MANUSIA
Anatomi fisiologi Sistem reproduksi pada pria dan wanita
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 6
1. Melina Ratna Sari Sianipar (190205218)
2. Nurhayati (190205224)
3. Novel Kolastika Sinaga (190205223)
4. Rini Aulia Siregar (190205227)
5. Listika Simehate (190205213)
6. Gustafus Adilman Sastra Lombu (190205202)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA
PRIA DAN WANITA”.
Adapun makalah “ ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA
DAN WANITA” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi lain. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan pemikiran yang terbuka, kami membuka maupun menerima segala kritik dan saran
kepada kami sehingga dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA DAN WANITA” dapat diambil hikmah
dan manfaat-nya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Bab 1
PENDAHULUAN
Anatomi dalam bahasa latin ana (bagian, memisahkan) dan tomie (iris, potong),
fisiologi dalam bahasa latin fisis ( alam, cara kerja) dan logos (ilmu pengetahuan).
Jadi anatomi fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh atau
potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja secara normal.
Salah satu yang di pelajari dalam anatomi fisiologi adalah sistem reproduksi pada pria
dan wanita, dimana reproduksi adalah salah satu ang dilakukan manusia untuk
memiliki keturunan.
Alat reproduksi pada pria terdiri dari penis, skrotum, testis, saluran kelamin, kelenjar
kelamin. Sedangkan alat reproduksi pada wanita adalah bagian bagian tubuh yang
berfungsi untuk melanjutkan keturunan. Bila tidak berfungsi maka dengan sendiri
akan menghambat (mengganggu fungsi reproduksi wanita).
b) Rumusan masalah
1. Anatomi fisiologi sistem reproduksi pada pria: internal (testis, epididimis, vas
deferens, kelenjar vestikula sminalis, kelenjar bulbouretal) eksternal (glans
penis, penis).
2. Mekanisme ereksi dan ejakuasi.
3. Anatomi Fisiologi sistem reproduksi pada wanita: internal (ovarium, tuba
falopi, uterus, serviks) eksternal (labia mayora, labia minora, perineum
simfisis pubis, klitolaris).
4. Siklus menstruasi dan menopause.
5. Fase terjadinya kehamilan (fertilisasi) dan proses persalinan .
6. Kelainan alat reproduksi pada pria dan wanita.
7. Klasifikasi hormon berdasarkan pengaruh hormon pada sistem reproduksi.
8. Mekanisme rangsangan yang berpengaruh pada hormon sistem reproduksi.
9. Struktur dan fungsi neurohipofisis dan adeno hipofisis.
c) Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi pada pria dan wanita
dan kelainan alat reproduksi pada pria dan wanita.
2. Untuk mengetahui mekanisme ereksi, ejakulasi, menstruasi, menopause,
proses terjadinya kehamilan dan proses terjadinya persalinan.
3. Untuk mengetahui jenis hormon yang berpengaruh pada sistem reprodusi.
4. Untuk mengetahui rangsangan yang berpengaruh pada hormon sistem
reproduksi.
5. Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari neurohipofisis dan adenohipofisis
Bab 2
PEMBAHASAN
Glans penis
kepala bulat (atau ujung) penis. Terletak di tengah-tengah kelenjar penis adalah pembukaan
uretra, tabung di mana air mani dan urin keluar dari tubuh.
Tuba falopi: saluran ovum yang berjalan lateral kiri dan kanan, panjang kira kira 12
cm dan diameter.
Uterus ( rahim ): organ muskular berbentuk pir, organ yang tebal , dan berotot
terletak di rongga pelvis di antara vesica urinaria dan rektum. Terletak menggantung
di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligamen.
Menstruasi : pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim
(endometrium), menstruasi terjadi karena embrio belum terbentuk.
Siklus menstruasi dikendalikan oleh hormon hormon reproduksi yang di hasilkan oleh
hipotalamus, hiposis dan ovarium.
