Anda di halaman 1dari 43

Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan

Sistem Reproduksi

Kelompok : 4
Kelas : 1-C
 Amanda Ayu Rahmawatie
 Badriyana Alfi
 Bianca Laras Citari
 Claudia Liaventy Umaroh
 Dinda Chaerunisya
 Hafifatul Haini
 Inge Mediani

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN D-III KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Reproduksi”. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dewi Nirmala Sari, AM.Keb selaku
dosen mata kuliah Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan” yang telah memberikan tugas
makalah ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan, kami
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bekasi, 4 November 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………. 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Reproduksi…………………………………………………………………………… 6

2.1.1 Pengertian Reproduksi…………………………………………………………… 6

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria……………………………………………… 6

2.2.1 Sistem Reproduksi Pria…………………………………………………………... 6


2.2.2 Organ Reproduksi Pria…………………………………………………………… 7
2.2.3 Korda Spermatik……………………………………………………………...… 13

2.3 Perkembangan sperma............................................................................................................ 14

2.3.1 Spermatogenesis.................................................................................................... 14
2.3.1 Kelainan pada Sperma………………………………………………………… 17

2.4 Sistem Reproduksi Wanita………………………………………………………………... 18

2.5 Pembentukan Sistem Reproduksi Wanita dalam Kehamilan……………………………... 18

2.6 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita…………………………………………. 21

2.7 Perkembangan Ovum……………………………………………………………………… 26

2.8 Menstruasi............................................................................................................................... 28

2
2.9 Kehamilan............................................................................................................................... 30

2.9.1 Perkembangan embrio………………………………………………………….... 32

2.10 Alergi sperma……………………………………………………………………………... 34

2.11 Proses kehamilan………………………………………………………………………… 35

2.12 Hubungan Organ Reproduksi dengan Sistem Organ Lainnya.............................................. 36

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................................................... 41

Saran............................................................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organ reproduksi berkembang sangat menakjubkan. Testis pada pria maupun sel ovarium
pada wanita mulai tumbuh pada awal kehidupan janin, tetapi sifat kelamin belum dikenal. Sel
reproduksi berkembang di sebelah depan ginjal kemudian membentuk kelenjar reproduksi
yang berisi sel benih dan membentuk struktur sekelilingnya.
Organ reproduksi disebut traktus genitalis yang berhubungan dengan traktus urinarius,
tetapi tidak bersambung. Sebagian besar organ reproduksi terletak di luar pelvis. Traktus
genetalis pada perempuan bersambung dengan rongga peritoneum yang terletak dalam
rongga panggul kecil.
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. sehingga dengan demikian reproduksi manusia dilakukan dengan cara generative
atau sexsual. untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui
terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung didalamnya
. sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang akan
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.
Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan
hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pada pria, diantaranya suara menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut
ditempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun
membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur
(ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. hormon estrogen berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda - tanda kelamin skunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus,
suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau perkembang biakan
berupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi

4
kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia
tersebut masih dapat bertahan hidup. sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada
organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai
masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan
hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari
proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk
kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk hidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah,
karena tidak dapat menghasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk
melanjutkan generasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Sistem Reproduksi


2.2.1 Pengertian Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilasi. Sehingga
dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif dan seksual.

2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria


2.3.1 Sistem Reproduksi Pria
Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi
mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara
berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu
misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun
membesar.

6
Gambar: genital pria tampak depan

2.3.2 Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi pria dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin
dalam
1. Organ reproduksi luar
Alat kelamin luar hanya terdiri dari Penis dan Scrotum. Penis ini berfungsi
sebagai alat kopulasi atau organ persetubuhan, yaitu organ atau alat untuk
memasukkan cairan semen ke dalam alat kelamin wanita.
a. Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan
dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ
reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan
dioperasi pada saat dikhitan/sunat.
Di dalam penis terdapat uretra yang merupakan muara bagi saluran kencing
dan saluran kelamin. Di samping itu,
didalam penis juga terdapat korpus kavernosum atau badan rongga,
yaitu dua korpus kavernosum penis di sisi uretra dan satu korpus kavernosum
penis di bawah uretra. Apabila terjadi rangsangan rongga ini akan terisi darah,
sehingga dapat menyebabkan penis membesar dan memanjang serta

7
menegang yang dikenal sebagai proses ereksi. Selain itu, pada penis terdapat
bagian yang disebut kepala penis (glans penis). Bagian ini merupakan ujung
penis tempat terdapatnya lubang uretra (urifisium uretra) dan ujung-ujung
saraf perasa. Pada kepala penis terdapat kulit penutup yang dapat melipat
disebut Kulup (preputium).

b. Skrotum
Skrotum, kantong kulit berpigmen yang dilapisi jaringan ikat dan fibrosa serta
otot polos. Skrotum terbagi menjadi dua kompartemen, dimana masing-
masing kompartemen berisi satu testis, satu epidermis, dan ujung testicular
korda spermatik. Skrotum berada dibawah simfisis pubris, dan di depan
bagian atas paha, serta di belakang penis.

8
2. Organ reproduksi dalam
Alat kelamin bagian dalam terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi,
dan beberapa kelenjar kelamin.
1. Testis
Testis adalah kelenjar reproduksi pria dan fungsinya menyerupai ovarium
wanita. Panjangnya sekitar 4,5 cm, lebar 2,5 cm, dan tebal 3 cm serta
melekat didalam skrotum oleh korda spermatik. Pada setiap testis, terdapat
200-300 lobulus, dan dalam tiap lobulus terdapat 1- 4 lengkung kontortus
yang terdiri atas sel epithelium germinal, yang disebut tubulus seminiferus.
Di antara tubulus, terdapat kelompok sel intersitisial (leydig) yang
menyekresi hormon testosteron setelah pubertas. Di kutub atas testis, tubulus
bergabung membentuk tubulus tunggal. Tubulus ini, panjangnya 6 cm dan
membuat lekukan berulang yang sangat padat sehingga membentuk suatu
massa yang di sebut epididimis. Epididimis terhubung dengan vas deferens
di korda spermatic. Pembuluh darah dan limfe melalui testes pada korda
spermatik. Testes dikelilingi oleh tiga lapisan jaringan, yaitu:
a. Tunika vaginalis merupakan membran ganda, yang membentuk lapisan
luar testes, serta merupakan bagian peritorium abdomen dan pelvis yang
tumbuh ke bawah. Lapisan jaringan ini kemudian turun menuju skrotum
dan membungkus skrotum dengan peritoneum dan akhirnya mengelilingi
testes di skrotum, dan menjadi terpisah dari peritoneum abdomen. Testes
harus benar-benar turun saat individu berusia 8 tahun.

9
b. Tunika albuginea merupakan jaringan fibrosa yang berada di bawah
tunika vaginalis yang mengelilingi testes. Lapisan ini tumbuh ke dalam
membentuk septa, yag membagi struktur kelenjar testes menjadi lobulus.
c. Tunika vaskuola terdiri atas jaringan kapiler yang di tunjang oleh
jaringan ikat halus.

