Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH TUTORIAL

BLOK FUNGSI NORMAL SISTEM REPRODUKSI DAN UROGENITAL

SUDAH DEWASA !!

DISUSUN OLEH:

FUAD FAJAR AKHLIS

NIM.1910911110019

TUTOR:

dr. Asnawati, M. Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN
2020

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….........4

1.2 Tujuan Penulisan………………………………………………………..

II METODE PENULISAN

2.1 Sumber dan Jenis Data………………………………………………….

2.2 Pengumpulan Data……………………………………………………….

2.3 Analisis Data……………………………………………………………

2.4 Penarikan Kesimpulan…………………………………………………..

III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan……….…………………………………………………….6

IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan………………………………………………………........18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19

LAMPIRAN

A. Rubrik Penilaian…………………………………………………………..

2
B. Lampiran lain yang relevan……………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan


keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya
dan melestarikan jenisagar tidak punah. Pada manausia untuk
mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia
dilakukan dengan cara generative atau sexual. Untuk dapat mengetahui
reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui terlebih dahulu
organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung
didalamnya. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai
b e r f u n g s i k e t i k a s e s e o r a n g mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa
akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin
jantan (sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi
mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya
suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat
tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang,
jakun membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu
menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita y a i t u e s t r o g e n .
Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda –
t a n d a kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara
menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar. S i s t e m
reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang
b i a k . Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan m e s k i p u n
siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut

3
masih dapat  b e r t a h a n h i d u p , s e b a g a i c o n t o h m a n u s i a y a n g
d i l a k u k a n v a s e k t o m i p a d a o r g a n reproduksinya (testes atau
ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak  akan mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut
mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-
kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi
juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi
tidak bersifat vital artinya tanpaadanya proses reproduksi makhluk
hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk hidup tidak dapat bereproduksi
maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancamdan punah,
karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan
saranauntuk melanjutkan generasi. Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan
dorongan hidup ada diantara manusialaki – laki dan perempuan dimana
kedua makhluk ini merupakan suatu system yang memungkinkan terjadinya
keturunan yang sambung – menyambung sehingga existensimanusia itu tidak
punah. Banyak peristiwa bahagia dan hidup gairah oleh adanya sex,
tetapi tidak sedikit pula adanya peristiwa sedih, malapetaka dan kehancuran
disebabkanoleh sex pula. Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan
manusia sehingga ada  p e n d a p a t a h l i y a n g e x t r i m m e n y a t a k a n b a h w a
s e m u a t i n g k a h l a k u m a n u s i a p a d a hakekatnya dimotifasi dan didorong
oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain
mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan t i n g k a h
laku terjadi oleh adanya gangguan pola
perkembangan kehidupan sexualnya. Oleh sebab itu,
sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa
d a n  bagaimana itu sex dalam system reproduksi kita. Berdasarkan uraian di atas,
maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi dan cabang lmu lain dari
organ reproduksi. Dengan mengetahui acabang ilmu reproduksinya maka seorang
tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh karena itu, perlu

4
disusun makalah ini guna mengetahui berbagai cabang ilmu sistem reproduksi
pada manusia.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui anatomi sistem reproduksi manusia
2. Mengetahui fisiologi sistem reproduksi manusia
3. Mengenal tentang embriologi sistem reproduksi manusia
4. Mengetahui struktur secara histologi sistem reproduksi manusia
5. Mengenal biokimia sistem reproduksi manusia
6. Mengetahui definisi dari pubertas dan perubahan menjadi dewasa
7. Mengetahui tentang mekanisme terjadinya mimpi basah serta suara
yang berubah saat pubertas

5
BAB II

METODE PENULISAN

2.1 Sumber dan Jenis Data


Data-data yang digunakan dalam penulisan makalah ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku pelajaran kedokteran,
jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah yang bersumber dari Internet. Jenis data yang
diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
2.2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang
diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait satu sama lain dan sesuai dengan
topik yang dibahas.
2.3. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptf
argumentatif.
2.4 Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan dan hasil penulisan.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

ANATOMI

Systema genitale

Pada pria

Systema genitale masculina memiliki komponen-komponen di dalam


abdomen, pelvis, dan perineum. Komponen utamanya adalah sebuah testis,
epididimis, ductus deferens, dan ductus ejaculatorius pada setiap sisi, dan urethra
dan penis pada garis tengah. Selain itu, tiga jenis glandulae genitales accessoriae
yang berkaitan dengan systema genitale: sebuah prostate, sepasang vesicula
seminalis. Dan sepasang glandulae bulbourethrales. Rancangan systema genitale
masculina pada dasarnya merupakan serangkaian ductuli dan tubuli. Susunan
bagian-bagian dan hubungan dengan tractus urinarius menggambarkan
perkembangan embryologinya.

Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong yang menoniol keluar dari bagian bawah
dinding anterior abdomen' Scrotum berisi testis, epididymis, dan ujung bawah
funiculus spermaticus. Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut:
Kulit: Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen dan membentuk kantong tunggal.
Sedikit peninggian di garis tengah menunjukkan garis persatuan dari kedua
penonjolan labioscrotalis. (Pada perempuary penonjolan ini tetap terpisah dan
membentuk labium majus). Fascia superficialis: Fascia ini melanjutkan diri
sebagai panniculus adiposus dan stratum membranosum dinding anterior

7
abdomen. Akan tetapi panniculus adiposus diganti oleh otot polos yang
dinamakan tunica dartos. Otot ini disarafi oleh serabut saraf simpatik dan
berfungsi untuk mengkerutkan kulit di atasnya. Stratum membranosum fascia
superficialis (fascia Collesi) di depan melanjutkan diri sebagai stratum
membranosum dinding anterior abdomen (fascia Scarpae), di belakang melekat
pada corpus perienale dan pinggir posterior membrana perinei. Di sampingnya,
fascia superficialis melekat pada rami ischiopubica. Kedua lapisan fascia
superficialis berperan membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan
memisalkan testis satu dengan yang lain. Fasciae spermalicae: Fasciae tiga lapis
ini terletak di bawah fascia superficialis dan berasal dari tiga lapis dinding anterior
abdomen masing-masing sisi. Musculus cremaster di dalam fascia cremasterica
dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit sisi medial paha. Hal ini disebut
refleks cremaster. Serabut aferen lengkung refleks ini berjalan pada ramus
femoralis nervi genitofemoralis (L1 dan 2) dan serabut eferen motorik berjalan
pada ramus genitalis nervi genitofemoralis. Tunica vaginalis: Tunica vaginalis
terietak di dalam fasciae spermaticae dan meliputi permukaan anterior, media, dan
lateralis masing-masing testis. Tunica vaginalis merupakan perluasan ke bawah
processus vaginalis peritonei, dan biasanya sesaat sebelum lahir menutup dan
memisahkan diri dari bagian atas processus vaginalis peritonei dan cavitas
pertonealis. Dengan demikian tunica vaginalis merupakan kantong tertutup,
diinvaginasi dari belakang oleh testis.

Testis
Mulanya testis berkembang pada dinding posterior abdomen dan
kemudian turun, secara normal sebelum kelahiran, melalui canalis inguinalis pada
dinding anterior abdomen dan ke dalam scrotum perineum. Selama proses
tersebut, testis membawa pembuluhpembuluh darah, vasa lymphatica, dan nervi,
serta saluran drainase utamanya, ductus deferens (vas deferens) turun
bersamanya. Aliran lymphe testis kemudian menuju ke nodi lymphatici aortici
laterales atau nodi lymphatici lumbales dan nodi lymphatici pre-aortici di dalam

8
abdomen, dan tidak menuju ke nodi lymphotici inguinales atau nodi lymphatici
pelvis. Masing-masing testis berbentuk ellipsoid yang tertutup di dalam ujung
kantong musculofasciale yang memanjang, yang bersinambungan dengan dinding
anterior abdomen dan mengarah ke dalam scrotum. Funiculus spermaticus
merupakan hubungan yang berbentuk tabung di antara kantong scrotum dan
dinding abdomen. Facies lateralis dan margo anterior testis ditutup oleh suatu
kantung peritoneum yang tertutup (tunica vaginalis testis), yang awalnya
terhubung dengan cavitas abdominalis. Secara normal setelah testis turun,
hubungan tersebut menutup, meninggalkan sebuah sisa jaringan ikat fibrosum.
Masing-masing testis terdiri dari tubuli seminiferi dan jaringan interstitiale yang
dikelilingi oleh capsula jaringan ikat yang tebal (tunica albuginea). Spermatozoa
diproduksi oleh tubuli seminiferi. Sebanyak 400 sampai 600 tubuli seminiferi
yang sangatbergelung dimodifikasi di masing-masing ujungnya menjadi
tubuliseminiferi recti, yang terhubung dengan suatu ruang pengumpulan (rete
testis) di dalam pasak jaringan ikat yang linier berorientasi verticalis dan tebal
(mediastinum testis), yang mengarah dari capsula menuju aspectus posterior
gonad. Kira-kira 12 sampai 20 ductuli efferentes berasal dari ujung atas rete
testis, menembus capsula, dan berhubungan dengan epididimis.

Aplikasi Klinis

Undescended testes/testes yang tidak turun


Sekitar usia tujuh bulan keharniian, testis mulai turun dari dinding posterior
abdomen melalui canalis inguinalis dan ke dalam scrotum. Selama penurunan,
testis dapat berhenti (undescended testes) atau testis dapat berakhir di posisi
ektopik. Undescended/ectopic testes berkaitan dengan infertilitas danpeningkatan
resiko terjadinya tumor-tumor testis.

Hidrokel testis
Hidrokel testis merupakan akumulasi cairan di dalam rongga tunica vaginalis
testis. Hidrokel biasanya unilateral dan pada sebagian besar kasus tidak diketahui

9
penyebabnya, meskipun hidrokel dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari cedera
fisik, infeksi, atau tumor.

Tumor-tumor testis
Tumor-tumor testis memiliki persentase kecil dari semua karsinoma pada pria.
Namun, pada umurnnya tumor-tumor tersebut terjadi pada pasien dengan usia
yang lebih muda (antara usia 20 dan 40 tahun). Diagnosis lebih awal tumor testis
sangatlah penting. Benjolan yang abnormal dapat dideteksi dengan palpasi dan
diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan USG. Pengambilan karsinoma
testis dengan pembedahan sering dilakukan melalui pendekatan inguinal.
Biasanya testis tidak diambil melalui insisi scrotum karena terdapat kemungkinan
untuk menyebarnya sel-sel tumor ke dalam jaringan subcutaneus scrotum, yang
memiliki aliran lymphaticus yang berbeda dibandingkan dengan testis.

Epididymis
Epididymis merupakan saluran yang bergelung panjang dan tunggal yang
berjalan di sepanjang sisi posterolateral testis. Epididymis memiliki dua
komponen yang berbeda: Ductuli efferentes testis, yang membentuk massa
bergelung yang besar. yang berada pada poIus posterior superior dari testis dan
membentuk caput epididymis; dan epididymis, yang merupakan saluran
bergelung yang panjang dan tunggal, yang ke dalamnya ductuli efferentes
bermuara, dan yang berlanjut ke inferior di sepanjang margo posterolateral testis
sebagai corpus epididymis dan melebar untuk membentuk cauda epididymis di
polus inferior testis. Selama perjalanan melewati epididymis, spermatozoa
mendapatkan kemampuan untuk bergerak dan membuahi sebuah sel ovum.
Epididymis juga menyimpan spermatozoa sampai ejakulast. Akhir epididymis
berlanjut dengan ductus deferens.

Ductus deferens
Ductus deferens merupakan suatu saluran musculare yang panjang, yang
menyalurkan spermatozoa dari cauda epididymis di dalam scrotum menuju ductus

10
ejaculatorius di dalam cavitas pelvis. Ductus deferens berjalan naik di dalam
scrotum sebagai komponen funiculus spermaticus dan berjalan melewati canalis
inguinalis pada dinding antertor abdomen. Setelah berjalan melewati annulus
inguinalis profundus, ductus deferens membelok ke medial di sekitar sisi lateral
arteria epigastrica inferior dan menyilang arteria iliaca externa dan vena iliaca
externa di apertura pelvis superior untuk memasuki cavitas pelvis. Ductus
deferens turun ke medial pada dinding pelvis, ke dalam peritoneum, dan
menyilang ureter di posterior terhadap vesical urinaria. Ductus tersebut berlanjut
ke inferomedial di sepanjang basis vesica urinaria, anterior terhadap rectum,
hampir di garis tengah, di sini ductus tersebut bergabung dengan ductus
excretorius dari vesicula seminalis untuk membentuk ductusejacuIatorius. Di
antara ureter dan ductus ejaculatorius, ductus deferens meluas untuk membentuk
ampulla ductus deferentis.

Aplikasi Klinis
Vasektomi
Ductus deferens menyalurkan spermatozoa dari cauda epididymis di dalam
scrotum menuju ductus ejaculatorius di dalam cavitas pelvis. Karena ductus
tersebut memiliki dinding otot polos yang tebal, sehingga ductus dapat dipalpasi
di dalam funiculus spermaticus di antara testis dan annulus inguinalis
superficialis. Juga, karena ductus tersebut dapat diakses melalui kulit dan fascia
superficialis, sehingga dapat dilakukan pembedahan diseksi dan pembedahan
pembagian. Bila hal ini dilakukan secara bilateral (vasektomi), pasien menjadi
steril, hal ini merupakan metode yang berguna untuk kontrasepsi pria.

Vesicula seminalis

11
Masing-masing vesicula seminalis adalah glandula genitale accessoriae
systema genitale masculina yang berkembang sebagai suatu tabung buntu yang
tumbuh keluar dari ductus deferens. Tabung tersebut bergelung dengan banyak
bentuk seperti saku yang menonjol dan diselubungi oleh jaringan ikat untuk
membentuk struktur memanjang yang terletak di antara vesica urinaria dan
rectum. Glandula tersebut terletak langsung di lateral dari dan mengikuti lintasan
ductus deferens pada basis vesica urinaria. Ductus excretorius vesicula seminalis
bergabung dengan ductus deferens untuk membentuk ductus ejactdatorius.
Sekresi dari vesicula seminalis berkontribusi secara bermakna terhadap volume
ejakulat (semen).

Prostata
Prostata adalah struktur tambahan tunggal systema genitale masculina
yang mengelilingi urethra di dalam cavitas peivis. Secara tangsung ejaculatorius
menembus prostata untuk berhubungan dengan urethra pars prostatica. Prostata
berbentuk seperti kerucut bulat yang terbalik dengan dasar yang lebih besar, yang
berlanjut ke atas dengan cervix vesicae, dan apex yang lebih sempit, bertumpu di
bawah pada dasar pelvis. Permukaan inferolateral prostata berkontak dengan
musculi levator ani yang bersama-sama menyangga prostata di antara kedua otot

12
tersebut. Prostata berkembang sebagai glandulae yang terdiri dari 30 sampai 40
glandula tunggal yang kompleks, yang tumbuh dari epitheltum urethrale ke dalam
sekeliling dinding urethra. Secara keseturuhan, glandula ini memperbesar dinding
urethra menjadi apa yang disebut sebagai prostata: namun, masing-masing
glandula mempertahankan salurannya sendiri, yang bermuara secara bebas ke
dalarn sinus prostaticus pada aspectus posterior lumen urethra. Sekresi dari
prostata, bersama dengan sekresi dari vesicular seminalis, berkontribusi pada
pembentukan semen selama ejakulasi. Ductus ejaculatorius berjalan hampir secara
verticatis dalam arah anteroinferior melewati aspectus posterior prostata untuk
bermuara ke dalam urethra pars prostatica.

Glandulae bulbourethrales
Glandulae bulbourethrales, satu pada setiap sisi, merupakan glandulae
mucosus yang berbentuk kacang dan berukuran kecil, yang terletak di dalam
spatium perinei profundum. Glandula tersebut terletak lateral dari urethra pars
membranacea. Saluran dari setiap glandula berjalan ke inferomedial melewati
membrana perinei untuk bermuara ke dalam bulbus penis urethra pars spongiosa
pada radix penis. Bersama dengan glandulae kecil yang terletak di sepanjang
urethra pars spongiosa. glandulae bulbourethrales berkontribusi untuk melumasi
urethra dan untuk emisi pre-ejakulasi dari penis.

