Anda di halaman 1dari 51

KUMPULAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK MTBM DAN MTBS

DI RS DKT BANDAR LAMPUNG

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SYARAT UJIAN AKHIR SEMESTER II


Oleh :
NUR HARIYANTI
NIM.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
D IV KEBIDANAN KLINIK
TAHUN 2013

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah disahkan
Bulan

di Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Pada tanggal

Tahun 2013.

Nama Mahasiswa

: NUR HARIYANTI

NIM

Judul kasus

A. Asuhan Kebidanan Pada bayi ( MTBM ) dengan BBLR terhadap By Ny W di RS


DKT Bandar Lampung bulan Februari 2012
B. Asuhan Kebidanan Pada Bayi ( MTBM ) Baru Lahir Dengan Hiperbillirubinemia
Terhadap Bayi Ny. LS di RS DKT Bandar Lampung bulan Desember 2013
C. Asuhan Kebidanan Pada bayi (MTBS) dengan diare sedang terhadap by F di RS
DKT Bandar Lampung bulan Desember 2012

PRODI D IV KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
KETUA,

Hj. HELMI YENIE, SPd, M.Kes


NIP.195511111981102001

PEMBIMBING KASUS

Hj. ROSMADEWI, S.Pd, M.KES


NIP.

MENGETAHUI
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN
KETUA ,

Hj. SUPRIATININGSIH, AK, M.Kes


NIP. 195504181978112001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat Nya-lah penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Asuahn Kebidanan pada
anak MTBM dan MTBS ini tepat waktunya sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
ujian semester II di Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Jurusan D IV Kebidanan
klinik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
penyusunan laporan ini :
1. Ibu Hj Supriatiningsih, AK, M. Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Tanjung karang.
2. Ibu

Hj.Helmi Yenie, Spd. M.Kes , selaku Ketua Program Studi Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Tanjung karang.


3. Ibu Hj. Rosmadewi, S.Pd, M.Kes Selaku pembimbing studi kasus.
4. Ibu-ibu pembimbing di lahan praktek di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung.
5. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
6. Temanteman di Jurusan D IV kebidanan klinik Poltekkes Kemenkes Tanjung
Karang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan penyusunan laporan yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjung karang Jurusan D IV Kebidanan Klinik pada
Khususnya

Bandar Lampung, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... .iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

BAB II

Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan...........................................................................................................1
Metode..........................................................................................................3
Waktu dan Tempat.......................................................................................3

TINJAUAN TEORITIS
A.
B.
C.
D.

Abortus......................................................................................................4
Perdarahan Post Partum...................................................... ... ................13
Hiperbillirubinemia..................................................................................21
Metode Kontrasepsi Suntik......................................................................25

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny. E Dengan Abortus
Incompletus di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo.......................................40
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Terhadap Ny. K Dengan Atonia
Uterus di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo................................................48
C. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Terhadap By. Ny. LS Dengan
Hiperbillirubinemia di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo...........................53
D. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Terhadap Ny. Y Dengan
Metode Kontrasepsi Suntik Di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo... ..........58
BAB IV PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB V

Kehamilan dengan Abortus Incompletus.......... ......................................63


Persalinan dengan Atonia Uteri...........................................................65
BBL dengan Hiperbillirubinemia.............................................................67
Metode Kontrasepsi Suntik............. .......................................................69

PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................71
B. Saran........................................................................................................71

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program D IV Kebidanan merupakan program pendidikan lanjutan bagi lulusan


Diploma III Kebidanan. Tujuan dari program ini adalah untuk menghasilkan Sarjana
Sains Terapan yang memiliki kemampuan praktik klinik kebidanan terkini berdasar
evidence based Kebidanan, kemampuan bekerjasama dengan mitra spesialis kebidanan
dan anak sesuai lingkup peran klinisi kebidanan berbasis kompetensi bidan pada
Standar Profesi Bidan sesuai Kepmenkes 369 / Menkes / SK / III / 2007 , serta
memiliki kemampuan identifikasi dan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal sesuai kewenanganya.
Kegiatan pembelajaran praktik klinik kebidanan II dirancang untuk memberikan
pengalaman yang komrehensif sehingga peserta didik dapat lebih siap dan percaya diri
daalam melakukan peran mandiri, kolaborasi serta dapat merujuk dengan tepat dalam
menangani kasus yang berkaitan dengan kegawatdaruratan obstetri , asuhan kebidanan
pada kehamilan , nifas , bayi baru lahir yang normal dan bermasalah , kesehatan
reproduksi , pelayanan KB , kasus-kasus patologi disemua tatanan pelayanan
kesehatan . Proses pengambilan keputusan klinik menggunakan pendekatan
penyelesaian masalah serta pendokumentasianya , termasuk kemampuan komunikasi
dan konseling.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti pembelajaran klinik , mahasiswa

mampu memberikan

asuhan kebidanan secara holistik dan menggunakan iptek dengan menerapkan konsep
woman centered dan perspektif gender berdasarkan evidence based , sehingga
mahasiswa diharapkan mampu :
a. Melaksanakan asuhann antenatal pada tri semester I , II , III berdasarkan evidence
based baik pada kasus normal maaupun komplikasi secara mandiri atau kolaborasi
dengan tim sebagai mitra kerja dan melaksanakan kegiatan rujukan.
b. Melaksanakan asuhan intranatal kala I , II , III , IV berdasarkan evidence based
baik pada kasus normal maupun komplikasi secara mandiri atau kolaborasi dengan
tim mitra kerja dan melaksanakan kegiatan rujukan.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan masa post natal , BBL , Bayi , balita berdasarkan
evidence based baik pada kasus normal maupun komplikasi secara mandiri atau
kolaborasi dengan tim sebagai mitra kerja dan melaksanakan kegiatan rujukan.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based baik pada kasus
dengan komplikasi maupun kegawatdaruratan kebidanan secara mandiri.

e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan system reproduksi


berdasarkan evidence based baik pada kasus dengan komplikasi maupun
kegawatdaruratan kebidanan secara mandiri atau kolaborasi dengan tim sebagai
mitra kerja dan melaksakan kegiatan rujukan.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan Praktik klinik Kebidanan I peserta didik diharapkan
mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang bermutu tinggi , meliputi :
a. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan obstetri :
Melaksanakan pengkajian melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik terfokus

pada kehamilan serta menganalisanya pada setiap kunjungan antenatal.


Melakukan deteksi dini kehamilan beresiko tinggi.
Menentukan diagnosis dan masalah dalam kehamilan , persalinan , bayi baru

lahir dan nifas.


Memberikana konseling, informasi , edukasi dan terapi sesuai diagnosis serta

masalah yang ditemukan.


Melakukan tugas mandiri , kolaborasi dan rujukan sesuai kebutuhan.
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
Mendokumentasikan asuhan kepada ibu hamil , bersalin , bayi baru lahir dan

nifas.
Mendiagnosa kasus kegawatdaruratan meternal neonatal.
Melakukan tindakan kegawatdaruratan maternal neonatal.
Melakukan penilaian pelvis , termasuk ukuran dan struktur tulang panggul

sesuai indikasi.
Memberikan pengobatan dan kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan

normal dengan menggunakan standar lokal dan sumber daya yang tersedia.
Melaksanakan asuhan pasca keguguran.
Melakukan persiapan , mendampingi dan menginterpretasikan hasil
pemantauan kesejahteraan janin melalui : USG, NST , CTG , OTC ,

Amniosintesis , Fetal blood sampling.


b. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan system reproduksi.
Melaksanakan konseling kasus infertil.
Melaksanakan konseling pada kasus amenorhoe
Melaksanakan konseling pada kasus an ovulasi dan polycystic ovary.
C. Metode
a) Diskusi ( Pre Conference dan Post Conference )
b) Bed Side Teaching
c) Obsercasi
d) Praktek langsung
D. Waktu dan tempat

Kegiatan Praktek di laksanakan terhitung mulai tanggal 10 Mei 2012 sampai


dengan tanggal 21 Juli 2012. Jadwal praktek 3 hari (kamis s/d sabtu). Kegiatan
praktek dilaksanakan di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung dan
RSUD Ryacudu Kotabumi.