10
2. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi pada pria terdiri atas duktus epididimis, duktus deferens
(saluran sperma), vesikula seminalis (kantung sperma), dan duktus
ejakulatorius (saluran pemancaran). Saluran-saluran tersebut
saling berhubungan satu sama lain membentuk satu kesatuan saluran
reproduksi. Duktus epididimis berjumlah sepasang terdapat bersama-sama
testis di dalam skrotum yang merupakan tempat terjadinya
proses pematangan sperma. Saluran ini terletak di sebelah belakang atas dari
testis dan tampak berkelok-kelok. Saluran lanjutan dari epididimis, dikenal
sebagai vas deferens, jumlahnya sepasang, berupa saluran lurus untuk
mengangkut spermatozoa dari duktus epididimis ke kantong sperma yang
dikenal sebagai vesika seminalis. Vesika seminalis ini berupa sepasang
kantong yang dinding-dindingnya menghasilkan suatu cairan untuk makanan
bagi spermatozoa. Letak vesika seminalis, yaitu di belakang vesika urinaria
(kantong kemih). Vas deferens yang arahnya ke atas, kemudian melingkar
salah satu ujungnya berakhir di kelenjar prostat. Di belakang kandung kemih
vas deferens ini bersatu membentuk suatu saluran yang dikenal sebagai
duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius ini berjumlah sepasang yang
fungsinya untuk memancarkan semen (mani) dan vesika seminalis. Uretra
dan duktus ejakulatorius bersama-sama berakhir di ujung penis.

11
 Vas Deferens
Panjang vas deferens (saluran sperma) sekitar 45 cm dan berjalan dari testis
menuju kanalis ingunalis dan di bagian medial turun menuju dinding posterior
kandung kemih dimana vas deferens bersatu dengan saluran (duktus) dan vesikula
seminalis untuk membentuk duktus ejakulatoris.
 Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis adalah kantong fibromuskular berukuran kecil yang di lapisi
epithelium kolumnar, dan berada di bagian posterior kandung kemih.
Di bagian bawah ujung vesikula seminalis terhubung dengan duktus kecil yang
bergabung dengan vas deferens membentuk duktus ejakulatoris.
Saat ejakulasi, vesikula seminalis berkongtraksi dan mendorong cairan seminalis.
Cairan seminalis membentuk 60% masa cairan yang ejakulasi saat orgasme pris,
mengandung nutrient untuk menunjang sperma saat melalui saluran reproduksi
wanita.
 Duktus Ejakulatoris
Duktus ejakulatoris merupakan dua saluran yang panjangnya sekitar 2 cm. Tiap
saluran di bentuk oleh duktus dari vesikula dan vas deferens yang menyatu. Duktus
ini melalui kelenjar prostat dan bergabung dengan uretra prostatic, membawa cairan
seminalis dan spermatozoa ke uretra. Duktus ejakultoris terdiri atas lapisan jaringan
yang sma dengan vesikula seminalis.

3. Kelenjar Kelamin

Saluran-saluran kelamin dilengkapi oleh tiga macam kelenjar kelamin yang


fungsinya menghasilkan sekret. Kelenjar-kelenjar yang melengkapi saluran
kelamin itu terdiri atas
vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan
kelenjar boulbouretral
yang lebih dikenal
sebagai kelenjar cowper.

12
Ketiga kelenjar tersebut memiliki peranan yang berbeda- beda. Vesikula
seminalis merupakan kelenjar yang jumlahnya sepasang terletak di bagian
atas dan bawah kandung kemih. Kelenjar ini sebagai penghasil semen yang
terbesar, yaitu sekitar 60% dari volume total semen. Cairan yang dihasilkan
kelenjar ini berwarna jernih kental karena mengandung lendir, asam amino,
dan fruktosa. Cairan ini berperan sebagai makanan bagi sperma. Selain
cairan tersebut, kelenjar ini mengekskresikan prostaglandin yang berguna
untuk merangsang otot uterin berkontraksi sehingga semen dapat terdorong
mencapai uterus. Kelenjar boulbouretral yang disebut juga sebagai kelenjar
cowper, merupakankelenjar yang menghasilkan lendir pelindung pada saat
ejakulasi terjadi. Kelenjar ini bermuara di pangkal uretra dan jumlahnya
sepasang. Kelenjar prostat memiliki ukuran yang lebih besar jika di
bandingkan ukuran kedua kelenjar kelamin lainnya. Sekret yang dihasilkan
oleh kelenjar prostat ini berupa cairan encer yang menyerupai sasu dan
bersifat alkalis, sehingga dapat berperan sebagai penyeimbang (buffer) bagi
keasaman urin di urea dan derajat keasaman vagina. Cairan ini satu saat
akan berkumpul di uretra melalui saluran kecil.

2.2.3 Korda Spermatik


Korda spermatik tergantung pada testes yang berada di dalam skrotum. Tiap
korda berisi arteri testicular, vena testicular, limfatik, suatu saraf testicular, dan
vas deferens, kesemuanya bersama-sama membentuk korda. Korda dibungkus
oleh otot polos dan jaringan ikat serta fibrosa yang memanjang di kanalis
ingunalis dan melekat pada testis di dinding posterior.
Suplai darah, drainase linfe, dan saraf. Arteri yang memperdarahi adalah vena
testicular yang keluar menuju rongga abdomen. Vena bagian kiri terhubung
dengan vena renalis kiri, sedangkan vena bagian kanan keluar menuju vena cava
inferior. Nodus limfe yang mengaliri testes adalah nodus limfe di sekitar aorta;
sedangkan saraf yang mempersarafi organ ini berasal dari cabang saraf torasik
ke-10 dan 11.

13
Hormon yang berperan dalam sistem reproduksi laki-laki:

1. Hormon androgen membantu memulai perkembangan testis dan penis pada janin
laki-laki.
2. Hormone testosteron yang mulai muncul saat remaja pada umumnya akan
memperlihatkan tanda-tanda sekunder.
3. Hormone FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukkan sperma secara
langsung.
Hormon LH yang berfungsi merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi
testosterone.

2.3 Perkembangan sperma


2.3.1 Spermatogenesis

14
Lalu membesar menjadi

Lalu membelah menjadi 2

Lalu membelah menjadi 4

Lalu terjadi pembentukkan ekor yang


disebut (spermasiasi)

Sperma/ spermatozoa
Yang telah memiliki ekor

Semua tahap itu di bawah pengaruh sel sertoli. Fungsi sel sertoli adalah mengatur
perkembangan sperma. Nama lain sel sertoli adalah sel sustentakuler karena sel-sel
tersebut menyediakan makanan, atau nutrisi, bagi spermatogenia yang sedang
berkembang. Sel sertoli membuat dan menyekresi protein mulai dari hormone inhibin
dan aktivin hingga factor-faktor pertumbuhan, enzim, dan protein pengikat-androgen
(androgen-binding protein (ABP)). ABP disekresi ke dalam lumen tubulus seminiferus,
tempat ABP berikatan dengan testosterone. Testosterone yang berikatan dengan protein
bersifat kurang lipofilik dan tidak dapat berdifusi keluar dari lumen tubulus.