Penis

13
Penis terutama terdiri dari dua corpora cavernosa penis dan sebuah corpus
spongiosum penis, yang berisi urethra. Sebagaimana pada clitori, penis memiliki
bagian yang melekat (radix penis) dan bagian yang bebas (corpus penis): Radix
penis terdiri dari dua crura penis, yang merupakan bagian proximal corpora
cavernosa melekat pada arcus pubis, dan bulbus penis, yang merupakan bagian
proximal corpus spongiosum penis melekat pada membrana perinei. Corpus
penis yang seluruhnya ditutupi oleh kulit, dibentuk oleh penambatan dua bagian
proximal corpora cavernosa penis yang bebas dan bagian bebas corpus
spongiosum penis yang terkait. Basis corpus penis ditopang oleh dua ligamenta:
ligamentum suspensorium penis (melekat ke superior pada symphysis pubica),
dan yang terletak lebih superficial ligamentum fundiforme penis (melekat di
atas pada linea alba dinding anterior abdomen dan di bawah terbelah menjadi dua
pita yang berjalan pada setiap sisi penis dan bersatu di inferior). Karena posisi
anatomis penis adalah tegak, sepasang corpora cavernosa ditetapkan sebagai
bagian dorsal corpus penis dan sebuah corpus spongiosum sebagai bagian ventral,
meskipun posisi tersebut terbalik pada penis yang tidak ereksi (lemas). Corpus

14
spongiosum penis membesar untuk membentuk kepala penis (glans penis) di atas
ujung distal dari corpora cavernosa penis.

Ereksi
Ereksi penis dan clitoris merupakan suatu kejadian vaskuler yang
dihasilkan oleh serabut-serabut parasympathicum yang dibawa dalam nervi
splanchnici pelvici dari rami anteriores S2 sampai S4, yang memasuki plexus
hypogastricus inferior dan akhirnya berjalan melewati spatium perinei profundum
dan membrana perinei untuk mempersarafi jaringan erektil. Stimulasi nervi
tersebut menyebabkan arteria tertentu pada jaringan erektil mengalami relaksasi.
Hal ini memungkinkan darah untuk mengisi jaringan, menyebabkan penis dan
clitoris menjadi ereksi.

Musculi Penis
Musculus Bulbospongiosus
Musculus bulbospongiosus terletak di kanan dan kiri garis tengah, meliputi
bulbus penis dan bagian posterior corpus spongiosum penis. Fungsinya adalah
menekan urethra pars spongiosa dan mengosongkan sisa urin atau semen.
Serabut-serabut anterior juga menekan vena dorsalis penis, jadi menghambat
aliran vena dari jaringan erektil dan membantu proses ereksi penis.
Musculus lschiocavernosus
Musculus ischiocavernosus meliputi crus penis masing-masrng sisi. Fungsi
masing-masing otot ini menekan crus penis dan membanlu proses ereksi penis.

Aliran Darah
Penis menerima aliran darah arterinya dari tiga arteri berpasangan yang
keluar dari arteri iliaca interna menuju arteri pudenda interna dan terakhir ke arteri
penis : Pertama, arteri dorsalis penis berjalan di subfascial, mendarahi kulit penis
dan glans penis. Kedua, arteri profunda penis mengatur pengisian corpora
cavernosa. Ketiga, arteri bulbi penis masuk ke bulbus penis dan mendarahi
kelenjar bulbouretharalis dan sebagai arteri urethralis mendarahi urethra dan

15
corpus spongiosum. Kemudian, penis juga memiliki tiga sistem vena: Pertama,
vena dorsalis penis superficialis berpasangan atau tidak berpasangan membawa
darah dari kulit penis ke vena pudenda externa. Kedua, vena dorsalis profunda
penis tidak berpasangan membawa darah dari corpora cavernosa ke plexus
venosus prostaticus. Ketiga, vena bulbi penis berpasangan membawa darah dari
bulbus penis ke vena dorsalis profunda penis

Pada wanita
Tractus genitalia feminina terutama terdapat di dalam cavitas pelvis dan
perineum, meskipun selama kehamilan, uterus mengembang ke dalam cavitas
abdominalis. Komponen-komponen utama systema genitale ini terdiri dari:
Sebuah ovarium pada setiap sisi, dan sebuah uterus, vagina. dan clitoris pada garis
tengah. Selain itu. sepasang glandulae genitales accessoriae (glandula
vestibularis major) berkaitan dengan tractus tersebut.

Ovarium

16
Seperti testis pada pria, ovarium mula-mula berkembang pada dinding
posterior abdomen dan kemudian berjalan turun sebelum kelahiran, bersama
dengan pembuluh-pembuluh darah, vasa lymphatica, dan nervinya. Tidak seperti
testis, ovarium tidak bermigrasi melalui canalis inguinalis ke dalam perineum,
tetapi berhenti dan mengambil posisi pada dinding lateral cavitas pelvis. Ovarium
merupakan tempat produksi ovum (oogenesis). Ovum yang matang diovulasikan
ke dalam cavitas peritonealis dan secara normal diarahkan oleh fimbriae tubae
pada ujung tuba uterina ke dalam ostium abdominale tubae uterinae yang
berdekatan. Ovarium merupakan tempat produksi ovum (oogenesis). Ovum yang
matang diovulasikan ke dalam cavitas peritonealis dan secara normal diarahkan
oleh fimbriae tubae pada ujung tuba uterina ke dalam ostium abdominale tubae
uterinae yang berdekatan.

Uterus

17
Uterus merupakan organ berdinding otot yang tebal pada garis tengah di
antara vesica urinaria dan rectum. Uterus terdiri dari corpus uteri dan cervix uteri,
dan ke inferior bergabung dengan vagina. Ke arah superio, tuba uterina mengarah
ke lateral dari uterus dan terbuka ke dalam cavitas peritonealis yang langsung
berdekatan dengan ovarium. Corpus uteri mendatar secara anteroposterior dan, di
atas level dari asal tuba uterina, memiliki ujung superior yang membulat (fundus
uteri), Cavitas uteri merupakan celah sempit bila dilihat dari lateral, dan
berbentuk seperti segitiga terbalik bila dilihat dari anterior. Setiap sudut superior
cavitas uteri berlanjut dengan ostium uterinum tubae dan sudut inferior berlanjut
dengan canalis cervicis uteri. Biasanya implantasi blastocystis terjadi pada corpus
uteri. Selama kehamilan, secara drastis uterus mengembang ke superior hingga
mencapai cavitas abdominalis.

Aplikasi Klinis
Histerektomi
Histerektomi adalah pembedahan pengangkatan uterus. Biasanya
histerektomi merupakan suatu eksisi lengkap corpus uteri, fundus uteri, dan cervix

18
uteri, meski terkadang cervix uteri ditinggalkan di tempat. Pada beberapa kasus
tuba uterina (fallopii) dan ovarium juga diangkat. Prosedur ini disebut
histerektomi abdominal total dan salphingooophorektomi bilateral. Histerektomi,
oophorektomi, dan safphingo-oophorektomf dapat dilakukan pada pasien yang
menderita keganasan pada systema genitale, seperti karsinoma uterus, karsinoma
cervix uteri, dan karsinoma ovarium, indikasi lain termasuk adanya riwayat
keluarga yang menderita kelainan-kelainan systemagenitale, endometriosis, dan
perdarahan yang berlebihan. Terkadang mungkin diperlukan pengangkatan uterus
setelahpersalinan karena adanya perdarahan yang berlebihan setelah
persalinan.Histerektomi dilakukan melalui suatu insisi suprapubica transversus
(insisi Pfannenstiel). Selama prosedur berlangsung, diperlukan kehati-hatian yang
besar untuk mengidentifikasi ureter bagian distal dan meligasi arteria uterina yang
berdekatan tanpa merusak ureter.

Tuba uterine

Tuba uterina memanjang dari setiap sisi ujung superior corpus uteri
menuju dinding lateral pelvis dan tertutup di dalam tepi atas bagian mesosalpinx
ligamentum latum uteri. Karena ovarium digantung pada aspectus posterior
ligamentum latum uteri, tuba uterina berjalan ke superior di atas, dan berakhir di
lateral dari, ovarium. Setiap tuba uterina memiliki ujung yang berbentuk terompet

19
yang meluas (infundibulum tubae uterinae), yang melengkung mengelilingi
polus superolateral ovarium yang terkait. Tepi infundibulum tubae uterinae
dikelilingi dengan tonjolan seperti jari kecil yang disebut flmbriae tubae. Lumen
tuba uterina terbuka ke dalam cavitas peritonealis di ujung infundibulum tubae
uterinae yang menyempit. Medial dariinfundibulum tubae uterinae, tuba uterina
meluas untuk membentuk ampulla tubae uterinae dan kemudian menyempit
untuk membentuk isthmus tubae uterinae, sebelum bergabung dengan corpus
uteri. Infundibulum tubae uterina yang berfimbrae memfasilitasi pengumpulan
ovum yang telah diovulasikan dari ovarium. Biasanya pembuahan terjadi di
ampulla tubae uterinae.

Cervix uteri
Cervix uteri membentuk bagian inferior uterus dan berbentuk seperti
silinder yang lebar, dan pendek dengan saluran di tengah yang sempit. Secara
normal corpus uteri melengkung ke depan (anteflexi pada cevix uteri) di atas
permukaan superior vesical urinaria yang kosong. Selain itu, cervix uteri
membentuk sudut ke depan (anteversi) pada vagina sehingga ujung inferior cervix
uteri mengarah pada bagian atas aspectus anterior dari vagina. Karena ujung
cervix uteri berbentuk kubah, yang menonjol ke dalam vagina, dan sebuah
saluran, atau fornix vaginae, terbentuk mengelilingi tepi cervix uteri dan fornix
vaginae bergabung dengan dinding vagin. Canalis cervicis uteri yang berbentuk
tabung terbuka, ke bawah, sebagai ostium uteri externum, menuju rongga
vagina, dan ke atas, sebagai ostium uteri internum, menuju cavitas uteri.

Vagina

20
Vagina adalah organ kopulasi pada wanita. Vagina adalah sebuah tabung
fibromusculorum yang dapat melebar, yang memanjang dari perineum melewati
dasar pelvis dan masuk ke dalam cavitas pelvis. Ujung bagian dalam vagina
membesar untuk membentuk suatu daerah yang disebut kubah vagina. Dinding
anterior vagina berhubungan dengan basis vesical urinaria dan urethra: bahkan,
urethra tertanam di dalam, atau menyatu dengan, dinding anterior vagin. Ke arah
posterior, vagina terutama berkaitan dengan rectum. Ke inferior, vagina membuka
ke dalam vestibulum vaginae dari perineum tepat di posterior dari ostium urethrae
externum. Dari lubang luar vagina (introitus vaginae), vagina berjalan ke
posterosuperior melewati membrana perinei dan masuk ke dalam cavitas pelvis, di
mana vagina dilekatkan oleh dinding anteriornya ke tepi cervix uteri yang
melingkar. Fornix vaginae adalah recessus yang terbentuk di antara tepi cervix
uteri dan dinding vagina. Berdasarkan posisinya. Fornix vaginae dibagi lagi
menjadi sebuah fornix vaginae pars posterior, sebuah fornix vaginae pars anterior,
dan dua fornix vaginae pars lateralis .

Peritoneum

21
Peritoneum pelvis berlanjut di apertura pelvis superior dengan peritoneum
abdomen. Di dalam pelvis, peritoneum menutupi viscera pelvis pada garis tengah,
membentuk: Kantung-kantung di antara viscera yang berdekatan, dan lipatan-
lipatan dan ligamenta di antara viscera dan dindingpelvis. Ke arah anterior, plica
umbilicalis mediana dan plica umbilicalis medialis peritoneum menutupi secara
berturut-turut, sisa-sisa embryologi chorda urachus dan arteria umbilicalis. Plica-
plica tersebut berjalan naik keluar dari pelvis dan menuju ke dinding anterior
abdomen. Ke arah posterior, peritoneum menutupi aspectus anterior dan aspectus
lateralis 1/3 atas rectum, tetapi hanya permukaan anterior 1/ 3 tengah rectum
ditutupi oleh peritoneum; 1/3 bawah rectum tidak tertutupi sama sekali.

Pada wanita
Pada wanita, uterus terletak di antara vesica urinaria dan rectum, dan tuba
uterina membentang dari aspectus superior uterus menuju dinding lateral pelvis.
Sebagai akibatnya, suatu excavatio vesicouterina yang dangkal terbentuk di
anterior, di antara vesica urinaria dan uterus, dan sebuah excavation rectouterina
yang dalam (cavum Douglasi) terbentuk di posterior, di antara uterus dan rectum.
Selain itu, suatu lipatan peritoneum yang besar (ligamentum latum uteri), dengan
sebuah tuba uterina yang tertutup di tepi superiornya dan ovarium melekat di
posterior, terletak pada setiap sisi uterus dan membentang ke dinding lateral
pelvis. Pada garis tengah. Peritoneum berjalan turun melintasi permukaan
posterior uterus dan cervix uteri dan menuju dinding vagina yang berdekatan
dengan fornix vaginae pars posterior. Kemudian peritoneum menuju pada dinding
anterior dan dinding lateral rectum. Lekukan peritoneum yang dalam terbentuk di
antara permukaan anterior rectum dan permukaan posterior uterus, cervix uteri,
dan vagina adalah excavation rectouterina. Sebuah rigi tajam berbentuk bulan
sabit dari peritoneum (plica rectouterina) terbentuk pada setiap sisi dekat dengan
dasar excavation rectouterina. Plica rectouterina melintasi ligament
sacrouterina, yang merupakan pemadatan fascia pelvis yang membentang dari
cervix uteri ke dinding posterolateral pelvis.

22
Ligamentum latum uteri
Ligamentum latum uteri adalah suatu lipatan peritoneum yang berbentuk
seperti lembaran. berorientasi dalam bidang coronalisyang berjalan dari dinding
pelvis lateral menuju dinding uterus. dan menggantung ovarium dari aspectus
osteriornya. Arteria uterina menyilang ureter di dasar ligamentum latum uteri, dan
secara berturut-turut, ligamentum ovarii proprium dan ligamentum teres uteri/
ligamentum rotundum tertutup di dalam bagian-bagian ligamentum latum uteri,
yang berkaitan dengan ovarium dan uterus. Ligamentum latum uteri memiliki tiga
bagian: Mesometrium, bagian yang terbesar ligamentum latum uteri, yang
membentang dari dinding lateral pelvis menuju corpus uteri:mesosalpinx, bagian
paling superior ligamentum latum uteri, yang menggantung tuba uterina di dalam
cavitas pelvis; dan mesovarium, suatu peduasan ke posterior ligamentum latum
uteri, yang melekat pada ovarium. Peritoneum mesovarium melekat dengan kuat
pada ovarium sebagai epithelium permukaan ovarium. Ovarium terletak dengan
sumbu panjangnya pada bidang verticalis. Pembuluh-pembuluh darah, nervi, vasa

23
lymphatica ovarium memasuki polus superior ovarium dari posisi lateral dan
ditutupi oleh lipatan peritoneum Iain yang meninggi, dengan struktur-struktur
yang terkandung di dalamnya membentuk ligamentum suspensorium ovarii
(ligamentum infundibuiopelvicum). Polus inferior avarium melekat pada suatu
pita fibromusculorum jaringan (ligamentum ovaril proprium), yang berjalan ke
medial pada tepi mesovarium menuju uterus dan kemudian berlanjut ke
anterolateral sebagai ligamentum teres uteri. Ligamentum teres uteri berjalan
melintasi apertura pelvis superior untuk mencapai annulus inguinalis profundus
dan kemudian berjalan melewati canalis inguinalis untuk berakhir pada jaringan
ikat yang berkaitan dengan labium majus pudendi pada perineum. Ligamentum
ovarii proprium dan ligamentum teres uteri merupakan sisa gubernaculum, yang
melekatkan gonad pada tonjol labioscrotalis pada embryo.

Glandulae vestibulares majores


Glandulae vestibulares majores (glandulae Bartholini) terlihat pada wanita.
Glandulae vestibulares majores adalah glandulae mucosa berbentuk kacang dan
berukuran kecil, terletak di posterior dari bulbus vestibuli pada setiap sisi ostium
vaginae dan homolog dengan glandulae bulbourethrales pada pria. Namun.
glandulae bulbourethrales terletak di dalam spatium perinei profundum,
sedangkan glandulae vestibulares majores berada pada spatium perinei
superficiale. Ductus masing-masing glandula vestibularis major bermuara ke
dalam vestibulum vaginae di sepanjang tepi posterolateral ostium vaginae. Seperti
glandulae bulbourethrales pada pria, glandulae vestibulares majores memproduksi
sekresi selama rangsangan seksual.

Glandulae Mammae
Pada laki-laki mengalami rudimenter, sedangkan pada perempuan kelenjar
mammae tidak berkembang sebelum pubertas, tumbuh dan sangat berdiferensiasi
pada dan setelah pubertas, perkembangan terbesar pada bulan – bulan akhir
kehamilan dan laktasi.