BAB II
LANDASAN TEORI

A.
1.

ABORTUS
Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab tertentu) pada atau dalam
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan.
Abortus dibagi menjadi :
a. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi secara alami tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri proses kehamilan dan biasanya disebut keguguran.
b. Abortus Buatan
Abortus yang terjadi akibat intervensi tertenru yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan.

2.

Etiologi
a.

Kelainan Ovum
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan ovum berkurang
kemungkinannya bila kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin
muda usia kehamilan saat terjadinya abortus, makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum

b.

Kelainan Genitalia Ibu


Misalnya pada ibu yang menderita :
Anomali kongenital
Kelainan letak uterus
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
telah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis
Uterus terlalu cepat teregang
Gangguan sirkulasi plasenta
Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

3.

Patofisiologi
Perdarahan pada desidua basalis dan nekrosis jaringan sekitar

Sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas

Sebagai benda asing

Uterus berkontraksi

Lalu dikeluarkan

4.

Diagnosis dan Penatalaksanaan


Diagnosis abortus adalah adanya perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
terlambat yang diperkuat dengan tes kehamilan. Diagnosis lain yang harus
difikirkan :

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Mola Hidatidosa

Penanganan secara umum


1.

Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum


pasien, termasuk tanda-tanda vital.

2.

Pemeriksaan tanda-tanda syok atau tidak.

3.

Jika

terdapat

tanda-tanda

syok,

maka

lakukan

penanggulangan syok, kemudian pikirkan adanya kemungkinan KET.


4.

Pasang infus.

Secara klinis abortus dapat dibedakan menjadi :


1.

Abortus Imminens
Terjadi perdarahan bercak (spotting) yang menunjukkan adanya ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
Diagnosis abortus imminens :
Adanya perdarahan.
Serviks belum membuka
Uterus membesar sesuai tuanya kehamilan
Adanya nyeri yang memilin
Penanganan

Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus

Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara


berlebihan

Bila perdarahan :

- Berhenti, lakukan ANC terjadwal dan lakukan penilaian ulang bila


terjadi perdarahan lagi.
-

Terus berlangsung, nilai kondisi janin.

2. Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Diagnosis abortus insipiens:

Perdarahan banyak, terkadang keluar gumpalan darah.

Nyeri karena kontraksi rahim kuat.

Adanya dilatasi serviks.

Penanganan

Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi.

Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan,


lakukan tindakan pendahuluan dengan :
- Infus oksitosin 20 unit dalam 500ml cairan dengan 8 tetes per menit yang
dapat dinaikkan hingga 40 tetes per menit, sesuai dengan kondisi
kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.

Ergometrin 0,2 mg IM diulangi 15 menit kemudian.


- Mosoprostol 400mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi
dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

3. Abortus Kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri melalui kanalis servikalis. Pada abortus kompletus perdarahan segera
berkurang setelah isi rahim dikeluarkan, serviks juga segera menutup kembali.
Penanganan :

Observasi untuk melihat apakah terjadi perdarahan banyak.

Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu.

Apabila terdapat :
- Anemia sedang, berikan tablet sulfos ferosus 600 mg per hari selama 2
minggu dan anjurkan mengkonsumsi makanan bergizi.

Anemia berat, lakukan tranfusi darah.

4. Abortus Inkompletus
Perdarahan pada kehamilan muda dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar darai kavum uteri melalui kanalis
servikalis.
Diagnosis abortus inkompletus :

Didapati amenore, sakit perut dan mules-mules.

Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jarang, perdarahan


berlangsung terus.

Seringkali serviks tetap terbuka karena masih ada benda asing


dalam rahim, maka uterus akan berusaha mengeluarkan dengan
mengadakan kontraksi.

Penanganan :

Bila ada tanda-tanda syok, maka atasi dulu dengan pemberian


cairan.

Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode


kuretase.

Evalusi perdarahan :
- Bila perdarahan berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg
per oral.
- Bila perdarahan terus berlangsung maka evaluasi hasil konsepsi.

Bila tidak ada infeksi, beri antibiotik profilaksis (ampisilin 500


mg per oral atau doksisiklin 100 mg).

Bila ada infeksi maka beri ampisilin IV 500 mg dan


metronidazol setiap 8 jam.

Bila ada anemia, pengobatan sama seperti pada abortus


komplementus.

B.

PERDARAHAN POST PARTUM

Definisi Perdarahan Post Partum adalah : Hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24
jam pertama, setelah 24 jam keadaan ini dinamakan peradarahan post partum lanjut atau
late post partum hemoprrhage. Insiden peradrahan post partum sekitar 10 %.
Gambaran Klinis
Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus menerus dan keadaan pasien berangsurangsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah , tekanan darah
menurun , pasien berubah pucat dan dingin , nafas menjadi sesak , terengah-engah ,
berkeringat dan ahirnya coma serta meninggal dunia . situasi yang berbahaya adalah
kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan untuk
beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler , kemudian fungsi
kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi , denyut nadi meningkat dan cepat ,
tekanan darah tiba-tiba turun dan pasien dalam keadaan syok. Uterus dapat terisi darah
dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit.
Bahaya Perdaraahan Post Partum
Bahaya perdarahan post partum ada dua . pertama , Anemia yang diakibatkan
perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien , menurunkan daya tahannya dan
menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas. Kedua , jika kehilangan darah ini
tidak dihentikan akibat akhir tentu saja kematian.
Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh :

Atonia Uteri
Trauma dan Laserasi ( Robekan jalan lahir )
Retensio Placenta
Sisa Placenta
Kelainan pembekuan darah

1. Atonia Uteri
Perdarahan post parum dapat dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluhpembuluh darah sehingga aliran darah ketempat placenta menjadi terhenti.
Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan Atonia
uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan post partum. Sekalipun
pada kasus perdarahan post partum kadang-kadang sama sekali tidak disangka

atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak
hal harus menimbulkan kewaspadaan terhadap kemungkinan gangguan tersebut.
Upaya penanganan perdarahan post partum disebabkan atonia uteri harus dimulai
dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri ,
kondisi ini mencakup :
Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti

pada :
- Polihidramnion
- Kehamilan kembar
- Makrosomia
Persalinan lama
Persalinan terlalu cepat
Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
Infeksi intrapartum
Paritas tinggi

Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi kondisi yang berisiko, maka
penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
atonia uteri post partum , meskipun demikian , 20 % atonia uteri post partum dapat
terjadi pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini .
Langkah berikutnya dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan
penanganan kala III secara aktif , yaitu :
1. Menyuntikan oksitosin
- Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
- Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM
2. Peregangan Tali Pusat terkendali
3. Mengeluarkan Placenta
4. Melahirkan placenta dengan hati-hati
5. Masase uterus
6. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
Pengelolaan Atonia Uteri :
1. Masase fundus uteri segera sesudah placenta lahir ( maksimal 15 detik ) , bila
uterus berkontraksi baik maka lakukan evaluasi rutin
2. Setelah masase fundus uteri , uterus tidak berkontraksi maka lakukan :
- Evaluasi / bersihkan bekuan darah / selaput ketuban

KBI ( maksimal 5 menit ) , bila uterus berkontraksi maka : pertahankan KBI


selama 1-2 menit , keluarkan tangan secara hati-hati , lakukan pengawasan

kala IV
Bila uterus tidak berkontraksi maka : ajarkan keluarga melakukan KBE ,
keluarkan tangan hati-hati, suntikkan methyl ergometrin 0,2 mg IM , pasang
infus RL + 20 IU oksitosin guyur , lakukan KBI lagi , bila uterus
berkontraksi lakukan pengawasan kala IV, bila uterus tidak berkontraksi

maka :
Rujuk siapkan laparotomi , lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat rujukan , selama perjalanan
dapat dilakukan kompresi aorta abdominal atau KBE , bila perdarahan
berhenti maka pertahankan uterus tetapi apabila perdarahan tetap
berlangsung maka dilakukan tindakan Histerektomi.