Sel-sel leydig, terletak di jaringan interstisial diantara tubulus-tubulus seminiferus,


menyekresi testosterone. Sel-sel tersebut mulai aktif dalam janin, saat testosterone
dibutuhkan untuk mengatur perkembangan cirri-ciri laki-laki. Setelah lahir, sel-sel
menjadi tidak aktif. Saat pubertas sel-sel tersebut membentuk testosterone kembali. Sel
leydig juga mengubah testosterone menjadi estradiol.

15
 Sperma

Struktur sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Pada bagian kepala terdiri dari lapisan
yang paling ujung sebagai topi atau taju yang disebut akrosom dan intisel. Akrosom
mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan
pelingdung ovum. Intisel yang mengandung unsur-unsur genetik seperti DNA dan 23 kromosom.
Pada bagian leher sperma terdapat sentriole yang berisi protein khusus untuk pergerakan
flagelum sperma dan mitokondria yang di dalamnya terdapat ATP untuk energi pergerakan. Pada
bagian ekor disebut flagelumterdapat aksial filamen yang berperan dalam pergerakan ekor
sperma dan membrane plasma yang berfungsi melindungi sperma dari pengaruh lingkungan luar.

Sperma bergerak dari tubulus seminiferus menuju epididimis, dan bertahan sekitar tiga
minggu hingga sampai sperma matang. Selanjutnya sperma memasuki saluran vas deferens
hingga ujung saluran dan bercampur dengan sekret vesika seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar cowper. Sperma yang telah bercampur dengan sekret tersebut dinamakan semen.
Selanjutnya semen keluar dari ujung vas deferens, menuju saluran ejakulatoris, kemudian ke
uretra yang juga merupakan saluran kencing. Sebelum ejakulasi, biasanya kondisi penis
menegang. Pada saat ejakulasi, tempat keluar urine tertutup oto di sekitarnya sehingga semen
dan urine tidah bercampur.

16
Pada kondisi yang ideal, sperma dapat hidup antara 3 – 6 hari. Dalam banyak kasus,
beberapa faktor dapat mengurangi usia hidup sperma.Bila si sperma beruntung, ia masuk ke
saluran telur yang benar, pada saat yang tepat ketika wanita berada pada kondisi paling subur,
telur matang, dan pembuahan dapat terjadi. Namun bila belum ada telur yang matang, mereka
harus menunggu sekitar waktu ovulasi, saat telur jatuh. Dalam beberapa kasus, sperma sehat
dapat bertahan di rahim sekitar 3 hari. Bisa sampai 5 hari pada sperma yang sangat kuat dan
sehat, namun jarang.

 Semen

Semen terdiri atas sperma dan sekeresi cairan dari vesikula seminalis, prostat dan glandula
bulbouretralis. pH rata-ratanya 7,5. Selama ejakulasi sekitar 2-4 ml semen dikeluarkan dan setiap
mililiter semen mengandung seratus juta sel sperma. Sperma dapat hidur 24-48 jam pada suhu
tubuh.

2.3.2 Kelainan pada Sperma


Berikut adalah 3 jenis kelainan sperma :
a. Oligoteratozoospermia. Bentuk sperma tidak normal serta jumlah sel sperma
yang dihasilkan hanya sedikit. Seseorang dinyatakan mengalami
oligoteratozoospermia bila di dalam 1 cc semennya hanya terdapat 10 juta sel
sperma atau kurang. Normalnya, untuk terjadi suatu proses pembuahan, harus
terdapat 20 juta sel sperma di dalam 1 cc cairan semen.
b. Azoospermia. Cairan semen tidak ada atau nyaris tidak ditemukan adanya sel
sperma sama sekali. Kelainan sperma ini dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu akibat ada sumbatan pada saluran sperma atau testis tidak
mampu (gagal) menghasilkan sel-sel sperma.
c. Dysspermia. Kemampuan gerak atau motilitas sperma rendah. Kelainan sperma
yang dikenal dengan dysspermia ini terjadi bila sel-sel sperma yang dikeluarkan
saat berhubungan intim tidak mampu berenang dengan cukup cepat melewati
lapisan mukosa mulut rahim, hingga sampai ke ovarium dan membuahi sel telur
matang di dalamnya.
Sekitar 90% kemandulan pada pria disebabkan oleh jumlah sel sperma yang rendah,
kualitas sel sperma kurang baik, atau kombinasi keduanya.

17
2.4 Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita lebih kompleks dibandingkan pria, karena wanita mengalami
fase melahirkan, menyusui, dan meopause yang menyebabkan terjadinya perubahan siklus
reproduksi, tidak hanya saat pubertas saja. Pada saat ovulasi, terjadi lonjakan LH (LH
surge) sehingga oosit dapat keluar dari folikel. Setelah ovulasi, uterus dalam fase sekresi
sehingga jika terjadi fertilisasi, embrio yang terbentuk dapat mudah bernidasi pada uterus.
Pada fase sekresi ini, endometrium uterus menebal dengan kelenjar yang berkelokkelok,
banyak pembuluh darah, dan banyak sekret. Estrogen yang meningkat sebelum ovulasi
memberikan umpan balik negatif terhadap FSH, sehingga tidak terjadi perubahan folikel
terus-menerus. Jika terjadi fertilisasi, progesteron tetap tinggi dengan dipertahankannya
korpus luteum (tidak berdegenerasi). Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum
berdegenerasi sehingga terjadi penurunan progesteron yang menyebabkan menstruasi
dengan meluruhnya lapisan endometrium. Saat menstruasi, prostaglandin lokal uterus
menstimulasi irama kontraksi kecil myometrium uterus. Kontraksi uterus yang besar
disebabkan karena over produksi prostaglandin yang menyebabkan kram menstruasi
(dysmenorrhea) yang dialami wanita.

2.5 Pembentukan Sistem Reproduksi Wanita dalam Kehamilan


Sel gamet wanita yang secara medis disebut sel telur atau ovum merupakan sel utama
sistem reproduksi wanita. Sel tersebut sangat unik dan berbeda dengan sel tubuh manapun,
bahkan dengan sel gamet pria (spermatozoa).
Sejak tahap pembentukannya, sel tersebut telah tampak berbeda dari spermatozoa.
Perkembangan dari sel-sel pembentuk ovum (oogenium) telah tampak pada seorang wanita.
Seluruh proses pembelahan dan perkembangan sel-sel pembentukan ovum hingga menjadi
ovum matang yang siap untuk dibuahi dikenal dengan sebutan oogenesis.
Dimulai saat bulan ke-2, perkembangan embrio dalam rahim, sel-sel pembentuk ovarium
telah banyak melakukan pembuahan. Pembuahan terus berlanjut hingga akhir bulan ke-5
dan didapat sekitar 7 juta sel pembentuk ovum. Hingga bayi wanita dilahirkan, sebagian
besar sel pembentuk ovum akan mengalami kematian (atresia) dan hanya sebagian saja
yang terus berkembang dan mengalami pembelahan meoisis kromosom dari DNA.