24
Nervi somaticae
Nervus pudendus
Nervi somaticae utama perineum adalah nervus pudendus. Ketika nervus
pudendus memasuki dan berjalan melewati perineum, nervus pudendus berjalan di
sepanjang dinding lateral fossa ischioanalis pada canalis pudendalis (Canalis
Akock), yang merupakan kompartemen berbentuk tabung, terbentuk pada fascia
yang menutupi musculus obturator internus. Canalis pudendalis juga berisi arteria
pudenda interna dan beserta venanya. Nervus pudendus memiliki tiga cabang
akhir utama nervi rectales inferiores, nervi perineales, dan nervus dorsalis penis
atau nervus dorsalis clitoridis—yang disertai oleh cabang-cabang arterian pudenda
interna. Nervus rectalis inferior sering berjumlah banyak, menembus fascia
canalis pudendalis, dan berjalan ke medial melintasi fossa ischioanalis untuk
mempersarafi musculus sphincter ani externus dan daerah-daerah yang berkaitan
musculi levator ani. Nervus pudendus juga merupakan sensorium umum untuk
kulit trigonum anale. Nervus perinealis berjalan menuju trigonum urogenitale
dan memberikan cabang-cabang motorium dan cutaneus. Cabangcabang
motorium menyuplak otot-otot rangka pada spatium perinei superficiale dan
spatium perinei profundum. Cabangcabang sensorium terbesar adalah nervus

25
scrotalis posterior pada pria dan nervus labialis posterior pada wanita. Nervus
dorsalis penis dan nervus dorsalis clitoridis memasuki spatium perinei
profundum. Nervus tersebut berjalan di garis tengah di antara arteria dorsalis
penis atau arteria dorsalis clitoridis pada setiap sisi dari corpus penis atau corpus
clitoridis, berjalan melalui celah di antara ligamentum pubicum inferius dan
spatium perinei profundum, dan berhubungan dengan plexus venosus prostaticus
pada pria atau plexus venosus vesicalis pada wanita.

FISIOLOGI

GAMETOGENESIS DAN EJAKULASI


Sawar Darah-Testis
Dinding tubulus seminiferosa dilapisi oleh sel-sel germinativum primitif
dan oleh sel Sertoli, sel besar yang mengandung glikogen kompleks yang melebar
dari lamina basalis tubulus ke lumen. Sel germinativum harus terus berkontak
dengan sel Sertoli agar dapat bertahan hidup, dan kontak ini dipertahankan oleh
jembatanjembatan sitoplasma. Tight junction (taut-kedap) antara selsel Sertoli
dekat lamina basalis membentuk sawar darahtestis yang mencegah banyak
molekul besar berpindah dari jaringan interstisium dan bagian tubulus dekat
lamina basalis (kompartemen basalis) ke daerah dekat lumen tubulus
(kompartemen adluminal) dan lumen. Namun, steroid mudah menembus sawar
ini, dan bukti menunjukkan bahwa sebagian protein berpindah dari sel Sertoli ke
sel Leydig dan demikian sebaliknya melalui proses parakrin. Selain itu, sel
germinativum matang harus melewati sawar ini sewaktu bergerak ke lumen. Hal
ini tampaknya berlangsung tanpa pemutusan sawar oleh pemecahan progresif
tautkedapdi atas sel germinativum, dengan pembentukan taut kedap baru di
bawahnya. Cairan dalam lumen tubulus seminiferosa agak berbeda dengan cairan
plasma; cairan ini mengandung sangat sedikit protein dan glukosa tetapi banyak
mengandung androgen, estrogen, K+, inositol, dan asam glutamat serta aspartat.
Komposisi ini dipertahankan oleh sawar darah-testis. Sawar juga melindungi sel-

26
sel germinativum dari bahan-bahan pengganggu yang terdapat dalam darah,
mencegah produkproduk
antigen pembelahan dan pematangan sel germinativum masuk ke dalam sirkulasi
dan menimbulkan responsautoimun, dan mungkin memantapkan gradien osmotik
yang memudahkan pergerakan cairan ke dalam lumen tubulus.

Spermatogenesis

Spermatogonia, sel germinativum primitif yang terletak di samping lamina


basalis tubulus seminiferosa, berkembang menjadi spermatosit primer. Proses ini
dimulai pada masa akil balik. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis,
sehingga jumlah kromosomnya berkurang. Dalam proses dua-tahap ini, sel-sel
tersebut membelah menjadi spermatosit sekunder lalu menjadi spermatid, yang
mengandung jumlah kromosom haploid (23). Spermatid berkembang menjadi
spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah dan menjadi
matang, turunan-turunannya tetap terikat oleh jembatan sitoplasma sampai
stadium spermatid lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisitas diferensiasi
masing-masing klon sel germinativum. Perkiraan jumlah spermatid yang
terbentuk dari sebuah spermatogonium adalah 312. Pada manusia, melalui proses

27
spermatogenesis yang teratur ini diperlukan waktu rerata 74 hari untuk
membentuk sebuah sperma matang dari sel germinativum primitif. Masing-
masing sperma adalah sebuah sel motil rumit, yang kaya DNA, dengan sebuah
kepala yang tersusun sebagian besar oleh bahan kromosom. Penutup kepala
disebut akrosom, suatu organel mirip-lisosom yang kaya enzim-enzim yang
bertanggung jawab dalam penetrasi sperma ke ovum dan proses-proses lain yang
terjadi selama pembuahan. Bagian proksimal ekor sperma yang motil ditutupi
oleh suatu selaput yang berisi banyak mitokondria. Membran spermatid lanjut dan
spermatozoa mengandung enzim pengonversi angiotensin tipe kecil khusus yang
disebut germinal angiotensin Il-converting enzyme (gACE). gACE
ditranskripsikan dari gen yang sama seperti ACE somatik (sACE); namun, gACE
memperlihatkan ekspresi spesifik jaringan berdasarkan tempat-tempat inisiasi
transkripsi alternatif dan pola alternate splicing. Fungsi keseluruhan enzim ini
belum diketahui, namun mencit jantan yang gen gACE-nya di-knockout menjadi
steril. Spermatid berkembang menjadi spermatozoa di lipatanlipatan sitoplasma
yang dalam pada sel Sertoli. Spermatozoa matang dilepaskan dari sel Sertoli dan
menjadi bebas dalam lumen tubulus. Sel-sel Sertoli menyekresi protein pengikat
androgen (ABP, androgen-binding protein), inhibin, dan MIS. Sel-sel ini tidak
menyintesis androgen, tetapi mengandung aromatase (CYP19), enzim yang
berperan dalam perubahan androgen menjadi estrogen, dan sel-sel ini dapat
menghasilkan estrogen. ABP mungkin berfungsi untuk mempertahankan pasokan
androgen yang tinggi dan stabil dalam cairan tubulus. Inhibin menghambat sekresi
follicle-stimulating hormone (FSH). FSH dan androgen mempertahankan fungsi
gametogenik testis. Setelah hipofisektomi, penyuntikan luteinizing-hormo-ne
(LH) menghasilkan konsentrasi androgen lokal yang tinggi di testis, dan hal ini
mempertahankan spermatogenesis. Stadiumstadium spermatogonia menjadi
spermatid tampaknya tidak bergantung pada androgen. Namun, pematangan dari
spermatid menjadi spermatozoa bergantung pada androgen yang bekerja pada sel
Sertoli tempat terbenamnya spermatozoa yang sedang tumbuh. FSH bekerja pada
sel Sertoli untuk memperlancar stadium-stadium akhir pematangan spermatid.
Selain itu, FSH mendorong pembentukan ABP. Suatu pengamatan yang menarik

28
adalah bahwa kandungan estrogen cairan di rete testis tinggi, dan dindingdinding
rete mengandung banyak reseptor estrogen a (ERa). Di regio ini, cairan
direabsorpsi dan spermatozoa dipekatkan. Apabila hal ini tidak terjadi, sperma
yang masuk ke epididymis mengalami pengenceran dalam volume cairan yang
besar sehingga terjadi penurunan kesuburan.

Perkembangan Spermatozoa Lebih Lanjut


Spermatozoa yang meninggalkan testis belum sepenuhnya mampu
bergerak. Spermatozoa melanjutkan pematangannya dan memperoleh motilitas
sewaktu melintasi epididimis. Motilitas jelas penting secara in vivo, tetapi secara
in vitro dapat terjadi pembuahan jika sebuah spermatozoon imotil dari kaput
epididimis disuntikkan secara mikro langsung ke dalam sebuah ovum.
Kemampuan bergerak maju (motilitas progresif), yang diperoleh di epididimis,
melibatkan pengaktifan serangkaian protein unik dari famili CatSper, yang
terletak di bagian utama ekor sperma. CatSpers membentuk suatu kanal Ca2+
peka-basa yang menjadi aktif sewaktu sperma berpindah dari vagina yang asam
(pH sekitar 5) ke mukus serviks (pH sekitar 8). Sperma dari mencit knockout yang
tidak mengekspresikan CatSper 1-4 memperlihatkan gangguan motilitas dan
infertil, menekankan pentingnya peran protein-protein ini. Selain itu, spermatozoa
mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium menghasilkan molekul mirip-
odoran. Bukti-bukti terakhir mengisyaratkan bahwa berbagai molekul ini dan
reseptornya saling berinteraksi, memperkuat gerakan spermatozoa ke arah
ovarium (kemotaksis). Ejakulasi spermatozoon melibatkan kontraksi vas deferens
yang sebagian diperantarai oleh reseptor P2X, kanal-kanal kation berpintu-ligan
yang berespons terhadap ATP, dan fertilitas berkurang pada mencit yang gen
untuk reseptor ini di-knockout. Setelah ditumpahkan ke dalam vagina,
spermatozoa bergerak ke atas hingga mencapai ismus tuba uterina, tempat
spermatozoa mengalami perlambatan dan menjalani proses kapasitasi. Proses
pematangan lebih lanjut ini melibatkan dua komponen: peningkatan motilitas
spermatozoa, dan persiapan spermatozoa mengalami reaksi akrosom. Namun,
peran kapasitasi tampaknya lebih bersifat fasilitatorik dibandingkan obligatorik

29
(yi. bukan keharusan), karena fertilisasi dapat terjadi in vitro. Dari ismus,
spermatozoa yang telah menjalani kapasitasi ini bergerak cepat ke ampula tuba,
tempat terjadinya pembuahan.

Semen
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, semen (air mani),
mengandung sperma dan sekresi vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper,
dan, mungkin, kelenjar uretra. Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL
setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma
menurun cepat bila ejakulasi berulang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma
untuk membuahi ovum, setiap mililiter semen secara normal mengandung 100
juta sperma. Berkurangnya produksi sperma berkaitan dengan infertilitas: lima
puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL dan pada dasarnya semua
yang hitung spermanya kurang dari 20 juta/mL adalah mandul. Adanya banyak
spermatozoa imotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin
dalam semen, yang sebenarnya datang dari vesikula seminalis, berkadar tinggi,
tetapi fungsi turunan asam lemak ini dalam semen tidak diketahui. Penyebab
infertilitas pria, serta mekanisme yang mendasari sperma dalam pembuahan,
digunakan sebagai petunjuk untuk mengembangkan kontrasepsi pria. Sperma
manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/mnt melintasi kanal genitalia
wanita. Sperma mencapai tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi. Kontraksi
organ wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina.

Ereksi
Ereksi diawali oleh dilatasi arteriol-arteriol penis. Sewaktu jaringan erektil
penis terisi darah, vena tertekan dan aliran keluar terhambat sehingga turgor organ
bertambah. Pusat-pusat integrasi di segmen lumbal medula spinalis diaktifkan
oleh impuls di saraf aferen dari genitalia dan traktus desendens yang
memerantarai ereksi sebagai respons terhadap rangsangan psikis erotik. Serat
parasimpatis eferen berada dalam saraf splanknik panggul (nervi erigentes). Serat-
serat tersebut diperkirakan mengeluarkan asetilkolin dan vasodilator vasoactive

30
intestinal polypeptide (VIP) sebagai kotrans-miter. Juga terdapat serat
nonkolinergik nonadrenergik di nervi erigentes, dan serat serat ini mengandung
sejumlah besar nitric oxide synthase (NOS), enzim yang mengatalisis
pembentukan nitrat oksida. NO vasodilator kuat. Pada hewan percobaan,
penyuntikan inhibitor NO sintase mencegah ereksi yang secara normal timbul
setelah rangsangan pada saraf-saraf panggul. Dengan demikian, jelaslah bahwa
NO berperan penting dalam terjadinya ereksi. Obat sildenafi, tadalafil, dan
vardenafil menghambat penguraian cGMP oleh fosfodiesterase dan telah terkenal
di seluruh dunia sebagai obat untuk disfungsi ereksi. Berbagai fosfodiesterase
(PDE) dalam tubuh telah dibagi menjadi tujuh famili isoenzim, dan obat-obat ini
adalah yang paling aktif melawan PDE V, jenis fosfodiesterase yang terdapat di
korpus kavernosum. Namun, perlu dicatat bahwa sildenafil juga menghambat
PDE VI (dan yang lain jika dikonsumsi dalam dosis tinggi) secara bermakna.
Fosfodiesterase VI ditemukan di retina, dan salah satu efek samping sildenafil
adalah hilangnya kemampuan membedakan warna biru dan hijau secara transien.
Pada keadaan normal, ereksi diakhiri oleh impuls Vasokonstriktor simpatis pada
arteriol.

Ejakulasi
Ejakulasi adalah suatu refleks spinal dua-tahap yang melibatkan emisi,
pergerakan semen ke dalam uretra; dan ejakulasi sebenarnya, terdorongnya semen
keluar uretra pada saat orgasme. Jalur aferen sebagian besar merupakan serat dari
reseptor sentuh di glans penis yang mencapai medula spinalis melalui saraf
pudendus internus. Emisi adalah suatu respons simpatis, terintegrasi di segmen
lumbal bagian atas medula spinalis dan terjadi akibat kontraksi otot polos vasa
deferensia dan vesikula seminalis sebagai respons terhadap rangsangan di saraf
hipogastrik. Semen terdorong keluar uretra oleh kontraksi otot bulbokavernosa,
suatu otot rangka. Pusat refleks spinal untuk bagian refleks ini terletak di segmen
sakral bagian atas dan lumbal terbawah medula spinalis, dan jalur motorik
melintasi radiks sakrum pertama sampai ketiga dan saraf pudendus internus.

31
KONTROL FUNGSI TESTIS

FSH bersifat tropik bagi sel Sertoli, dan FSH serta androgen
mempertahankan fungsi gametogenik testis. FSH juga merangsang sekresi ABP
dan inhibin. Inhibin memberi umpan-balik untuk menghambat sekresi FSH. LH
bersifat tropik bagi sel Leydig dan merangsang sekresi testosteron, yang
selanjutnya memberi umpan-balik untuk menghambatsekresi LH. Lesi
hipotalamus pada hewan dan penyakit hipotalamus pada manusia menyebabkan
atrofi dan hilangnya fungsi testis.
PERBANDINGAN LANG KAH-LANGKAH DALAM OOGENESIS DAN
SPERMATOGENESIS
Tahap-tahap yang terjadi dalam distribusi i<romosom selama oogenesis
analog dengan yang terjadi pada spermatogenesis, kecuali bahwa distribusi
sitoplasma dan rentang waktu penyelesaiannya sangar berbeda. Seperti halnya
pembentukan empat spermatid haploid oleh setiap spermatosit primer, setiap oosit
primer (jika badan polar pertama tidak mengalami degenerasi sebelum
menuntaskan pembelahan meiotik keduanya) juga menghasilkan empat sel anak

32
haploid. Dalam spermatogenesis, masing-masing sel anak berkembang menjadi
spermatozoa moril yang sangar khusus dan tidak dibebani oleh sitoplasma dan
organel yang tidak esensial serta semata-mata bertugas memberikan separuh gen
ke individu baru. Namun, dalam oogenesis, dari keempat sel anak hanya satu yang
ditakdirkan menjadi or'um yang menerima sitoplasma. Distribusi sitoplasma yang
ddak merata ini penting karena ovum, selain menyumbang separuh gen, juga
menyediakan semua komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk menunjang
perkemban$an awal ovum yang telah dibuahi. Ovum yang besar dan relatif belum
berdiferensiasi ini mengandung banyak nutrien, organel, serta protein structural
dan enzimatik. Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan sitoplasma, atau badan
polar, cepat berdegenerasi dan kromosomnya menjadi tersia-siakan. Perhatikan
juga perbedaan besar dalam waktu untukmenyelesaikan spermatogenesis dan
oogenesis. Diperlukan waktu sekitar dua bulan bagi spermatogonia untuk
berkembang menjadi spermatozoa sempurna. Sebaliknya, perkembangan oogonia
(terdapat sebelum lahir) menjadi ovum matang memerlukan wakru antara 11
tahun (permulaan ovulasi pada awal pubenas) hingga 50 tahun (akhir omlasi pada
permulaan menopause). Panjang sebenarnya dari tahaptahap aktif meiosis pada
pria dan wanita sama, tetapi pada wanita sel telur mengalami penghentian meiotik
untuk waktu yang berbeda-beda.