C.

HIPERBILLIRUBINEMIA
a.

Pengertian
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang
terbagi menjadi ikterus fisiologis dan ikterus patologis.
Ikterus fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak
punya dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern
ikterus. Di tandai :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per
hari
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
Ikterus patologis
Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hyperbilirubinemia. Ditandai :
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan


melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan
3. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
b. Penyebab
Produksi bilirubin meningkat
Gangguan pada proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan transportasi dalam metabolisme
Gangguan dalam ekskresi
c. Gejala
Warna kulit tubuh tampak kuning
d. Menilai perkiraan tinggi bilirubin dengan cara kremer
Kadar bilirubin dalam darah dapat diketahui secara sederhana dengan cara
KREMER, yaitu menentukan derajat ikterus dan perkiraan tinggi bilirubin
dengan melihat timbulnya ikterus menurut 5 bagian tubuh yang dimulai dari
daerah kepala dan leher, sbb :
Derajat 1 : perkiraan tinggi bilirubin 5 mg%, bila ikterus tampak di
daerah kepala dan leher
Derajat 2 : perkiraan tinggi bilirubin 9 mg%, bila ikterus tampak sampai
daerah badan atas ( daerah leher pusat berwarna kuning )
Derajat 3 : perkiraan tinggi bilirubin 11,4 mg%, bila iktreus tampak
sampai dengan daerah badan bawah ( daerah pusat bokong berwarna
kuning )
Derajat 4 : perkiraan tinggi bilirubin 12,4 mg%, bila ikterus tampak
sampai daerah lengan dan kaki bawah lutut ( daerah paha dan tangan
bagian atas berwarna kuning )
Derajat 5 : perkiraan tinggi bilirubin 16 mg%, bila ikterus tampak sampai
daerah tangan dan kaki (ekstremitas bagian jari berwarna kuning ).

D.

METODE KONTRASEPSI SUNTIK


Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak digunakan
karena efektifitasnya tinggi, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah, tidak
menimbulkan gangguan, dan dapat dipakai pasca persalinan.
Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut
dapat bersifat sementara atau permanen.
Syarat-syarat kontrasepsi:

Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.


Efek samping yang merugikan tidak ada.
Lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Tidak mengganggu senggama.
Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya.
Profil
Sangat efektif
Aman
Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam masa reproduksi
Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
Cocok untuk masa laktasi karea tidak menekan produksi ASI
Jenis Kontrasepsi Suntikan
Cyclofem
Mengandung 25 mg depomedroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol spionat
yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
Depo medroksi progesteron asetat (DMPA)
Mengandung 150 mg DMPA , yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskuler (di daerah bokong)
Mekanisme kerja suntikan KB

Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum


Menghentikan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa
Perubahan peristaltik tuba fallopii, sehingga konsepsi dihambat
Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi
hasil konsepsi
Efektifitas
Bila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan maka
kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan
per 100 perempuan/ tahun.

Keuntungan kontrasepsi suntikan progestin


Sangat efektif
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah
Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
Sedikit efek samping
Klien tidak perllu menyimpan obat suntik
Keterbatasan kontrasepsi suntikan progestin
Sering ditemukan gangguan haid seperti :
Siklus haid yang memendek atau memanjang
Perdarahan yang banyak atau sedikit
Perdarahan tidak teratur atau bercak (spoting)
Tidak haid sama sekali
Klien bergantug pada sarana/ tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntik)

Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin


Perempuan usia reproduksi
Perempuan nulipara dan perempuan yang telah memiliki anak
Perempuan yang menghendaki kontrsepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
Perempuan yang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
Perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui
Perempuan setelah abortus atau keguguran
Perempuan yang telah anyak anak tapi belum menghendaki tubektomi
Perempuan perokok
Perempuan dengan tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia sel sabit
Perempuan mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrsepsi kombinasi
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
Perempuan hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat janin 7 per 100.000
kelahiran)
Perempuan dngan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorhea
Perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi
Waktu mulai menggunakan
Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil
Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asal
tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual
Cara pemberian
Pasca persalinan :

Pada hari ke 3-5 postpartum


Sesudah ASI berproduksi atau sebelum ibu pulang dari rumah sakit
Atau 6-8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau
belum pernah melakukan hubungan seksual
Pasca abortus :
Segera setelah kuretase
30 harin pasca abortus, asal ibu tidak hamil lagi
Masa interval :
Waktu haid pada hari 3-5 siklus
Penanganan gangguan haid
1. Amenorhea
Tidak perlu dilakukan tindakan apapun
Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi yang lain.
2. Perdarahan
Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, namun tidak berbahaya.
Bila terus berlanjut,perlu dicari penyebabnya. Obatilah penyebab tersebut
dengan cara yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.
Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan.
Perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak
dari biasanya). Jelaskan bahwa hal tersebut bisa ditemukan pada bulan
pertama penyuntikan.
Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu dirujuk.
Bila perdarahan yang terjadi mengancam klien atau klien tidak dapat
menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilih
kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau
makanan yang banyak mengandung zat besi.

BAB III.
TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP Ny. E DENGAN


ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR. A. DADI TJOKRODIPO KOTA
BANDAR LAMPUNG
B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP Ny. K DENGAN
ATONIA UTERI DI RSUD DR. A.DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR
LAMPUNG
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI Ny. LS
DENGAN HIPERBILLIRUBINEMIA DI RSUD DR A. DADI TJOKRODIPO
KOTA BANDAR LAMPUNG
D. ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK TERHADAP Ny. Y
DENGAN SPOOTING DI RSUD DR. A. DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR
LAMPUNG

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


TERHADAP NY. E DENGAN ABORTUS INCOMPLETUS
DI RUANG KEBIDANAN RSUD DR. A. DADI TJOKRODIPO

Anamnesa Oleh

: Mariana Raeni

Tanggal

: 17 Mei 2012

S : SUBJEKTIF
1. Identitas
Ny E, 24 tahun, Islam, Palembang, SMA, IRT
Tn B, 27 tahun, Islam, Jawa, Wiraswasta, Kota Bandar Lampung.
2. Keluhan Utama
Os datang ke Rumah Sakit Pkl 09.30 Wib hamil 10 minggu mengeluh perutnya
terasa mules disertai keluar darah kehitaman sedikit bergumpal dari
kemaluannya sejak tadi subuh
3. Quick check
Pusing (+), pandangan kabur (-), mules (+), keluar darah pervaginam (+) sejak
subuh.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengatakan ini kehamilannya yang pertama, usia kehamilan 10 minggu,
HPHT : 27 Februari 2012, mengeluh keluar darah berupa bercak seminggu yang

lalu, semakin lama darah yang keluar makin banyak, disertai rasa mules dan
nyeri pada daerah perut bagian bawah.
5. Riwayat Penyakit Yang Pernah Di Derita
Os mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit menahun dan
menurun seperti DM, hipertensi, Jantung, Hepar, Anemia, Malaria, TBC, dan
tidak pernah di operasi. Os mengatakan tidak mempunyai alergi obat

O : OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
- Status Generalis
1. Keadaan umum

: Sedang

2. Kesadaran

: Compos mentis

3. Vital sign

: TD :100/60 mmhg
N :80 x/mnt

R:20 x/mnt
T:36,5 C

4. Rambut

: Bersih

5. Kelopak Mata

: Tidak oedema

6. Konjungtiva

: Merah muda

7. Sklera

: Tidak Ikterik

8. Leher

: Normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan


Tidak ada bendungan pada vena jugularis

9. Dada

: Suara nafas bersih, tidak ada ronchi dan wheezing

10. Perut

: Datar, tidak teraba benjolan

11. Nyeri perut

: Ya, mules (+)

12. Vulva vagina

: Normal, warna kemerahan

13. Perineum

: tidak ada luka parut

14. Pengeluaran pervaginam : Darah disertai gumpalan

15. Kelenjar bartholini

: Tidak ada pembengkakan

16. Anus

: Normal,tidak ada haemoroid

Status Obstetri
a. Palpasi Abdomen
b. Pemeriksaan inspekulo
c. Pemeriksaan dalam

: TFU teraba 3 jari diatas shymphisis


: Pembukaan sekitar 2 cm, terlihat jaringan,
Pengeluaran darah (+) disertai gumpalan
: Portio lunak, arah kedepan, pembukaan 2 cm

Teraba jaringan

- Laboratorium
Pemeriksaan
Haemoglobin

Hasil
10,5 gr %

Normal Satuan
12 16 gr %

LED

15 mm/ jam

0 20 mm/ jam

Trombosit

383.000 U/L

150.000 400.000 U/L

Masa Perdarahan

2 30

1 7 Menit

Masa Pembekuan

11

9 5 Menit

Golongan darah

A : ASSESMENT
Diagnosa

: G 1P0A0 hamil 10 minggu dengan abortus inkomplet

Masalah

: Kebutuhan rasa nyaman terganggu dikarenakan cemas


Terhadap kehamilannya dan kondisi diri ibu

Masalah potensial

: Syok, Infeksi

P : PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi yang dialami ibu bahwa
kehamilannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
Ibu dan keluarga mengerti mengenai kondisi ibu dan mau menerima.
2.

Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital


Keadaan umum ibu sedang, TD : 100/60 mmHg, N : 98x/mnt, R : 28x/mnt,
S : 36,50C

3.

Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Untuk menentukan tindakan dan therapy\

Menstabilisasi keadaan umum ibu dengan pemasangan infus RL gtt 20 / mnt


Merencanakan tindakan curettage
Pemberian antibiotik profilaksin amoxan 500 mg intra vena extra

Pkl 10.00 wib pasien dilakukan tindakan USG, kesan abortus inkompletus dan
direncanakan untuk dilakukan curettage pada pkl 16.00 wib.
Infus RL gtt 20 / mnt terpasang dan antibiotika profilaksis Amoxan 500mg / IV
sudah diberikan.
4. Memberikan inform consent pada suami dan pihak keluarga untuk tindakan
curettage.
Suami sudah menandatangi lembar persetujuan curettage.
5.

Menyiapkan pasien, alat dan lingkungan untuk tindakan curettage.


Pasien dipuasakan dan alat curet sudah disiapkan.

Pkl 16. 00 wib dilakukan curettage oleh Dokter Spesialis dengan Anastesi total
Hasil : didapatkan sisa konsepsi dan jumlah darah yang dikeluarkan 100 cc.
Tanggal : 17 Mei 2012
Pukul

: 18.30 wib

S : SUBJEKTIF

Ibu mengatakan kepalanya masih terasa pusing dan berat

Ibu mengatakan darahnya sudah tidak keluar lagi

O : OBJEKTIF

Keadaan umum

Kesadaran

: Composmentis

Keadaan emosional

: Stabil

Konjungtiva

: Merah muda

Tanda Vital

: Baik

: TD :110/70 mmhg
N : 84 x/mnt

Pengeluaran pervaginam

R :22 x/mnt
T :36,7 C

: Darah sedikit-sedikit

A : ASSESMENT
Diagnosa

: P0A1 post curettage hari pertama dengan abortus incomplete

Masalah

: Tidak ada

Masalah Potensial : Infeksi

P : PLANNING
-

Memberi penjelasan pada ibu tentang keadaan dirinya bahwa telah dilakukan

tindakan kuretase dan sisa jaringan di dalam uterus telah dikeluarkan


Ibu dan keluarga mengerti bahwa kuret telah selesai dilakukan.
Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa pusing yang dialami ibu merupakan pengaruh

dari anastesi
Ibu mengerti penyebab dari rasa pusing.
Memberitahu ibu agar mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yaitu
mengandung vitamin, protein, lemak, karbohidrat serta mineral untuk memulihkan
kondisi tubuh ibu
Ibu mengatakan akan mengkonsumsi makanan yang bergizi guna mempercepat

penyembuhan dirinya
Menganjurkan ibu untuk minum obat sesuai advis dokter :
o Amoxilin 500mg 3 x 1
o Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1
o Metilat tablet 3 x 1
o Hufabion 2 x 1
Obat-obatan sudah diminum oleh ibu sesuai dengan advis dokter.

Menganjurkan ibu untuk menunda kehamilan selama minimal 6 bulan agar rahim
pulih seperti semula dan siap untuk kehamilan selanjutnya.
Ibu mengatakan akan menunda kehamilannya minimal 6 bulan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


DENGAN ATONIA UTERI TERHADAP NY. K
DI RSUD Dr. A. DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG

Anamnesa Oleh

: Mariana Raeni

Tanggal

: 21 Mei 2012

Pukul

: 13.30 wib

S : SUBJEKTIF
1. Identifikasi
Ny. K, 28 tahun, Jawa, Islam, D3, IRT
Tn. D, 35 tahun, Jawa, Islam, S1,PNS, Kota Bandar Lampung
2. Keluhan Utama
Os mengatakan badannya terasa lemas, perutnya terasa mules, terasa darah
mengalir dikemaluannya.
3. Quick Check
Pusing (+), mengantuk (+), Pandangan kabur (-), Mual (-), Mules (+), Pinggang
pegal (+), Pengeluaran darah pervaginam (+) darah merah kehitaman mengalir
aktif.
4. Riwayat Persalinan saat ini
P2A0, Usia kehamilan 40 minggu dengan Presentasi Kepala
Kala 1

: 5 Jam 15 menit

Kala II

: 0 Jam 40 menit

Kala III

: 0 Jam 10 menit

Kala IV

: 2 Jam 0 menit

Lamanya

: 8 Jam 05 menit

Jenis persalinan spontan, penolong dokter SPOG, penyulit tidak ada, bayi lahir
Pkl 10.40 wib, JK : laki-laki, BB 4100 gr, PB 48 cm, lahir langsung menangis,
APGAR Score 8/9, plasenta lahir lengkap pkl 10.55 wib, perineum utuh.
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Tahun 2005, hamil cukup bulan, bayi perempuan, BB 3500 gr, PB 49 cm, lahir
spontan di BPS
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Os mengatakan selama ini tidak pernah menderita penyakit menahun dan
menurun seperti DM, hipertensi, Jantung, Hepar, Anemia, Malaria, TBC, dan
tidak pernah di operasi. Os mengatakan tidak mempunyai alergi obat

O : OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
-

Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
: TD : 100/60 MmHg
RR
: 28x/mnt
N
: 104x/mnt
S
: 35,70C
Rambut
: Bersih
Kelopak Mata : Tidak oedema
Konjungtiva : agak pucat
Sklera
: Tidak Ikterik
Leher
: Normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
Tidak ada bendungan pada vena jugularis

Dada

: Suara nafas bersih, tidak ada ronchi dan wheezing

Perut

: Datar, teraba benjolan uterus, striae alba (+)

Nyeri perut

: Ya, mules (+)

Vulva vagina

: Normal, warna kemerahan

Perineum

: utuh

Pengeluaran pervaginam

: Darah disertai gumpalan merembes

Kelenjar bartholini

: Tidak ada pembengkakan

Anus

: Normal,tidak ada haemoroid

Status Obstetri
Palpasi Abdomen
Inspeksi

: TFU 1 jari diatas pusat, uterus teraba lembek,


kontraksi uterus jelek, kandung kemih teraba
penuh
: Perdarahan pervaginam merembes, perineum
utuh

Pemeriksaan dalam

: Vagina tidak ada ruptur, portio lunak, utuh, arah


kedepan, belum menutup, teraba stolsel dan
darah bewarna merah kehitaman

Laboratorium
Pemeriksaan
Haemoglobin

Hasil
9,8 gr %

Normal Satuan
12 16 gr %

LED

15 mm/ jam

0 20 mm/ jam

Trombosit

383.000 U/L

150.000 400.000 U/L

Masa Perdarahan

2 30

1 7 Menit

Masa Pembekuan

11

9 5 Menit

Golongan darah

A : ASSESMENT
Diagnosa

: P2A0 post partum 2 jam yang lalu dengan PPH primer a/I atonia uteri

Masalah

: Lemas karena kekurangan cairan

Masalah Potensial : syok hipovolemik

P : PLANNING
-

Memberitahukan kepada suami dan keluarga tentang kondisi pasien saat ini dan

rencana tindakan yang akan dilakukan.