Siklus menstruasi terjadi 4 fase:
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus haid setiap bulannya. Fase ini
dimulai ketika sel telur yang dikeluarkan ovarium dari siklus sebelumnya tidak
dibuahi. Hal ini membuat kadar estrogen dan progesteron turun.
Lapisan rahim yang menebal dan sudah dipersiapkan untuk mendukung kehamilan
pun tak lagi dibutuhkan.
Akhirnya lapisan rahim ini luruh dan keluar dalam bentuk darah yang disebut dengan
menstruasi. Selain darah, vagina juga akan mengeluarkan lendir dan jaringan rahim.
Pada fase ini, Anda juga akan mengalami berbagai gejala yang dapat dirasakan
berbeda oleh tiap orang, seperti:
Kram perut
Payudara terasa kencang dan nyeri
Perut kembung
Mood atau suasana hati mudah berubah
Menjadi mudah marah
Sakit kepala
Merasa lelah dan lemas
Sakit pinggang
Dalam satu siklus, menstruasi rata-rata berlangsung selama 3-7 hari. Namun,
sebagian wanita juga bisa mengalami haid lebih dari 7 hari.
2. Fase folikuler (pra-ovulasi)
Fase folikuler atau pra-ovulasi dimulai di hari pertama haid. Di hari pertama Anda
haid, di saat itu hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat.
Kondisi ini dimulai ketika hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari dan
melepas zat kimia yang disebut dengan hormon pelepas gonadotropin (GnRH).
Setiap folikel mengandung sel telur yang belum matang. Dalam prosesnya, hanya
sel telur yang paling sehatlah yang akhirnya akan matang. Sementara sisa folikel
yang lainnya akan diserap kembali ke dalam tubuh.
Folikel yang matang akan memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan
rahim. Lapisan rahim menebal dikondisikan untuk menciptakan lingkungan kaya
nutrisi bagi embrio (bakal janin) untuk tumbuh.
Fase ini berlangsung sekitar 11-27 hari, tergantung pada siklus bulanan Anda.
Namun umumnya wanita mengalami fase folikuler selama 16 hari.
3. Fase ovulasi
Meningkatkan kadar estrogen selama fase folikel atau pra ovulasi memicu kelenjar
pituitari untuk melepaskan hormon luteinizing (LH). Di fase inilah proses ovulasi
dimulai. Ovulasi biasanya terjadi di pertengahan siklus, yaitu sekitar 2 minggu atau
lebih sebelum mulai menstruasi.
Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepaskan satu sel telur yang matang. Telur
ini kemudian bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Masa
hidup sel telur biasanya hanya sekitar 24 jam untuk sampai bertemu sperma.
Ketika ovulasi, wanita biasanya mengalami keputihan kental dan lengket berwarna
bening seperti putih telur. Suhu basal tubuh juga akan meningkat.
Suhu basal tubuh adalah suhu terendah yang dicapai selama istirahat atau dalam
keadaan tidur. Suhu normal tubuh berada pada kisaran 35,5 sampai 36º Celsius.
Namun saat ovulasi, suhu akan naik menjadi 37 sampai 38º Celsius.
Suhu basal diukur dengan termometer yang ditempatkan di mulut, vagina, atau
anus. Jika berencana hamil, pastikan mengukur suhu tubuh setiap hari di lokasi dan
waktu yang sama selama 5 menit.
Pengukuran suhu basal paling baik dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur dan
sebelum mulai beraktivitas apa pun.
4. Fase luteal
Saat folikel melepaskan telurnya, bentuknya berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum melepaskan hormon progesteron dan estrogen. Peningkatan hormon di fase
ke-empat menstruasi ini berfungsi menjaga lapisan rahim tebal dan siap untuk
ditanamkan telur yang telah dibuahi.
Namun jika Anda tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap oleh
lapisan rahim. Kemudian kadar estrogen dan progesteron akan perlahan menurun,
membuat lapisan rahim akhirnya terlepas dan meluruh.