Kontrol Umpon Bolik Negotif Aktivitos Tubulus Seminiferus-Peron Hormon


Inhibin.
Ketika tubulus seminiferus gagal menghasilkan sperrna, sekibsi FSH oleh
kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan nyata. Sebaliknya, bila
-spermatogenesis berjalan terlalu cepat, sekresi FSH hipofisis akan berkurang.
Penyebab efek umpan balik negatif ini pada hipofisis anterior diyakini berupa
suatu jenis hormon lain yang disekresi oleh selsel Sertoli, yaitu inhibin. Hormon
ini mempunyai efek langsung yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam
menghambat sekresi FSH dan mungkin berefek kecil terhadap hipotalamus dalam
menghambat sekesi GnRH. Inhibin merupakan suatu glikoprotein, sama seperti
LH dan FSH, dan mempunyai berat molekul antara 10.000 dan 30.000. Inhibin

33
telah diisolasi dari sel-sel Sertoli yang dibiakkan. Efek penghambatan umpan
balik inhibin yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior merupakan suatu
mekanisme umpan balik negatif yang penting untuk mengatur spermatogenesis,
yang bekerja secara bersamasama dan sejalan dengan mekanisme umpan balik
negative yang mengatur sekresi testosteron.

Pubertas dan Pengaturan Awal Timbulnya


Awal mula timbulnya pubertas telah menjadi misteri sejak lama. Akan
tetapi, sudah jelas bahwa selama masa kanak-kanak hipotalamus tidak
menyekresikan GnRH dalam jumlah yang bermakna. Salah satu alasan untuk hal
tersebut adalah bahwa selama masa kanak-kanak, sekresi hormon steroid seks
yang terkecil sudah mempunyai efek penghambat yang kuat terhadap sekresi
GnRH oleh hipotalamus. Namun, oleh sebab yang tidak diketahui, pada saat
pubertas, sekresi GnRH hipotalamus mampu melawan inhibisi yang timbul pada
masa kanak-kanak, dan masa seksual dewasa pun dimulai.

Kehidupan Seksual Pria Dewasa don Klimakterium Pria.


Setelah pubertas, hormon gonadotropin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
pria selama sisa kehidupan, dan paling tidak beberapa spermatogenesis biasanya
terus terjadi sampai ajal tiba. Akan tetapi, kebanyakan pria mulai menunjukkan
penurunan fungsi seksual dengan lambat pada akhir usia 40-an atau 50-an, dan
suatu penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata berakhirnya hubungan seksual
adalah 68 tahun, walaupun terdapat variasi yang sangat besar. Penurunan fungsi
seksual ini berhubungan dengan berkuran9ny a sekresi testosteron, seperti yang
terlihat pada. Penurunan fungsi seksual pada pria disebut klimakterium pria. Ka
dang-kadang, klimakterium pada pria berhubungan dengan gejala rasa kepanasan,
seperti tercekik, dan gangguan psikis yang serupa dengan gejala menopause yang
terjadi pada wanita. Gejala-gejala ini dapat dihilangkan dengan pemberian
testosteron, androgen sintetik, atau bahkan estrogen yang digunakan unruk
mengobati gejala-gejala menopause pada wanita.

34
EMBRIOLOGI

SISTEM GENITALIS
Diferensiasi jenis kelamin adalah suatu proses rumit yang melibatkan banyak gen,
termasuk sebagian yang bersifat otosom. Kunci untuk dimorfisme seksual adalah
kromosom Y yang mengandung gen penentu testis yang dinamai gen SRY (sex'
determining region on Y) di lengan pendeknya (Vptt). Protein produk dari gen ini
adalah suatu faktor transkripsi yang memicu jenjang gen-gen di hilir yang
menentukan nasib organ seksual rudimenter. Protein SRY adalah testis-
determining factor; di bawah pengaruhnya, terjadi perkembangan ke arah pria;
jika tidak ada, yangberkembang adalah jenis kelamin wanita.

Gonad
Meskipun jenis kelamin mudigah ditentukan secara genetis pada saat pembuahanr
gonad belum memperoleh karakteristik morfologis pria atau wanita sampai
minggu ketujuh perkembangan. Gonad mula-mula tampak sebagai sepasang
bubungan longitudinaf genital atau gonailal tiilge. I(eduanya terbentuk oleh
proliferasi epitel dan pemadatan mesenkim di bawahnya. Sel germinativum belum
muncul di genital ridge sampai minggu keenam perkembangan. Sel germinativum
primordial mula-mula muncul pada tahap awal perkembangan di antara sel-sel
endoderm di dinding yolk sac dekat alantois. Sel-sel ini bermigrasi dengan
gerakan amuboid di sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, sampai di
gonad primitif pada awal minggu kelima dan menginvasi genital ridge pada
minggu keenam. Jika sel-sel ini gagal mencapai bubungan genital ini, gonad tidak
akan terbentuk. Karena itu, sel germinativum primordial memiliki pengaruh
induktif pada perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis.

Testis

35
Jika mudigah secara genetik adalah pria, sel gerrninativum primordial membawa
kompleks kromosom seks XY. Dibawah pengaruh gen SRY di kromosomY, yang
mengode testis determining factor, korda seks primitif terus berproliferasi dan
menembus dalam ke medula untuk membentuk testis atau korda medularis. Ke
arah hilus kelenjar, korda terurai menjadi jalinan untai-untai halus sel yang
kemudian membentuk tubulus rete testis. Pada perkembangan lebih lanjut,
terbentuk suatu lapisan jaringan ikat fibrosa padat, tunika albuginea yang
memisahkan korda testis dari epitel permukaan. Pada bulan keempat, korda
testis menjadi berbentuk tapal kuda, dan ujung-ujungnya bersambungan dengan
ujung-ujung rete testis. Korda testis sekarang terdiri dari sel germinativum
primitif dan sel sustentakular Sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar.
Sel interstisial Leydig yang berasal dari mesenkim asli gonadal ridge, terletaka
ntara korda-korda testis. Sel-sel ini mulai berkembang segera setelah dimulainya
diferensiasi korda-korda ini. Pada minggu kedelapan kehamilan, sel Leydig
mulai menghasilkan testosteron dan testis mampu memengaruhi diferensiasi
seksual duktus genitalis dan genitalia eksterna. Korda testis tetap solid sampai
pubertas, saat korda ini memperoleh sebuah lumen sehingga membentuk tubulus
seminiferus. Jika telah mengalami rekanalisasi, tubulus seminiferus menyatu
dengan tubulus rete testis yang selanjutnya akan masuk ke duktuli eferentes.
Duktuli eferentes ini adalah bagian dari tubulustubulus ekskretorik sistem
mesonefros yang tersisa. Saluran-saluran ini menghubungkan rete testis dan
duktus mesonefrikus atau wolffii yang menjadi duktus deferens.

36
Ovarium

Pada mudigah wanita dengan komplemen kromosom seks XX tanpa


kromosom Y, korda seks primitive berdisosiasi menjadi kelompok-kelompok sel
iregular. Kelompok- kelompok ini, yang mengandung sel-sel germinativum
primitif, menempati bagian medulla ovarium. Kemudian sel-sel ini lenyap dan
digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk medulla ovarium. Epitel
permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus berproliferasi. Pada
minggu ketujuh, epitel ini membentuk generasi kedua korda, korda kortikalis yang
menembus mesenkim di bawahnya tetapi tetap berdekatan dengan permukaan.

Duktus Genitalis
Stadium lndiferen

37
Pada awalnya, mudigah pria dan wanita memiliki dua pasang duktus
genitalis: duktus mesonefrikus (wolffii) dan duktus paramesonefrikus (miiller).
Duktus paramesonefrikus berasal dari invaginasi longitudinal epitel di permukaan
anterolateral urogenital ridge. Di bagian kranial, duktus membuka ke rongga
abdomen melalui suatu struktur berbentuk terowongan. Di kaudal, duktus mula-
mulai berjalan lateral dari ductus mesonefrikus kemudian menyilangnya di
sebelah ventral untuk tumbuh ke arah kaudomedial. Di garis tengah, duktus ini
berkontak erat dengan duktus paramesonefrikus dari sisi berlawanan. Kedua
duktus ini awalnya dipisahkan oleh sebuah septum tetapi kemudian keduanya
menyatu untuk membentuk kanalis uteri. Ujung kaudal duktus gabungan ini
menonjol kedalam dinding posterior sinus urogenitalis, tempat bagian tersebut
menimbulkan penebalan kecil, tuberkel paramesonefros atau milller. Duktus
mesonefrikus membuka ke dalam sinus urogenitalis di kedua sisi tuberkel mtiller.
Regulasi Molekular Perkembangan Duktus Genitalis SRY adalah suatu faktor
transkripsi dan gen utama untuk pembentukan testis. Faktor ini tampaknya bekerja
bersama dengan gen otosom SOX9, suatu regulator transkripsi yang juga dapat
menginduksi diferensiasi testis. SOX9 diketahui berikatan dengan regio promotor
gen untuk hormon antimtiller (AMH; juga disebut milllerian inhibiting substrace,
atau MIS) dan mungkin mengatur ekspresi gen ini. Pada awalnya, SRY dan/ atau
SOX9 menginduksi testis untuk mengeluarkan FGF9 yang bekerja sebagai suatu
faktor kemotaksis yang menyebabkan tubulus dari duktus mesonefrikus

38
menembus gonadal ridge. Tanpa penetrasi oleh tubulus-tubulus ini, diferensiasi
testis terhenti. Kemudian, SRY secara langsung atau tidak langsung (melalui
SOXS) meningkatkan produksi factor steroidogenesis (SF1) yang merangsang
diferensiasi sel Sertoli dan Leydig. SF1 yang bekerja sama dengan SOX9
meningkatkan konsentrasi AMH sehingga duktus paramesonefrikus (miiller)
mengalami regresi. Di sel Leydig, SF 1 meningkatkan ekspresi gen-gen untuk
enzim-enzim yang menyintesis testosteron. Testosteron masuk ke sel jaringan
sasaran tempat hormon ini tetap utuh atau diubah menjadi dihidrotestosteron oleh
enzim 5 alfa reduktase. Testosteron dan dihidrotestosteron berikatan dengan suatu
reseptor intrasel spesifik berafinitas kuat dan kompleks hormon-reseptor ini
diangkut ke nukleus tempat kompleks ini berikatan dengan DNA dan mengatur
transkripsi gen-gen spesifik jaringan serta produk proteinnya. kompleks reseptor
testosteron memerantarai virilisasi duktus mesonefrikus untuk membentuk ductus
deferens, vesikula seminalis, duktulus eferens, dan epididimis. WNT4 adalah gen
penentu ovarium. Gen ini meningkatkan DAX7 , suatu anggota famili reseptor
hormon nukleus yang menghambat fungsi SOX7. Selain it:u, WNT4 mengatur
ekspresi gen-gen lain yang berperan dalam diferensiasi ovarium, tetapi gen-gen
sasaran ini belum teridentifikasi. Salah satu sasaran mungkin adalah gen
TAFII105 yang produk proteinnya adalah subunit untuk protein pengikat untuk
RNA polimerase di sel folikular ovarium. Mencit betina yang tidak membentuk
subunit ini tidak membentuk ovarium. Estrogen berperan dalam diferensiasi
seksual dan di bawah pengaruhnya ductus paramesonefrikus (miiller) terangsang
untuk membentuk tuba uterina, uterus, serviks uteri, dan vagina bagian atas.
Selain itu, estrogen bekerja pada genitalia eksterna pada stadium indiferen untuk
membentuk labia mayora, labia minora, klitoris, dan vagina bagian bawah.

Duktus Genitalis pada Pria

39
Seiring dengan regresi mesonefros, beberapa saluran ekskresi, tubulus
epigenitalis, membentuk kontakdengan korda rete testis dan akhirnya membentuk
duktulus eferens testis. Tubulus ekskretorik di sepanjang kutub kaudal testis,
tubulus paragenitalis, tidak bergabung dengan korda rete testis. Sisa dari saluran
ini secara keseluruhan dikenal sebagai paradidimis. Kecuali di bagian paling
kranialnya, apendiks epididimis, duktus mesonefrikus menetap dan membentuk
saluran-saluran genital utama. Tepat di bawah muara duktulus eferens, duktus
mesonefrikus memanjang dan menjadi sangat berkelok-kelok, membentuk
(duktus) epididimis. Dari ekor epididimis ke tonjolan tunas vesikula seminalis,
duktus mesonefrikus memperoleh lapisan otot tebal dan membentuk ductus
deferens. Regio duktus setelah vesikula seminalis adalah duktus eiakulatorius.
Duktus paramesonefrikus pada pria mengalami degenerasi kecuali sebagian kecil
di ujung kranialnya, apendiks testis.

Duktus Genitalis pada Wanita

40
Duktus paramesonefrikus berkembang menjadi saluran-saluran genital
utama pada wanita. Pada awalnya, di masing-masing saluran dapat dikenali tiga
bagian: ( a) bagian vertikal kranial yang membuka ke rongga abdomen, (b)
bagian horizontal yang menyilang duktus mesonefrikus, dan (c) bagian vertikal
kaudal yang menyatu dengan mitranya dari sisi berlawanan. Dengan turunnya
ovarium, dua bagian pertama tersebut berkembang menjadi tuba uterina dan
bagian kaudal menyatu membentuk kanalis uteri. Ketika bagian kedua dari duktus
paramesonefrikus bergerak ke arah mediokaudal, urogenital ridge secara perlahan
bergeser sehingga terletak dalam bidang transversal. Setelah saluran-saluran
menyatu di garis tengah, terbentuk suatu lipatan panggul transversal yang lebar.
Lipatan ini yang berjalan dari sisi lateral ductus paramesonefrikus yang telah
menyatu ke arah dinding panggul adalah ligamentum latum uteri. Tuba uterina
terletak di batas atasnya, dan ovarium terletak di permukaan posteriornya. Uterus
dan ligamentum latum membagi rongga panggul menjadi kantong uterorektum
dan kantong uterovesika. Duktus paramesonefrikus yang menyatu membentuk
korpus dan serviks uteri. Keduanya dilapisi oleh satu lapisan mesenkim yang
membentuk selubung otot bagi uterus, miometrium, dan selaput peritoneumnya,
perimetrium.

41
Vagina

Segera setelah ujung solid duktus paramesonefrikus mencapai sinus


urogenitali, tumbuh dua evaginasi solid dari bagian panggul sinus. Evaginasi ini,
bulbus sinuvaginalis, berproliferasi dan membentuk lempeng vagina yang solid.
Proliferasi terus berlanjut di ujung kranial lempeng, memperbesar jarak antara
uterus dan sinus urogenitalis. Pada bulan kelima, pertumbuhan keluar vagina ini
telah mengalami kanalisasi seluruhnya. Ekspansi vagina menyerupai sayap
mengelilingi ujung uterus, yang disebut forniks vaginae, berasal dari
paramesonefros. Karena itu, vagina memiliki asal ganda, dengan bagian atas
berasal dari kanalis uteri dan bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis. Lumen
vagina tetap terpisah dari lumen sinus urogenitalis oleh suatu lempeng jaringan
tipis, himen (selaput dara), yang terdiri dari lapisan epitel sinus dan lapisan tipis
sel vagina. Selaput ini biasanya membentuk suatu lubang kecil sewaktu masa
perinatal. Sisa-sisa tubulus ekskretorik kranial dan kaudal mungkin tetap
dipertahankan pada wanita. Sisa-sisa ini terletak di mesovarium, tempat saluran-
saluran ini masing-rnasing membentuk epooforon dan parooforon. Duktus
mesonefrikus lenyap kecuali sedikit di bagian kranial yang ditemukan di
epooforon dan kadang-kadang sebagian kecil di bagian kaudal yang mungkin
ditemukan di dinding uterus atau vagina. Pada kehidupan selanjutnya, struktur ini
mungkin membentuk kista Gartner.

Genitalia Eksterna Stadium lndiferen

42
Pada minggu ketiga perkembangan, sel- sel mesenkim yang berasal dari
regio garis primitif (primitive streak) bermigrasi mengelilingi membrana kloakalis
untuk membentuk sepasang lipatan kloaka yang sedikit meninggi. Di sebelah
kranial membrana kloakalis, kedua lipatan menyatu untuk membentuk tuberkulum
genitale. Di sebelah kaudal, lipatan dibagi menjadi lipatan uretra di sebelah
anterior dan lipatan anus di posterior. Sementara itu, pasangan elevasi lain,
penebalan genital (genital swellings) ,mulai tampak di kedua sisi lipatan uretra.
Penebalan ini kemudian membentuk penebalan skrotum pada pria dan labia
mayora pada wanita. Namun, pada akhir minggu keenam, kedua jenis kelamin
mustahil dibedakan.

Genitalia Eksterna pada Pria

Perkembangan genitalia eksterna pada pria berada di bawah pengaruh


berbagai androgen yang disekresikan oleh testis janin dan ditandai oleh
pemanjangan cepat tuberkulum genitale yang sekarang disebut phallus (penis).
Selama pemanjangan ini, phallus menarik lipatan uretra ke arah depan sehingga
lipatan-lipatan tersebut membentuk dinding lateral dari alur uretra (urethral
groove). Alur ini berjalan di sepanjang aspek kaudal phallus yang telah
memanjang tetapi tidak mencapai bagian paling distal, glans. Lapisan epitel alur
yang berasal dari endoderm, membentuk lempeng uretra. Pada akhir bulan ketiga,
kedua lipatan uretra menutupi lempeng uretra, membentuk uretra penis. Saluran

43
ini tidak memanjang hingga ke ujung phallus. Bagian paiing distal uretra
terbentuk selama bulan keempat, saat sel-sel ektoderm dari ujung glans penis
menembus ke arah dalam dan membentuk suatu korda epitel pendek. Korda ini
kemudian memperoleh lumensehingga terbentuklah Ostium uretrae eksternum.
Penebalan genital yang pada pria dikenal sebagai penebalan skrotum, timbul di
regio inguinal. Pada perkembangan selanjutnya, kedua penebalan ini bergerak ke
arah kaudal, dan masing-masing penebalan kemudian membentuk separuh
skrotum. keduanya dipisahkan oleh septum skrotum.

