Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan merupakan mahluk hidup yang meempunyai kebutuhan
beragam.

Kebutuhan

tersebut

mencakup

beberapa

aspek

seperti

biopsikosoial, spiritual dimana jika salah satunya tidak terpenuhi akan


menimbulkan ketidakseimbangan.
Disini kami akan membahas salah satu contoh ketidakseimbangan
yang terjadi pada perempyan yang disebabkan oleh gangguan dari sistem
reproduksi yaitu polimenorea. Polimenorea sendiri merupakan salah satu,
dari berbagai masalah yang ditimbulkan karena adanya gangguan
menstruasi pada perempuan. Siklus menstruasi sendiri dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara ditingkat hormonal,
stress, dan penyakit, serta faktor lingkungan dan eksternal. Hilang satu
periode menstruasi jarang menjadi masalah serius atau kondisi medis yang
mendasari, tapi polimenorea dari siklus menstruasi yang lebih lama
mungkin menandakan adanya suatu penyakit atau kondisi kronis.
Polimenorea adalah kelainan haid dimana siklus haid kurang dari 21
hari 5 dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 26 hari 6.12. Gejala
haid tidak normal merupakan penyebab anemia lain adalah polimenorea,
kondisi siklus haid yang berjalan lebih pendek, dari periode haid normal.
Haid polimenorea terjadi apabila siklus haid kurang dari 21 hari.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan polimenorea?
2. Apa saja penyebab/ etiologi dari polimenorea?
3. Bagaimana patofisiologi dari polimenorea?
4. Apa saja tanda dan gejala dari polimenorea?
5. Bagaimana WOC dari polimenorea?
6. Bagaimana terapi pada pasien polimenorea?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan polimenorea?
8. Apa saja diagnosa yang timbul dari polimenorea?

9. Bagaimana perencanaan dari polimenorea?


10.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa maksud dari polimenorea
2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya polimenorea
3. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan dari polimenorea
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari polimenorea
5. Untuk mengetahui WOC dari polimenorea
6. Untuk mengetahui terapi pada pasien polimenorea
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan polimenorea
8. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dari polimenorea
9. Untuk mengetahui perencanaan dari polimenorea
10.
C. MANFAAT
1. Memberikan penjelasan pada masyarakat khususnya perempuan dalam
masa reproduktif mengenai hal-hal yang terjadi bila mengalami
polimenorhea
2. Mendeteksi secara dini yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi
oleh perempuan apabila terykena polimenorhea.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16. BAB II
17. PEMBAHASAN
18.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) :
fungsi kopulasi Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi
blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. Fungsi sistem
reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormone hormon
gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus hipothalamus
hipofisis adrenal ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.(Purwaningsih,
wahyu.2010)
1. GENITALIA EKSTERNAL
a. Vulva
33. Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
clitoris, hymen,

34.

vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar

pada dinding vagina.


b. Mons pubis / mons veneris
35. Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada
masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
36. Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan
belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik
dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir
pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia
mayora menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora
37. Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak
mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot
polos dan ujung serabut saraf.
e. Clitoris
38. Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian
superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
39. Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet,
batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus

vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene


kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Vagina
40. Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari
tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam
4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan
lateralis di sekitar cervix uteri.
41. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah
sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
h. Perineum
42. Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.
Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma

urogenitalis

(m.perinealis

transversus

profunda,

m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator


ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.
2. GENITALIA INTERNAL
a. Uterus

43. Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi


peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri
44. Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di
dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan
lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang
ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam,
peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
45. Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang
melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah
lapisan muscular / miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar
ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormonhormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan

fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.


Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
46. Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri,
ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina
propium,

ligamentum

infundibulopelvicum,

ligamentum

vesicouterina, ligamentum rectouterina.


e. Vaskularisasi uterus
47. Terutama

dari

arteri

uterina

cabang

arteri

hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta


abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopii
48. Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri.
Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
49. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular
(longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
50. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis,
serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia
dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
51.

Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat

sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.


2) Pars ampularis (medial/ampula)

52.

Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah

ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik)


sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars
infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium
tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan
ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar
saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke
dalam tuba.
3) Mesosalping
53.

Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya

mesenterium pada usus).


4) Ovarium
54.

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam

rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium,


sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri
dari korteks dan medula.
55.

Ovarium

berfungsi

dalam

pembentukan

dan

pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal


primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon
steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh
korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum

dan

jaringan

ikat

mesovarium.

Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap


arteri renalis.

3. ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL


a. Payudara
56. Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di
daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar
mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap
lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon
prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan
melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi
utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan
oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap
rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
b. Kulit
57. Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas
yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di
daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung
pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit)
yang berfungsi sebagai parfum daya tarik seksual (androstenol dan
androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar
liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat
dan liur.
58.
59.
60.
4. POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
a. Badan pineal

10

61. Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan


suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah.
Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada
daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan
hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi
serabut-serabut saraf. Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai
tempat roh. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuroendokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi
GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi
gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan
sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan
pemicu / onset mulainya fase pubertas.
b. Hipotalamus
62. Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas
hipofisis, di bawah talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan
saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior
(neurohipofisis). Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing
Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH
(Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing
Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF
(Prolactin Inhibiting Factor).
c. Pituitari / hipofisis
63. Terletak

di

dalam

sella

turcica

tulang

sphenoid.

Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada


kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan
folikel (FSH Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein
(LH luteinizing hormone). Selain hormon-hormon gonadotropin,
hipofisis

menghasilkan

pertumbuhan, dan lain-lain.

juga

hormon-hormon

metabolisme,

11

d. Ovarium
64. Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan
dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi
steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel)
dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormonhormon gonadotropin.
e. Endometrium
65. Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai
bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi,
kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium
rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada
pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat
konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus
hormon-hormon ovarium.
5. HORMON-HORMON REPRODUKSI
a. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
66. Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
67. Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai
respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan
pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada
pria : memicu pematangan sperma di testis).

12

68. Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya


pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah.
Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa
ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
69.
70.
c. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone)
71. Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama
FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan
sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di
pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH
meningkatkan

dan

mempertahankan

fungsi

korpus

luteum

pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga


periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase
siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja
sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron
di sel-sel Leydig testis).
d. Estrogen
72. Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka
interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih
sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon
androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama
kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
73. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
74.

Pada uterus

: menyebabkan proliferasi endometrium.

13

75.

Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks


dan pengentalan lendir serviks.

76.

Pada vagina

: menyebabkan proliferasi epitel vagina.

77.

Pada payudara :menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga

mengatur distribusi lemak tubuh.


78. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga
memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pasca
menopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat
diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
e. Progesteron
79. Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum
di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada
kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan
terjadinya

proses

perubahan

sekretorik

(fase

sekresi)

pada

endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus


berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
f. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
80. Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh
jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai
dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml),
kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml),
kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000
mU/ml).
81. Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi
korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada
masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan

14

sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes


Pack, dsb).
g. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
82. Diproduksi

di

hipofisis

anterior,

memiliki

aktifitas

memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar


payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel
telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan,
prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental
Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama
pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek
inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya
berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan
follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
6. FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI PADA WANITA
83. Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan system yang
komplek sistem reproduksi wanita menunjukkan perubahan yang
siklik dan teratur dalam mepersiapkan fertilitas dan kehamilan. Pada
saat pubertas dimulai sekitar umur 13-16 tahun dimulainya
pertumbuhan folikel primordium yang mengeluarkan hormone
eksterogen yang menumbuhkan tanda seks sekunder. Kejadian
terpenting dalam pubertas ialah timbulnya HAID yang pertama kali
disebut menarche. Tapi menarche adalah gejala pubertas yang
lambat, paling awal adalah pertumbuhan payudara (thelarche),
tumbuh rambut dikemaluan (pubarche), tumbuh rambut di ketiak.
Barukah terjadi menarche, disusul hid secara siklik.
84. Haid (menstruasi) ialah perdarahan siklik uterus sebagai
tanda bahwa alat kandungan mengenai menunaikan faalnya. Masa
pubertas anaktumbuh cepat dan mendapat bentuk tubuh yang khas
baginya.

