklus haid berjalan kurang dari 21 hari.
108.
D. ETIOLOGI POLIMENORHEA
109.
Timbulnya menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan
menimbulkan kekawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorhea
dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Ketidakseimbangan hormon tersebut dapat
mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau
memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus
menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering.
Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
1. Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
2. Beberapa tahun menjelang menopause
3. Gangguan indung telur
4. Stress dan depresi
5. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia)
6. Obesitas
7. Olahraga berlebihan, misal atlit
8. Penggunaaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
110.
Pada umumnya, polimenorhea bersifat sementara dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorhea harus segera dibawa ke
dokter jika polimenorhea berlangsung terus-menerus. Polimenorhea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus-menerus. Disamping itu, polimenorhea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses
pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan untuk mendapatkan keturunan.
111.
E. PATOFISIOLOGI POLIMENORHEA
112.
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan
hormon dalam tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit didalam organ
23
reproduksi, contohnya tumor rahim, tumpr indung telur. Selain itu gangguan
haid biasanya disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan,
gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi
113.
Siklus haid yang yang tidak teratur banyak terjadi karena
faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki ekstrogen dan progesteron
yang berlebihan mungkin mengalami haid dalam waktu yang lebih cepat.
Jika gangguan haid ini dikarenakan faktor hormonal maka dapat dipastikan
wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan
pematangan sel telur.
114.
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium
memendek. Yang paling sering terjadi adalah pemendekan stadium
proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan
stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang
tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium
sekresi karena korpus luteum lekas mati.
115.
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidakseimbangan
hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh
kondisi medis lainnya. Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya
pembukaan darah, banyaknya pembuluh darah yang terbuka dan tekanan
intravaskular. Lamanya perdarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka
atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip,
dan pada karsinoma.
116.
F. TANDA DAN GEJALA POLIMENORHEA
1. Siklus menstruasi tak teratur (siklus haid lebih pendek dari biasa/ kurang
2.
3.
4.
5.
dari 21 hari)
Nyeri
Tegang pada payudara
Cepat emosi dan pusing
Mudah lelah
24
G. WOC POLIMENORHEA
117.
3-5 tahun
Menjelang
Gangguan
pertama
menopouse
indung
118.
haid
119.
120.
121.
telur
eksterogen
122.
Kadar FSH,
LH &
123.
Kadar follical
hormon
124.
stimulating
ekstrogen
125. hormone
126.
127.
128.
129.
130.
Stress
Obesitas
Gangguan makan
Hormon stres
(adrenalin,
Ekstrogen
Esterogen
norepineprine,
kortisol)
LH keluar
sebelum
Produksi
hormon
ektrogen dan
progesteron
terganggu
Mal nutrisi
waktunya
Telur tidak
Penyerapan
kalsium
Osteoporosis
pecah &
progesteron
tidak
Tanda
menopause
terangsang
132.
134.
Obat-obatan
berlebih
131.
133.
OR
Mempengaruhi
Kerusakan
produksi
kelenjar
ektrogen dan
hipotalamus
progesteron
Mempengaruhi
pelepasan LH
& FSH
25
135.
Polimenorhea
136.
137.
138.
139.
Siklus haid
Regresi korpus
luteum
memendek
140.
141.
Hormone progesteron
Perdarahan berlebih
142.
143.
Miometrium terangsang
144.
ketakutan/kece
Syokhipovolemik
Anemia
147.
Kelemahan
Aliran darah ke uterus
148.
iskemia
masan
MK: Ansietas
145.
146.
Muncul
MK: Intoleransi
aktivitas
26
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
149.
Pemeriksaan untuk megetahui apakah seseorang mengalami
polimenorhea atau tidak, biasanya dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. Riwayat siklus menstruasi
150. Untuk diagnosis polimenorhea. Dapat di kaji dengan riwayat
menstruasi (masalh, waktu menstruasi, frekuensi kuantitas perdarahan,
aktifitas seksual penggunaan kontrasepsi, penggunaan obat-obatan atau
prosedure operasi yang pernah dialami ).