Genitalia Eksterna pada Wanita

Estrogen merangsang perkembangan genitalia eksterna wanita.


Tuberkulum genitale hanya sedikit memanjang dan membentuk klitoris; lipatan
uretra tidak menyatu seperti pada pria, tetapi berkembang menjadi labia minora.
Penebalan genital membesar dan membentuk labia mayora. Alur urogenital
terbuka dan membentuk vestibulum.

Penurunan Testis

44
Menjelang akhir bulan kedua, mesenterium urogenital melekatkan testis
dan mesonefros ke dinding abdomen posterior. Dengan berdegenerasinya
mesonefros, perlekatan tersebut berfungsi sebagai mesenterium bagi gonad. Di
arah kaudal, mesenterium tersebut menjadi ligamentum dan dikenal sebagai
ligamentum genitale kaudal. Dari kutub kaudal testis juga terbentuk pemadatan
mesenkim yang kaya matriks ekstrasel, gubernakulum. S ebelum testis turun, pita
mesenkim ini berakhir di regio inguinal antara muskulus oblikuus internus
abdominis dan muskulus oblikuus eksternus abdominis yang sedang
berdiferensiasi. Kemudian, sewaktu testis mulai turun ke arah cincin inguinal,
terbentuk bagian ekstra-abdomen dari gubernakulum yang tumbuh dari regio
inguinal ke arah penebalan skrotum. Ketika testis melalui kanalis inguinalis,
bagian ekstra-abdomen ini bersentuhan dengan dasar skrotum, gubernakulum iuga
terbentuk pada wanita, tetapi pada keadaan normal struktur ini tetap rudimenter).
Faktor-faktor yang mengendalikan turunnya testis belum sepenuhnya diketahui.
Namun, tampaknya bahwa pertumbuhan keluar bagian ekstraabdomen dari
gubernakulum menimbulkan migrasi intra-abdomen, bahwa peningkatan tekanan
intraabdomen akibat pertumbuhan organ menyebabkan testis bergerak melalui
kanalis inguinalis, dan bahwa regresi bagian ekstra-abdomen dari gubernaculum
menuntaskan pergerakan testis ke dalam skrotum. Pada keadaan normal, testis

45
mencapai daerah inguinal pada usia kehamilan sekitar 12 minggu, bermigrasi
melalui kanalis inguinalis pada 28 minggu, dan mencapai skrotum pada 33
minggu. Proses ini dipengaruhi oleh hormon, termasuk androgen dan MIS.
Selama penurunan tersebut, aliran darah ke testis dari aorta dipertahankan, dan
pembuluh darah testis berialan dari posisi awalnya di daerah lumbal ke testis di
skrotum.

Penurunan Ovarium

Turunnya gonad pada wanita berlangsung jauh lebihsedikit, dan ovarium


akhirnya berada tepat di bawah batas pelvis minor. Ligamentum genitale kranial
membentuk ligamentum suspensorium ovarii, sedangkan ligamentum genitale
kaudal membentuk ligamentum ovarii proprium dan ligamentum rotundum uteri.
Ligamentum rotundum ini membentang hingga ke labia mayora. Sistem genitalis
terdiri dari (a) gonad atau kelenjar seks primitif, (b) duktus genitalis, dan (c)
genitalia eksterna. I(etiga komponen ini menjalani stadium indiferen yang
memungkinkan ketiganya dapat berkembang menjadi pria atau wanita. Gen
SRYdi kromosom Y menghasilkan testes-determining factor (faktor penentu
testis) dan mengatur perkembangan jenis kelamin pria. Gen-gen di sebelah hilir
dari SRY antara lain adalah SOX9 dan factor steroidogenesis yang merangsang

46
diferensiasi sel Sertoli dan Leydig di testis. Ekspresi gen SRY menyebabkan (a)
pembentukan korda medularis (testis), (b) pembentukan tunika albuginea, dan (c)
korda kortikalis (ovarium) gagal berkembang. WNT4 adalah gen utama untuk
pembentukan ovarium. Gen ini meningkatkan ekspresi DAXI yang menghambat
ekspresi SOX9. Kemudian, bersama dengan gen- gen disebelahhilirmenyebabkan
terbentuknya ovarium disertai (a) korda kortikalis tipikal, (b) lenyapnya korda
medularis (testis), dan (c) tidak terbentuknya tunika albuginea. Jika sel
germinativum primordial gagal mencapai gonad indiferen, gonad tetap berada
dalam keadaan indiferen atau tidak terbentuk. Sistem duktus indiferen dan
genitalia eksterna berkembang di bawah pengaruh hormon. Testosteron yang
dihasilkan oleh sel Leydig di testis merangsang perkembangan duktus
mesonefrikus (duktus deferens epididimis), sedangkan MIS yang dihasilkan oleh
sel Sertoli di testis menyebabkan regresi duktus paramesonefrikus (sistem ductus
pada wanita). Dihidrotestosteron merangsang perkembangan genitalia eksterna,
penis, skrotum, dan prostat. Estrogen memengaruhi p erkembangan sistem
paramesonefros pada wanita, termasuk pembentukan tuba uterina, uterus, serviks,
dan bagian atas vagina. Hormon ini juga merangsang diferensiasi genitalia
eksterna, termasuk cliditoris, labia, dan bagian bawah vagina.

HISTOLOGI

TESTIS

47
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu
tunica albuginea. Tunica albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan
membentuk mediastinum testis, tempat septa fibrosa mempenetrasi organ tersebut
dan membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid atau lobulus
testis. Septa ini tidak kontinu, dan sering terbentuk hubungan antar lobulus. Setiap
lobulus dihuni oleh satu sampai empat tubulus seminiferus yang dikelilingi
jaringan ikat longgar interstisial yang banyak mengandung pembuluh darah dan
limfe, saraf, dan sel interstisial (sel Leydig) endokrin yang menyekresi
testosteron. Tubulus seminiferus menghasilkan sel reproduksi pria, yaitu
spermatozoa, sedangkan sel interstisial menyekresikan androgen testis. Testis
berkembang secara retroperitoneal pada dinding dorsal rongga abdomen
embrional. Testis bergerak selama perkembangan fetus dan akhirnya tertahan di
kedua sisi skrotum pada ujung funiculus spermaticus. Karena bermigrasi dari
rongga abdomen, setiap iestis membawa serta suatu kantong serosa, yakni tunica
vaginalis, yang berasal dariperitoneum. Tunika ini terdiri atas lapisan parietal di
luar dan lapisan viseral di sebelah dalam, yang membungkus tunica albuginea
pada sisi anterior dan lateral testis. Suhu sangat penting pada pengafuran
spermatogenesis, yang hanya terjadi di bawah suhu tubuh inti sebesar 37'C. Suhu
testis sekitar 34'C diperiahankan dalam kantong testis melalui berbagai
mekanisme. Setiap a. testicularis dipertahan, kan oleh pleksus vena pampiniformis
dengan darah dingin dari testis yang menarik panas dari darah arteri melalui suatu

48
sistem pertukaran panas ba1ik. Evaporasi keringat dari skrofum juga berkontribusi
pada pengeluaran panas. Relaksasi atau kontraksi m. dartos skrofum dan m.
cremaster funiculus spermaticus, masing-masing, menggerakkan testis menjauhi
atau mendekati fubuh, yang memungkinkan pengaturan suhu tubuh lebih lanjut.

Tubulus Seminiferus

Sperma dihasilkan dalam tubulus seminiferus dengan laju sekitar 2 x 108


per hari pada pria dewasa. Setiap tesfis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di
lobulusnya, dengan setiap tubulus seminiferus yang berdiameter sekitar 150-250
prm dan panjang 30-70 cm. Panjang gabungan seluruh tubulus pada satu testis
mencapai sekitar250 m. Setiap tubulus ini merupakan suatu gelung berkelok yang
dihubungkan oleh suatu segmen pendek dan sempit, yaitu tubulus rektus, dengan
rete testis, yakni suatu labirin saluran berlapis-epitel yang tertanam di
mediastinum testis. Sepuluh hingga dua puluh ductulus efferen menghubungkan
rete testis dengan caput epididymidis. Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh
suatu epitelberlapis khusus dan kompleks yang disebut epitel germinal atau epitel

49
seminiferus. Membran basal epitel ini dilapisi olehjaringan ikat fibrosa, dengan
suatu lapisan terdalam yang mengandung sel-sel mioid gepeng dan menyerupai
otot polos yang memungkinkan kontraksi lemah tubulus. Sel-sel interstisial berada
pada iaringan ikat di antara tubuli seminiferus. Epitel fubulus seminiferus terdiri
atas dua jenis sel: sel penyokong atau sustentakular (sel Sertoli) dan sel-sel
proliferative dari garis keturunan spermatogenik. Sel-sel turunan spermatogenik
membentuk empat sampai delapan lapisan konsentris sel dan fungsinya adalah
menghasilkan sel yang menjadi sperma. Bagian produksi sperma yang mencakup
pembelahan sel melalui mitosis dan meiosis disebut spermatogenesis. Diferensiasi
akhir sel benih pria haploid disebut spermiogenesis.

Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai saat pubertas dengan se1 benih primitif, yaifu
spermatogonium (Yun. sperma + gone, generasi), relatif merupakan sel bulat kecil
dengan diameter sekitar 12 ptm. Sel ini berada di bagian basal epitel dekat
membran basal dan berbagai tahap perkembangannya dikenali terutama dari
bentuk dan sifat pulasan intinya. Pada saat terjadinya pematangan sistem kelamiry
sel ini mulai mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi sel-sel yang baru.
Spermatogonia dengan inti ovoid dan gelap bertindak sebagai selpunca, yang
tidak sering membelah danmembentuk sel punca baru dan se1 dengan inti ovoid
yang terpulas lebih pucat, yang membelah lebih cepat sebagai sel transit
(progenitor) penguat. Spermatogonia tipe A masing-masing mengalami sejumlah
pembelahan klonal khusus yang tetap saling terhubung sebagai suatu syncytium,
dan membentuk spermatogonia tipe B yang memiliki inti pucat yang lebih sferis.
Setiap spermatogonium tipe B mengalami pembelahan mitosis akhir dan
membentuk dua sel yang ukurannya bertambah dan menjadi spermatosit primer,
yang merupakan sel dengan inti eukromatik. Spermatosit primer mereplikasi
DNAnya sehingga setiap kromosom terdiri atas kromatid ganda dan mengalami
mitosis dan selama mitosis ini, kromosom homolog berkumpul bersama dalam
sinaps, rekombinasi DNA terjadi dan dua pembelahan se1 cepat menghasilkan sel
haploid; spermatosit primer memiliki 46 kromosom (44+XY), jumlah diploid dan

50
kandungan DNA sebesar 4N. (N menunjukkan susunan hapIoid kromosom
sebanyak 23 pada manusia atau jumlah DNA dalam susunan ini.) Segera setelah
terbenfuk, sel-sel ini memasukitahap profase meiosis pertama yang berlangsung
sekitar 22 hari. Kebanyakan spermatosit primer yang terlihat pada potongan ini
berada pada tahap meiosis. Spermatosit primer merupakan sel terbesar pada garis
keturunan spermatogenik dan ditandai dengan keberadaan kromosom yang
mengalami kondensasi parsial dalam berbagai tahap sinapsis dan rekombinasi.
Kromosom homolog berpisah pada pembelahan meiosis pertama dan
menghasilkan sel berukuran lebih kecil yang disebut spermatosit sekunder dengan
hany a 23 kromosom (22 + X atau 22 + Y ), tetapi masing-masing terdiri atas dua
kromatid sehingga jumlah DNA menjadi 2N. Spermatosit sekunder jarang diamati
dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur-pendek yang berada dalam
tahap interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan
meiosis kedua. Pembelahan setiapspermatosit sekunder memisahkan kromatid di
setiap kromosom dan menghasilkan dua sel haploid yang disebut spermatid, yang
masing-masing mengandung 23 kromosom. Karena tidak ada fase-S (replikasi
DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan kedua, jumlah DNA
per sel berkurang setengah ketika kromatid berpisah dan sel yang terbentuk
bersifat haploid (1N). Dengan fertilisasi, ovum dan sPerma haploid yang
dihasilkan oleh meiosis bersatu dan jumlah diploid normal untuk spesies
dipertahankan.

Sel Sertoli

51
Sel Sertoli, sesuai nama Enrico Sertoli (1842-1910) yang pertama kali
memperlihatkan makna fisiologisnya, sangat penting untuk fungsi testis. Sel-sel
ini merupakan sel pyramid atau kolumnar yang sebagian membungkus sel-sel dari
garis keturunan spermatogenik dan berfungsi sebagai sel penunjang atau sel
perawat. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basal dan ujung apikalnya sering
terjulur ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan mikroskop cahaya, bentuk
sel Sertolitidak jelas terlihat karena banyaknya juluran lateral yang mengelilingi
sel spermatogenik. Setiap sel Sertoli menyangga 30-50 sel benih dengan berbagai
tahap perkembangan. Kajian dengan TEM mengungkapkan bahwa sel-sel Sertoli
mengandung banyak RE halus, sejumlah RE kasar, kompleks Golgi yang
berkembang baik, dan seiumlah besar mitokondria dan lisosom. Inti yang
memanjang, yang sering berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan dan sebuah
anak inti yang mencolok, sering memperlihatkan sedikit heterokromatin. Taut
kedap yang erat di antara membran basolateral sel-sel Sertoli yang berdekatan
membenfuk suatu sawar testis-darah pada epitel seminiferus, yailu sawar darah-
jaringan yang paling erat pada mamalia. Sawar fisis ini merupakan bagian dari

52
sistem yang mencegah serangan autoimun terhadap sel spermatogenik yang khas,
yang pertama kali muncul lama setelah sistem imun menjadi matang dan
toleransi-diri telah terbentuk. Spermatogonia terletak pada kompartemen basal,
yang berada dibawahtautdanmembuka kejaringaninterstisial bervaskular yang
mengandung limfosit dan sel penyajiantigen. Di awal meiosis, spermatosit yang
baru terbentuk mengganggu molekul adhesi sel di sebagian besar taut basal untuk
sementara yang membentuk taut baru di antara faktorfaktor adhesi di membrannya
sendiri dan membran sel Sertoli, dan bergerak ke dalam kompartemen adluminal
tanpa mengganggu sawar testis-darah. Spermatosit dan spermatid melekat erat
pada sel Sertoli, terletak di dalam invaginasi-dalam pada membran lateral dan
apikal sel ini, di atas sawar. Pergerakan sel spermatogenik di antara sel penyokong
saat mempertahankan taut kedap efektif di antara semua sel lebih kuat berada
dalam ingatan jika kita mengingat bahwa sel benih tetap terhubung oleh jembatan
antarsel. Sewaktu ekor flagella spermatid berkembang, flagela tersebut tampak
sebagai jerumbai yang meluas dari ujung apikal sel Sertoli. Sel Sertoli juga
dihubungkan dan dipasangkan secara ionik oleh sejumlah besar taut celah yang
dapat membanfu mengatur perubahan transien pada taut kedap dan
pengoordinasian siklus epitel seminiferus yang dijelaskan sebelumnya.

Jaringan Interstisial

53
Jaringan interstisial testis merupakan temPat produksi androgen. Ruang di
antara tubulus seminiferus terisi oleh jaringan ikat yang mengandung sel mast,
makrofag, saraf, pembuluh darah dan limfe, termasuk kapiler bertingkap. Selama
pubertas, sel interstisial, atau sel Leydig, menjadi jelas sebagai sel bulat atau
poligonal dengan inti di pusat dan sitoplasma eosinofilik dengan banyak tetes
lipid halus. Sel-sel ini menghasilkan hormon pria testosteron, yang berlungsi bagi
perkembangan ciri kelamin pria sekunder. Testosteron di sintesis oleh enzim-
enzim yang terdapat pada mitokondria dan RE halus dalam suatu system dengan
system pada sel korteks adrenal. Ketika sel Sertoli dirangsang oleh FSI sekresi
testosterone oleh sel interstisial ditingkatkan oleh hormon gonadotropik lain pada
hipofisis, hormon luteinisasi (LH), yang juga diseLut hormon penstimulasi sel
interstisial (ICSH). Jadi, sintesis testosteron dimulai saat pubertas, saat
hipotalamus mulai menghasilkan hormon pelepas-gonadotropin. Pada testis
embrionik berusia lanjut, hormon gonadotropin dari plasenta merangsang sel
interstisial menyintesis testosteron yang diperlukan untuk perkembangan duktus
dan bagian lain sistem reproduksi pria. Sel interstiiial janin sangat aktif selama

54
bulan ketiga dan keempat kehamilan, lalu beregresi dan menjadi sel tenang yang
menyerupai fibroblast hingga pubertas ketika sel ini kembali menyintesis
testosterone sebagai respons terhadap gonadotropin hipofisis.