15

85. Dengan pubertas, wanita termasuk masa reproduktif (masa


mendapat keturunan yang berlangsung kurang lebih 30 tahun).
Setelah masa reproduksi adalah masa klimakterium, dimana
merupakan peralihan masa reproduksi dan senium. Pada masa
klimakterium, haid akan berangsur-angsur berhenti, mula-mula haid
sedikit (1-2 bulan akhirnya berhenti sama sekali). Haid terakhir
disebut menopause. Bagian klimakterium sebelum menopause
disebut premenopouse dan sesudahnya disebut postmenopouse.
Gejala khas pancaroba premenopouse sama dengan kelainan haid,
postmenopouse = gangguan vegetative seperti panas, berkeringat,
gangguan psikis (labilitas emosi), gangguan yang bersifat atrofi alat
kandungan dan tulang. Setelah klimakterium disebut senium, terjadi
kemunduran dalam kemampuan fisik.
86. Pubertas dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan
lingkungan. Mekanisme perjalanan faktor yang mempengaruhi
pubertas tersebut diawali dengan panca indra yang mendapatkan
rangsangan dari lingkungan dimana ia berada dialurkan ke sytem
saraf pusat lalu ditangkap oleh hipotalamus. Hambatan rangsangan
panca indra menuju hipotalamus melalui nuclei amygdale dan
rangsangan emosi secara langsung pada hipotalamus makin lama
makin berkurang pada akhirnya merangsang mengeluarkan secret
neurohormonal melalui system portal lalu hipofisis mengeluarkan
gonadrotropin (FSH dan LH) yang dapat mempengaruhi ovarium.
Sehingga ovarium mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi
pada ovarium sesuai dengan tingkat perkembangan. Setelah wanita
punya folikel primordial kira-kiri 100.000 dan berkembang sesuai
umur. Saat baru lahir 750.00, umur 6-15 tahun 440.000, umur 16-25
tahun 160.000, umur 26-35 tahun 60.000, umur 35-45 tahun 35.000.
Selain itu juga terjadi perubahan endometrium.
a. Haid (menstruasi)
87.
Wanita dewasa sehat dan tidak hamil tiap bulan
secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungan disebut
haid. Haid merupakan ciri khas wanita dimana terjadi perubahan

16

siklik alat kandungan sebagai persiapan kehamilan. Proses


perubahan

ini

merupakan

hal

yang

kompleks

saling

mempengaruhi dan merupakan kerjasama harmonis antara


korteks serebri, hipotalamus,hipofisis dan ovarium serta
pengaruh glandula tyroidea, korteks ardenal dan kelenjar
endokrin lain.
88.
B. SIKLUS HAID
89. Siklus haid tidak sama untuk setiap wanita (Guyton, 2006). Siklus
normalnya yaitu berada pada interval 21-35 hari, dengan rata-rata panjang
siklus 28 hari (Cohen,2003). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal
mulainya haid yang lalu dan mulainya siklus haid berikutnya, hari pertama
pendarahan dikatakan hari pertama siklus haid (Wknjosastro, 1994). Siklus
menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium
(Guyton, 2006; Sherwood, 1997). Menurut Cohen (2001) siklus menstruasi
dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase
praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini
sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.
1. Fase awal folikel
90.
Pada Setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium
terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel
epitel dan kelenjar yang menjadi bakal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan
endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik
ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu membantu mengeluarkan
darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina
91.
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing
ovum dikelilingi oleh selapis sel granulose dan ovum dengan selubung
sel granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon
FSH dari kelenjar hipofisis anterior mulai disekresikan, sehingga
seluruh ovarium bersama folikelnya akan mulai

berkembang

(Guyton,2006). Penanda yang jelas pada perkembangan folikel adalah


meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboidal. Pada
saat yang sama, taut rekat yang kecil berkembang antara oosit dan sel