Suami dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini
Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital
Keadaan umum sedang, TD : 90/60 mmHg, N : 100x/mnt, R : 28x/mnt,
S : 35,50C

Ber kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian therapy, advis :


Pasang infuse Rl gtt 40 tts/mnt
Kosongkan kandung kemih
Pemberian uterotonika
menginjeksi oksitosin 10 iu IM
Memasukkan oksitosin 20 iu dalam plabot infuse RL gtt 40 tts/mnt
Cari penyebab perdarahan dan atasi sesuai prosedur
Infus RL gtt 40/mnt terpasang kolf pertama, kandung kemih sudah dikosongkan
dengan cateter didapat urine 200 cc, oksitosin 10 iu IM dan 20 iu perplabot
sudah diberikan.

Memberikan inform consent pada suami dan keluarga mengenai tindakan yang
akan dilakukan.

Suami dan keluarga sudah menandatangani lembar inform consent.


Mengeluarkan bekuan darah, memastikan tidak ada sisa placenta yang tertinggal
dan tidak ada laserasi jalan lahir
Tidak ada sisa plasenta dan robekan jalan lahir, Dikeluarkan stolsel dan darah

500 cc, uterus berkontraksi lembek


Melakukan massase uterus
Massase uterus telah dilakukan selama 15 detik
Melakukan Kompresi Bimanual Eksternal selama 5 menit
Setelah KBE dilakukan selama 5 menit hasil uterus berkontraksi dengan baik,
perdarahan pervaginam berhenti.

Tanggal

: 21 Mei 2012

Pukul

: 14.30 WIB

S : SUBJEKTIF
Os mengatakan badannya sudah tidak lemas lagi, perutnya masih terasa agak mules,
perdarahan pervaginam sudah tidak mengalir lagi

O : OBJEKTIF
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Konjungtiva

: agak pucat

Tanda vital

: TD
N

: 100/60 mmHg

RR

: 28x/mnt

: 92x/mnt

: 36,70C

Palpasi

: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan


pervaginam sedikit 75 cc

Terpasang infuse Rl + oksitosin 20 iu gtt 30 tts/mnt

A : ASSESMENT
Diagnosa

: P2A0 post partum spontan hari pertama dengan riwayat PPH Primer
atas indikasi atonia uteri

Masalah

: Tidak ada

Masalah Potensial : Anemia

P : PLANING
-

Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital setiap 4 jam sekali


Keadaan umum ibu baik, TD : 110/70 mmHg, N : 86x/mnt, R : 28x/mnt, S : 37C
Mengobservasi perdarahan post partum dan kontraksi uterus
Perdarahan post partum normal sedikit-sedikit, kontraksi uterus baik.
Memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan setelah

melahirkan.
Ibu dan keluarga memahami tanda-tanda perdarahan
Memberitahu pada ibu dan keluarga ciri-ciri kontraksi uterus yang baik dan

mengajarkan cara memasase uterus.


Ibu dan keluarga mengerti cara memassase uterus.
Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi untuk membantu

pempercepat penyembuhan dirinya dan tidak berpantang makanan.


Ibu mengatakan akan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak akan
-

berpantang makanan.
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy, advis :
Cargesic tab 3x1
Lincomec tab 3x1
Iberet tab 2x1
Metilat tab 3x1
Obat sudah diminum oleh ibu sesuai dengan advis dokter.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


TERHADAP BAYI NY. LS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD DR.A. DADI TJOKRODIPO

Anamnesa Oleh

: Mariana Raeni

Hari/Tanggal

: 11 Mei 2012

Pukul

: 08.25 wib

S : SUBJEKTIF
a. Identitas Bayi
Nama

: By. LS

Umur

: 6 hari

Tanggal Lahir

: 5 Mei 2012

Pukul

: 04.35 WIB

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Anak Ke

: 1 ( Satu )

Alamat

: Kota Bandar Lampung

b. Identitas Orang Tua

Ny. LS, 23 tahun, Islam, Jawa, IRT


Tn.F, 24 tahun, Palembang, Supir, Kota Bandar Lampung
c. Riwayat Persalinan
P1A0, Usia kehamilan 38 minggu dengan Presentasi Kepala
Kala 1

: 8 Jam 15 menit

Kala II

: 1 Jam 10 menit

Kala III

: 0 Jam 10 menit

Kala IV

: 2 Jam 0 menit

Lamanya

: 11 Jam 35 menit

Keadaan air ketuban hijau keruh, Jenis persalinan spontan, Penolong bidan, Lilitan
Tali Pusat tidak ada, Penyulit tidak ada, BB 2900 gr, PB 48 cm, lahir langsung
menangis, APGAR Score 8/9.
O : OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Keadaan umum bayi baik dan menangis kuat
2. Antropometri
BB
: 3000 gr
LD
: 30 cm
LILA
: 10 cm

PB
LK

3. Tanda Vital
RR
: 44x/mnt
S
: 36,50C

N : 130x/mnt,

: 48 cm
: 31 cm

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Bentuk simetris, tidak ada moulage dan teraba sutura
Mata
: Simetris kanan dan kiri, sklera ikterik, konjungtiva merah muda,
tidak ada oedema dan perdarahan, tidak ada kotoran
Hidung
: Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut
: Reflek menghisap (+) agak lemah, bayi lebih sering tidur
sepanjang hari
Leher
: Gerak bebas dan tidak kaku
Dada
: Adanya pergerakan nafas kanan dan kiri
Kulit
: Kulit tampak ikterik
Abdomen
: Tidak ada perdarahan, tali pusat sudah terlepas
Ekstremitas : Reflek moro dan babinski (+)
Anogenital
: anus (+)
Eliminasi
: BAB (+), BAK (+)

5. Laboratorium
Pemeriksaan
Haemoglobin

Hasil
13,2 gr %

Normal Satuan
12 16 gr %

Billirubin total

15,7 gr%

< 12,5 gr%

Billirubin direct

0,7gr%

< 1 gr%

Billirubin indirect

15 gr%

< 11,5 gr%

AB

Golongan darah

A : ASSSESMENT
Diagnosa

: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan hiperbilirubinemia

Masalah

: Pemenuhan kebutuhan nutrisi terganggu

Masalah potensial : Kern ikterus

P : PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya bahwa billirubin total
bayi melebihi ambang batas normal yaitu 12,5gr% dan memerlukan rawat inap.
Ibu dan keluarga mengerti dan memperbolehkan bayinya di rawat inap.
2. Berkolaborasi dengan dokter spesialis untuk pemberian therapy
- Bayi direncanakan untuk di fototherapi
- Bayi diberikan therapi : - Ceftadixine 170 mg/ 12 jam IV
- Infus N4D5% gtt 8 /mnt
- Pertahankan tubuh bayi tetap hangat.
3. Melakukan informed consent kepada keluarga bayi untuk pelaksanaan fototherapi
dan pemberian therapi.
Keluarga sudah menandatangi lembar inform consent
4. Memasang infus N4D5% 8 tts/mnt

Infus sudah terpasang sesuai advis dokter


5. Memberikan therapi blue light (fototherapy) pada bayi dan mengganti posisi bayi
setiap 6 jam agar seluruh tubuh bayi rata di fototherapy.
Pkl 09.00 wib fototherapi dimulai,dan mengganti posisi bayi setiap 6 jam
Pkl 09.00 15.00 : posisi bayi terlentang
Pkl 15.00 21.00 : posisi bayi tengkurap
6. Memberikan bayi nutrisi/minum dengan ASI atau Pasi setiap minimal 2 jam
Pkl 09.00 wib :bayi menghabiskan 25 cc ASI dari 60 cc ASI
Pkl 11.00 wib:bayi menghabiskan 20 cc ASI dari 30 cc ASI
Pkl 13.00 wib: bayi menghabiskan 20 cc PASI dari 30 cc PASI
Pkl 15.00 wib : bayi menghabiskan 25 cc PASI dari 30 cc PASI
Pkl 17.00 wib: bayi menghabiskan 20 cc PASI dari 30 ccP ASI
7. Memantau tanda-tanda vital pada bayi dan posisi bayi
N : 145x/mnt, R : 44x/mnt, S : 36.7C, posisi bayi terlentang
8. Memeriksakan kadar bilirubin pada bayi setiap hari agar diketahui perkembangan
penyakitnya.