2. Pemeriksaa laboratorium
a. Pemeriksaan panggul : untuk mendeteksi awal apakah terdapat
malformasi genetal, tumor atau peradangan.
b. pap tes. Utuk mengetahui penyebab tertentu dari polimenorhe.
c. Tes kehamilan : untuk mengetahui adanya kehamilan ekstra uterus.
d. tes darah lengkap : untuk mengetahui kadar hormon tiroid.
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG : memeriksa daerah panggul dan melihat ada atau ketidak
normalnya anatomi
b. Sinar X atau scan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya patah tulang
c. MRI : Melihat ada atau tidaknya tumor yang mempengaruhi
hipotalamus atau kelenjar pituitari.
151.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
152.
Terapi
153. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi
hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan ekstrogen dan
stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi ekstrogenprogesteron.
154. Tujuan terapi pada penderita polimenorhea adalah:
1. Mengontrol perdarahan
2. Mencegah perdarahan berulang
3. Mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga
kesuburan
155. Untuk polimenorhea yang berlangsung dalam jangka waktu lama,
terapi yang diberikan tergantung pada status ovulasi pasien, usia , resiko
kesehatan, dan pilihan kontrasepsi.
156. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya.
Pasien yang menderita terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan
setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek
terjadi.
157.
27
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
28
173.
172.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
174.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
175. Umur: rata-rata terjadi pada usia 16-42 tahun
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: nyeri saat haid
b. Riwayat penyakit sekarang: Pada pasien polimenorhea Siklus
menstruasi tidak teratur (siklus haid lebih pendek dari biasanya,
kurang dari 21 hari), Perdarahan kurang lebih sama atau lebih
banyak dari haid biasa, Nyeri, dan tegang pada payudara.
c. Riwayat penyakit dahulu: pasien polimenorhea
biasanya
menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada saat siklus haid
d. Riwayat siklus menstruasi
176.
Untuk diagnosis polimenorea. Dapat di kaji dengan riwayat
menstruasi
(masalah,
waktu
menstruasi,
frekuensi
kuantitas
29
g) Leher
183.
184.
196.
lingkungan
tenang
dan
rangsangan
197.
penuh
strees
Kolaborasi dengan dokter
194. Rasional
Meningkatkan istirahat dan
198.
rasa nyeri
Memudahkan
relaksasi
30
201.
Evaluasi
dan
dukung 202.
dapat
membantu
Kompres
hangat
pada
bagian nyeri
204.
209.
207. Intervensi
Berikan lingkungan yang 210.
208. Rasional
Menghemat energi untuk
dorong
sebelum makan
211. Tingkatkan
secara bertahap
213.
Berikan
batuan
kebutuhan
212.
dan
keseimbangan
membantu
suplai
dan
kebutuhan oksigen
215.
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyebab nyeri abdomen
216. Tujuan:
217. Kriteria hasil: a. Pasien menunjukkan perasaan rileks
b. Pasien menunjukkan perilaku menangani stres
220.
218. Intervensi
Libatkan pasien/orang terdekat 221.
pasien
219. Rasional
Keterlibatan akan
merasa
stres
membatu
berkurang,
31
222.
224.
Bantu
pasien
223.
menurunkan anisetas
untuk 225. Perilaku yang dapat dikuatkan
Intervensi
235.
Rasional
memonitor
kondisi
pasien
terjadi
segera
perdarahan.
mengetahui
perawat
tanda-
tanda
presyok/ syok.
2. Observasi
vital
pasien
4. Jelaskan pada pasien dan 3. Dengan
keluarga
melibatkan
pasien
dan
tanda
laporkan
jika
terjadi
perdarahan
diberikan.
4. Kolaborasi : pemberian 4. Cairan intravena diperlukan untuk
32
cairan intravena
secara hebat.
5. Kolaborasi : pemberian : 5. Untuk
mengetahui
HB, PCV, trombosit
kebocoran
pembuluh
tindakan
darah
yang
33
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265. DAFTAR PUSTAKA
266.
267.
268.
269.
270.
271.
Keperawatan
Medika
278.
34