Apabila positif tidak hamil, di fase ini Anda akan mengalami gejala yang disebut
dengan sindrom pramenstruasi (PMS). Berbagai gejala yang biasanya muncul yaitu:
Perut kembung
Payudara membengkak dan sakit
Suasana hati mudah berubah
Sakit kepala
Berat badan bertambah
Merasa ingin terus makan
Sulit tidur
Perubahan psikologis
Perubahan seksual
Perubahan fisik
Fertilisasi merupakan pertemuan antara sel telur dan sperma di dalam tuba fallopi, tuba falopi
sendiri adalah yang juga sering disebut sebagai oviduk yang merupakan saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim. Fertilisasi adalah proses berfusinya pronukleus
jantan pada sperma dengan pronukleus betina pada ovum hingga membentuk zigot yang
berlangsung di tuba falopii atau tabung falopi (saluran telur).
Setelah bertemu antara sel telur dan sperma maka kemudian akan membentuk zigot, dan zigot
menjadi embrio yang akan menjadi cikal bakal janin. Janin akan berkembang di dalam
Rahim. Seorang ibu akan membantu aktif pada perkembangan si bayi. Bisanya ibu akan
menambah nafsu makan karena akan sering merasakan lapar.
1. Ovulasi
Sebelum terjadi pembuahan, sel telur harus terjadi ovulasi telebih dahulu. Ovulasi sendiri
merupakan sel telur yang keluar dari ovarium / indung telur setiap bulannya. Ovarium
didalam banyak sel telur hanya satu yang keluar pada setiap bulannya. Sebuah kantung
(folikel) yang disiapkan untuk menjadi matang. Proses pematangan ini sebagian besar
ditentukan oleh hormon FSH ( folikel stimulating hormone ).
2. Sel telur beralih ke saluran tuba falopi
Selanjutnya ganti harus keluar dari ovarium, sel telur akan beralih ke saluran tuba falopi
(saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim). Umur sel telur di dalam tuba
falopi hanya 24 jam, jadi jika tidak ada sperma yang membuahinya, maka ia akan mati
dan kehamilan tidak bisa terjadi.
3. Meningkatnya Hormon
Jika sel telur telah berpindah ke saluran tuba falopi maka dinding Rahim akan siap-siap
menebalkan dindingnya. Kemudian akan terjadi peningkatan hormon setelah sel telur
meninggakan folikel. Folikel dalam ovarium akan berkembang menjadi korpus
luteum. Korpus luteum ini kemudian akan menghasilkan hormon progesteron yang
menghasilkan sebagai menebalkan lapisan dinding Rahim.
persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung kira – kira 8 jam.
Fase aktif
Di bagi atas :
Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai
pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das
fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.
Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersama.
1. Endometriosis
Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering kita dengar
adalah endometriosis. Penyakit ini terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam
dinding rahim tumbuh di tempat lain di dalam tubuh.
Jaringan tersebut dapat tumbuh di ovarium, bagian belakang rahim, usus, atau bahkan di
kandung kemih. Jaringan yang salah tempat ini akan menyebabkan nyeri haid yang hebat,
perdarahan menstruasi yang deras, nyeri saat berhubungan seksual, serta sulit hamil.
2. Radang panggul
radang panggul, Penyakit ini disebabkan oleh bakteri penyebab infeksi yang merambat masuk
ke dalam panggul melalui vagina atau leher rahim.
Salah satu penyebab radang panggul yang paling umum adalah penyakit menular seksual,
seperti klamidia dan gonore. Jika tidak diobati dengan baik, penyakit ini bisa menyebabkan
nyeri panggul jangka panjang, tersumbatnya saluran telur, infertilitas, dan kehamilan ektopik.
3. PCOS
Akibatnya, penderita akan mengalami menstruasi yang tidak teratur, atau bahkan tidak
menstruasi sama sekali, serta sulit hamil.