Tanggal

: 12 Mei 2012

Pkl

: 09.30 wib

S : SUBJEKTIF
- Bayi mulai menyusui dengan kuat
O : OBJEKTIF
-

Keadaan umum
Menangis
Kelopak mata
Sklera
Reflek hisap
Leher
Kulit

: Baik

berkurang, warna mulai kemerahan


Tanda Vital

: (+) kuat
: Tidak Oedema
: Ikterik mulai berkurang
: sudah mulai kuat
: bebas bergerak, kaku ( - )
: Ikterik sudah mulai
: RR : 48x/mnt

130x/mnt
S
-

Laboratorium

: 37 C
:

Pemeriksaan
Billirubin total

Hasil
13,5 gr%

Normal Satuan
< 12,5 gr%

Billirubin direct

0,8 gr%

< 1 gr%

Billirubin indirect

12,7 gr%

< 11,5 gr%

A : ASSESMENT
Diagnosa

: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan hiperbilirubin

Masalah

: Pemenuhan nutrisi kurang

Masalah Potensial

: Kern Ikterus

P : PLANNING
a. Memantau tanda-tanda vital bayi dan posisi bayi
N : 145x/mnt, R : 44x/mnt, S : 36.7C, posisi bayi terlentang
b. Memberikan asupan nutrisi pada bayi baik berupa ASI / PASI
Pkl 09.00 wib :bayi menghabiskan 35 cc ASI dari 60 cc ASI
Pkl 11.00 wib:bayi menghabiskan 40 cc PASI dari 60 cc PASI
Pkl 13.00 wib: bayi menghabiskan 35 cc PASI dari 60 cc PASI
Pkl 15.00 wib : bayi menghabiskan 40 cc PASI dari 60 cc PASI
Pkl 17.00 wib: bayi menghabiskan 45 cc PASI dari 60 ccP ASI
c. Menjaga kebersihan tubuh bayi dari air kencing dan kotoran bayi
Tubuh bayi bersih dan alas kasur/popok bayi diganti setiap bayi bab/bak
d. Melanjutkan fototherapi dan mengganti posisi bayi setiap 6 jam
Pkl 09.00 15.00 : posisi bayi terlentang
Pkl 15.00 21.00 : posisi bayi tengkurap
e. Meneruskan pemberian therapi sesuai advis dokter
Infus N4D5% terpasang gtt 8 /mnt kolf pertama, ceftadixine injeksi sudah
diberikan.
f. Melakukan periksaan bilirubin setiap hari

Tanggal

: 13 Mei 2012

Pkl

: 11.00 wib

S : SUBJEKTIF
- Bayi sudah menyusui dengan kuat
O : OBJEKTIF
-

Keadaan umum
Menangis
Kelopak mata
Sklera
Reflek hisap
Kulit

kemerahan
Tanda Vital

: Baik
: (+) kuat
: Tidak Oedema
: putih tidak ikterik
: kuat, bayi mulai sering menyusui
: Tidak ikterik, warna
: RR : 46x/mnt

120x/mnt
S
-

: 36.9 C

Laboratorium

Pemeriksaan
Billirubin total

Hasil
9,5 gr%

Normal Satuan
< 12,5 gr%

Billirubin direct

0,6 gr%

< 1 gr%

Billirubin indirect

8,9 gr%

< 11,5 gr%

A : ASSESMENT
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan post hiperbilirubin
Masalah : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada

P : PLANNING
1. Memantau tanda-tanda vital bayi dan posisi bayi
N : 138x/mnt, R : 46x/mnt, S : 37C, posisi bayi tengkurap
2. Memberikan asupan nutrisi pada bayi baik berupa ASI / PASI

Pkl 08.00 wib :bayi menghabiskan 55 cc ASI dari 60 cc ASI


Pkl 10.00 wib:bayi menghabiskan 60 cc PASI dari 60 cc PASI
Pkl 12.00 wib: bayi menghabiskan 50 cc PASI dari 60 cc PASI
3. Menjaga kebersihan tubuh bayi dari air kencing dan kotoran bayi
Tubuh bayi bersih dan alas kasur/popok bayi diganti setiap bayi bab/bak
4. Melanjutkan fototherapi dan mengganti posisi bayi setiap 6 jam
Pkl 08.00 14.00 : posisi bayi tengkurap
5. Berkolaborasi dengan dokter spesialis untuk peberian therapi :
- Fototherapi stop
- Infus sudah boleh dilepas
Pkl 12.30 wib fototherapi distop dan infus bayi sudah dilepas
6. Bayi sudah diperbolehkan pulang dengan anjuran :
- Jemur bayi dengan matahari pagi jam 7 9 selama 10 menit
- Teruskan pemberian ASI sesring mungkin
Ibu mengatakan anak menjemur bayinya sesuai anjuran dokter dan akan
memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin.

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK

TERHADAP NY. Y DENGAN SPOOTING


DI POLI KEBIDANAN RSUD DR. A DADI TJOKRODIPO

Anamnesa Oleh

: Mariana Raeni

Tanggal

: 11 Mei 2012

Pukul

: 10.00 wib

S : SUBJEKTIF
a. Identitas
Ny. Y, 27 tahun, Islam, Lampung, SMA, IRT
Tn A, 32 tahun, Islam, D3, Karyawan Swasta, Kota Bandar Lampung
b. Alasan Kunjungan
Ibu akseptor KB suntik 3 bulanan datang ke Rumah Sakit dengan keluhan menstruasi
yang berlangsung lama sejak 20 hari yang lalu dengan darah yang bewarna
kehitaman dan keluar sedikit-sedikit.
c. Quick check
Pusing (+), pandangan kabur (-), mual (+) kadang-kadang, mules (-), keluar darah
pevaginam (+) warna kehitaman
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat menstruasi
Menarche 13 tahun, siklus 28 hari, lama 6-7 hr, tidak ada dismenorhoe, darah
bersifat cair dan merah, banyaknya 2-3 x ganti pembalut.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu
Ibu mengatakan pernah hamil 1 kali dan tidak pernah keguguran, melahirkan
pada tahun 2011, jenis kelamin laki-laki, BB 3000 gr, PB 50 cm, lahir normal di
Bidan Y.
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, anemia
berat, DM, dan penyakit lainnya.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan setelah melahirkan 6 bulan
kemudian dan sebelumnya belum pernah menggunakan KB apapun. Selama

menggunakan KB suntik menstruasi menjadi tidak teratur dan menjadi lama


terkadang mencapai 25 hari. Ibu sudah mendapatkan pelayanan KB suntik
sebanyak 2 kali.

O : OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
-

Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
: TD : 110/90 MmHg
N
: 84x/mnt
Rambut

RR
S

: 24x/mnt
: 36,50C

: Bersih

Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Leher

: Tidak Oedema
: Merah muda
: Tidak ikterik
: Normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak
Ada bendungan pada vena jugularis
Dada
: Bunyi nafas bersih, tidak terdengar ronchi dan wheezing
Payudara
: Simetris kiri dan kanan, tidak teraba benjolan, puting menonjol
Pengeluaran ASI (+)
Abdomen
: Datar, tidak teraba benjolan
Vulva vagina : Warna kemerahan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini
Pengeluaran pervaginam : Darah kehitaman sedikit-sedikit
Anus
: Tidak ada haemoroid
-

Status Obstetri
Palpasi
: Pada abdomen tidak teraba benjolan atau massa
Inspeksi
: Pada vulva dan vagina tidak terdapat kelainan
Pengeluaran darah pervaginam ada warna kehitaman sedikitsedikit
Inspekulo
: Tidak dilakukan

A : ASSESMENT
Diagnosa

: PA0 akseptor KB Suntik 3 bulan dengan spooting

Masalah

: Rasa nyaman terganggu dikarenakan cemas

Masalah potensial

: Anemia

P : PLANNING
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu bahwa perdarahan yang
berlangsung lama, tidak teratur dan adanya rasa pusing merupakan salah satu efek

samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan yang disebabkan oleh pengaruh


hormonal.
Ibu mengatakan mengerti penyebab dari perdarahan yang dialaminya.
2. Berkolaborasi dengan dokter Spesialis untuk pemberian therapi :
- Memberikan ibu pil kombinasi yang mengandung 30-35 mg etinilestradiol dan
dianjurkan untuk diminum 1x sehari pada malam hari selama 7 hari.
- Memberikan ibu tablet Fe (hufabion) 1 kali sehari untuk mencegah terjadinya
anemia.
Ibu mengatakan akan menebus obat yang diberikan dan meminum sesuai dengan
anjuran dokter.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk
menjaga kesehatan tubuh ibu dan mengganti cairan darah yang telah keluar.
Ibu mengatakan akan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
6. Memberitahukan pada ibu untuk melakukan kontrol ulang jika perdarahan tidak juga
berhenti.
ibu mengatakan akan datang untuk kontrol ulang.
7. Memberikan konseling pada ibu mengenai jenis/metode KB yang lain jika ibu
menginginkan mengganti metode KB seperti pemakaian kondom atau IUD.
Ibu mengatakan mengerti tentang metode KB alternatif yang lain yang dijelaskan
oleh bidan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Abortus Incompletus Terhadap


ny. E
Ny E, 24 tahun, hamil anak pertama datang ke Rumah Sakit Pkl 09.30 Wib
hamil 10 minggu mengeluh perutnya terasa mules disertai keluar darah kehitaman
sedikit bergumpal dari kemaluannya sejak subuh. Os mengatakan ini kehamilannya
yang pertama, usia kehamilan 10 minggu, HPHT : 27 Februari 2012, mengeluh keluar
darah berupa bercak seminggu yang lalu, semakin lama darah yang keluar makin
banyak, disertai rasa mules dan nyeri pada daerah perut bagian bawah..Keadaan umum

sedang, kesadaran compos mentis, TD :100/60 mmhg, R:20 x/mnt, N

:80 x/mnt,

T:36,5 C, pada palpasi abdomen didapatkan TFU teraba 3 jari diatas shymphisis, pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan hasil pembukaan sekitar 2 cm, terlihat jaringan,
pengeluaran darah (+) disertai gumpalan dan pada pemeriksaan dalam portio lunak, arah
kedepan, pembukaan 2 cm, teraba jaringan kemudian os didiagnose dengan abortus
incompletus.
Kasus diatas sesuai dengan teori bahwa pengertian abortus incompletus adalah
Perdarahan pada kehamilan muda dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
Diagnosis dari abortus inkompletus adalah Didapati amenore, sakit perut dan mulesmules, Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jarang, perdarahan berlangsung terus,
Seringkali serviks tetap terbuka karena masih ada benda asing dalam rahim, maka
uterus akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi ( Acuan Maternal
dan Neonatal, 2000).
Pada kasus diatas pasien dilaporkan ke dokter SPOG dan mendapatkan advis dan
tindakan menstabilisasi keadaan umum ibu dengan pemasangan infus RL gtt 20 / mnt,
merencanakan tindakan curettage, pemberian antibiotik profilaksin amoxan 500 mg
intra vena extra. Setelah pasien dipuasakan pada Pkl 16. 00 wib dilakukan curettage
oleh

Dokter Spesialis dengan Anastesi

total didapatkan hasil sisa konsepsi dan

jumlah darah yang dikeluarkan 100 cc.


Penanganan kasus dengan abortus inkompletus diatas telah sesuai dengan teori
dimana penanganan kasus abortus inkompletus adalah jika terdapat tanda-tanda syok,
maka atasi dulu dengan pemberian cairan dengan pemasangan infus , kemudian
keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode kuretase. Setelah dikuretase
dilakukan evalusi perdarahan, bila perdarahan berikan ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral dan bila perdarahan terus berlangsung maka evaluasi hasil
konsepsi. Kemudian bila tidak ada infeksi, beri antibiotik profilaksis (ampisilin 500 mg
per oral atau doksisiklin 100 mg) dan jika ada anemia pasien berikan tablet sulfos
ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu dan anjurkan mengkonsumsi makanan
bergizi. ( Acuan Maternal dan Neonatal, 2000).

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Terhadap Ny. K Dengan Riwayat PPH
atas indikasi Atonia Uteri.

Ny. K umur 28 tahun P2 A0 melahirkan di Ruang Kebidanan RSUD Dr. A. Dadi


Tjokrodipo Kota Bandar Lampung tanggal 21 Mei 2012 pukul 10.50 wib, Bayi segera
menangis, JK : Laki-laki, BB : 4100 gr, PB : 50 cm. Setelah 2 jam post partum spontan
pervaginam terjadi perdarahan primer atas indikasi atonia uteri, keadaan umum sedang,
kesadaran composmentis TTV 100/60 mmhg N : 104 x/mnt R : 28 x/mnt S : 35,7C
TFU 1 jari atas pusat, uterus terasa lembek kontraksi uterus jelek, kandung kemih teraba
penuh, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik , perdarahan merembes, pemeriksaan
laboratorium HB : 9,8 gr%.
Kasus diatas sesuai dengan teori atonia uteri yaitu dimana pengertian atonia uteri
adalah Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Upaya penanganan perdarahan post partum disebabkan atonia uteri harus
dimulai dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia
uteri , dimana pada kasus ini salah satu resiko dari atonia uteri adalah persalinan dengan
bayi besar / makrosomia.
Kemudian pada kasus diatas kondisi ibu dilaporkan ke dokter SPOG dan diberi
advis injeksi oksitoksin

10 IU IM, dilakukan massage dan dipasang infus RL +

oksitoksin 20 IU dengan tetesan 40 tts/mnt , mengosongkan kandung kemih urine keluar


urine sebanyak 200 cc. Mengeluarkan bekuan darah, memastikan tidak ada sisa
placenta yang tertinggal dan tidak ada laserasi jalan lahir. Tidak ada sisa plasenta dan
robekan jalan lahir, Dikeluarkan stolsel dan darah 500 cc, uterus berkontraksi lembek.
Melakukan massase uterus selama 15 detik yang dilanjutkan dengan melakukan
kompresi bimanual eksterna. Jam 20.00 wib kontraksi uterus baik dan perdarahan
pervaginam sudah tidak mengalir lagi. Ibu dalam observasi perdarahan setiap 2 jam.
Penanganan diatas sesuai dengan teori Pengelolaan Atonia Uteri yaitu :
1. Masase fundus uteri segera sesudah placenta lahir ( maksimal 15 detik ) , bila
uterus berkontraksi baik maka lakukan evaluasi rutin.
2. Setelah masase fundus uteri , uterus tidak berkontraksi maka lakukan :
Evaluasi / bersihkan bekuan darah / selaput ketuban
KBI ( maksimal 5 menit ) , bila uterus berkontraksi maka : pertahankan KBI
selama 1-2 menit , keluarkan tangan secara hati-hati , lakukan pengawasan kala

IV
Bila uterus tidak berkontraksi

maka : ajarkan keluarga melakukan KBE ,

keluarkan tangan hati-hati, suntikkan methyl ergometrin 0,2 mg IM , pasang

infus RL + 20 IU oksitosin guyur , lakukan KBI lagi , bila uterus berkontraksi


lakukan pengawasan kala IV, bila uterus tidak berkontraksi maka :
3. Rujuk siapkan laparotomi , lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal
500 cc/jam hingga mencapai tempat rujukan , selama perjalanan dapat dilakukan
kompresi aorta abdominal atau KBE , bila perdarahan berhenti maka pertahankan
uterus tetapi apabila perdarahan tetap berlangsung maka dilakukan tindakan
Histerektomi.