17

granulose. Taut rekat ini berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion-ion,


dan molekul-molekul, disamping itu taut rekat ini membentuk saluran
protein

yang

dikenal

sebagai

connexin

yang

berguna

untuk

pertumbuhan dan multiplikasi dari sel granulose. Multiplikasi sel


granulose ini kira-kira 15 sel yang disebut folikel primer (Speroff dan
Friazt, 2005). Perkembangan menjadi folikel primer dapat berlangsung
tanpa keberadaan FSH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak
mungkin terjadi tanpa kedua hormon ini (Guyton,2006).
92.
Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase
ini terjadi dua peristiwa yakni pertama menstruasi dan permulaan
perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat
degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadi pembuahan terhadap
ovum

secara

simultan

menyebabkan

terlepasnya

endometrium

(menstruasi) dan perkembangan folikel-folikel baru diovarium dibawah


pengaruh FSH (follicle stimulating hormon)yang kembali meningkat
(Sherwood, 1997).
2. Fase Akhir Folikel
93.

Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada

fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap
antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral
dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah proliferasi yang
berlangsung cepat dari sel granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel
granulose. Selain itu, banyak sel-sel berbentuk kumparan yang
dihasilkan dari interstitium ovarium yang berkumpul dalam beberapa
lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok sel kedua disebut
teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna (Guyton,
2006).
94.

Sel granulose dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam

menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu


juga reseptor FSH hanya ada pada granulose. Pada teka interstisial,
yang berlokasi di teka interna memiliki kira-kira 20.000 reseptor LH di
membran selnya yang merangsang jaringan teka untuk menghasilkan
androgen yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi estrogen

18

melalui FSH disel granulose (speroff dan Fritz, 2005). Dibawah


pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan cairan folikel pada
rongga interseluler granulose, cairan folikuler ini mengandung estrogen
konsentrasi tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya
antrum didalam massa sel granulose, sehingga sel teka dan sel
granulose akan berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya
meningkat, dan masing-masing folikel akan tumbuh menjadi folikel
antral.
95.

Di bawah pengaruh ekstrogen yang tinggi, sel-sel stroma

dan sel epitel di endometrium berproliferasi dengan cepat, permukaan


endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4
sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi,
ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma
bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta
pembuluh darah baru yang progresif ke dalam endometrium (Guyton,
2006). Ruang di folikel matang. Fase proliferasi ini berlangsung dari
akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood, 1997).
3. Fase Praovulasi dan ovulasi
96.

Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari.

Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan
untuk terjadinya ovulasi. Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk
folikel antral meningkatkan diameter ovum tiga sampai empat kali lipat
menghasilkan peningkatan diameter total sampai menjadi sepuluh kali
lipat seratus kali lipat atau peningkatan massa sebesar seratus kali lipat
(guyton, 2006). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat dari
pada folikel-folikel lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf)
(Sherwood, 1997). Sebagian besar pertumbuhan ini disebabkan oleh
ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan sel teka,
dan sel granulose. Antrum menempati sebagian besar difolikel matang.
Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulose,
tergeser secara asimetris kesalah satu sisi folikel yang sedang tumbuh
dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum (guyton,

19

2006), kemudian menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu


daerah tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat
ovulasi.
97.
(apoptosis),

Folikel-folikel
dan

hanya

yang

lain

satu

folikel

mulai
yang

mengalami
terus

atresia

mengalami

perkembangan. Folikel ini tumbuh lebih cepat menyekresikan lebih


banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif
dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan proliferasi sel
granulose dan sel teka yang menimbulkan produksi estrogen lebih
lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, kombinasi dari FSH dan
estrogen menyebabkan peningkatan lebih banyak dan siklus proliferasi
sel endometrium yang baru (Guyton, 2006).
98.

Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali

meningkat secara lambat, kemudian secara cepat, mencapai puncak


kira-kira 24-36 jam sebelum ovulasi. Estrogen yang memuncak
menyebabkan terjadinya lonjakan pengeluaran LH, LH dalam jumlah
besar disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. (Speroff and Fritz,
2005). LH ini mempunyai efek khusus terhadap sel granulose dan sel
teka yang mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel
yang menyekresikan progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu ,
kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum
ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan.
Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua
peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi: (1) teka eksterna mulai
melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan
pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahnya dinding,
menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi
dari stigma. (2) secara bersama, juga akan terjadi pertumbuhan
pembuluh darah baru yang berlangsung cepat kedalam dinding folikel,
dan pada saat yang sama, prostaglandin (hormon setempat yang
mengakibatkan vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikuler.

