Anda di halaman 1dari 16

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

(KONSEP PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH)

KELOMPOK 3 :

 ANNISA KUSUMA ASTUTI P3.73.24.2.15.085


 CLAUDIA LIAVENTY UMAROH P3.73.24.2.15.091
 DEVI AYU DAMAYANTI P3.73.24.2.15.092
 MARIA ULFA P3.73.24.2.15.104

PRODI DIII JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3

TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya .Tujuan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Keterampilan Dasar Kebidanan dengan judul “Konsep Pemberian Transfusi
Darah” .

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Kami mohon masukan dan saran serta kritikan yang sifatnya membangun kepada
dosen pembimbing dan semua pihak yang membaca makalah ini, guna perbaikan dan
penyempurnaan pembuatan makalah yang akan datang.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas untuk kita semua.

Bekasi, 15 Maret 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1


1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Transfusi Darah ................................................................................... 3


2.2 Tujuan Transfusi Darah ......................................................................................... 3
2.3 Persiapan Transfusi Darah ..................................................................................... 4
2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan ............................................................................ 4
2.5 Prosedur Transfusi Darah ...................................................................................... 5
2.6 Syarat-Syarat Pendonor ......................................................................................... 6
2.7 Orang yang Tidak diperbolehkan melakukan Transfusi ........................................ 6
2.8 Manfaat Transfusi Darah ....................................................................................... 7
2.9 Indikasi pemberian transfusi darah ........................................................................ 8
2.10 Reaksi Transfusi ………………………………………………………………… 9
2.11 Macam-Macam Transfusi Darah ………………………………………….......... 12

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….. 13


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………... 13
3.2 Saran …………………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern.
Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan
meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh Palang Merah
Indonesia (PMI) melalui peraturan pemerintah no 7 tahun 2011 tentang pelayanan darah.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam
jumlah besar disebabkan perdarahan pasca melahirkan, trauma, operasi, demam berdarah,
kelainan darah dll. Pemberian transfusi darah mempunyai resiko penularan penyakit
infeksi menular lewat transfusi darah terutama HIV/AIDS, Hepatitis C, Hepatitis B,
Sifilis, Malaria, Demam Berdarah Dengue serta resiko transfusi lain yang dapat
mengancam nyawa.
Darah yang mengandung virus dari makhluk hidup yang positif penyakit-penyakit
diatas dapat menularkan pada makhluk hidup lain melalui sentuhan antara darah dengan
darah, hubungan seksual, transfusi darah, obat intravena atau jarum suntik, vertikal darah
ibu ke janin yaitu melalui infeksi perinatal, intrauterin dan air susu ibu. Darah memiliki
peranan penting bagi tubuh manusia, selain fungsinya dalam pengangkutan oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh fungsi lainnya yaitu menjadi vektor penularan
penyakit infeksi.
Di negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih minim
dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap negara secara
relatif adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga sepuluh orang
per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan sejumlah negara maju
di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang yang melakukan donor darah
per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat sebanyak 68 orang yang melakukan
donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
1. Apa itu Transfusi Darah?
2. Bagaimana Cara Melakukannya?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kuliah
2. Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pembaca mengenai transfusi darah
3. Mengetahui syarat-syarat Transfusi Darah
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transfusi Darah


Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan
dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan
trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A.
Harryanto Reksodiputro,1994).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, definisi transfusi darah
adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang darahnya
telah tersedia dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah adalah segala
tindakan yang dilakuk an dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi
keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah
pengadaan, pengolahan, dan penyampaian darah kepada orang sakit. Darah yang
digunakan adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang diambil dan diolah
secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Penyumbang darah
adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah
(PMI, 2002).
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (respien).

2.2 Tujuan Transfusi Darah


1. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
2. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
3. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
5. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
6. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
7. Tindakan terapi kasus tertentu.