18
Pembelahan meoisis bertujuan agar jumlah kromosom anak yang dihasilkan bersam-sama
dengan spermatozoa sama dengan jumlah kromosom pada individu normal (yaitu 46
kromosom).
Saat pubertas, dengan rangsangan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar otak.
Perkembangan sel pembentuk ovum yang terhenti saat kelahiran berlanjut hingga
pembelahan meosis I selesai dan pembelahan meoisis II dimulai. Akan tetapi pembelahan
meoisis II terhenti pada tahap diploten dan keseluruhan proses perkembangan ovum baru
akan dilanjutkan dan selesai saat ovum telah dibuahi oleh spermatozoa.
Proses perkembangan ovum dari awal hingga akhir tersebut membutuhkan waktu sekitar
90 hari. Kesempatan dari setiap prosesnya akan menentukan kesuburan seorang wanita
untuk menghasilkan seorang anak.
 Oogenesis
Merupakan proses pembentukan ovum melalui pematangan folikel-folikel
ovarium. Proses oogenesis dimulai pada masa janin, sebelum wanita lahir dan sangat
dipercepat pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause. Pada usia fetus 3
sampai 7 bulan, sel stem atau oogonia berkembang menjadi oogonium kemudian
berubah menjadi oosit primer yang berjumlah sekitar 6-7 juta. Setiap oosit primer
diselubungi oleh satu lapisan tunggal sel-sel folikuler yang disebut folikel primordial.

19
Proses oogenesis :
1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di
ovarium.
2. Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit
primer melakukan meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak
sama.
3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid.
Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih
banyak sitoplasma dari oosit primer.
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan kutub pertama yang kemudian membelah
lagi.
5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit
sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua.
begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan kutub kedua
yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi
menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.
6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid
dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid.
Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid
kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.
7. Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat
dipoid (2n).

20
2.6 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Seperti halnya reproduksi pria, alat reproduksi wanita terdiri dari genetalia eksterna dan
genetalia interna, namun demikian fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit.
1. Genetalia Eksterna Wanita

Genetelia eksterna wanita meliputi, mons pubis, labia mayora, labiya minora,
klitoris, vestibulum, introitus atau orificum vagina, vagina dan perineum.
a. Mons pubis atau mons veneris
Merupakan jaringan lemak subkutan dari jaringan konektif yang melapisi
simpisis pubis. Pada masa setelah pubertas daerah ini ditumbuhi oleh rambut
halus dan dilengkapi oleh kelenjar sebasea.Fungsi dari rambut pubis selain
sebagai estetika juga dapat mencegah terjadinya infeksi.
b. Labiya mayora
Merupakan dua lipatan kulit melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat
yang menyatu dengan mons pubis dan berhubungan dengan perineum pada
bagian bawah. Labiya mayora sama dengan skrotum pada laki-laki yang
berfungsi menutup dan mencegah masuknya organ pada vulva.
c. Labiya minora
Merupakan lipatan jaringan tipis dibawah labiya manora, tidak mempunyai
folikel rambut, membentang dari bawah klitoris sampai dengan fouchette. Pada
labiya minora banyak terdapat pembuluh darah, saraf dan otot sehingga
berwarna merah dan lebih sensitif erektil.

21
d. Klitoris
Klitoris homolog dengan penis pada pria, terletak pada superior vulva, tepat
dibawah arkus pubis. Bentuknya pendek, silindris dengan ukuran 6 x 6 mm.
Termasuk organ yang sangat erektil dan sensitif terutama pada ujung badan
klitoris. Jika wanita terangsang seksual gland dan badan klitoris akan membesar.
Banyaknya pembuluh darah dan saraf membuat klitoris sangat sensitif terhadap
sentuhan, suhu maupun sensasi tekanan.
e. Vestibulum
Merupakan area tertutup oleh labiya minora, terletak diantara klitoris, labiya
minora, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari saluran atau orificum yaitu
lubang muara uretra (orificum uretra), vagina, ductus glandula bartholini kanan
dan kiri, yang mengeluarkan sekret pada waktu koitus. Introitus vagina juga
terletak divestibulum.
f. Introitus atau orificum vagina
Merupakan daerah dibawah vestibulum, pada daerah disekitar introitus vagina
terdapat lipatan tipis yang tertutup mukosa, bersifat elastis yang disebut hymen
atau selaput dara. Pada wanita yang masih gadis hymen masih utuh tanpa
robekan dan hymen dapat rusak karena trauma. Pada dinding bagian dalam
terdapat kelenjar vestibular atau kelen bartholin’s yang memproduksi sekret
untuk membantu pada saat koitus.
g. Perinium
Merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit, terletak antara introitus vagina
dan anus. Jaringan otot ini juga menopang rongga panggul dan menjaga panggul
tetap pada tempatnya.

22
2. Genetelia Interna Wanita

Genetelia interna wanita terdiri atas vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.
a. Vagina
Merupakan saluran musculus elastis mulai dari vestibulum sampai dengan
serviks. Terletak antara kandung kemih, uretra, dan rectum. Pada dinding vagina
terdapat otot polos dan epitel skuamosa. Keadaan dinding vagina makin menebal
sesuai dengan bertambahnya usia. Pada daerah vagina tidak memiliki kelenjar,
tetapi dilumasi oleh cairan servik. Cairan vagina bersifat asam dengan pH sekitar
4,5 sehingga mencegah pertumbuhan bakteri. Tingkat keasaman cairan vagina
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Vagina mempunyai tiga fungsi utama yaitu
sebagai tempat pengeluaran cairan atau darah menstruasi, tempat penyaluran
sperma pada saat hubungan seks untuk masuk ke uterus dan merupakan tempat
jalan lahir, serta membantu mencegah infeksi karena suasana vagina yang asam.
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskular berbentuk kantong seperti buah pear yang
terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dengan rektum. Posisi uterus
normalnya anteflesi (menekuk dan maju ke depan). Panjangnya sekitar 7,5 cm
dengan berat kira-kira 60 gram.

Uterus terdiri dari dua bagian yaitu badan atau korpus dan leher atau serviks.
Badan uteri merupakan 2/3 dari uterus dengan panjang 4 cm, berbentuk
triangluar, dan pada bagian apeks berhubungan dengan serviks. Serviks uteri