20

Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan pecahnya folikel


disertai dengan pengeluaran ovum (Guyton,2006) sehingga terjadilah
ovulasi.
99.

Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan

sekitar 3 sampai 4 mm. kelenjar endometrium, khususnya daerah


serviks akan menyekresikan mucus yang encer mirip benang. Benang
mucus akan tersusun disepanjang kanalis servikalis mengisi saluran
yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke
dalam uterus (Ganong, 2001).
4. Fase awal latueal
100.

Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari ruptur

folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan


mulainya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di ovarium
mengalami perubahan cepat (Sherwood, 1997), segera terisi darah
(wknjosastro, 1994). Pendarahan ringan dari folikel kedalam rongga
abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen
bawah singkat. Sel-sel granulose dan teka yang melapisi folikel mulai
berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya
lemak dan berwarna kekuningan,membentuk korpus luteum. Lemak
pada sel luteal ini berfungsi sebagai molekul precursor steroid (Ganong,
2001).
101.

Sel granulose dalam korpus luteum mengembangkan

sebuah retikulum endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk


sejumlah besar hormone seks wanita progesteron dan estrogen tetapi
lebih banyak progesteron (guyton, 2006). Progesteron bekerja pada
endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk
mengubahnya menjadi jaringan yang kaya akan pembuluh darah dan
glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar
endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya
dengan pembentukan lapisan endometrium subur yang mampu
menunjang perkembangan mudigah (Sherwood, 1997).
5. Fase akhir latueal

21

102.

Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 hari, estrogen

dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek


umpan

balik

yang

kuat

terhadap

hipofisis

anterior

dalam

mempertahankan kecepatan sekresi FSH dan LH yang rendah. Selain


dari itu sel luteain juga menyekresi sejumlah kecil hormon inhibin yang
juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH,
mengakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah
dan hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi
secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum
terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya menstruasi (Guyton, 2006;
Ganong, 2001).
103. Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan
estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsangan terhadap
endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kirakira 65 % dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi
terjadi, pembuluh darah yang berkelok-kelok yang mengarah ke lapisan
mukosa endometrium akan menjadi vasoplastik, mungkin disebabkan
oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti
prostaglandin yang terdapat dalam jumlah banyak saat ini, vasospasme
dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses
nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah (Guyton
2006; Sherwood 1997).
104.
C. DEFINISI POLIMENORHEA
105.
Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang
wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan
siklik

dari

uterus,

disertai

pelepasan

(deskuamasi)

endometrium

(Wknjosastro, 2008).
106.
Gangguan haid adalah apabila siklus haid yang terjadi
diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada pada interval pola
haid pada rentang kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan interval
pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari 7 hari disebut siklus
menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002).

22

107.

Polimenorhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang

dari 21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari 6,
12 . Gejala haid tidak normal penyebab anemia lain adalah polimenorhea.
Kondisi siklus haid yang berjalan lebih pendek dari haid yang normal. Haid
polimenorhea terjadi jika siklus haid berjalan kurang dari 21 hari.
108.
D. ETIOLOGI POLIMENORHEA
109.
Timbulnya menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan
menimbulkan kekawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorhea
dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Ketidakseimbangan hormon tersebut dapat
mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau
memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus
menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering.
Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
1. Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
2. Beberapa tahun menjelang menopause
3. Gangguan indung telur
4. Stress dan depresi
5. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia)
6. Obesitas
7. Olahraga berlebihan, misal atlit
8. Penggunaaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
110.
Pada umumnya, polimenorhea bersifat sementara dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorhea harus segera dibawa ke
dokter jika polimenorhea berlangsung terus-menerus. Polimenorhea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus-menerus. Disamping itu, polimenorhea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses
pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan untuk mendapatkan keturunan.
111.
E. PATOFISIOLOGI POLIMENORHEA
112.
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan
hormon dalam tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit didalam organ