DUCTUS INTRATESTIEULARIS

Duktus genital intratestis adalah tubulus lurus (tubuli recti), rete testis, dan
ductuli efferentes. Duktus-dukfus tersebut membawa spermatozoa dan cairan dari
fubulus seminiferus ke ductus epididymidis. Kebanyakan tubulus seminiferus
terdapat dalam bentuk lengkungary dan kedua ujungnya berhubungan dengan rete
testis oleh tubulus rektus yang pendek. Tubulus ini dikenali oleh hilangnya sel
spermatogenik secara berangsur, dengan bagian awal dengan dinding yang hanya
dilapisi sel Sertoli, yang diikuti ruas utama yang terdiri atas epitel kuboid yang
ditunjang oleh selubung jiringan ikat padat. Semua tubuius rekfus mencurahkan
isinya ke dalam rete testis, suatu jalinan saluran yang saling terhubung dan

55
dilapisi epitel kuboid. Saluran di rete testis terbenam dalam jaringan ikat
mediastinum. Rete testis bermuara ke dalam sekitar 20 ductuli efferente. Ductuli
efferentes dilapisi epitel khas dengan kelompok sel kuboid tak bersilia yang
diselingi sel bersilia yang lebih tinggi. Hal ini memberikan epitel tersebut
gambaran bergelombang yang khas. Sel tak bersilia mengabsorpsi sebagian besar
cairan yang disekresikan oleh tubulus seminiferus. Aktivitas sel bersilia dan
absorpsi cairan menimbulkan aliran cairan yang menyaPu sPerma ke arah
epididimis. Suatu lapisan tipis sel otot polos sirkular tampak di luar lamina basal
epitel yang membantu pergerakan sperma. Ductuli efferentes bermuara ke dalam
ductus epididymidis.

DUKTUS GENITAL EKSKRETORIK

Duktus genital ekskretorik mencakup ductus epididymidis, ductus deferens


(vas deferens), dan uretra. Saluran-saluran tersebut mengangkut sPerma dari
epididimis ke penis selama ejakulasi. Ductus epididymidis adalah saluran tunggal
yang sangat berkelok dengan panjang sekitar 4-5 m. Betsama dengan simpai
jaringan ikat dan pembuluh darah di sekitarnya, saluran panjang ini membentuk
caput, corpus, dan cauda epididymidis, yang berjalan di sepanjang sisi superior

56
dan posterior setiap testis. Sperma disimpan pada epididimis dan memperoleh
karakteristik akhirnya di tempat tersebut termasuk motilitas, reseptor membran
untuk protein zona pellucida, pematangan akrosom, dan kemampuan membuahi'
Ductuli efferentes bergabung dengan duktus pada caput epididymidis dan
bermuara ke dalam ductus (vas) deferens di cauda. Ductus epididymidis dilapisi
epitel kolumnar bertingkat yang terdiri atas sel basal bulat dan sel
kolumnardengan mikrovili panjang iregular bercabang yang disebut stereosilia.
Sel epitel ductus epididymidismenyerap air dan berperan pada ambilan dan
pencernaan badan residu yang dihasilkan selama spermiogenesis. Sel-sel ini
difuniang pada lamina basal yang dikelilingi oleh sel otot polos, dengan kontraksi
peristalsisnya mengerakkan sperma di sepanjang duktus tersebut, dan oleh
jaringan ikat longgar yang kaya akan kapiler. Dari epididimis, ductus (vas)
deferens, suatu tubulus lurus panjang berdinding otot tebaf berlanjut ke arah
urethra pars prostatica dan bermuara ke dalamnya. Ducfus deferens ditandai
dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos tebal. Mukosanya terlipat
memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat kolumnar dengan sebaran
stereosilia. Lamina propria banyak mengandung serat elastin dan lapisan
muscularis yang terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam dan lapisan
sirkular. Selama ejakulasi otot-otot menghasilkan kontraksi peristaltik kuat yang
secara cepat menggerakkan sperma di sepanjang ductus ini dari epididimis.
Ducfus deferens membentuk bagian funiculus spermaticus, yang mencakup a.
testicularis, plexus pampiniformis, dan saraf. Setelah melalui kandung kemifu
ductus eferens melebar membentuk ampula, dengan epitel yang lebih tebal dan
terlipat-lipat. Di bagian akhir ampula ini, vesicula seminalis bergabung dengan
duktus. Dari tempat ini, ductus deferens memasuki kelenjar prostat dan bermuara
ke dalam urethra prostatica. Segmen yang memasuki prostat disebut ductus
ejaculatorius. Mukosa ducfus deferens berlanjut melalui ductus ejaculatorius,
tetapi lapisan otot menghilang di belakang ampula.

PENIS

57
Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil,
dan urethra penis, yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini-
corpora cavernosa-terletak di dorsal. Yang lain-corpus spongiosum-terletak di
urethra dan mengelilingi urethra. Corpus spongiosum urethra melebar di bagian
ujung, yang membentuk glans penis. Sebagian besar urethra penis dilapisi oleh
epitel bertingkat silindris. Pada glans, epitel ini menjadi epitel berlapis gepeng dan
bersambung dengan epitel epidermis tipis yang melapisi glans. Kelenjar urethra
kecil penyekresi-mukus (kelenjar Littre) terdapat di sepanjang urethra penis. Pada
pria yang tidak disunat, permukaan glans dilapisi oleh prepusium, suatu lipatan
retraktil kulit tipis dengan kelenjar sebasea pada lipatan internal. Corpora
cavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kua! yaitu tunica albuginea.
Corpora cavernosa dan corpus spongiosum terdiri atas jaringan erektil, yang
mengandung sejumlah besar ruang kavernosa bervena yang dilapisi sel-sel endotel
dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot
polos. Pendarahan arteri penis diperoleh dari a. pudenda interna, yang membenfuk
asal a. profunda dan a. dorsalis penis. Arteria profunda bercabang membenfuk
arteri nutritif ke trabekula dan aa. helicinae bergelung, yang bermuara langsung ke

58
dalam ruang-ruang kavernosa pada jaringan erektil. Terdapat pirau arteriovenosa
di antara aa. helicinae dan v. dorsalis profunda. Ereksi penis melibatkan pengisian
ruang kavernosa di corpora cavernosa dan corpus spongiosum dengan darah. Hal
ini dimulai dengan rangsang eksternal ke SSP dan diatur oleh input saraf autonom
ke otot polos pada dinding vascular penis. Stimulasi parasimpatis melemaskan
otot di trabekula dan melebarkan aa. helicinae yang menimbulkan peningkatan
aliran darah ke dalam ruang kavernosa. Ruang yang terisi menekan venula dan
vena ke tunica albuginea yang padat sehingga menghambat aliran darah dan
menimbulkan pembengkakan dan kekakuan pada batangiaringan erektil. Dimulai
dengan ejakulasi, pelepasan saraf simpatis merangsang konstriksi aa. helicinae,
yang mengurangi aliran darah ke dalam ruang tersebut dan menurunkan tekanan
di tempat ini dan memungkinkan pembukaan vena dan mengalirkan sebagian
besar darah dari jaringan erektil.

OVARIUM

Ovarium merupakan struktur berbentuk buah kenari dengan panjang


sekitar 3 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm. Setiap ovarium ditutupi epitel selapis
kuboid, yaitu epitel germinativum, yang berlanjut dengan mesotel dan menufupi
selapis simpai jaringan ikat padat, yakni tunica albugine4 seperti simpai testis dan
membuat warna ovarium menjadi keputihan. Sebagian besar ovarium terdiri atas
korteks, suatu regio yang terisi dengan stroma jaringan ikat yang banyak
mengandung sel dan banyak folikel ovarium dengan ukuran yang sangat
bervariasi pada ovarium dewasa. Bagian terdalam ovarium adalah medula, yang
mengandung
jaringan ikat longgar dan pembuluh darah yang memasuki organ melalui hilum
dari mesenterium yang menahan ovarium. Tidak ada batas yang tegas antara
daerah korteks dan medula ovarium.

KELENJAR PAYUDARA

59
Pada bulan pertama kehidupan embrio, sejumlah kecil populasi sel benih
primordial bermigrasi dari kantong kuning telur (yolk sac) ke primordia gonad. Di
gonad, sel-sel ini membelah dan berdiferensiasi menjadi oogonia. Pada ovarium
yang berkembang pada embrio berusia dua bulary terdapat sekitar 600.000
oogonia yang menghasllkan lebih dari 7 juta sel pada bulan kelima. Pada awal
bulan ketiga, oogonia mulai memasuki profase dari pembelahan meiosis pertama
tetapi terhenti setelah menyelesaikan sinapsis dan rekombinasi, tanpa berlanjut ke
tahap meiosis berikutnya. Selsel yang terhenti pada meiosis ini adalah oosit
primer (Yun. oon, telur, + kytos, sel). Setiap oosit primer dikelilingi oleh se1
penyangga pipih yang disebut sel-sel folikel di dalam suatu folikel ovarium.
Menjelang bulan ketujuh perkembangary kebanyakan oogonia telah
bertransformasi menjadi oosit primer di dalam folikel. Akan tetapi, banyak oosit
primer akan lenyap melalui proses degeneratif perlahan yang disebut atresia. Pada
masa pubertas, ovarium mengandung sekitar 300.000 oosit. Karena pada
umumnya hanya satu oosit yang kembali menjalani meiosis di setiap siklus
menstruasi (ratarata berlangsung 28 hari) dan masa reproduksi seorang wanita
berlangsung sekitar 30-40 tahun, hanya sekitar 450 oosit yang dibebaskan dari
ovarium melalui ovulasi. Semua oosit lainnya akan berdegenerasi melalui atresia.

Folikel Ovarium
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi satu atau
lebih sel epitel. Folikel yang terbentuk selama kehidupan janin-folikel primordial-
terdiri atas sebuah oosit primer yang dibungkus selapis sel folikel pipih. Folikel
ini terdapat pada lapisan superfisial di daerah korteks. Oosit dalam folikel
primordial adalah suatu sel sferis berdiameter sekitar 25 prm dengan inti yang
besar dan kromosom yang kebanyakan bergelung pada profase meiosis pertama.
Organel dalam sitoplasmanya cenderung berkelompok di dekat inti dan mencakup
banyak mitokondria, beberapa kompleks Golgi, dan sisterna retikulum
endoplasma. Lamina basal mengelilingi sel folikular, dan menandai batas antara
folikel dan stroma bervaskular.

60
TUBA UTERINA
Tuba uterina atau oviduk adalah dua tabung berotot dengan mobilitas yang
tinggi, dan masing-masing sepanjang sekitar 12 cm. Setiap tuba memiliki ujung
berbentuk corong, yaitu infundubulum, yang terbuka ke arah rongga peritoneum
di dekat ovarium dan dengan juluran mirip jarifari yang disebut fimbriae (L.,
juluran). Deretan regio di sepanjang setiap tuba adalah sebagai berikut:
a. Infundibulum
Ampulla, area terpanjang dan lebar biasanya terjadi, Isthmus, suatu regio
yang lebih sempit dan
b. Bagian uterus atau intramural, yang melalui dindinguterus dan membuka
ke dalam bagian dalam organ. Dinding oviduk terdiri atas lipatan mukosa,
suatu lapisan muskularii tebal dengan ialinan lapisan sirkular (atau spiral)
dan longitudinal otot polos dan suatu serosa tipis yang dilapisi oleh
peritoneum viseral dengan mesotel. Mukosa tuba memiliki banyak lipatan
panjang bercabang yang paling mencolok di bagian ampula, Iabirin pada
potongan melintang mukosa ini makin mengecil pada segmen tuba yang
berdekatan dengan uterus dan tidak terdapat pada bagian intramural tuba.
Mukosa tuba terdiri atas epitel selapis silindris di lamina propria jaringan
ikat longgar. Epitelnya mengandung dua jenis sel yang penting secara
fungsional: sel bersilia dan sel sekretoris yang terpuias lebih gelap, atau
peg cell dengan ujung apikal menonjol ke dalam lumen. Silia melecut ke
arah uterus, dan menggerakkan lapisan tipis cairan kental yang menutupi
permukaan epitel dan mengandung glikoprotein dan komponen nutrien
yang dihasilkan sel sekretorii. Terutama dengan rangsangan estrogen, silia
memanjang dan kedua tipe sel mengalami hipertrofi selama fase
pertumbuhan foliiel siklus ovarium dan mengalami atrofi dengan
kehilangan silia selama fase luteal lanjut. Saat terjadi ovulasi, tuba uterina
memperlihatkan pergerakan aktif. Juluran infundibulum sangat mendekati
ovarium dan sebagian menutupi permukaannya. Hal ini memudahkan
transpor oosit sekunder yang diovulasi ke dalam fuba. Dengan bantuan
kontraksi otot fimbriae dan aktivitas silia epitel, oosit memasuki

61
infundibulum dan bergerak menuju ampulla. Sekret yang melapisi tuba
memiliki zat nutrisi dan bersifat protektif bagi oosit dan sperma, termasuk
faktor yang meningkatkan aktivasi sperma (kapasitasi). Oosit biasanya
tetap hidup maksimum hingga sekitar 24 jam jika tidak dibuahi. Selain
biasanya terjadi di ampulla, fertilisasi berakhir dengan penyatuan sperma
dan sel telur yang bersifat haploid dan menghasilkan jumlah diploid
kromosom yang khas untuk spesies. Akan tetapi, fertilisasi mula-mula
mendorong oosit menyelesaikan pembelahan meiosis kedua, dengan
pembentukan ovum dan pelepasan badan polar kedua. Corona radiata
biasanya masih ada ketika sperma membuahi oosit dan selnya semakin
terlepas selama beberapa jam berikutnya. Sel diploid yang terbentuk
selama fertilisasi, yaitu zigot (Yun., zygotos, terhubung bersama),
memulai pembelahan sel dan diangkut ke uterus, yang memerlukan waktu
sekitar 5 hari. Kontraksi lapisan otot tuba, bersama pergerakan silia lapisan
yang menufupi mukosa, mengangkuiembrio awal ke arah uterus. Aktivitas
silia tampaknya tidak begitu penting, karena proses pengangkutan
biasanya terjadi pada wanita dengan sindrom silia imotil.

UTERUS
Seperti diperlihatkan pada uterus adalah organ berbentuk pir dengan
dinding otot yang tebal. Bagian terbesarnya, yaitu badan (korpus), dimasuki tuba
uterina kanan dan kiri dan area superior yang melengkung di antara kedua tuba
disebut fundus. Uterus menyempit di isthmus dan berakhir dengan suatu str-uktur
silindris di bawah, yakni cervix, dengan lumen di regio ini yang masing-masing
disebut ostium internum dan canalis cervicis. Dengan sokongan serangkaian
ligamen dan mesenterium yang juga berhubungan dengan ovarium dan tuba
uterina, dinding uterus memiliki tiga lapisan utama: suafu lapisan jaringan ikat
luar, perimetrium, yang bersambung dengan ligamen, yang berupa lapisan
adventisia di sejumlah area, tetapi kebanyakan berupa serosa yang dilapisi
mesotel. lapisan tebal otot polos yang memiliki banyak pembuluh darah,
miometrium, dan suatu mukosa, endometrium, yang dilapisi oleh epitel kolumnar

62
selapis. Ketiga lapisan tersebut bersambung dengan padanannya di tuba uterina.
Ketebalan dan struktur endometrium, yang bahkan melebihi ketebalan mukosa
tuba,.dipengaruhi secara siklik oleh perubahan kadar hormon ovarium.

Miometrium
Miometrium yakni lapisan yang paling tebal di uterus, terdiri atas berkas-
berkas serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat dengan banyak
pembuluh darah. Berkas otot polos ini membentuk empat lapisan yang tidak
berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat yang
tersusun sejajar dengan sumbu panjang organ, dengan lapisan tengah yang
mengandung pembuluh darah besar. Selama kehamilan, miometrium akan
mengalami masa pertumbuhan pesat yang melibatkan hiperplasia (bertambahnya
jumlah sel otot polos) dan hipertrofi (bertambahnya ukuran sel). Selama
pertumbuhan tersebut, banyak sel otot polos juga aktif menyintesis kolagen.
Setelah kehamilan, sejumlah besar sel otot polos mengerut, dan banyak di
antaranya mengalami apoptosis dengan penghancuran kolagen yang tidak
diperlukary dan uterus kembali hingga hampir mencapai ukurannya sebelum
kehamilan.