23
merupakan bagian bawah uterus, panjangnya 2,5 cm, berbentuk silindris dan
bagian bawahnya berhubungan dengan vagina.
uterus tersusun oleh tiga lapisan, yaitu:
a. lapisan luar (perimetrium) adalah lapisan peritoneum yang membungkus
uterus dan tuba uterine. Dari depan perimetrium menutupi korpus uteri
menuju vesika urinaria setinggi ostium uteri internum.
b. lapisan tengah (miometrium). Tersusun atas serat-serat otot polos yang
menimbulkan ketebalan dinding uterus. Pada keadaan hamil miometrium
menjadi lebih tebal.
c. lapisan dalam (endometrium). Tersusun dari jaringan-jaringan pembuluh
dara yang disebut stroma, yang mengandung kelenjar-kelenjar tubular.
Selama usia produksi lapisan ini selalu berganti menurut fase dalam siklus
reproduksi. Lapisan superficial meluruh ketika seorang wanita mengalami
menstruasi dan endometrium yang baru terbentuk dari lapisan dibawahnya
(basal layer).
Uterus berfungsi untuk mempersiapkan penerimaan ovum hasil fertilasi,
menyediakan tempat yang nyaman untuk pertumbuhan dan perkembangan
fetus selama kehamilan dan membantu pengeluaran fetus dan plasenta saat
melahirkan, menyediakan nutrisi hasil konsepsi.
d. Tuba uterina (tuba fallopi). Merupakan saluran tempat ovum (sel telur)
berjalan menuju uterus. Di tempat ini terjadi fertilasi atau pembuahan antara
sel telur dengan sperma. Panjang tuba fallopi sekitar 10 cm dan diameter 0,7
cm, terletak menggantung diantara ligament uterus. Tuba fallopi dibagi
menjadi empat, yaitu:
 infundibulum,
merupakan bagian
ujung tuba fallopi
dan bagian akhirnya
berbentuk terompet
dengan rumbai-
rumbai yang disebut

24
fimbriae. Fimbriae berperan untuk mengarahkan langsung sel telur dari
ovarium ke lumen tuba fallopi.
 Ampula, merupakan saluran panjang dari tuba fallopi, terletak antara
infundifilum dengan isthmus. Normalnya fertilasi terjadi di ampula.
 Isthmus, merupakan lumen sempit antara uterus dan ampula tuba fallopi.
 Interstitialis, yaitu daerah ujung akhir dari jaringan otot uterus dengan
isthmus.
Fungsi tuba fallopi adalah menangkap sel ovum, menyalurkan spermatozoa dan
tempat konsepsi, pertumbuhan dan perkembangan konsepsi sampai blastula.
e. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar yang berada dipermukaan posterior ligamentum
latum, didekat infundibulum. Terdiri dari 2 buah, berbentuk seperti almond,
berwarna putih keruh. Memiliki panjang 4 cm, lebar 0,4 cm, dan berat sekitar 3
gr. Ovarium dibungkus oleh peritoneum dan ditopang oleh ligamen mesovarium,
ligamen latum, ligamen ovarika, dan ligamen infundilum.
Ovarium dibagi atas dua bagian, yaitu bagian korteks atau kulit dan bagian
medulla. Korteks merupakan lapisan terluar, terdiri atas storma dan folikel
ovarian yaitu unit fungsional pada ovarium yang sangat penting dalam proses
oogenosit. Sedangkan bagian medulla terdiri stroma, pembuluh darah, limfatik,
serabut saraf dan otot polos.

25
2.7 Perkembangan Ovum
Ovum adalah gamet wanita, sel
khusus yang digunakan dalam reproduksi
seksual. Ovum berisi satu set DNA
haploid, setengah DNA diperlukan untuk
kode untuk seluruh organisme. Ketika
bertemu dengan gamet jantan, ovum
dibuahi menjadi, berubah menjadi zigot
yang pada gilirannya akan berkembang
menjadi embrio, janin, dan akhirnya organisme dewasa. Ovum, seperti yangdikenal
dalam bentuk jamak, mungkin juga kadang-kadang disebut sebagai oosit.
Secara teknis, istilah “ovum” dicadangkan untuk gamet perempuan sepenuhnya
matang yang siap dibuahi. Dalamprakteknya, bagaimanapun, orangmungkin
menggunakan istilah ini untuk sel telur pada berbagai tahap kematangan.
Pada janin yang berjenis kelamin wanita, sel telur telah mulai tumbuh saat usia
kehamilan 3 bulan (masih berbentuk janin) dalam kandungan ibunya, dan akan terhenti
pada suatu fase sebelum dilahirkan. Selanjutnya, sel telur seperti tertidur atau mati suri,
dan akan kembali aktif setelah masa akil baligh. Sel telur akan sempurna setelah dibuahi.

Tabel Perkembangan Jumlah Sel Telur

Kondisi awal saat masih dalam kandungan 7.000.000 sel

Saat akan dilahirkan 2.000.000 sel

Saat akil baligh (pubertas) 400.000 sel

Sepanjang usia subur, wanita hanya mengeluarkan 400 sel

Saat akil baligh (pubertas), jumlah sel telur berkisar 400.000 buah, dan sebagian
besar dari sel telur tersebut mengalami kegagalam pematangan, rusak atau mati
(degenerasi/atresia). Lebih kurang hanya tersisa 400 buah saja yang mengantarkan
manusia dalam beregenerasi selama masa suburnya. Sebulan sekali terjadi ovulasi, dan
jumlah sel telurpun berkurang. Jika sel telur telah habis diproduksi, maka terjadilah mati
haid atau menopause.

26
Sel telur yang berhasil dibuahi, akan bergerak menuju dinding rahim, dan selanjutnya
berkembang menjadi janin. Sedangkan, sel telur yang gagal dibuahi (gagal konsepsi),
akan keluar bersama luruhan endometrium, dalam bentuk darah, dan sering disebut
dengan haid atau menstruasi.Sel telur manusia, tidak dapat diperbaharui. Sel telur
manusia hanya dibuat sekali, yaitu pada saat masih janin (dalam kandungan ibu). Indung
telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur.

Banyak penelitian telah dilakukan pada sel telur manusia, karena itu adalah bagian
penting dari reproduksi. Orang-orang yang mengalami kesulitan untuk hamil mungkin
sebenarnya memiliki ovum dipanen untuk pembuahan di luar tubuh, dengan dokter
memperkenalkan embrio dibuahi dan mendorong mereka untuk menanamkan.
Mempelajari Ovum telah memberikan peneliti dengan banyak informasi tentang
bagaimana manusia bereproduksi dan bagaimana Ovum berkembang dalam tubuh, dari
awal sampai akhir.

Pada manusia, Ovum diproduksi pada siklus teratur, disertai dengan perubahan
konsisten dalam kadar hormon yang dirancang untuk mempersiapkan tubuh untuk
pembuahan implantasi ovum dan selanjutnya serta kehamilan. Tubuh akan terus
mengulangi siklus ini sampai terjadi kehamilan atau menopause masuk set.

Gambar: Perkembangan Ovum

27
2.8 Menstruasi
 Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004).
Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang
mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi
merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan
terjadi secara simultan.

 Bagian-bagian Siklus Menstruasi


Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endometrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu:
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
b. Fase poliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal

28
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase ismeki/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran
FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan
kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif
berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30
folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen.
Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di
dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong
memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen
maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang
dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat
bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis – Hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron
darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH).