23

reproduksi, contohnya tumor rahim, tumpr indung telur. Selain itu gangguan
haid biasanya disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan,
gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi
113.
Siklus haid yang yang tidak teratur banyak terjadi karena
faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki ekstrogen dan progesteron
yang berlebihan mungkin mengalami haid dalam waktu yang lebih cepat.
Jika gangguan haid ini dikarenakan faktor hormonal maka dapat dipastikan
wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan
pematangan sel telur.
114.
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium
memendek. Yang paling sering terjadi adalah pemendekan stadium
proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan
stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang
tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium
sekresi karena korpus luteum lekas mati.
115.
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidakseimbangan
hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh
kondisi medis lainnya. Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya
pembukaan darah, banyaknya pembuluh darah yang terbuka dan tekanan
intravaskular. Lamanya perdarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka
atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip,
dan pada karsinoma.
116.
F. TANDA DAN GEJALA POLIMENORHEA
1. Siklus menstruasi tak teratur (siklus haid lebih pendek dari biasa/ kurang
2.
3.
4.
5.

dari 21 hari)
Nyeri
Tegang pada payudara
Cepat emosi dan pusing
Mudah lelah

24

G. WOC POLIMENORHEA
117.

3-5 tahun

Menjelang

Gangguan

pertama

menopouse

indung

118.

haid

119.
120.
121.

telur
eksterogen

122.

Kadar FSH,
LH &

123.

Kadar follical

hormon

124.

stimulating

ekstrogen

125. hormone
126.
127.
128.
129.
130.

Stress

Obesitas

Gangguan makan

Hormon stres
(adrenalin,

Ekstrogen

Esterogen

norepineprine,
kortisol)

LH keluar
sebelum

Produksi
hormon
ektrogen dan
progesteron
terganggu

Mal nutrisi

waktunya
Telur tidak

Penyerapan
kalsium
Osteoporosis

pecah &
progesteron
tidak

Tanda
menopause

terangsang

132.

134.

Obat-obatan

berlebih

131.

133.

OR

Ketidakseimbangan hormon eksterogen dan progesteron


Gangguan proses
ovulasi

Mempengaruhi
Kerusakan

produksi

kelenjar

ektrogen dan

hipotalamus

progesteron

Mempengaruhi
pelepasan LH
& FSH

25

135.

Polimenorhea

136.
137.
138.
139.

Siklus haid

Regresi korpus
luteum

memendek

140.
141.

Hormone progesteron
Perdarahan berlebih

142.
143.

Miometrium terangsang

144.

ketakutan/kece
Syokhipovolemik

Anemia

Kontraksi & disritmia uterus

147.

Kelemahan
Aliran darah ke uterus

148.
iskemia

MK: Nyeri haid

masan
MK: Ansietas

145.
146.

Muncul

MK: Intoleransi
aktivitas

26

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
149.
Pemeriksaan untuk megetahui apakah seseorang mengalami
polimenorhea atau tidak, biasanya dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. Riwayat siklus menstruasi
150. Untuk diagnosis polimenorhea. Dapat di kaji dengan riwayat
menstruasi (masalh, waktu menstruasi, frekuensi kuantitas perdarahan,
aktifitas seksual penggunaan kontrasepsi, penggunaan obat-obatan atau
prosedure operasi yang pernah dialami ).
2. Pemeriksaa laboratorium
a. Pemeriksaan panggul : untuk mendeteksi awal apakah terdapat
malformasi genetal, tumor atau peradangan.
b. pap tes. Utuk mengetahui penyebab tertentu dari polimenorhe.
c. Tes kehamilan : untuk mengetahui adanya kehamilan ekstra uterus.
d. tes darah lengkap : untuk mengetahui kadar hormon tiroid.
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG : memeriksa daerah panggul dan melihat ada atau ketidak
normalnya anatomi
b. Sinar X atau scan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya patah tulang
c. MRI : Melihat ada atau tidaknya tumor yang mempengaruhi
hipotalamus atau kelenjar pituitari.
151.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
152.
Terapi
153. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi
hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan ekstrogen dan
stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi ekstrogenprogesteron.
154. Tujuan terapi pada penderita polimenorhea adalah:
1. Mengontrol perdarahan
2. Mencegah perdarahan berulang
3. Mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga
kesuburan
155. Untuk polimenorhea yang berlangsung dalam jangka waktu lama,
terapi yang diberikan tergantung pada status ovulasi pasien, usia , resiko
kesehatan, dan pilihan kontrasepsi.
156. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya.
Pasien yang menderita terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan
setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek
terjadi.
157.