Endometrium
Lamina propria atau jaringan ikat stroma endometrium terutama
mengandung serat kolagen tipe III dengan sejumlah besar fibroblas dan substansi
dasar. Sel-sel epitel kolumnar pelapisnya memiliki sel-sel bersilia dan sekretoris.
Se1 sekretoris membentuk lapisan sejumlah besar kelenjar uterus fubular dalam
kelenjaL yang mempenetrasi ketebalan endometrium. Lapisan endometrium dapat
dibagi menjadi dua zona: (1) Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium
mengandung lamina propria yang memiliki banyak sel dan ujung
basal'kelenjaruterus. (2) Lapisan fungsional (atau functionalis) superfisial
mengandung lamina propria yang berspons dan memiliki lebih sedikit sel,
lebihbanyak mengandung substansi dasar, sebagian besar panjang kelenjar, dan
epitel permukaan. Lapisan fungsional mengalami perubahan drastis selama siklus

63
haid, tetapi lapisan basal relatif tidak berubah. Pembuluh darah yang mendarahi
endometrium terutama penting untuk pelepasan sebagian besar lapisan fungsional
ini secara periodik selama haid. Arteria arcuata di lapisan tengah miometrium
memberi cabang berupa dua set arteri kecil ke endometrium: arteri lurus (a. recta),
yang hanya menyuplai lapisan basal, dan a. spiralis, yang terbentang lebih jauh
dan mengalirkan darah melalui lapisan ungsional. Arteria spiralis bercabang
dengan banyak arteriol yang menyuplai jalinan kapiler yang meliputi banyak
pembuluh lebar berdinding-tipis, disebut lacuna vascularis.

Siklus Haid
Di seluruh sistem reproduksi wanita, estrogen dan progesterone
mengendalikan pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel dan jaringan ikat terkait.
Bahkan sebelum lahir, sel-sel ini dipengaruhi estrogen dan progesteron yang
beredar dalam darah ibu dan mencapai janin melalui plasenta. Setelah menopause/
penurunan sintesis hormon-hormon ini menyebabkan involusi umum jaringan
pada organ reproduksi. Dari saat pubertas hingga menopause pada usia sekitar 45-
50, gonadotropin hipofisis menghasilkan perubahan siklik kadar hormon ovarium,
yang menyebabkan endometrium mengalami perubahan struktural siklik selama
siklus haid. Durasi siklus haid bervariasi tetapi rata-rata berlangsung selama 28
hari. Karena siklus haid disebabkan oleh perubahan fotikel ovarium yang terkait
dengan produksi oosit, seorang wanita hanya fertil pada tahun-tahun ketika ia
mengalami siklus haid. Hari pertama siklus haid biasanya dianggap sebagai hari
saat perdarahan haid mulai muncul. Produk haid terdiri atas endometrium yang
berdegenerasi dengan darah dari vascular yang rupfur. Fase menstruasi
berlangsung rata-rata Z-4hari. Fase berikutnya, yaitu fase proliferasi, memiliki
lama yang bervariasi, dengan rerata 8-10 hari, dan fase sekresi yang bermula saat
ovulasi dan berlangsung sekitar 14 hari. Pentbahan struktur yang terjadi selama
siklus timbul secara berangsur, dan peristiwa yang menandai fase-fase tersebut
terjadi secara tumpang tindih.

VAGINA

64
Dinding vagina (L, vagina, selubung, sarung) tidak memiliki kelenjar dan
terdiri atas tiga lapisan: mukosa, lapisan muskularis, dan adventisia. Mukus yang
menutupi lumen vagina dihasilkan oleh kelenjar serviks uterus. Selama
berhubungan seksual, mukus pelumas tambahan dihasilkan oleh sejumlah besar
glandula vestibularis minor dan pasangan glandula vestibularis major yang
membuka ke dalam vestibulum, suatu ruang yang terselubungi di dalam labia
minora yang juga mengandung orificium vaginae dan orificium urethrae dan
jaringan erektil anterior klitoris. Epitel gepeng berlapis yang melapisi berbagai
komponen vestibulum, yang bersama-sama membentuk genitalia externa, bersafu
dengan epidermis kulit sekitar. Mukosa struktur tersebut banyak disuplai oleh
saraf
sensorik dan berbagai reseptor taktil yang biasanya ditemukan pada kulit, yang
penting pada fisiologi rangsangan seksual. Epitel mukosa vagina merupakan epitel
berlapis gepeng dengan tebal 150-200 prm pada orang dewasa. Sel-selnya dapat
mengandung sedikit keratohialin, tetapi mengalami keratinisasi membentuk
lempeng-lempeng keratin seperti pada epidermis. Datam pengaruh estrogery sel
epitel menyintesis dan mengumpulkan glikogen. Ketika sel-sel terlepas, bakteri
memetabolisme glikogen menjadi asam laktat, yang menyebabkan rendahnya pH
dalam vagina, yang membanfu memberikan perlindungan terhadap beberapa
mikroorganisme patogen. Lamina propria mukosa banyak mengandung serat
elastin dan memiliki banyak papila sempit yang menonjol ke dalam lapisan epitel.
Jaringan ikat vagina biasanyamengandung limfosit dan neutrofil dalam jumlah
relatif besar. Selama fase pramenstruasi dan menstruasi, leukosit khususnya
banyak dijumpai di seluruh mukosa dan di lumen vagina. Mukosa vagina itu
sendiri memiliki sedikit ujung saraf sensorik. Lapisan otot pada vagina terutama
terdiri atas dua lapis otot polos khusus, yang tersebar sebagai berkas otot sirkular
yang bersebelahan dengan mukosa dan berkas longitudinal yang lebih tebal di
dekat lapisan adventisia. Jaringan ikat adventisia kaya akan serat elastin, yang
membuat dinding vagina menjadi kuat dan elastis yang menghubungkannya
dengan jaringan ikat sekitar. Lapisan luar ini juga mengandung pleksus vena yang
luas, pembuluh limfe dan saraf.

65
KELENJAR PAYUDARA
Kelenjar payudara terbentuk secara embriologis sebagai invaginasi
ektoderm permukaan di sepanjang garis ventral, garis laktasi, dari aksila hingga
selangkangan. pada manusia, satu set kelenjar yang menyerupai kelenjar keringat
apokrin yang termodifikasi menetap di setiap sisi dada. Setiap kelenjar payudara
terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi
menyekresi air susu untuk memberi nutrisi neonatus. Setiap lobus, yang
dipisahkan safu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan adiposa,
merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan ductus lactiferi ekskretorisnya sendiri.
Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, berkumpul secara terpisah di papilla
mammae yang memiliki 15-25 muar4 masing-masing berdiameter 0,5 mm.
Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia,
dan status fisiologis.

Perkembangan Payudara Selama pubertas


Sebelum pubertas, kelenjar mammae pada kedua jenis kelamin terdiri atas
sinus lactiferi di dekat puting, dengan cabang duktus kecil dari sinus ini. Pada
gadis yang mengalami pubertas dan kadar estrogen sirkulasi yang lebih besar,
payudara membesar akibat akumulasi adiposit di jaringan ikat dan meningkatnya
pertumbuhan dan percabangan sistem duktus. Puting membesar seiring
perfumbuhan sinus lactiferi.

BIOKIMIA

Kimia dan Biosintesis


Testosteron

66
Testosteron, hormon utama testis, adalah suatu steroid C19 dengan sebuah
gugus -OH di posisi 17. Hormon ini disintesis dari kolesterol di sel-sel Leydig dan
juga terbentuk dari androstenedion yang disekresikan oleh korteks adrenal. Jalur
biosintetik pada semua organ endokrin yang membentuk hormon steroid serupa,
organ-organ tersebut hanya berbeda dalam system enzim yang dikandungnya. Di
sel Leydig, tidak terdapat 11- dan 21-hidroksilase yang dijumpai di korteks
adrenal, tetapi ditemukan 17a-hidroksilase. Dengan demikian pregnenolon
mengalami hidroksilasi di posisi 17 untuk membentuk dehidroepi-androsteron.
Androstenedion juga terbentuk melalui progesteron dan 17- hidroksiprogesteron,
tetapi jalur ini kurang menonjol pada manusia. Dehidroepiandrosteron dan
androstenedione kemudian diubah menjadi testosteron. Sekresi testosteron berada
di bawah kontrol LH, dan mekanisme bagaimana LH merangsang sel Leydig
adalah melalui peningkatan pembentukan cAMP melalui Gs dan reseptor LH
terkait-protein G. AMP siklik meningkatkan pembentukan kolesterol dari ester-
ester kolesteril dan perubahan kolesterol menjadi pregnenolon melalui
pengaktifan protein kinase A.

Sekresi
Kecepatan sekresi testosteron adalah 4-9 mg/hari (13,9-31,33 pmol/hari)
pada pria dewasa normal. Sejumlah kecil testosteron juga disekresikan pada
wanita, mungkin berasal dari ovarium tetapi dapat juga berasal dari adrenal.

67
Transpor & Metabolisme
Sembilan puluh delapan persen testosteron dalam plasma terikat ke
protein: 65% terikat ke β-globulin yang disebut gonadal steroid-binding globulin
(GBG) atau sex steroidbinding globulin, dan 33% ke albumin. GBG juga
mengikat estradiol. Kadar testosteron plasma (bebas dan terikat) adalah 300-1000
ng/dL (10,4-34,7 nmol/1) pada pria dewasa dan 30—70 ng/dL (1,04—2,43
nmol/L) pada wanita dewasa. Kadar ini sedikit menurun seiring pertambahan usia
pada pria. Sejumlah kecil testosteron dalam darah diubah menjadi estradiol, tetapi
sebagian besar testosteron diubah menjadi 17-ketosteroid, terutama androsteron
dan isomernya etiokolanolon, dan diekskresikan di urine. Sekitar dua pertiga 17-
ketosteroid urine berasal dari adrenal, dan sepertiga berasal dari testis. Walaupun
sebagian besar 17- ketosteroid merupakan androgen lemah (memiliki potensi
testosteron sebesar 20% atau kurang), perlu ditekankan bahwa tidak semua 17-
ketosteroid adalah androgen dan tidak semua androgen adalah 17-ketosteroid.
Etiokolanolon, misalnya, tidak memiliki aktivitas androgenik, dan testosteron itu
sendiri bukan suatu 17-ketosteroid.

Efek

68
Selain efeknya selama perkembangan, testosteron dan androgen lain
memiliki efek umpan-balik inhibitorik pada sekresi LH hipofisis; membentuk dan
mempertahankan karakteristik seks sekunder pria; memiliki efek penting
anabolik-protein pendorong-pertumbuhan; dan, bersama FS H, mempertahankan
spermatogenesis.

Mekanisme Kerja

69
Seperti steroid lainnya, testosteron berikatan dengan suatu reseptor
intrasel, dan kompleks steroid-reseptor kemudian berikatan dengan DNA di
nukleus, menyebabkan transkripsi berbagai gen. Selain itu, testosteron diubah
menjadi dihidro-testosteron (DHT) oleh 5a-reduktase di beberapa jaringan
sasaran, dan DHT berikatan dengan reseptor intrasel yang sama seperti
testosteron. DHT juga bersirkulasi, dengan kadar plasma sekitar 10% kadar
testosteron. Kompleks testosteron-reseptor kurang stabil bila dibandingkan
dengan kompleks DHT-reseptor di sel sasaran, dan kompleks tersebut tidak terlalu
pas dengan status pengikatan DNA. Dengan demikian, pembentukan DHT adalah
salah satu cara untuk meningkatkan efek testosteron di jaringan sasaran. Terdapat
dua 5a-reduktase pada manusia yang dikode oleh gen yang berbeda. 5areduktase
tipe 1 ditemukan di kulit di seluruh tubuh dan merupakan enzim dominan di kulit
kepala. 5a-reduktase tipe 2 terdapat di kulit genitalia, prostat, dan jaringan genital
lainnya. Kompleks reseptor-testosteron berperan dalam pematangan struktur-
struktur ductus wolffian dan, dengan demikian, bertanggung jawab terhadap
pembentukan genitalia interna pria selama perkembangan, tetapi kompleks
reseptor-DHT diperlukan untuk mem-bentuk genitalia eksterna pria. Kompleks

70
reseptor-DHT juga berperan dalam pembesaran prostat dan mungkin penis pada
saat pubertas serta rambut wajah, jerawat, dan pengunduran temporal garis
rambut. Di pihak lain, peningkatan massa otot dan munculnya dorongan seks dan
libido pria lebih bergantung pada testosteron dari pada pada DHT.

Pembentukan Estrogen oleh Testis


Lebih 80% estradiol dan 93% estron dalam plasma pria dewasa dibentuk
melalui aromatisasi testosteron dan androstenedione dalam darah di jaringan
ekstragonad dan ekstra-adrenal. Sisanya berasal dari testis. Sebagian estradiol di
darah vena testis berasal dari sel Leydig, tetapi sebagian juga dibentuk melalui
aromatisasi androgen di sel Sertoli. Pada pria, kadar estradiol plasma adalah 20-50
pg/mL (73— 184 pmol/L) dan kecepatan produksi total adalah sekitar 50 pg/hari
(184 nmol/hari). Berlainan dengan keadaan pada wanita, pada pria terjadi
peningkatan sedang produksi estrogen seiring dengan pertambahan usia.
Hormon-hormon dibuat di testis ovarium, adrenal korteks, berguna dalam
pembentukan spermadanovum, serta sifat seks sekunder. Hormone-hormon sex
bersifat anabolik. Biosintesis hormone-hormon sex

Testosteron (C-19 ketosteroid)


Testosteron (C-19 ketosteroid) disintesis di sel-sel leidig testis, melalui 3
tahapan yaitu kolesterol-pregnenolon–progesteron-O Hprogesteron-
androstenedion–testosteron, kolesterol-pregnenolon-OH pregnenolon-
dehidroepiandrosteron-androstenedion–testosterone dan DHEA dapat langsung
menjadi testosteron tanpa melalui androstenedion. Pregnolon merupakan praza t
kortikosteroid, testosteron dan progesteron. Dehidroepiandroteron (DHEA) dan
androstenedion dibentuk di gonad dan adreanal. Adrenal merupakan sumber
utama DHEA (pria dan wanita. Pada wanita sedikit DHEA disintesis sebagai
prazat estrogen. DHEA-sulfat dari adrenal ada dalam plasma 400 x dari
testosteron, dalam testis DHEA-SO4 melepas DHEA bebas sertasintesis
testosteron. Dalam jaringan testosteron berubah menjadidehidrotestosteron (aktif)
dengan bantuan enzim redukstase. Dalam plasma 99% testosteron terikat dengan

71
proteinmembentuktestosteron binding protein (TBG) akan meningkat pada
kehamilan dan pemberian estrogen (guna penurunan kerja androgen).
Glukomineralokortikoid, hanya disintesis di adrenal, walau adrenal dantestis dapat
mensintesis androgen karenatestis tak punya enzim C-11 hidroksilase. Pada
wanita di ovarium androstenedion membentuk testosteron sedikit. Fungsi testis di
atur oleh FSH, LH dan prolaktin yang dihipofisis melalui pembentukan cAMP.
Feminisasi testis akibat terhambatnya perubahan testosteron dalam membentuk
dehidrotestosteron akibat reseptor disitosol berkurang. Androgen sintetik yaitu
fluoxy mesteron & 2-metil dehidrotestosteron. Bentuk ekskresi dalam urin dalam
bentukandrosteron, etiokolanolon (sebagai 17 ketosterol dalamjumlah besar) dan
DHEA (sedikit). Dalam urin sebagai konyugat sulfat dan glukoronat, dimana1/3
berasal dari testis yang menggambarkan keadaan testis (androsteron,
etiokolanolon, epiandrosteron).

Estrogen (C-18 ketosteroid)


Estrogen (C-18 ketosteroid) mempunyai cincin asam amino aromatik,
terdiri dari Estradiol (paling aktif), estron dan estriol (tidak aktif/ekaskresi).
Utama/terbanyak dalam urin dalam bentukestriol. Juga disintesis dalam
plasentapada masa kehamilan. Kadar estriol dalam urin dipakai untuk menilai
keadaan hubungan fetus dan plasenta pada kondisidistress (fetus gawat) kadar
estriol dalam urin ibu menurun cepat. Estriol dihidroksilasi dari estron pada C-11
serta mengalamireduksi keton pada C-17. Estrogen disintesis dalamtestis,
ovarium, adrenal, plasenta, prekusor berupatestosteron dan androstenedion.
Testosteron mengalami 19-hidroksilasi membentuk 19-OH testosteron atau 19-
OH androstenedion, 19-oksidasi membentukderivat ketodan liolisis aldehid
membentukgugus keto pada C19 hilang dengan bentukaromatisasi cincin A.
Metirapon merupakaninhibitor 19-hidroksilase. Estriol dalam urin
konyugatdengansulfat dan glukoronat. 2-hidroksiestradiol –katekolesterogen
adalah inhibitor kompleks terhadap metilasikatekolamin normal. Contoh :
katekolamin meningkat menyebabkan wanita hamil mengalami hipertensi.