4. Miom
Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Tumor pada miom
terbentuk dari jaringan otot rahim. Penyakit pada sistem reproduksi wanita ini sering
menyerang wanita di usia produktif.
Gejalanya dapat berupa perdarahan dari vagina di luar masa haid, nyeri panggul, kram atau
nyeri pada perut, nyeri punggung, sering merasa ingin pipis, serta nyeri saat berhubungan
seksual.
Kanker pada organ reproduksi wanita dikenal dengan istilah kanker ginekologi. Beberapa
jenis kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker mulut rahim, kanker ovarium, dan
kanker vagina.
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat adanya peradangan pada epididimis, yakni saluran di dalam
skrotum yang menempel pada testis. Saluran ini berperan untuk mengangkut serta
menyimpan sperma yang diproduksi oleh testis.
Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri, air mani mengandung darah,
nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, serta gangguan kesuburan.
2. Orchitis
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi pria yang cukup sering
terjadi. Orchitis adalah peradangan pada testis, yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus. Orchitis bisa menyerang salah satu testis maupun keduanya sekaligus.
Sama seperti epididimitis, orchitis juga bisa menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri.
Bila tidak ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi
hormon testosteron.
3. Gangguan prostat
Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran kemih atau
uretra. Kelenjar ini memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk menyuburkan dan
melindungi sperma.
4. Hipogonadisme
Hipogonadisme pada pria terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan hormon testosteron yang
cukup. Pada pria dewasa, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan libido, gangguan
produksi sperma dan fungsi organ-organ reproduksi, serta infertilitas.
Masalah pada penis tak jarang dikeluhkan oleh para pria. Beberapa penyakit yang bisa
menyerang organ reproduksi pria ini adalah disfungsi ereksi, kelainan bentuk penis,
misalnya hipospadia atau penis bengkok (penyakit Peyronie), dan kanker penis.
Selain beragam penyakit pada sistem reproduksi yang telah disebutkan di atas, pria dan
wanita juga bisa terkena penyakit menular seksual, seperti herpes genital, HIV/AIDS, sifilis,
dan gonorea. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.
Fungsi dan Hormon - Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun
fungsi utamanya adalah memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga
memproduksi hormon. Kelenjar kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar
kelamin perempuan berada pada ovarium. Di dalam testis terdapat sel Leydig yang
menghasilkan hormon testosteron dan estrogen.
hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel
de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat
pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara,
pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu,
hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
Adenohipofisis
Adenohipofisis atau hipofisis anterior tersusun atas banyak jaringan epitel kelenjar. Bersama
dengan hipotalamus hipofisis anterior membuat sistem neuroendokrin yang terdiri dari
kumpulan neuron neurosekretorik yang badan selnya berada di antara dua kelompok di
hipotalamus yaitu nukleus supraoptika dan nukleus paraventrikel.
Berasarkan secara struktural, adenohipofisis adalah perpanjangan dari kelenjar hipotalamus.
Hipofisis anterior memproduksi banyak hormon penting yang disekresikan pada darah
apabila diperlukan, hormon hormon itu antara lain:
Neurohipofisis
Neurohipofisis atau hipofisis posterior adalah bagian dari sekelompok sel kelenjar antara
pembuluh darah kapiler yang luas. Neurohipofisis berisikan banyak akson saraf dari
hipotalamus. Ada dua bagian utama neurohipofisis, yaitu:
Pars Nervosa. Ini adalah bagian belakang neurohipofisis tempat menyimpan oksitosn
dan vasopressin.
Pars Infundibular (Infundibulum). Adalah bagian tempat terhubungnya kelenjar
hipotalamus dan kelenjar hipofisis.
Pada bagian neurohipofisis atau hipofisis posterior ini terdapat dua hormon utama, yakni
oksitosin dan vasoprressin. Kedua hormon tersebut dibuat di hipotalamus tetapi dikeluarkan
lewat neurohipofisis.