27

158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.

28

173.

172.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
174.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
175. Umur: rata-rata terjadi pada usia 16-42 tahun
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: nyeri saat haid
b. Riwayat penyakit sekarang: Pada pasien polimenorhea Siklus
menstruasi tidak teratur (siklus haid lebih pendek dari biasanya,
kurang dari 21 hari), Perdarahan kurang lebih sama atau lebih
banyak dari haid biasa, Nyeri, dan tegang pada payudara.
c. Riwayat penyakit dahulu: pasien polimenorhea

biasanya

menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada saat siklus haid
d. Riwayat siklus menstruasi
176.
Untuk diagnosis polimenorea. Dapat di kaji dengan riwayat
menstruasi

(masalah,

waktu

menstruasi,

frekuensi

kuantitas

perdarahan, aktifitas seksual penggunaan kontrasepsi, penggunaan


obat-obatan atau prosedure operasi yang pernah dialami).
3. Pemeriksaan fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
177.
Kepala normal seperti pada umumnya yaitu bentuk
kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, serta tidak
ada nyeri pada kepala.
b) Rambut
178.
Penyebaran rambut merata, kondisi rambut bersih,
tidak ada ketombe, warna rambut normal (hitam).
c) Mata
179.
Sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis, pandangan
tidak kabur, tidak ada oedem palpebra
d) Hidung
180.
Pernafasan tidak teratur, frekuensi mengalami
peningkatan
e) Mulut
181.
Tidak ada stomatitis, tidak ada gigi caries, tidak ada
gigi palsu, mukosa bibir lembab
f) Telinga
182.
Bentuk simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran
jelas, dan tidak ada nyeri tekan.

29

g) Leher
183.
184.

Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis


Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada pembesaran nodus limfa


2) Dada/Payudara
185. Dada simetris, denyut jantung mengalami peningkatan,
nyeri dan tegang pada payudara.
3) Abdomen
186. Nyeri pada abdomen (Skala nyeri 5-7), tidak ada bekas
luka pada abdomen, tidak ada striae.
4) Genetalia
187. Kaji siklus menstruasi pasien
5) Ektremitas
188. Nyeri pada daerah punggung, badan mudah lelah
189.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan uterus saat menstruasi
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyebab nyeri abdomen
4. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berlebihan
190.
C. PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan uterus saat menstruasi
191.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
192.

jam nyeri dapat teratasi/ berkurang


Kriteria hasil: skala nyeri 0-2 dan pasien tampak rileks
193. Intervensi
195. Berikan

196.

lingkungan
tenang

dan

yang meningkatkan kemampuan koping


kurangi

rangsangan
197.

penuh

strees
Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesic


199.

194. Rasional
Meningkatkan istirahat dan

198.

Analgesic dapat meurunkan

rasa nyeri

Ajarkan teknik distrasi dan 200.

Memudahkan

relaksasi

relaksasi, misalnya tarik nafas terapi non farmakologis tambahan


dalam, nafas berirama lambat,
bimbingan imajinasi.

30

201.

Evaluasi

dan

dukung 202.

mekanisme koping pasien

Penggunaan persepsi sendiri

atau perilaku untuk menghilangkan


nyeri

dapat

membantu

mengatasinya lebih efektif


203.

Kompres

hangat

pada

bagian nyeri

204.

Mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar aliran darah

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia


205.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
206.

jam pasien dapat beraktivitas seperti semula


Kriteria hasil: pasien dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang memperberat dan memperingan intoleransi
aktifitas dan pasien mampu beraktifitas

209.

207. Intervensi
Berikan lingkungan yang 210.

208. Rasional
Menghemat energi untuk

tenang dan periode istirahat tanpa aktivitas dan regenerasi seluler/


gangguan,

dorong

sebelum makan
211. Tingkatkan
secara bertahap
213.

Berikan

batuan

kebutuhan

istirahat penyembuhan jaringan


aktivitas

212.