29
Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH
menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya.
Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior
untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar
hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar
estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

2.9 Kehamilan
Kehamilan dimulai oleh adanya fertilasi atau pembuahan yaitu pertemuan antara sel
sperma dan ovum yang terjadi pada ampulla di tuba fallopi. Setelah terjadi ovulasi ujung
infundilum yang berbentuk tonjolan-tonjolan seperti jari dilapisi sillia atau disebut
fimbrie akan menangkap dan menyapu ovum masuk ke tuba fallopi dan masuk ke

30
ampulla karena kontraksi peristaltik dan gerakan sillia. Ovum hanya dapat bertahan
selama 24 jam setelah ovulasi.
Sementara itu pada saat terjadi koitus jutaan sperma disemprotkan sampai di forniks
vagina dan di sekitar porsio. Hanya beberapa ratu ribu spermatozoon dapat meneruskan
ke kavum uteri dan tuba fallopi, serta hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian
ampulla tuba di mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang siap dibuahi. Hanya satu
spermatozoon yang mempunyai kemampuan (capacitation) untuk membuahi. Pada
spermatozoon itu ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya
lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Ketika sperma berhasil menembus membrane yang mengelilingi ovum baik sperma
maupun ovum menjadi tertutup. Selama 3-4 hari setelah fertilisasi zigot yang berada
dalam ampulla kemudian melakukan pembelahan dan berubah menjadi morula. Setelah
6-7 hari akan berubah menjadi blastokista. Blastokista adalah satu lapis sel-sel berbentuk
bola yang mengelilingi suatu rongga yang berisi cairan dan massa padat yang disebut
massa sel dalam atau inner cellmass serta bagian luarnya dilapisi oleh trofoblas.
Trofoblas akan berkembang menjadi plasenta dan korion. Sedangkan inner cell mass akan
berkembang menjadi fetus, umbilikus, amnion, dan cairan amnii.
Ketika blastokista menapai rongga uterus permukaannya menjadi lengket dan jaringan
endometrium berada dalam masa sekresi serta banyak mengandung sel-sel desidua yaitu
sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen sehingga blastokista akan mudah
melekat pada uterus. Melekatnya blastokista pada uterus menimbulkan perubahan pada
lapisan endometrium menjadi banyak vaskuler, membesar, menyimpan zat gizi. Keadaan
perubahan endometrium ini disebut desidua. Proses pelengketan dan pembenaman
blastokista pada desidua disebut implantasi. Desidua berkembang menjadi tiga lapisan,
yaitu desidua kapsularis merupakan lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke
arah kavakum uteri, desidua basalis merupakan desidua antara hasil konsepsi dengan
dinding uterus, merupakan tempat terbentuknya plasenta, dan desidua parietalis
merupakan desidua pada sisi dinding uterus yang lain.
Dalam banyak masyarakat definisi sains atau dunia kesehatan dan kehamilan
sempurna manusia dibagi kepada tiga peringkat triwulan/trimester sebagai cara
memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin:

31
a. Triwulan/Trimester pertama: membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami
embrio atau janin).
b. Triwulan/Trimester kedua: perkembangan janin dapat diawasi dan didiagnosis.
c. Triwulan/Trimester ketiga: menandakan awal ‘viabilitas’, yang berarti janin dapat
tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Gambar: Proses transportasi sel telur setelah dibuahi

2.9.1 Perkembangan Embrio


Perkembangan embrio meliputi proses-proses berikut:
 Cleavage
Segera setelah pembuahan terjadi, zigot mulai membagi diri menjadi beberapa sel, mulai
dari 2, 4, 8, 16, 32 sel, dan seterusnya. Namun, dalam tahap ini, pembagian sel tidak
dibarengi dengan peningkatan ukuran selnya.
 Morphogenesis
Morphogenesis atau morfogenesis menunjukkan terjadinya pembentukkan embrio. Proses
ini merupakan bukti awal adanya sel-sel tertentu yang bergerak, berpindah, dan memiliki

32
hubungan dengan sel-sel lain. Dengan gerakan-gerakan ini, embrio mulai mengalami
bentuk-bentuk yang bervariasi.
 Differentiation
Differentiation atau differensiasi, terjadi saat sel-sel mengalami dan menjalani struktur
dan fungsi yang spesifik. Sel-sel syaraf mengalami proses-proses panjang dalam
terjadinya impuls syaraf dan sel-sel otot terdiri dari elemenelemen kontraktil.
 Growth
Selama perkembangan embrio, pembelahan sel dibarengi dengan peningkatan jumlah sel-
sel anak (daughter cells), dan pertumbuhan/ growth (dalam arti kata sebenarnya) benar-
benar terjadi. Selain proses-proses tersebut, dikenal juga istilah berikut dalam proses
perkembangan embrio. Proses-proses itu adalah:
 Morula
Cleavage adalah proses yang terjadi selama tahap awal perkembangan. Selama tahap
cleavage, pembagian sel tanpa pertumbuhan menghasilkan kumpulan sel-sel kecil. Sel-sel
tersebut ukurannya seragam karena sitoplasma telah tersebar secara merata pada mereka
semua. Bentukan padat dari sel-sel ini disebut Morula yang berarti sekumpulan buah beri
(a bunch of berries)
 Blastula
Morphogenesis dimulai pada saat sel-sel Morula memosisikan dirinya untuk membentuk
sebuah rongga. Semua blastula pada hewan memiliki satu rongga kosong, tetapi karena
blastula manusia disebut blastosit (blastocyst), maka rongga itupun disebut ronggg
blastosit. Kemudian terdapat sel-sel padatan pada bagian ujung dari blastosit yang disebut
inner cell mass.
 Gastrula
Pada manusia, bagian kosong yang disebut rongga amnion (amniotic cavity)
tampak di atas inner cell mass. Inner cell mass ini kemudian menjadi
lempengan embrio yang terdiri dari dua lapis: lapisan atas (upper layer) yang
dinamai ectoderm, dan lapisan bawah (lower layer) yang dinamai endoderm.
Selanjutnya, lapisan bilayer tersebut mengalami pemanjangan untuk
membentuk primitive streak, pada bagian tengah (midline) embrio.
Morphogenesis terus berlanjut sampai bagian atas sel-sel pada primitive

33
streak masuk ke bagian dalam dan menyebar di antara ectoderm dan
endoderm. Sel-sel tersebut dinamakan lapisan mesoderm.
Proses differentiation akan segera berlangsung sebab ectoderm, mesoderm,
dan endoderm merupakan lapisan embrio yang memungkinkan pertumbuhan
untuk semua jaringan-jaringan dan organ-organ tubuh selanjutnya.
Gastrulation atau gastrulasi adalah pergerakan sel-sel yang menghasilkan
gastrula atau embrio yang sudah terdiri dari tiga lapisan.

2.10 Alergi Sperma

Sperma adalah cairan kental


berwarna putih yang berasal dari organ
reproduksi pria. Sperma merupakan
benda asing (antigen) bagi tubuh
perempuan. Secara alami kekebalan
tubuh manusia akan merespon benda
asing (antigen) yang masuk. Salah satu
antigen yang ditolak tubuh perempuan
adalah polisakarida yang terkandung
dalam sperma. Saat tubuh perempuan menolak sperma yang masuk, itulah yang disebut
alergi.
Alergi sperma (seminal plasma hypersensitivity) terjadi karena sistem kekebalan
(antibodi) bertemu dengan antigen sperma sehingga secara otomatis tubuh memproduksi
antibodi terhadap sperma, sehingga ditolak untuk membuahi sel telur. Perempuan yang
alergi dengan sperma prianya biasanya selalu merasa jijik dan tidak nyaman saat
berhubungan intim. Alergi sperma dapat menyebabkan gatal-gatal, bengkak, dan
kesulitan bernapas. Dalam beberapa kasus alergi ini malah bisa berakibat pada kematian.
Menurut Ronald Stram, MD pendiri Center for Integrative Health and Healing di
Delmar, New York kepada majalah Woman’s Day, hal ini terjadi karena sistem
kekebalan tubuh bereaksi berlebihan saat bertemu dengan sperma. Sel-sel darah putih
keliru mengidentifikasi protein dalam sperma sebagai penyerang berbahaya, seperti

34
bakteri atau virus, dan melancarkan serangan terhadap sperma. Perempuan yang
mengalami alergi sperma, harus menggunakan kondom saat melakukan hubungan
seksual. Penggunaan kondom tentu mengakibatkan tidak terjadinya pembuahan. Karena
tidak terjadi pembuahan atas sel telur, maka tidak memungkinkan terjadinya kehamilan.
Pasangan yang mengalami alergi sperma akan sulit memiliki anak. Untuk mengobatinya,
ada beberapa pengobatan yang dilakukan untuk penderita alergi sperma yaitu:
1. Terapi steroid.Cara menekan antibodi dengan obat-obatan. Terapi ini bisa dilakukan
dengan terapi oral, mengonsumsi tablet atau suntikan.
2. Pencucian sperma untuk terapi inseminasi.Terapi ini dilakukan bila kualitas sperma
kurang baik. Caranya sperma suami akan ditampung, dan dilakukan pencucian di
laboratorium. Setelah itu, sperma yang baik dimasukkan ke dalam rahim, sehingga
sperma tersebut akan mencari sendiri sel telurnya.
3. Teknologi reproduksi.Cara yang dilakukan adalah menyuntikkan sperma lagsung
pada sel telur. Sel telur istri diambil dengan laparoskopi, kemudian sel sperma suami
yang bergerak/hidup, langsung dimasukkan ke dalam sel telur di laboratorium.
Setelah itu sel telur yang telah dibuahi sperma disuntikkan ke dalam rahim.

2.11 Proses Kehamilan


Semasa perhubungan seks di antara laki-laki dan wanita yang telah bernikah berlaku
(bersenggama), zakar yang dimasukkan ke dalam faraj memancut keluar air mani yang
mengandungi berjuta-juta sperma. Sperma berenang melalui serviks, masuk ke uterus
(rahim) dan akhirnya ke dalam tuba Fallopi (oviduktus). Jika ovum terdapat di situ, maka
proses persenyawaan akan berlaku.
Semasa persenyawaan, hanya satu sperma saja yang boleh menembusi membran
ovum. Kepala sperma itu akan bercerai ekornya dan bergerak ke arah nukleus ovum.
Nukleus sperma dan nukleus ovum bercantum untuk membentuk zigot.
Zigot akan ditolak ke bawah ke arah uterus secara pengecutan peristatis tuba fallopi.
Zigot membagi banyak kali secara mitosis untuk membentuk embrio multisel. Lebih
kurang tujuh hari selepas persenyawaan, embrio ini akan sampai ke uterus dan
melekatkan dirinya kepada dinding uterus. Proses ini disebut penempelan. Wanita itu
dikatakan hamil. Tempo kehamilan ialah 280 hari (40 minggu).

35
2.12 Hubungan Organ Reproduksi dengan Sistem Organ Lainnya
 Sistem Reproduksi dengan Sistem Kardiovaskuler
Sistem reproduksi wanita dan laki-laki menerima darah oleh pembuluh darah yang
merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah besar dalam tubuh, dengan sentral
pada jantung, sehingga jika terdapat kelainan pada jantung contohnya
cardiomyopathy, kelainan katub jantung, arritmia. Maka akan berakibat juga pada
organ-organ reproduksi, misalnya pada laki-laki sering terjadi disfungsi ereksi,
ketidak mampuan dalam melakukan hubungan seksual karena penambahan beban
jantung saat aktifitas coitus. Dan jika seorang wanita hamil maka beban jantung
bertambah berat, akibatnya jika sudah ada penyakit jantung maka penyakit
jantungnya akan bertambah parah, dan penyakit jatung tersebut akan mengakibatkan
komplikasi pada kehamilannya sehingga bisa terjasi abortus, BBLR, kematian janin
dan ibu saat hamil dan bersalin. Saat seseorang berhubungan seksual aliran darahnya
akan meningkat. Jika aliran darah meningkat, maka kebutuhan energi dan
metabolismenya pun meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi dan metabolisme
ini akan memacu jantung berdetak lebih cepat. Bila kondisi jantung tidak normal,
detak jantung yang semakin cepat dapat membuat beban jantung semakin berat.
Kondisi ini bisa berakibat pada gagal jantung.
Pada dua trimester pertama kehamilan, volume darah ibu yang bersirkulasi
meningkat 40% (dari 3500 cm³ menjadi 5000 cm³). Penambahan volume ini
disebabkan oleh menguatnya sistem renin-angiotension. Estrogen plasenta
meningkatkan produksi angiotensinogen oleh hati, dan estrogen bersama dengan
progesteron meningkatkan produksi enzim proteolitik, renin oleh ginjal. Renin
memecah angiotensinogen untuk membentuk angiotensin I, yang dikonversi menjadi
angiotensin II (AII) di dalam paru dan tempat lain. Peningkatan jumlah AII bekerja
pada zona glomerulosa kelenjar adrenal untuk meningkatkan produksi aldosteron.
Aldosteron merangsang penambahan volume melalui retensi natrium dan air.
Kapasitas pengangkut oksigen harus dipertahankan saat terjadinya peningkatan
volume darah yang bersirkulasi. Absorpsi besi meningkat untuk memenuhi
kebutuhan akan peningkatan hemoglobin selama terjadi penambahan volume.

36
Gangguan Pada Sistem Cardiovaskular, dapat terjadi peningkatan kolesterol, HDL
turun, LDL tinggi sehingga timbul penyakit jantung koroner. Karena terbukti bahwa
progesteron dapat menurunkan kadar HDL sehingga LDL dalam kondisi normal.

 Sistem Reproduksi dengan Sistem Saraf


Sistem reproduksi dipersyarafi oleh saraf yang merupakan cabang dari saraf yang
keluar dari tulang belakang dengan koordinasi pada otak. Jika terjadi kelainan ada
saraf tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pada sistem reporduksi, misalnya
disfungsi ereksi, dan gangguan ejakulasi.
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot
polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf otonom
yang dominan adalah saraf simpatis. Saraf simpatis mempunyai efek merangsang
kontraksi otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Akibatnya, karena terjadi
vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus cavernosum
dan spongiosa) maka aliran menuju rongga penis akan rendah. Sebaliknya pada saat
kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis menyebabkan
vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga aliran darah ke
penis meningkat.
Ketika seorang pria telah mencapai tingkat rangsangan yang cukup, ejakulasi pun
dimulai. Pada titik itu, di bawah kendali sistem saraf parasimpatik, air mani yang
mengandung sperma dimuncratkan keluar. Air mani yang dikeluarkan melalui uretra
disertai dengan irama kontraksi. kontraksi ritmis ini adalah bagian dari ejakulasi laki-
laki. Mereka dihasilkan oleh otot bulbospongiosus di bawah kendali refleks tulang
belakang pada tingkat saraf tulang belakang S2-4 melalui saraf pudenda. Ejakulasi
laki-laki yang khas berlangsung beberapa detik.
Sumber sinyal syaraf sensoris yang paling penting untuk memulai aksi seksual
pria adalah glans penis. Glan penis mengandung sistem organ-akhir sensorik yang
sangat sensitif yang meneruskan modalitas sensasi khusus yang disebut sensasi
seksual kedalam sistem syaraf pusat. Aksi gesekan meluncur pada hubungan seksual
terhadap glans penis merangsang organ-akhir sensoris, dan sinyal sensasi seksual
selanjutnya menjalar syaraf pudendus, kemudian melalui pleksus sakralis kedalam

37
bagian sakral dari medula spinalis, dan akhirnya dari medula sampai ke daerah yang
belum diidentifikasi dari otak.

 Sistem Reproduksi dengan Sistem Urinaria


Keduanya sangat berhubungan khususnya secara anatomi, pada laki-laki uretra
bergabung dengan tempat penyaluran keluar sperma, pada wanita uretra berdekatan
dengan vagina dan terletak pada vesti bulum di vulva, selain itu vesica urinaria
berada di depan uterus.
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR) maternal dan aliran
plasma ginjal (renal plasma flow, RPF) mulai meningkat pada awal kehamilan. Pada
pertengahan kehamilan, GFR maternal meningkat sebesar 50%; dan tetap meningkat
selama kehamilan. Sebaliknya RPF maternal mulai menurun pada trisemester ketiga.
Ini menyebabkan fraksi filtrasi ginjal meningkat selama sepertiga akhir kehamilan.
Akibat peningkatan GRF, kreatinin dan ureum serum pada kehamilan lebih rendah
dibandingkan pada keadaan tidak hamil. Bersihan kreatinin meningkat.
Kapasitas reabsorpsi tubulus ginjal yang relatif tetap disertai dengan peningkatan
GFR menyebabkan penurunan reabsorpsi glukosa dari tubulus proksimal pada ginjal
wanita hamil. Dengan demikian glukosa dapat terdeteksi dalam urin pada 15%
wanita hamil yang normal. Namun setiap wanita hamil dengan glikosuria harus
diperiksa apakah mengalami diabetes atau tidak.
Volume cairan urin yang terdapat di dalam pelvis ginjal dan ureter dapat
meningkat dua kali lipat pada separuh akhir kehamilan. Sistem pengumpul ginjal
berdilatasi selama kehamilan akibat obstruksi mekanis oleh uterus yang hamil
disertai dengan efek relaksasi dari progesteron terhadap otot polos. Dilatasi ini
menurunkan kecepatan aliran urin di sepanjang sistem renal dan meningkatkan risiko
terjadinya infeksi ginjal akut pada ibu.

38
 Sistem Reproduksi dengan Sistem Pencernaan
Gusi hiperemi, berongga, dan membengkak. Gusi cenderung mudah berdarah
karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan vaskularitas
selektif dan poliferasi jaringan ikat (gingivitis tidak spesifik). Nafsu makan berubah
selama ibu hamil. Pada trimester pertama sering terjadi penurunan nafsu makan
akibat mual (nausea) dan/muntah (vomitus). Mual dan muntah adalah masalah umum
selama awal kehamilan. Banyak wanita yang merasa mual yang menyatakan
keletihan. Wanita yang merasa mual sering mengatakan keletihan dari pada mereka
yang tidak mual, namun wanita yang merasa mual berat mengatakan keletihan yang
lebih berat. Gejala ini muncul pada sekitar setengah jumlah kehamilan dan
merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG dalam
darah.

 Sistem Reproduksi dengan Sistem Endokrin


FSH merangsang spermatogenesis, sedangkan LH merangsang sekresi
testosterone dan mempertahankan spermatogenesis.Kerja FSH dan testosterone
terlaksana dengan jalan merangsang sel sertoli untuk membentuk senyawa yang
diperlukan untuk maturasi sperma. Sekresi FSH diatur melalui mekanisme umpan
balik negative yaitu peningkatan sekresi dari sel sertoli.
Efek testosteron:
1. Pada janin : merangsang diferensiasi dan perkembangan alat genital kearah pria,
pengatur pola jantan (pria), dan pengontrolan hipotalamus terhadap sekresi
gonadotropin setelah pubertas.
2. Pada pubertas : mempengaruhi sifat kelamin sekunder yaitu perkembangan bentuk
tubuh, perkembangan alat genital, distribusi rambut, pembesaran laring, dan sifat
agresif.
Hormon wanita:
1. Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH)/hormone releasing hipotalamus:
hormone dari hipotalamus dihasilkan di perikarion neuron hipotalamus, terikat
oleh reseptor gonadotrofin untuk merangsang produksi hormon luteinizing dan

39
merangsang follicle stimulating hormone dan penurunan produksi pelepasan
gonadotrofin.
2. Hormon hipofisis anterior yaitu FSH dan LH yang disekresi akibat respon
terhadap releasing hormone di hipotalamus berfungsi untuk memicu sintesis
steroid di ovarium.
3. Hormon Estrogen Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka
tubuh bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera
memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan
kehamilan.

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hal-hal yang di sampaikan di atas, dapat di simpulkan bahwa sistem
reproduksi manusia mempunyai struktur, fungsi, serta juga proses dan mekanisme
yang sangat luas terjadi di dalamnya. Dengan reproduksi, setiap makhluk hidup
mampu mewariskan sifat-sifatnya kepada keturunan yang berikutnya dan juga
dapat mempertahankan kelestarian jenisnya. Dari sini juga dapat disimpulkan
bahwa hal ini sangat berguna bagi masyarakat khsusunya remaja agar dapat
menjaga kesehatan reproduksinya agar terhindar dari Penyakit Menular Seks
(PMS).

B. Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan seddikit tentang reproduksi yang
dialami manusia, dan berbagai macam penyakit yang bisa terjangkit pada sistem
reproduksi. Saya mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya.
Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan
agar dapat terciptannya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang
benar kepada penmbaca. Pesan dari saya mulailah membaca dari hal yang kecil
untuk dapat mengetahui lebih banyak hal yang belum anda ketahui. Dan
jadikanlah membaca sebagai kebiasaan anda, karna melalui membaca akan
membuka lebih banyak gerbang ilmu untuk diri anda.

41
DAFTAR PUSTAKA

Lusa. 2011. Genetelia Eksterna Wanita. Diambil dari: www.lusa.web.id


http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/e-
bookbioteknologipdsistemreproduksi.pdf
Tarwoto, Ns, S.Kep, Ratna Aryani, Ns, S.Kep, Wartonah, Ns, S.Kep. 2009. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: TIM

42

Anda mungkin juga menyukai