3
2.3 Persiapan Transfusi Darah
a. Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi darah yang akan dilakukan
2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang kemungkinan terjadi dan
pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera
melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk
pemberian transfusi
5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan
6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi
b. Persiapan Alat
1. Standar infusi
2. Set transfusi

3. Botol berisi NaCl 0,9%

4. Produk darah yang benar sesuai program medis


5. Pengalas
6. Torniket

7. Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Kasa steril

11. Betadin

12. Sarung tangan

2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi
2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
3. Label darah yang akan dimasukkan
4. Golongan darah klien
5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)
6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).
4
2.5 Prosedur Transfusi darah
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani persetujuan (informed consent)
3. Identifikasi kebenaran produk darah dan klien
4. Cuci tangan
5. Gantungkan larutan NaCl 0,9%
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter (selang Y atau Tunggal)
7. Pakai sarung tangan
8. Lakukan pemasangan infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah
9. Lakukan lebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran
produk darah : periksa komtabilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan
10. Buka set pemberian darah · Untuk selang Y, atur ketiga klem · Untuk selang
Tunggal, klem pengatur pada posisi off
11. Transfusi darah dengan selang Y · Tusuk kantong NaCl 0,9% · Isi selang dengan
NaCl 0,9% · Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong NaCl
0,9% · Tutup/klem pada selang yang tidak digunakan · Tekan sisi balik dengan ibu
jari dan jari telunjuk (biarkan ruan filter terisi sebagian) · Buka klem pengatur
bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl 0,9% · Kantong darah perlahan
dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya tercampur. kemudian tusuk kantong darah
dan buka klem pada selang dan filter terisi darah
12. Transfusi darah dengan selang Tunggal · Tusuk kantong darah · Tekan sisi balik
dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruan filter terisi sebagian) · Buka klem
pengatur biarkan selang infuse terisi darah
13. Hubungkan selang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
14. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama ,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
15. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9%
16. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan
17. Tahap terminasi · Mengevaluasi hasil tindakan, berpamitan dengan pasien,
membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula, mencuci tangan, dan
membuat dokumentasi
5
2.6 Syarat-syarat Pendonor
a. Umur 17 - 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat
menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas
pertimbangan dokter )
b. Berat badan minimum 45 kg
c. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
d. Tekanan darah baik ,yaitu:
 Sistole = 110 - 160 mm Hg
 Diastole = 70 - 100 mm Hg
e. Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
f. Hemoglobin
g. Wanita minimal = 12 gr %
h. Pria minimal = 12,5 gr %
i. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan
keadaan umum donor.
2.7 Orang yang Tidak diperbolehkan melakukan Transfusi
a. Pernah menderita hepatitis B.
b. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
c. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
d. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
e. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
f. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
g. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
h. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus
dipteria atau profilaksis.
i. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica,
measles, tetanus toxin.
j. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
k. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
l. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
m. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
6
n. Sedang menyusui.
o. Ketergantungan obat.
p. Alkoholisme akut dan kronik.
q. Sifilis.
r. Menderita tuberkulosa secara klinis.
s. Menderita epilepsi dan sering kejang.
t. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
u. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi
G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
v. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi
untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan
seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
w. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

2.8 Manfaat Transfusi Darah


a. Bagi Pendonor
1. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab
Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
2. Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang
darahnya antara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.
3. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial
dari Pemerintah.
4. Merupakan bagian dari ibadah.
5. Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll (setetes
darah merupakan nyawa bagi mereka)
6. Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan
menurunkan Resiko Terkena penyakit Jantung sebesar 30 % (British Journal
Heart) seperti serangan jantung Koroner dan Stroke.
7. Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb),
gangguan kesehatan (hepatitis, gangguan dalam darah dll)
8. Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena
wanita keluar darah rutin lewat menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat
donor darah aktif)
7
b. Bagi Resipen
Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa
seseorang. Darah adalah komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan
oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ vital seperti otak, jantung,
paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat sedikit
oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan
oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan
kegagalan fungsi organ, yang berujung pada kematian. Untuk mencegah hal itu,
dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya
sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.