Tirah baring yang lama

dapat menurunkan kemampuan


sesuai 214. Menurunkan penggunaan
energi

dan

keseimbangan

membantu
suplai

dan

kebutuhan oksigen
215.
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyebab nyeri abdomen
216. Tujuan:
217. Kriteria hasil: a. Pasien menunjukkan perasaan rileks
b. Pasien menunjukkan perilaku menangani stres

220.

218. Intervensi
Libatkan pasien/orang terdekat 221.

dalam rencana perawatan

pasien

219. Rasional
Keterlibatan akan
merasa

stres

membatu
berkurang,

memungkinan energi untuk ditujukan


pada penyembuhan

31

222.

Berika lingkungan yang tenang

dan nyaman, anjurka pasien istirahat

224.

Bantu

pasien

223.

Memindahkan pasien dari stress

luar meningkatkan relaksasi: membatu

menurunkan anisetas
untuk 225. Perilaku yang dapat dikuatkan

mengidentifikasi/ memerlukan perilaku pada penerimaan masalah stress saat ini,


koping yag digunakan pada masa lalu
meningkatkan rasa control diri pasien
226. Bantu pasien belajar mekanisme
227. Belajar
cara
baru
untuk
koping baru, misalnya teknik mengatasi
mengatasi masalah dapat membantu
stres
dalam menurunkan stress dan ansietas
228.
229.

4. 4. Resti syok hipovolemik b.d perdarahan yang berlebihan


230. Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1X24 jam
tidak terjadi syok hipovolemik
231.
Kriteria Hasil: Tanda vital dalam batas normal
232.
233.
234.

Intervensi

235.

1. Monitor keadaan umum 1. Untuk


pasien

Rasional

memonitor

kondisi

pasien

selama perawat perawatan terutama


saat

terjadi

segera

perdarahan.

mengetahui

perawat

tanda-

tanda

presyok/ syok.
2. Observasi

vital

sign 2. Perawat perlu terus mengobservasi

setiap 3 jam atau lebih


3. Observasi

vital sign untuk memastikan tidak

terjadi presyok/ syok.


perdarahan 3. Mengetahui output perdarahan pasien

pasien
4. Jelaskan pada pasien dan 3. Dengan
keluarga

melibatkan

pasien

dan

tanda

keluarga maka tanda-tanda perdarahan

perdarahan, dan segera

dapat segera diketahui dan tindakan

laporkan

yang cepat dan tepat dapat segera

jika

terjadi

perdarahan
diberikan.
4. Kolaborasi : pemberian 4. Cairan intravena diperlukan untuk

32

cairan intravena

mengatasi kehilangan cairan tubuh

secara hebat.
5. Kolaborasi : pemberian : 5. Untuk
mengetahui
HB, PCV, trombosit

kebocoran

pembuluh

tindakan
darah

yang

dialami pasien dan untuk acuan


melakukan tindakan lebih lanjut.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243. BAB III
244. PENUTUP
245.
A. KESIMPULAN
246.
Polimenorhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang
dari 21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari 6,
12 . Gejala haid tidak normal penyebab anemia lain adalah polimenorhea.
Kondisi siklus haid yang berjalan lebih pendek dari haid yang normal. Haid
polimenorhea terjadi jika siklus haid berjalan kurang dari 21 hari.
247.
B. SARAN
248.
Setelah mengetahui dan memahami bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien polimenorhea, mahasiswa keperawatan sebaiknya
mampu menerapkan dalam praktik lapangan. Hasil diskusi kelompok
tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kami
memohon kritik dan saran sehingga dapat membangun kesempurnaan
makalah ini.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.

33

257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265. DAFTAR PUSTAKA
266.
267.
268.
269.
270.
271.

Kamriyah, Nurul, dkk.2010.Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa


dan Praktisi Keperawatan serta Kebinanan.Jakarta:Salemba Medika
Purwaningsih,
wahyu.2010.Asuhan
Maternitas.Yogyakarta:Nuha

Keperawatan
Medika

Nurarif, Huda Amin, Hardhi Kusuma. 2015. Apilkasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NICNOC.Jogyakarta: : Mediaction
272.
273.
274.
275.
276.
277.

278.

34

Anda mungkin juga menyukai