Hormon Oksitosin
Fungsi dari hormon oksitosin ini banyak berkaitan dengan persiapan organ reproduksi untuk
proses kehamilan dan menghadapi proses melahirkan pada wanita. Target penting hormon
oksitosin pada wanita yaitu sel-sel otot rahim dan sel otak kelenjar mamae atau kelenjar susu.
Pada pria, hormon oksitosin memiliki fungsi sebatai perangsang pertumbuhan organ seksual
sekunder. Dan juga hormon oksitosin bisa berpengaruh pada perasaan seseorang karena itu
hormon oksitosin biasa dinamakan juga dengan hormon cinta.
Bab 3
PENUTUP
3.1 kesimpulan
1. Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ reproduksi
eksterna dan interna. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas
vagina, uterus, serviks, tuba fallopi dan ovarium sedang kan pada pria internal (ovarium, tuba
falopi, uterus, serviks) eksternal ( labia mayora, labia minora, perineum simfisis pubis,
klitolaris)
2. Menstruasi merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim. Ada beberapa fase yang
terjadi yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi/luteal dan fase iskemi/premenstrual
di mana fase-fase tersebut berhubungan dengan sekresi hormon estrogen, progesteron dan LH
serta FSH.
3. Menopause adalah masa setelah satu tahun berhentinya menstruasi/haid yang disebabkan
oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium dan berakhirnya
masa reproduksi seorang wanita.
4. fertilisasi adalah bertemunya sel telur dengan sel sperma untuk bersatu sehingga
membentuk zigot, lalu menjadi embrio sebagai cikal bakal janin. Fertilisasi disebut juga
sebagai konsepsi, dan inilah awal mula terjadinya kehamilan.
5. Ereksi adalah salah satu fungsi vascular korpus karvenosum dibawah pengendalian SSO.
6. Enjakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen
diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
DAFTAR PUSTAKA
Saktiyono, 2004. 86-93, 96, 98. Sains: biologi SMP 3. Esis – penerbit erlangga, jakarta.
Tim IPA SMP/MTs.2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy puspa Mega, jakarta.
Tim biologi SMU.1997.320, 339-344, 348, 349, 354 -359. Biologi 2. Galaxy puspa Mega,
jakarta.
Skakkebaek, et al. (2016). Male Reproductive Disorders and Fertility Trends: Influences of
Environment and Genetic Susceptibility. Physiological Reviews. 96(1), pp. 55–97.
Svechnikov, et al. (2014). Similar Causes of Various Reproductive Disorders in Early Life.
Asian Journal of Andrology. 16(1), pp. 50–59.
Centers for Disease Control and Prevention (2018). Reproductive Health. Common
Reproductive Health Concerns for Women.
Centers for Disease Control and Prevention (2015). Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Pelvic Inflammatory Disease (PID) - CDC Fact Sheet.
National Institutes of Health (2018). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus. Female
Reproductive System.
National Institutes of Health (2019). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus. Penis
Disorders.
National Institutes of Health (2019). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus.
Prostate Diseases.
National Institutes of Health (2019). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus.
Sexually Transmitted Diseases.
The American College of Obstetricians and Gynecologists (2015). Pelvic Inflammatory
Disease (PID).
Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Endometriosis.
Mayo Clinic (2016). Diseases & Conditions. Male Hypogonadism.
Higuera, V. Healthline (2019). Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Roth, E. Healthline (2017). Orchitis.
Watson, S. Healthline (2018). Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Symptoms, Causes, and
Treatment.
Kidshealth, Nemours (2019). For Teens. Female Reproductive System.
Kidshealth, Nemours (2015). For Teens. Male Reproductive System.
WebMD (2018). The Male Reproductive System.
WebMD (2018). What Is Epididymitis?
WebMD (2018). Your Guide to the Female Reproductive System.