72
Progesteron (Hormon Luteal)
Progesteron dibentuk di corp lutein sel graaf dan plasenta, sebagai
prekusor hormon-hormon C19 dan C21. Dibentuk oleh pregnenolon. Trimetil
androstenolon yang merupakan analog pregnenolon yang sifatnya menghambat
progesteron. Dalam darah terikat dengan protein pengikat kortikosteroid. Bentuk
ekskresi pregnediol sebagai glikoronida-sulfat 75% diekskresi dalam empedu.
Pada kelainan adrenal tertentu seperti Congenital adrenal hyperplasia (CAH) yang
ditemukan banyak pregnanetriol dalam urin (gejala khas).

Relaxin-progestational
Relaxin-progestational merupakan hormon yangdihasilkanoleh
corpusluteum dan plasenta, relaksasi simpanan pubis menjelang dan waktu
melahirkan untuk memperluas jalan lahir. Progesteron tak efektif jika diberikan
peroral untuk pil KB dipakai sintetisnya yaitu noretindron (norlutein) dan
noretynodrel (enovid).

PERKEMBANGAN MASA PUBERTAS


Mimpi terjadi karena sel otak besar bagian belakang (neuron serebrum)
secara periodik pecah dalam selang waktu 90 menit dan mengirim rangsangan
(stimulus) yang bersifat random (acak) ke bagian korteks (batang) serebrum, hal
ini mengakibatkan bagian memori, sensori, kontrol saraf dan kesadaran pada otak
terstimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian
korteks otak sehingga aktivitas otak menjadi meningkat, namun otot dalam
keadaan paralyced dan terjadilah mimpi. Mimpi basah umumnya mulai diawali pada
masa-masa menjelang remaja atau pubertas. Saat itu tubuh pria mulai memproduksi
hormon testosteron yang akan memproduksi sperma. Pada masa itu, tubuh remaja
mengalami beberapa perubahan secara alami. Penis pada remaja pria mulai
berkembang dan memanjang. Testis juga mengalami perkembangan. Bersamaan
dengan perubahan tersebut, remaja juga akan mengalami pertumbuhan rambut
kemaluan yang makin tebal dan men yebar pada sekitar alat kelamin. Selain itu,
remaja pria juga biasanya akan mengalami perubahan suara dan mengalami

73
pertumbuhan massa otot. Tinggi badan bertambah sekitar 7-8 cm per tahun. Saat
inilah, umumnya remaja pria mulai mengalami mimpi basah. Saat testis
memproduksi sperma dan penuh maka akan terjadi ejakulasi bila tidak
dikeluarkan maka terjadi mimpi basah.

Perkembangan manusia yang terdiri dari beberapa tahap salah satunya


adalah masa remaja. Dimana masa perubahan atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya, masa
remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-
22 tahun. Pubertas juga merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka
dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan
seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada seks primer (Primary Sex
Characteristics) dan perubahan pada seks sekunder (Secondary Sex
Characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan
tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan
terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan. Remaja

74
merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari.
Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder,
terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan
lingkungannya. Perubahan fisik yang dialami remaja selama masa pubertas
memberikan dampak bagi perubahan psikologis dan sosial. Perubahan psikologis
juga diakibatkan oleh peningkatan hormon gonadotropin. Pubertas terjadi sebagai
akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari
hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang
melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan
diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan
untuk reproduksi. Gonadotropin releasing hormone disekresikan dalam jumlah
cukup banyak pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada
usia gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada saat akhir kehamilan.1 Hal
ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena
peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara
periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung
sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi GnRH.2
Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus– hipofisis–
gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap. Masa pubertas disebut sebagai
masa social hunger (kehausan sosial) yang ditandai dengan adanya keinginan
untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya. Setelah anak
memasuki masa remaja akan mengalami perubahan sosial dengan memperbanyak
teman dan aktivitas dengan teman-teman sebayanya, Bentuk perubahan yang
menyertai pubertas meliputi kognitif, moral, emosi, sosial sebagai bentuk
perkembangan diri remaja.

Perubahan fisik ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda berikut:

75
1). Tanda seks primer yang berhubungan langsung dengan maturasi organ
reproduksi. Pada remaja laki-laki hal ini ditandai dengan semenarche, sedangkan
pada remaja perempuan ditandai dengan menarche.
2). Tanda seks sekunderyaitu perubahan bentuk tubuh pada kedua jenis kelamin.
Ciri-ciri pasti dari pertumbuhan fisik pada remaja yaitu adanya pertambahan
tinggi badan, peningkatan massa tulang, gigi, otot, dan lemak, kenaikan berat
badan, perubahan biokimia, pertumbuhan organ-organ dalam, pertumbuhan
kepala, dan maturasi organ-organ reproduksi. Remaja laki-laki mengalami
perubahan otot, pelebaran bahu, perubahan suara,dan tumbuhnya rambut
padapubis (adrenarche), ketiak, dankumis. Pada remaja perempuan mulai tumbuh
payudara (telarche), pinggul meembesar, paha membesar, dan tumbuh rambut
pada pubis (adrenarche) dan ketiak.

PERUBAHAN SUARA

Laring Membesar

Kotak suara atau laring yang berada di tenggorokan dapat membesar seiring
pertumbuhan menjadi dewasa. Bentuk laring seperti tabung yang terbentuk dari
tulang rawan, tulang lunak seperti yang terdapat pada daun telinga dan hidung.
Laring ini fungsinya untuk menghasilkan suara saat kita berbicara, menyanyi,
tertawa, dan berteriak. Ada juga yang dinamakan pita suara yaitu berupa otot tipis
seperti karet gelang yang melintang di seluruh laring.

Pita Suara Semakin Panjang dan Tebal

Saat anak laki-laki beranjak dewasa, tubuhnya banyak menghasilkan hormon


testosteron yang membuat laring bertumbuh dan membuat pita suara mereka
semakin panjang dan tebal. Nah, semakin panjang dan tebal pita suara akan
menyebabkan suara yang dihasilkan semakin rendah dan dalam. Seperti saat kita
bermain karet gelang yang ditarik dan diregangkan lalu kita petik, maka akan
menimbulkan suara. Semakin tebal karet yang kita petik, maka suara

76
dentingannya akan semakin rendah. Nah, cara kerja pita suara kita mirip seperti
itu juga.

Masa Perubahan Suara

Setelah kita sudah dewasa, maka laring berhenti berkembang dan bertumbuh.
Karena itu suara kita tidak akan mengalami perubahan lagi nantinya setelah
dewasa. Masa perubahan suara pada setiap orang itu tidak sama, ada yang cepat
dan ada juga yang lama.

Pada masa pubertas, tubuh laki-laki mulai memproduksi banyak hormon


testosteron, yang menyebabkan perubahan di beberapa bagian tubuh termasuk
suara. Sebagai permulaan, laring laki-laki yang juga dikenal sebagai kotak suara,
tumbuh lebih besar. Laring terletak di tenggorokan di bagian atas trakea atau
tenggorokan, seperti tabung hampa sekitar yang tingginya 2 inci (5 cm). Laring
bertanggung jawab untuk memproduksi suara. Sementara itu, pada saat puber
testosteron membuat tulang rawan dalam kotak suara bertambah. Pita suara juga
lebih panjang 60 persen dan lebih tebal. Sehingga, frekuensi bergetarnya lebih
rendah ketimbang sebelumnya, berkurang 200 kali per detik hingga yang terendah
130 kali per detik.

MASA DEWASA

Istilah dewasa merupakan organism yang telah matang. Tetapi lazimnya merujuk
pada manusia. Dewasa ialah orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi
pria atau wanita seutuhnya. Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja
yang panjang seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung
dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan
masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang paling lama dalam rentang
kehidupan. Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 tahun hingga kira-kira
usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan
organ kelamin anak yang telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa

77
ini, individu akan mengalami suatu perubahan fisik dan psikologis tertentu
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan
terhadap perubahan tersebut.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:

1.Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)

Masa dewasa awal ialah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu
suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode
isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,
kreativitas dan penyesuaian diri pada suatu hidup yang baru. Berkisar antara umur
21 sampai 40 tahun.

2.Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Masa dewasa madya ini berlansung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan sosialnya antara lain; masa dewasa madya ialah masa
transisi, di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan cirri-ciri
jasmani dan perilaku yang baru. Perhatiannya kepada agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan terkadang minat dan perhatiannya
kepada agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

3.Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)

Usia lanjut ialah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai oleh adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun
cirri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya sebagai berikut
: perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan
dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan penampilan.

78
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Mimpi terjadi karena sel otak besar bagian belakang (neuron serebrum)
secara periodik pecah dalam selang waktu 90 menit dan mengirim rangsangan
(stimulus) yang bersifat random (acak) ke bagian korteks (batang) serebrum, hal
ini mengakibatkan bagian memori, sensori, kontrol saraf dan kesadaran pada otak
terstimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian
korteks otak sehingga aktivitas otak menjadi meningkat, namun otot dalam
keadaan paralyced dan terjadilah mimpi. Mimpi basah umumnya mulai diawali
pada masa-masa menjelang remaja atau pubertas. Saat itu tubuh pria mulai
memproduksi hormon testosteron yang akan memproduksi sperma. Pada masa itu,
tubuh remaja mengalami beberapa perubahan secara alami. Penis pada remaja pria
mulai berkembang dan memanjang. Testis juga mengalami perkembangan.
Bersamaan dengan perubahan tersebut, remaja juga akan mengalami pertumbuhan
rambut kemaluan yang makin tebal dan menyebar pada sekitar alat kelamin.
Selain itu, remaja pria juga biasanya akan mengalami perubahan suara dan
mengalami pertumbuhan massa otot. Tinggi badan bertambah sekitar 7-8 cm per
tahun. Saat inilah, umumnya remaja pria mulai mengalami mimpi basah. Saat
testis memproduksi sperma dan penuh maka akan terjadi ejakulasi bila tidak
dikeluarkan maka terjadi mimpi basah. Mimpi basah atau dalam bahasa ilmiahnya
disebut sebagai emisi nokturnal adalah aktivitas psikologis ketika seorang remaja
bermimpi, dan tanpa disadari mengeluarkan cairan agak lengket dari alat
kelaminnya. Cairan itu adalah air mani, campuran antara semen dan sperma.
Selain sebagai pengeluaran sperma secara alami, secara fisiologis pun mimpi

79
basah merupakan pendidikan seks yang alami untuk remaja serta cara penyaluran
dorongan seksual secara sehat. Mimpi basah sering terjadi pada usia remaja dan
hal ini merupakan tanda seorang laki-laki memasuki fase pubertas saat berusia
antara 9-14 tahun. Ereksi penis dan clitoris merupakan suatu kejadian vaskuler
yang dihasilkan oleh serabut-serabut parasympathicum yang dibawa dalam nervi
splanchnici pelvici dari rami anteriores S2 sampai S4, yang memasuki plexus
hypogastricus inferior dan akhirnya berjalan melewati spatium perinei profundum
dan membrana perinei untuk mempersarafi jaringan erektil. Stimulasi nervi
tersebut menyebabkan arteria tertentu pada jaringan erektil mengalami relaksasi.
Hal ini memungkinkan darah untuk mengisi jaringan, menyebabkan penis dan
clitoris menjadi ereksi. Ejakulasi adalah suatu refleks spinal dua-tahap yang
melibatkan emisi, pergerakan semen ke dalam uretra; dan ejakulasi sebenarnya,
terdorongnya semen keluar uretra pada saat orgasme. Jalur aferen sebagian besar
merupakan serat dari reseptor sentuh di glans penis yang mencapai medula
spinalis melalui saraf pudendus internus. Emisi adalah suatu respons simpatis,
terintegrasi di segmen lumbal bagian atas medula spinalis dan terjadi akibat
kontraksi otot polos vasa deferensia dan vesikula seminalis sebagai respons
terhadap rangsangan di saraf hipogastrik. Semen terdorong keluar uretra oleh
kontraksi otot bulbokavernosa, suatu otot rangka. Pusat refleks spinal untuk
bagian refleks ini terletak di segmen sakral bagian atas dan lumbal terbawah
medula spinalis, dan jalur motorik melintasi radiks sakrum pertama sampai ketiga
dan saraf pudendus internus.

Perkembangan manusia yang terdiri dari beberapa tahap salah satunya


adalah masa remaja. Dimana masa perubahan atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya, masa
remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-
22 tahun. Pubertas juga merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka
dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan
seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada seks primer (Primary Sex

80
Characteristics) dan perubahan pada seks sekunder (Secondary Sex
Characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan
tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan
terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan. Remaja
merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
sosial.

Istilah dewasa merupakan organism yang telah matang. Tetapi lazimnya


merujuk pada manusia. Dewasa ialah orang yang bukan lagi anak-anak dan telah
menjadi pria atau wanita seutuhnya. Setelah mengalami masa kanak-kanak dan
remaja yang panjang seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung
dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan
masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang paling lama dalam rentang
kehidupan. Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 tahun hingga kira-kira
usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan
organ kelamin anak yang telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa
ini, individu akan mengalami suatu perubahan fisik dan psikologis tertentu
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan
terhadap perubahan tersebut.

Masa pubertas datangnya tak dapat diprediksi, baik itu pada anak lelaki
maupun perempuan. Tetapi, sesungguhnya tanda-tandanya bisa terlihat. Pada anak
lelaki, salah satunya adalah lewat perubahan suara. Penyebab suara dapat berubah,
yaitu hormone testosterone yang membuat laring membesar dan pita suara
semakin panjang dan tebal. Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi
gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens
perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik
negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-
tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi.

81
Pubertas dan Pengaturan Awal Timbulnya
Awal mula timbulnya pubertas telah menjadi misteri sejak lama. Akan
tetapi, sudah jelas bahwa selama masa kanak-kanak hipotalamus tidak
menyekresikan GnRH dalam jumlah yang bermakna. Salah satu alasan untuk hal
tersebut adalah bahwa selama masa kanak-kanak, sekresi hormon steroid seks
yang terkecil sudah mempunyai efek penghambat yang kuat terhadap sekresi
GnRH oleh hipotalamus. Namun, oleh sebab yang tidak diketahui, pada saat
pubertas, sekresi GnRH hipotalamus mampu melawan inhibisi yang timbul pada
masa kanak-kanak, dan masa seksual dewasa pun dimulai.
Perubahan fisik ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda berikut:
1). Tanda seks primer yang berhubungan langsung dengan maturasi organ
reproduksi. Pada remaja laki-laki hal ini ditandai dengan semenarche, sedangkan
pada remaja perempuan ditandai dengan menarche.
2). Tanda seks sekunderyaitu perubahan bentuk tubuh pada kedua jenis kelamin.
Ciri-ciri pasti dari pertumbuhan fisik pada remaja yaitu adanya pertambahan
tinggi badan, peningkatan massa tulang, gigi, otot, dan lemak, kenaikan berat
badan, perubahan biokimia, pertumbuhan organ-organ dalam, pertumbuhan
kepala, dan maturasi organ-organ reproduksi. Remaja laki-laki mengalami
perubahan otot, pelebaran bahu, perubahan suara, dan tumbuhnya rambut
padapubis (adrenarche), ketiak, dankumis. Pada remaja perempuan mulai tumbuh
payudara (telarche), pinggul meembesar, paha membesar, dan tumbuh rambut
pada pubis (adrenarche) dan ketiak.

82
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s


Anatomy: Anatomy of the Human Body. Elsevier; 2014.
2. Putz, Reinhard. Sobotta: Atlas Anoatomi Manusia JILID I: Edisi 23.
Jakarta: EGC; 2013.
3. Snell, Richard S, M. D, PhD. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem.
Jakarta: EGC; 2012
4. Ganong, W. F., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC;
2008. 280- 81.
5. Guyton, A. C., Hall, J. E., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC; 2014. 1022
6. Sherwood, LZ., Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC; 2014. 595-677.
7. Sadler TW. Embriologi kedokteran Langman. 14th ed. Jakarta: EGC;
2014. 400-3.
8. Mescher, Anthony L. Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC,
2012.
9. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V. W., Biokimia
Harper. 29th ed. Jakarta: EGC; 2012. pp 119- 79.
10. Baharuddin. Pentingnya Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Pubertas Remaja. Studi Gender dan Anak. 2019 Okt 09;
12: 612-4
11. Mahadevi, Erlinita. Remaja. Semarang: Universitas Diponegoro;
2015.

83
http://eprints.undip.ac.id/46246/3/Erlynita_Mahadevi_22010111120037_L
ap.KTI_Bab2.pdf
12. Maulidya F, Adelina M, Hidayat FA. Periodesasi Perkembangan
Dewasa. 2018; 243-245. http://eprints.umsida.ac.id/1271/1/PSI
%20Dewasa.pdf
13. Wulandari. Biokimia Reproduksi. Jakarta: UIN. 2014.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/382
56/14/BAB%2013%20Reproduksi.pdf

84

Anda mungkin juga menyukai