2.9 Indikasi pemberian transfusi darah


Lima indikasi umum transfusi darah:
 Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi.
 Anemia berat

 Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan
sebagai tambahan dari pemberian antibiotik)
 Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada

 Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

Kontraindikasi :

1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.


2. Pasien yang memiliki tekanan darah rendah
3. Transfusi dengan golongan darah yang berbeda.
4. Transfusi dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS,
Hepatitis

2.10 Reaksi Transfusi


Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat dan lambat.
1. Reaksi akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-
berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan
timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh
hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala
gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria,
demam, takikardia, kaku otot. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian
antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan
tetesan diperlambat.
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat,
demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein,
trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada,
nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri
kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah,
hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%),
hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh
hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan,
anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
a. Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan
inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan
melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah
inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan
reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan
semakin meningkatkan risiko.
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi
akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari
pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label
9
pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum
transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma
pasien melawan antigen golongan darah lain (selain golongan darah ABO)
dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.
Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit
awal transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10
ml. Jika pasien tidak sadar atau dalam anestesia, hipotensi atau perdarahan
yang tidak terkontrol mungkin merupakan satu-satunya tanda
inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak awal
transfusi dari setiap unit darah.
b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat
terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat,
atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien
dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.
c. Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma
merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada
resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi
anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang
banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal
transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress
pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan cepat dan agresif dengan antihistamin dan adrenalin.
d. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury
= TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi
yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul
dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks
kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan
pernapasan di ruang rawat intensif.

10
2. Reaksi lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan
tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang
berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.
Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah
dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi
tersebut.
a. Purpura pasca transfuse
Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial
membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini
disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik
trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda
yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat akut 5-10
hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL.
Penatalaksanaan penting terutama bila hitung trombosit ≤50.000/uL dan
perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL.
Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel dengan
antibodi pasien.
b. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya
terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi
sumsum tulang; dan pasien imunokompeten yang diberi transfusi dari individu
yang memiliki tipe jaringan kompatibel (HLA: human leucocyte antigen),
biasanya yang memiliki hubungan darah. Gejala dan tanda, seperti demam,
rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-
12 hari setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat
suportif.
c. Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang
akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya
ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme
fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti
desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan
11
mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.
d. Infeksi
Infeksi yang berisiko terjadi akibat transfusi adalah Hepatitis B dan C, HIV,
CMV, malaria, sifilis, bruselosis, tripanosomiasis)
2.11 Macam-macam Transfusi Darah
1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan
darah lebih dari 25 %.
2. Darah Komponen
a. Sel Darah Merah (SDM)
1). Sel Darah Merah Pekat
Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi
darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
2). Sel Darah Merah Pekat Cuci
Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.
3). Sel Darah Merah Miskin Leukosit
Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
4).Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah
merah yang menetap.
5). Sel Darah Merah Diradiasi
Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
b. Leukossit/ Granulosit Konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi
yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian
Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
c. Trombosit
Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi
trombosit.
d. Plasma dan Produksi Plasma
Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku untuk penderita Hemofili. Krio Presipitat
untuk penderita Hemofili dan Von Willebrand
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan yang telah dituliskan diatas maka dapat disimpulkan, transfusi darah
adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari satu orang ke dalam sistem
peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa
situasi, seperti kehilangan darah besar karna kecelakaan, atau dapat digunakan untuk
menggantikan darah yang hilang selama proses operasi.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai penulis
menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sekalian, agar dalam
pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/raka_pratama/transfusi-darah_54f9530ba333115f378b501f
http://eprints.undip.ac.id/43759/2/DefitaRatnaWati_G2A009047_Bab1KTI.pdf
http://bssetie.blogspot.co.id/2012/11/konsep-dasar-transfusi-darah.html
14

Anda mungkin juga menyukai