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap By. Ny. LS Dengan
Hiperbillirubinemia
Bayi Ny.LS, umur 6 hari, lahir tanggal 5 Mei 2012 dengan persalinan spontan
anak pertama, jenis kelamin laki-laki, BB : 2900 gr, PB : 49 cm LK : 30 cm LD : 31 cm,
sklera dan kulit tampak ikterik dan bayi malas menyusui, pada pemeriksaan billirubin
didapatkan hasil billirubin total sebesar 15,7 gr% dengan demikian bayi diagnosa
nenonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan hiperbillirubinemia.
Dengan masalah dialami :

Bayi ikterik
Refleks menghisap agak lemah
Bayi beresiko terjadinya kern ikterus
Diagnosa diatas sesuai dengan teori dimana bayi dengan hiperbillirubinemia

adalah Ikterus patologis yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hyperbilirubinemia. Gejala dari bayi dengan
hiperbillirubinemia adalah warna kulit tubuh tampak kuning. Hiperbillirubinemia
itandai dengan :
1.

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2.

Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus


cukup bulan dan melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan

3.

Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari

4.

Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama

5.

Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%

6.

Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik


Penyebab dari hiperbillirubinemia adalah :

Produksi bilirubin meningkat

Gangguan pada proses uptake dan konjugasi hepar

Gangguan transportasi dalam metabolisme

Gangguan

dalam

ekskresi.

(Acuan

Maternal

dan

Neonatal, 2000).
Bayi dengan hiperbillirubinemia patologik dimana kadar billirubin > 15 20 gr
% memerlukan rawat inap di Rumah Sakit dan diberi pengobatan dengan terapi sinar
dilakukan pemeriksaan kadar billirubin setiap harinya untuk mengetahui apakah kadar
billirubin bayi berkurang atau bertambah. Jika kadar billirubin naik > 0,5 mg/jam atau
kenaikan kadar billirubin indirek > 20 gr% maka diperlukan tindakan transfusi tukar.
(Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, 2007).
Pada bayi Ny. LS tindakan yang telah dilakukan adalah : melakukan
pemeriksaan keadaan umum bayi dan TTV, Melakukan therapi sinar dengan fototherapi
selama 24 jam dengan mengganti posisi bayi setiap 6 jam dan memberikan nutrisi yang
adekuat berupa ASI/PASI setiap minimal 2 jam dan mengganti popok yang basah
dengan yang kering setiap kali basah dan melakukan pemeriksaan kadar billirubin bayi
setiap harinya.

D. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik Terhadap Ny. Y Dengan Spooting


Ny. Y, umur 27 tahun merupakan akseptor KB suntik 3 bulanan yang datang ke
Rumah Sakit dengan keluhan menstruasi yang berlangsung lama sejak 20 hari yang lalu
dengan darah yang bewarna kehitaman dan keluar sedikit-sedikit. Ibu mengatakan
pernah hamil 1 kali dan tidak pernah keguguran, melahirkan pada tahun 2011. Ibu
mengatakan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan setelah melahirkan 6 bulan kemudian
dan sebelumnya belum pernah menggunakan KB apapun. Selama menggunakan KB
suntik menstruasi menjadi tidak teratur dan menjadi lama terkadang mencapai 25 hari.
Ibu sudah mendapatkan pelayanan KB suntik sebanyak 2 kali. Keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, TD : 110/90 MmHg, RR 24x/mnt, N 84x/mnt, S 36,50C.
KB suntik 3 bulan atau Depo medroksi progesteron asetat (DMPA) adalah
kontrasepsi hormonal yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong). Mekanisme kerja suntikan KB
menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum,

menghentikan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa, perubahan


peristaltik tuba fallopii, sehingga konsepsi dihambat, mengubah suasana endometrium,
sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi. Efektifitas dari KB suntik 3
bulan adalah bila penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan
maka kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan
per 100 perempuan/ tahun.
Keterbatasan / efek samping kontrasepsi suntikan progestin adalah :

Sering ditemukan gangguan haid seperti :


Siklus haid yang memendek atau memanjang
Perdarahan yang banyak atau sedikit
Perdarahan tidak teratur atau bercak (spoting)
Tidak haid sama sekali

Klien bergantug pada sarana/ tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntik)
Penanganan gangguan haid

3. Amenorhea
Tidak perlu dilakukan tindakan apapun
Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi yang lain.
4. Perdarahan
Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, namun tidak berbahaya.
Bila terus berlanjut,perlu dicari penyebabnya. Obatilah penyebab tersebut
dengan cara yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.
Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan.
Perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak
dari biasanya). Jelaskan bahwa hal tersebut bisa ditemukan pada bulan
pertama penyuntikan.
Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu dirujuk.

Bila perdarahan yang terjadi mengancam klien atau klien tidak dapat
menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilih
kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau
makanan yang banyak mengandung zat besi.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses Kehamilan , Persalinan , Bayi Baru Lahir , Nifas adalah merupakan
serangkaian peristiwa yang akan dialami sebaagian besar wanita / ibu. Kejadian atau
proses tersebut dapat berupa keadaan yang fisiologis namun dapat juga menjadi
patologis , oleh karena itu proses ini membutuhkan perhatian khusus dibidang kesehatan
yaitu melalui pemeriksaan / pengawasan selama kehamilan secara teratur yang
berkualitas.
Setelah penyusun melaksanakan Asuhan Kegawat Daruratan Pada Ibu dan Anak,
Asuhan Pada Akseptor KB, dan Asuhan Pada Uroginekologidi RSUD Dr. A. Dadi
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung maka diharapkan penyusun dapat menerapkan
managemen asuhan kegawat daruratan pada ibu dan anak, asuhan pada akseptor KB,
dan asuhan pada uroginekologi dengan terampil dan diharapkan dapat lebih mengetahui
langkah-langkah yang dapat diberikan sebagai pelaksanaan asuhan kegawat daruratan
pada ibu dan anak, asuhan pada akseptor KB, dan asuhan pada uroginekologi secara
komprehensif / menyeluruh.
B. SARAN
Setelah menyelesaikan laporan Study kasus asuhan kebidanan patologi ini maka
beberapa saran yang dapat diambil :
a) Bagi Mahasiswa D IV Kebidanan Klinik
1. Diharapkan dalam rangka pelaksanaan praktik klinik kebidanan penerapan
teori / materi kuliah dengan praktek langsung kepada pasien lebih
ditingkatkan.
2. Diharapkan mahasiswa mampu dan mahir dalam melakukan deteksi dini
kasus kegawatdaruratan pada ibu dan bayi.
3. Diharapkan mahasiswa mampu dan mahir dalam penatalaksanaan kasus
kegawatdaruratan pada ibu dan bayi.
4. Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan asuhan kegawat
daruratan pada ibu dan anak, asuhan pada akseptor KB, dan asuhan pada
uroginekologi ditempat tugas masing-masing.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pengawasan dan bimbingan praktik klinik serta penyelesaian kasus
untuk lebih ditingkatkan.

c) Bagi mahasiswa lain


Semoga Laporan Study Kasus ini dapat dijadikan pembelajaran tentang asuhan
kegawat daruratan pada ibu dan anak, asuhan pada akseptor KB, dan asuhan
pada uroginekologi

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung.


1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Hakini, Muhammad.2003. Ilmu Kebidanan Fisiologi & Patologi persalinan. Yogyakarta


: Yayasan Essentia Medica.

Jasran.2009.Obgynacea. Obstetri & Ginekologi. Yogyakarta:TOSCA Interprise

Laksaman, Hendra.T.2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan.

Manuba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana . Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Prawirohadjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayansan Bina Pustaka.

Prawirohadjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

Price, S., dan Wilson LM. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Semenovskaya, Z., Erogul, M. 2010. Pregnancy, Preeclampsia. Diakses 27 februari
2012, dari http://emedicine.medscape.com/article.
Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/perdarahan-postpartum_15.html
www.kuliahbidan.wordpress.com

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai