Anda di halaman 1dari 5

Kelompok Ilmu Keperawatan

Psikoneuroimunologi, Komunitas,
Jiwa

Seleksi Kasus
Penderita HIV/AIDS

Masalah Keperawatan
P-E

Ide (Masalah-empiris)
Depresi pada penderita HIV/ AIDS

Brainstorming
Faktor apakah yang menyebabkan Depresi pada
penderita HIV/AIDS ?

Kajian masalah (kepustakaan)


Berdasarkan literatur, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan depresi
pada penderita HIV/ AIDS. Faktor tersebut adalah Faktor Biologi, Faktor Genetik,
dan Faktor Psikososial. (Sadock & Sadock, 2010). Respons sosial (Keluarga dan
Peer Group) yang dapat dilakukan diantaranya dukungan pasangan (suami/ istri),
orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.
Menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa sumber dukungan sosial yang
paling penting yaitu dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang
akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga. (Rodin dan Salovey, 1989
dikutip Smet, 1994; dalam buku Asuhan Keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS, Nursalam dan Ninuk Dian Kurniawati, 2013).
Identifikasi variabel
1. Dukungan Keluarga
2. Peran keluarga
3. Tingkat pemahaman/ tingkat pengetahuan
4. Dukungan pasangan suami/ istri
5. Dukungan Tim Kesehatan

Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan penurunan tingkat
depresi pada penderita HIV/AIDS

Tujuan
Menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan penurunan tingkat
depresi pada penderita HIV/AIDS

Judul
Dukungan Keluarga dengan penurunan tingkat kecemasan pada penderita
HIV/AIDS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Masalah Penelitian


a. Konsep Teori
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami
penurunan kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain. (Kemenkes RI, 2016).
Sedangkan menurut MT Indiarti (dalam buku Winaris, 2011) depresi
adalah reaksi tubuh terhadap kondisi yang tidak menyenangkan atau
situasi crowded secara lingkungan sosial maupun fisik. Depresi
mengakibatkan tubuh tidak memproduksi hormon adrenalin sehingga
sistem tubuh kurang siap dalam mempertahankan diri.
b. Skala Data
Infeksi HIV dan gangguan psikiatrik mempunyai hubungan yang
kompleks. Terinfeksi HIV akan menyebabkan gangguan psikiatrik
sebagai konsekuensi psikologis (Chandra, 2005 dalam Saragih, 2008).
Penderita dapat terus diselubungi oleh emosi seperti rasa bersalah, cemas,
malu, dan takut karena berbagai kehilangan seperti penolakan oleh
keluarga serta sahabatnya, jaminan finansial, dan fungsi seksual
terganggu (Smeltzer & Bare, 2005). Kondisi fisik yang memburuk,
ancaman kematian, serta tekanan sosial yang begitu hebat menyebabkan
ODHA cenderung mengalami masalah emosional yaitu depresi (Douaihy,
2001 dalam Kusuma, 2011). Beck (1996) membagi tingkatan depresi atas
tidak depresi, depresi ringan, sedang, dan berat.
Vardhana (2007, dalam Saragih, 2008) menemukan bahwa pasien
yang terinfeksi HIV positif rata-rata mengalami depresi berat berkisar
8%-67% dan hingga 85% melaporkan gejala-gejala depresi.
Data WHO (2015), pada akhir tahun 2013 ditemukan hampir 78
juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 39 juta orang telah
meninggal karena HIV. Secara global, 35 juta orang hidup dengan HIV
pada akhir 2013. Diperkirakan 0,8 % dari orang dewasa berusia 15-49
tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV.
Jumlah HIV AIDS di indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak
735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang
(Estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2011-2016,
Kemenkes RI). Menurut jenis kelamin, presentase kasus baru AIDS tahun
2015 pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok
perempuan. Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 55 % dan pada
perempuan sebesar 32 %. Menurut kelompok umur menunjukkan bahwa
sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada umur 20-29 tahun, 30-39
tahun, dan 40-49 tahun.
Sedangkan kasus AIDS dengan faktor heteroseksual marupakan
yang tertinggi yaitu sebesar 82,8 %, diikuti oleh homoseksual sebesar 7,4
% dan perinatal sebesar 4,0 %. Pada tahun 2015 penyakit tuberkulosis,
kandidiasis, dan diare merupakan penyakit penyerta AIDS tertinggi
masing-masing sebanyak 275 kasus, dan 187 kasus. (Kemenkes RI,
2016).
Penambahan kasus AIDS dari tahun ke tahun sebagian besar
berasal dari faktor seksual. Sampai Desember 2014 secara kumulatif
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 12.630 kasus dimana 3.058 (24 %)
diantaranya sudah meninggal. Sedangkan kasus HIV yang ditemukan
melalui VCT sebanyak 26.433 kasus. Dari 38 kabupaten/kota, semua
sudah melaporkan adanya kasus AIDS dan berdasarkan tempat asal
penderita di seluruh kabupaten/kota sudah ada kasus AIDS. Berdasarkan
tempat tinggal, sebagian besar ditemukan di kota Surabaya, Kabupaten
Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang. (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2014).
KERANGKA KONSEPTUAL

Faktor yang mempengaruhi Penderita HIV/AIDS


terjadinya Depresi :
1. Faktor Biologi
2. Faktor Genetik
Faktor yang mempengaruhi penurunan
3. Faktor Psikososial
depresi pada penderita HIV/ AIDS:
1. Dukungan Keluarga
1.
2. Peran keluarga
3. Tingkat pemahaman/ tingkat
Jenis dukungan keluarga
pengetahuan
menurut house & Kahn dalam
4. Dukungan Dukungan pasangan suami/
Friedman, 2010, yaitu :
istri
1. Dukungan Emosional
5. Dukungan Tim Kesehatan
2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental
1. Dukungan Baik
4. Dukungan Informasional
2. Kurang Dukungan
3. Tidak ada Dukungan

Penurunan tingkat depresi pada


penderita HIV/AIDS

1. Depresi Ringan
2. Depresi Sedang
3. Depresi Berat

Keterangan :
: Diteliti : Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai