Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang HIPOGONADISME .
Meskipun banyak hambatan dalam proses pengerjaannya, tetapi kami dapat
menyelesaikannya dengan baik.Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah SISTEM ENDOKRIN. Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Terutama terhadap pembimbing
kami Ibu Ely Zahra. S.Kep.NS
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Hipogonadisme merupakan defisiensi aktivitas sekretorik ovarium atau testis. Keadaan
ini dapat bersifat primer atau disebabkan disfungsi gonad yang melibatkan sel leyding pada
laki-laki, atau dapat terjadi akibat gangguan hipothalamus-hipofisis.
Biasanya penyebab hipogonadime adalah dari faktor sekunder dan primer. Faktor primer
contohnya infeksi kelenjer gonad, atropi kelenjer gonad, beberapa kategori penyakit seperti
sindrom klinefelter, sindrom reinfenstein, sindrom turner pada laki-laki, sindrom sel-sertoli,
anorkisme, orkitis dan gejala sisa dari terpapar radiasi. Sedangkan faktor sekunder contohnya
kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH, hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior,
hiposekresi FSH dan LH, kategori penyakit seperti hipopituitarisme, defisiensi FSH, sindrom
kallman dan sindrom prader-willi.
Penderita hipogonadisme tidak meningkatkan resiko kematian tetapi menyebabkan
penurunan fungsi otot dan seksual, menurunkan kesuburan, dan meningkatkan osteoporosis.
Hipogonadisme hipergonadotropik lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
karena kejadian sindrom klinefelter (hipigonadisme primer pada laki-laki) lebih tinggi dari
pada sindrom turner (hipogonadisme pada perempuan) dan untuk hipogonadisme
hipogonadotropik sama pada laki-laki dan perempuan.
Hipogonadisme dapat terjadi pada semua usia. Jika hipogonadisme terjadi sebelum lahir,
dapat mengakibatkan ambiguitas seksual. Jika hipogonadisme terjadi sebelum pubertas,
maka pubertas tidak akan berkembang. Jika hipogonadisme terjadi setelah pubertas, maka
akan terjadi infertilitas dan disfungsi seksual.
Pada laki-laki dengan hipogonadisme hipergonadotropik, penyebab umumnya adalah
sindrom klinefelter yang memiliki kejadian 1 kasus per 500-1000 kelahiran hidup. Tetapi
hipogonadisme hipogonadotropik lebih jarang. Pada perempuan dengan hipononadisme
hipergonadotropik (kegagalan gonad), yang umumnya menyebabkan sebagian besar
hipogonadisme adalah sindrom turner, yang memiliki kejadian 1 kasus per 2,500-10,000
kelahiran hidup.
3
pada
pasien
dengan
Hiogonadisme?
1.3 TUJUAN
1.
Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI
1. Skrotum
Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh
a. Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan septum
internal
b. Otot dartos, adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai responsterhadap udara dingin atau
eksitasi seksual.
2. Testis
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4cm-5cm (1,5inci-2 inci) dan
berdiameter 2,5cm.
a. Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang kearah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiserus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus.Epitelium germinal kusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung
sel sel batang (sprematogonia) yang kemudian menjadi sprema; sel sel sertoli
yang menopang dan memberi nutrisi sprema yang sedang berkembang dan sel sel
interstisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin
a) Spermatogenesis, adalah proses perkembangan spermatogenia menjadi
sprematozoa dan berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang 4 hari)
1) Sprematogonia terletak berdekatan dengan membran basalis
tubulus seminiferus. Spermatogonia berproliferasi melalui mitosis
dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.
2) Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi sprematid menjadi
spermatozoa (sperma). Sperma matur memiliki satu kepala, satu
badan, dan satu flagellum(ekor).
a) Kepala berisi nukleus dan dilapisidan akrosom (tutup
kepala) yang mengandung enzim diperlukan untuk
menembus ovum.
b) Badan mengandung mitokondria yang memproduksi atp
diperlukan untuk pergerakan.
c) Goyangan flagelum mengakibatkan motilitas sprema
(untuk berenang)
b) Sel sertoli menyebar dari epitelium sertoli menyebar dari epitelium sampai
lumen tubulus.
c) Sel interstisial
(leydig)
mensekresi
androgen(testosteron
dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kremaster dan jaringan ikat. Masing-masing
duktus deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal
kanal inguinal. Duktus ini mengalir dibalik kandung kemih bagian bawah untuk
bergabung dengan duktus ejakulator.
d. Duktus ejakulator pada kedua sisi terbetuk dari pertemuan pembesaran (ampula)
dibagian ujung duktus deferen dan duktus dari fesikel seminalis. Setiap duktus
ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2cm dan menembus kelenjar prostat
untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
e. Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari 3
bagian :
a) Uretra prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih,
menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut.
b) Uretra membran nosa panjangnya mencapai 1cm-2cm. Bagian ini
dikelilingi springter uretra ekternal.
c) Uretra penis (kafernous, berspons) dikelilingi oleh jaringan erektil
bersepon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar kedalam fosa
navikularis sebelum berakhir pada mulut uretra eksternal dalam glans
penis.\
4. Kelenjar aksesoris
a. Sepasang sefikel seminalis adalah kantong terkonfolusi (berkelok-kelok) yang
bermuara kedalam duktus ejakulator. Seretnya adalah cairan kental dan basa yang
kaya akan flutosa. Kelenjar prostat, menyelubungi uretra saat keluar dari kandung
kemih. Sekresi prostat bermuara kedalam uretra prostatik setelah melalui 15 -30
duktus prostatik
b. Sepasang kelenjar bulbo uretral (couper) adalah kelenjar kecil yang ukuran dan
bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang
mengandung mukus kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta
diambahakan pada semen
5. Pengaturan hormonal sistem reproduksi laki-laki
a. Hormon testikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteron.
Testis juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen
pada laki-laki, dan dihidro-testosteron (DHT) yan penting untuk pertumbuhan
prenatal dan diferensiasi genetalia laki-laki.
8
pada
sel
tubulus
seminiferus
dan
deperlukan
dalam
dan
LH
menstimulasi
sel
interstisial
untuk
memproduksi testosteron.
2) Peningkatan kadar testosteron dalam darah memberikan kendali
umpan balik negatif pada sekresi GnRH dan pada sekresi FSH dan
LH hipofisis.
3) Inhibin disintesis dan disekresi oleh sel sertoli untuk merespons
terhadap sekresi FSH. Hormon ini bekerja melalui umpan balik
negatif langsung pada kelenjar hipofisis untuk mengahambat
sekresi FSH. Inhibin tidak mempengaruhi pelepasan LH (ICSH).
4) Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga
diproduksi oleh sel sertoli untuk merespons sekresi FSH. Protein
mengikat testosteron untuk mempertahankan konsentrasinya dalam
tubulus seminiferus 10 sampai 15 kali lebih besar dibandingkan
dengan
konsentrasinya
dalam
darah.
Hal
ini
kemudian
sensitivitas
dan
LH
spermatogenesis,
hipofisis.
produksi
Ini
mengakibatkan
testosteron,
dan
terjadinya
pembentukan
10
control
gonadotropin-releasing
hormone
(GnRH)
hipotalamus.
Sekresi
testosterone diatur oleh stimulasi LH atas sel-sel Leydig dan dengan mekanisme umpan
balik negative, testosterone menghambat sekresi gonadotropin. Spermatogenesis
memerlukan testosterone dan FSH. Testosterone merangsang pembelahan mitosis dan
meiosis yang diperlukan untuk mengubah sel germinativum diploid yang belum
berdiferensiasi, yaitu spermatogonia, menjadi spermatid yang haploid dan belum
berdiferensiasi. Remodeling spermatid menjadi spermatozoa yang sangat motil dirangsang
oleh FSH. Sebuah spermatozoa hanya berisi sebuah kepala berisi DNA dengan akrosom
berisi enzim diujungnya untuk menembus ovum, bagian tengah yang mengandung
perangkat metabolik untuk menghasilkan energy, dan ekor motil seperti pecut. Yang juga
terdapat ditubulus seminiferosa adalah sel sertoli, yang melindungi, merawat, dan
meningkatkan sel germinativum sepanjang perkembangan mereka. Sel sel sertoli juga
mengeluarkan inhibin, hormone yang menghambat sekresi FSH untuk melengkapi
lengkung umpan-balik negative.
Sperma yang masih imatur tersapu keluar tubulus seminiferosa menuju ke
epididimis oleh cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel sertoli. Edpididimis dan duktus
deferens menyimpan dan memekatkan sperma serta meningkatkan motilitas dan fertilitas
mereka sebelum ejakulasi. Selama ejakulasi, sperma bercampur dengan sekresi yang
dikeluarkan oleh kelenjar tambahan, yang membentuk sebagian besar semen. Vesikula
seminalis memberikan fruktosa untuk energy dan prostaglandin, yang meningkatkan
11
motilitas saluran reproduksi pria dan wanita untuk mempercepat transportasi sperma.
Kelenjar prostat mengeluarkan cairan basa untuk menetralkan sekresi vagina yang asam.
Kelenjar bulbouretra mengeluarkan mucus sebagai pelumas
12
Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang
memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral
yang banyak mengandung saraf.
d. Labia minora
Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat di antara labia mayora. Labia minora
memanjang dari klitoris secara obligue ke bawah dan samping belakang sepanjang 4
cm di sisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung pada garis
median oleh lipatan kulit disebut frenolum. Masing-masing labia minora terbagi
menjadi:
a) Bagian atas
b) Bagian bawah
e. Klitoris
Klitoris adalah tonjolan kecil yang melingkari berisi jaringan erektil yang sangat
sensitif, terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi di
antara ujung anterior labia minora, dan banyak mengandung saraf. Klitoris terdiri
atas:
a) Korpus kavernosus
b) Membran fibrosa
f. Vestibulum vagina (serambi)
Celah yang terletak di antara labia minora dan di belakang glans klitoris. Di
dalamnya terdapat orifisium uretra 2,5 cm yang terletak di belakang glans klitoris
diikuti dengan vagina yang merupakan muara duktus vestibularis mayor, liang
senggama, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene kiri dan kanan.
g. Himen (selaput dara)
Himen (selaput dara) adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian liang senggama.
h. Orifisium vagina
Orivisium vagina adalah celah yang terdapat di bawah belakang muara uretra,
ukurannya tergantung pada himen, dan lipatan pinggir dalamnya berkontak satu sama
lainnya, orifisium vagina muncul sebagai celah di antara orifisium vagina.
i. Bulbus vestibularis (bulbus vaginalis)
Terdiri atas dua masa erektil dari masing masing sisi orifisium vagina yang disebut
pars intermedia, masing-masing massa lateralis memiliki panjang 2,5 cm. Ujung
13
cm. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
posisi anteversio fleksio, membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
arah depan membentuk sudut 120-130 derajat dengan serviks uteri. Bagian-bagian
dari uterus adalah sebagai berikut:
a) Fundus uteri (dasar rahim)
Ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan fasies vesikalis dan permukaan
internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus dinding
uterus. Di bawah dan di depan titik pertemuan ini terdapat ligamentum dan di
belakangnya terdapat ovarium.
b) Korpus uteri
Di dalamnya terdapat rongga (cavum uteri) yang mebuka keluar melalui
saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan
tempat berkembangnya janin.
c) Serviks uteri
Merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks
yang menjurus ke bawah dan ke belakang dengan sedikit lebar di
pertengahannya. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang korpus
yang berbentuk garis bengkok ke depan. Serviks uteri dibagi atas dua bagian:
1) Porsio supra vaginalis
2) Porsio vaginalis
c. Tuba Falopii
Saluran yang mengangkut ovum dari ovarium ke kavum uteri, panjangnya
11-14 cm. Tuba falopii terdiri atas 2 bagian mulai dari sisi pelvis ke sudut superior
lateral uterus. Masing-masing tergantung pada plika peritonal mesenterium yang
meliputi margo superior dan berdekatan dengan ligamentum latum.Tuba falopii
terdiri atas:
a)
b)
c)
d)
Pars interstialis
Pars ismika/istmus
Pars ampularis/ampula
Infundibulum
d. Ovarium
15
Kelenjar yang terletak di kanan kiri uterus terikat oleh ligamentum uterus.
Ovarium berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium yang
terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium terletak
pada intra peritoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritoneal (cavum peritonei) dilapi
oleh epitel kubik silinder yang disebut juga epitelium germinativum. Pada bagian
bawah epitel ini terdapat tulnika albuginea dan di bawah tunika albuginea dtemukan
lapisan yang banyak terdapat folikel.
Setiap bulan folikel ini berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel ini merupakan
bagian ovarium yang terpenting, dapat ditemukan di korteks ovarii (cortex ovarii)
dalam letak yang beraneka ragam dan dalam tingkat perkembangannya dari satu sel
telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang.
Folikel yang matang terisi dengan liquor folikuli yang mengandung estrogen dan siap
berovulasi.
cocok untuk implantasi apabila ovum yang dilepaskan dibuahi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi. Akibat penarikan hormon yang
mendukung lapisan endometrium untuk menjadi sangat berkembang menyebabkan
disintegrasi dan terlepas, menghasilkan darah haid. Secara simultan, fase folikel baru
dimulai kembali. Haid berhenti dan lapisan dalam uterus (endometrium) memperbaiki dan di
bawah pengaruh kadar estrogen yang meningkat yang berasal dari folikel yang baru matang.
Jika terjadi, fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan
sperma yang diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi
menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu, endometrium
telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah
pengaruh progesteron fase luteal. Blastokista terbenam di dalam lapisan yang telah
dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar
blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya-nutrien, melaksanakan dua
fungsi, yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi blastokista, sementara pada
saat yang sama membebaskan nutrien dari sel endometrium agar dapat digunakan oleh
mudigah yang sedang berkembang.
Setelah implantasi, terbentuk plasenta yang merupakan kombinasi saling mengunci
antara jaringan ibu dan janinnya. Plasenta adalah organ pertukaran antara darah ibu dan
janin serta berfungsi sebagai organ endokrin kompleks sementara yang mengeluarkan
sejumlah hormon yang esensial bagi kehamilan. Hormon penting tersebut adalah human
chorionic gonadotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada persalinan, kontraksi ritmik uterus yang kekuatan, durasi, dan frekuensinya
meningkat menyelesaikan tiga tahap persalinan: dilatasi serviks, pengeluaran bayi, dan
pengeluaran plasenta (afterbirth). Setelah kontraksi dipicu pada permulaan persalinan,
tercipta suatu siklus umpan-balik positif yang secara progresif meningkatkan kekuatan
kontraksi. Seiring dengan kontraksi yang mendorong janin menekan serviks, terjadi
peningkatan secara refleks sekresi oksitosin, suatu stimulan otot uterus yang kuat. Tambahan
oksitosin tersebut menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat, yang kemudian menyebabkan
17
peningkatan sekresi oksitosin, dan seterusnya. Siklus umpan-balik positif ini secara progresif
menguat sampai dilatasi serviks dan pengeluaran bayi selesai.
Selama kehamilan, payudara secara khusus dipersiapkan untuk laktasi. Peningkatan
kadar estrogen dan progesteron dari plasenta masing-masing menyebabkan perkembangan
duktus dan alveolus di kelenjar mamaria. Prolaktin merangsang sintesis enzim yang
diperlukan oleh sel epitel alveolus untuk menghasilkan susu. Namun, kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi selama kehamilan mencegah prolaktin merangsang pembentukan
susu. Penarikan steroid plasenta pada persalinan akan memicu laktasi. Laktasi dipertahankan
oleh gerakan mengisap puting payudara, yang memicu pengeluaran oksitosin dan prolaktin.
Oksitosin menyebabkan penyemprotan susu karena hormon ini merangsang sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus untuk memeras susu keluar melalui duktus. Prolaktin
merangsang pembentukan lebih banyak susu untuk mengganti susu yang diperas keluar
sewaktu bayi menyusui.
ovarium atau testis merupakan kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi beserta sel
gamet, ovum atau spermatozoid.
Hipogonadisme adalah kondisi pada pria dimana testis tidak dapat memproduksi
hormon testosteron yang memadai. Hipogonadisme bisa dialami sejak janin berkembang
di perut, sebelum masa puber, atau saat dewasa.
Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan
hipogonadisme sekunder. Pada hipogonadisme primer testis mengalami kelainan, kadar
testoteron rendah disertai meningkatnya hormon gonadotropik. Kondisi ini disebut
dengan hipogonadotropik-hipogonadisme.
Sementara pada hipogonadisme sekunder, kelenjar hipofisis di otak yang mengalami
gangguan. Pada kasus ini kadar hormon testosteron dan hormon gonadotropik berada
pada tingkat yang rendah. Kondisi ini disebut hipogonadisme-hipogonadotropik.
2. Etiologi
a. Primer :
o Infeksi kelenjar gonad
o Atropi kelenjar gonad
Kategori Penyakit : sindrom klinefelter, sindrom reinfenstein, sindrom turner
pria, sindrom sel-sertoli, anorkisme, orkitis dan gejala sisa iradiasi
b.
Skunder :
o Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
o Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
o Hiposekresi FSH dan LH
Kategori Penyakit : hipopituitarisme, defisiensi FSH, sindrom kallman, dan
sindrom prader-willi
3. Klasifikasi
terdapat beberapa
cara
untuk
( Wikipedia,2008):
a. Kongenital vs didapat
Hipogonadisme kongenital
mengklasifikasi
sudah
ada
hipogonadisme,diantaranya
sejak
lahir,misalnya
sindrom
produksi
hormon,fertilitas,atau
fertilitas,yaitu
hipopituitarisme
19
dan
sindrom
kallmann.
di
tingkat
manapun.
Hipergonadotropik
hipogonadisme
oleh
abnormalitas
pada
gonad,
contohnya
agenesis
(tidak
berkembangnya) sel leyding, atau kegagalan sel leyding pada masa dewasa.
Kegagalan sel leyding dapat terjadi setelah mumps (gondongan). Hipogonadisme
sekunder disebabkan oleh defisiensi gonadotropin atau kegagalan sekresi GnRH.
Disebut juga hipogonadisme hipogonadotropik.
Saat testis tidak berfungsi yaitu selama masa janin atau saat tidak ditemukan
reseptor androgen secara genetic dalam sel-sel target sampai maka tidak ada
organ-organ kelamin pria yang akan berkembang. Sebaliknya, organ-organ wanita
yang normal akan terbentuk. Alasan terhadap keadaan ini adalah bahwa
karakteristik genetic dasar dari janin sampai apakahpria atau wanita adalah
membentuk organ kelamin wanita bila tidak ada hormone-hormon kelamin pria.
Tetapi bila ada testoteron, pembentukan organ kelamin wanita akan ditekan dan
sebaliknya pembentukan organ kelamin pria akan dirangsang (Guyton,
1997:1280)
Bila seorang anak laki-laki kehilangan testisnya sebelum pubertas, terjadi
suatu keadaan eunochism, dimana dia tetap memiliki sifat seksual infantile
21
sepanjang kehidupannya. Tinggi badannya pada saat dewasa sedikit lebih besa
dari pada pria normal, walaupun tulang-tulangnya lebih kecil, otot-otonya sangat
lemas daripada pria normal, dan organ kelamin serta sifat seksual sekundernya
lebih menyerupai anak-anak daripada orang dewasa. Suaranya seperti suara anakanak, tidak terjadi kerontokan rambut
pertumbuhan rambut normal pada wajah dan tempat lain (Guyton, 1997:1280)
Bila pria dikastrasi setelah pubertas, beberapa sifat seksual sekunder kembali
ke sifat yang terdapat pada anak-anak dan sifat maskulin lainnya masih tetap
tedapat. Organ-organ seksual sedikit berkurang ukurannya, tetapi tidak kembali
pada ukuran masa kanak-kanak, dan suaranya sedikit berkurang sedangkan
kualitas bassnya berkurang. Sebaliknya, terjadi kehilangan pertumbuhan rambut
yang menandakan maskulinisasi, kehilangan tulang maskulin yang tebal, dan
kehilangan muskulatur pria sejati (Guyton, 199:1280)
Pada pria dewasa yang dikastrasi, gairah seksual turun tetapi tidak hilang
sama sekali, mamungkinkan aktifitas seksual yang telah dilakukan sebelumnya.
Ereksi dapat tettap terjadi seperti sebelumnya, walaupun sedikit lebih sukar. Tetapi
sangat jarang terjadi ejakulasi, secara primer karena organ yang membentuk sel
semen menglami degenerasi dan hilangnya gairah psikis yang didorong oleh
testoteron. Sebgai akibatnya, terjadi obesitas sejalan dengan eunochism disertai
organ kelamin yang mirip dengan anak-anak. Keadaan ini misalnya terjadi pada
sindrom adiposogenital, sindrom frohlich, atau eunochism hipotalamus (Guyton,
1997:1280)
Hipogonadisme pada wanita jumlah ovarium yang kurang dari normal.
Hipogonadisme pada wanita dapat terjadi karena ovarium terbentuk kurang
sempurna, tidak terbentuk ovarium atau abnormalitas ovarium secara genetic yang
menyekresi hormone-hormon yang keliru karena tidak adanya enzim-enzim di
dalam sel sekretori. Jika sejak lahir tidak ada ovarium atau menjadi tidak
berfungsi sebelum pubertas, akan terjadi neukinisme wanita. Pada kondisi ini
karakteristik seksual sekunder yang biasa tidak muncul dan organ seksual akan
tetap infantile. Tanda khusus dari kondisi ini adalah pertumbuhan tulang panjang
yang lebih lama karena epifisis tidak bergabung dengan batang tulang pada saat
seperti yang terjadi pada wanita remaja normal, akibatnya wanita eunuch pada
22
dasarnya sama tinggi atau lebih tinggi dari pasangan pria yang mempunyai latar
belakang genetic yang sama.
Jika sejak lahir tidak terdapat ovarium atau ovarium menjadi tiak berfungsi
sebelum pubertas, akan terjadi eunukisme wanita. Pada kondisi ini, karakteristik
seksual sekunder yang biasa tidak muncul dan organ seksual akan tetap infantile.
Tanda khusus dari kondisi ini adalah pertumbuhan tulang panjang yang lebih lama
karena epifisis tidak bergabung dengan batang dari tulang-tulang ini pada usia dini
seperti yang terjadi pada wanita remaja normal. Akibatnya, wanita eunochism
pada dasarnya sama tinggi atau lebih tinggi daripada pasangan pria yang
mempunyai latar belakang genetic sama (Guyton, 1997:1298)
Apabila ovarium yang sudah bekembang dari seorang wanita diangkat, organorgan kelamin beregresi sampai batas tertentu sehingga uterus menjadi hampir
infantile ukurannya, vagina menjadi lebih kecil, dan epithelium vagina menjadi
tipis dan mudah rusak. Payudara menjadi atropi dan menjadi menggantung.
Rambut pubis menjadi lebih tipis. Perubahan semacam ini juga terjadi pada
wanita setelah menopause (Guyton, 1997:1298)
Komplikasi dari hipogonadisme adalah osteoporpsis dimana akibat defesiensi
estrogen tidak tergantung pada usia; akselerasi (percepatan) kehilangan tulang
dapat terjadi pada wanita yang mengalami hipogonadisme dengan sebab apapun.
Setelah menepouse, terjadi akselerasi resorpsi tulang akibat defisiensi estrogen,
yang terdeteksi pada biopsy sebagai peningkatan frekuensi permukaan resorpsi.
Estrogen mengurangi fungsi osteoklas sebagian melalui inhibisi aktivasi monosit
dan inhibisi aktivitas osteoblas melalui supresi gen yang mengekspresikan IL-1,
IL-6 dan TNF.
23
b. Pathway
Sekunder/hipogonadot
ropik hipogonadisme
Primer/Hipergonadotr
opik hipogonadisme
Infeksi
kelenjer
gonad
Kerusakan
hipotalamus
mensekresi GnRH
Atropi
Kelenjer
Disfungsi
sekresi
hormon
Hiposekre
si hormon
Meneta
p
Kelenj
er
Adrena
Kelenj
er
Tiroid
Isufisie
nsi
kelenjar
adrenal
Hipotiroi
d primer
Hiposekre
si dopmin
TSH &
TRH
meningka
Hiperprolaktinemi
a
LH
FSH
Penurunan
sekresi
progestero
n
(Perempua
Amenore
(Fetus)
ambiguita
s jenis
kelamin
(Anakanak)
kegagalan
terusmenerus
untuk
testis
Umpa
n
Negat
hiposekre
si
Meningkatkan
sekresi
prolaktin
Penurunan sekresi
testosteron (lakilaki)
Umpa
n
Positif
Kelenje
r
Gonad
Ovarium
(Perempuan
)
Pematanga
n folikel di
ovarium
(ovulasi)
(Purbertas)
- Masa otot tidak
berkembang
- Suara seperti
perempuan
- Bulu tubuh tidak
tumbuh baik
-
Kadar Androgen
(ekstrogen)
meningkat
Pertumbuha
n tubular
sel sertoli
(laki-laki)
Memberi nutrisi
pd sperma
(spermatogenesi
s)
Infertil
(Dewasa)
Mk : Gg
disfungsi
seksual
- Disfungsi ereksi
- Ketidak suburban
24
Hiposekres
i
Perempuan
Atropi
mamae &
Amenore
sekunder
Laki-laki
ginekomast
ia
(Dewasa)
(Purbertas)
Atropi Testis
Osteoporosis
Kegagala
n
mencapa
i
kekuatan
Mk : Gg citra
tubuh
Mk :
Ansietas
Kegagalan
pertumbuhan fisik
Mk : Gg citra
diri
Implikasi
sosial
5. Manisfestasi klinik
Pria
25
tubuh yang mirip dengan wanita dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara
memiliki nada tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita yaitu segitiga dengan
dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di bawah seperti yang dijumpai
pada pria normal.
b. Difisiensi Post Pubertas
Pada pria dewasa mengalami penurunan libido, kadang-kadang mengalami hot
flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding
dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan
progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.
Menurut endokrinolog dari Vrije universiteit medical center, amsterdam ,
belanda, pada penderita hipogonadisme hasrat seksualnya hilang sehingga terjadi
disfungsi ereksi , otot-otot mengecil, lemak tubuh meningkat , mudah marah,
depresi, anemia, osteoporosis dan produksi sperma terganggu. Meskipun keadaan
tersebut berfariatif pada setiap orang. Disamping itu bisa juga terjadi hilangnya
kepadatan mineral tulang yang bisa mengakibatkan osteoporosis, hilangnya masa
otot yang menyebabkan fisik lemah. Penderita hipogonadisme cenderung
mengeluh merasa tak puas , tak mampu berkonsentrasi dan mengingat kurang baik
Bila level testosteron turun sebelum masa pubertas, kedewasaan seksual
menurun, bahkan tidak muncul, meski tinggi badan tetap naik suara berubah. Jika
terjadi setelah masa puber (karena faktor keturunan atau penyakit) gejala yang
mungkin timbul gangguan berupa tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung,
lesu, nafsu seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas disekitar dada dan
leher, disfungsi seksual, dan terus menerus berkeringat.
Gejala lain misalnya menurunnya kekuatan otot dan genggaman ,
pertumbuhan janggut terhambat, penampilan secara keseluruhan menurun. Kulit
menjadi kering dan kasar , berat badan bertambah secara bertahap, daan porsi
lemak semakin bertambah terutama dibagian perut dan pinggul. Organ kelamin
yang dibentuk menjadi kurang dari normal ukurannya baik itu panjangnya untuk
organ penis maupun besarnya untuk organ testis (dicky,2005). Tentu keadaan ini
26
tidak berlangsung secara bersamaan. Bisa jadi sekelompok gejala akan terlihat
pada seseorang , sementara pada orang lain hanya beberapa gejala kecil
(susanto,2006).
Wanita
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia
eksterna serta penurunan libido. Dapat terjadi menstruasi yang tidak teratur dan
amenore akibat hipogonadisme. Pada hipogonadisme, yaitu pada keadaan dimana
gonad menyekresi sejumlah kecil ekstrogen, siklus ovarium mungkin tidak datang
selama beberapa bulan atau menstruasi terhenti sama sekali ( amenore ). Siklus
ovarium yang memanjang yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi mungkin
disebabkan oleh insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan Lh praovulasi, yang
diperlukan untuk ovulasi
Dampak Terhadap Sistem Lain
a. Sistem Reproduksi
Atropi testis dan ovarium
Kehilangan/penurunan libido
Atropi payudara
b. Sistem Muskuloskeletal
Otot kecil
Pertumbuhan otot kurang
c. Sistem Integumen
6. Komplikasi
Pada pria
Komplikasi hipoginadisme jika tidak diobati dapat menurunkan libido, kegagalan untuk
mencapai kekuatan fisik,implikasi social,gagal melewati pubertas dengan rekanrekan(jika hipogonadisme terjadi sebelum pubertas) dan osteoporosis. Selain jika
hipogonadisme terjadi sebelum penutupan epifisis,hasilnya biasanya bertubuh tinggi
27
dalam keadaan normal. Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan
pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak
memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
b. Pemeriksaan hormon testosteron yaitu melalui pengambilan serum, dan
pemeriksaan sex hormone binding globulin (SHBG).
Pengambilan serum harus dilakukan pada jam 07.00-11.00. kadar
testeosteron total 320 mg/dl , merupakan batas dimana untuk memberikan
substitusi testosterone tidak diperlukan kadar testosterone total dibawah 230
mg/dl merupakan batas untuk memberikan substitusi testosterone . sedangkan
kadar testosrteron antara 230-350 mg/dl memerlukan pemeriksaan uland disertai
dengan pemeriksaan sex hormone bindng globulin( SHBG) Untuk menentukan
kadar free terstosteron atau bioavailable testosterone.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan hippogonadisme hipogonadotropik dilakukan dengan
penggantiaan hormon seks pada laki-laki dan perempuan. Untuk pengobatan pasien
dengan hipogonadisme hipogonadotropik, pendekatan yang biasa di lakukan adalah
dengan penggantian hormon seks untuk memepertahankan karakteristik seks
sekunder.
Penggantian steroid seks tidak menghasilkan peningkatan ukuran testis
pada laki-laki ataupun kesuburan pada laki-laki maupun perempuan . gonadotropin
atau hormon pengganti GnRH dapat di lakukan untuk peningkatan kesuburan .
kontrasepsi oral diketahui dapat memberikan estrogen dan progesteron dalam
kombinasi yang dapat memenuhi kebutuhan hormon pasien.
29
8. Prognosis
Penderita hipogonadisme baik laki-laki maupun perempuan dapat hidup normal
dengan penggantian hormon. Pria dan wanita dengan hipogonadisme dapat menjalani
hidup normal dengan terapi suntik hormon. Sekitar 20-25% dari wanita dengan
sindrom Turner dapat mengalami pubertas spontan. Estrogenisasi spontan terjadi
lebih sering pada wanita dengan kariotipe mosaik dan mereka yang memiliki
kariotipe dengan kromosom X kedua yang abnormal. Pernah juga dilaporkan wanita
dengan sindrom Turner mosaik hamil tanpa fertilisasi invitro.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
30
1. Identitas klien
Terdiri dari : umur , jenis kelamin, pendidikan , pekerjaan, agama, statusmerital, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal diagnosa medis, No. Medrec dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan
klien, dan alamat.
3. Tingkat energi
Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya hormon gonad.
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pertumbuhan dan perkembangan.
Secara langsung petumbuhan dan perkembangan ada dibawah pengaruh GH, kelenjar
tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi pula
setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad.
Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau proses
pertumbuhan.
Kaji secara lengkap pertumbuhan ukuran tubuh dan fungsinya.
Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien.
5. Seks dan reproduksi.
Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita atau pria.
Pada klien wanita : kaji kapan mulai atau berhenti menstruasi, perubahan fisik
termauk sering nyeri atau kram abdomen sebelum, selama, dan sesudah haid.
Pada klie pria : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme serta bagaimana
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
Tanyakan perubahan bentuk dan ukuran alat genitalia.
6. Aspek psikologis
7. Aspek Sosial
Perlu dikaji kondisi lingkungan menarik diri dari pergaulan.
8. Aspek Spiritual
31
Perlu dikajii tentanng agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang
terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan
penyakit klien.
9. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami hipogonad biasanya kelainan
fungsi kematangan seksual perubahan kondisi mental.
10. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang,
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan
usia :
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak ada atau berkurang,misalnya amenorhoe, bulu
rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang.
c. Kardiovaskuler
Inspeksi
: apakah bentuk dada simetris?
Auskultasi : apakah suara jantung normal (terdapat s1 atau s2)
d. Pernapasan
Inspeksi : kaji kualitas napas, biasanya pada perempuan lihat buah dadanya simetris
atau tidak pergerakannya
Auskultasi : terdapat suara tambahan atau tidak dan kaji RR
e. Pencernaan
Inspeksi : kaji bentuk abdomen, dan nafsu makan klien
Palpasi : apakah terdapat pembesaran pada abdomen
Perkusi : apakah terdapat meteorismus
Auskultasi : kaji adanya / tidaknya suara timpani dan bising usus
f. Perkemihan
Kaji frekuensi, warna dan bau urine (biasanya tidak terjadi gangguan pada
sistem perkemihan)
g. Muskuloskeletal
Kaji tinggi badan, kekuatan tonus otot, kehilangan maskulatur pria sejati
dan pada perempuan panggul tidak membesar
h. Reproduksi
Kaji apakah organ-organ reproduksi mengecil, libido menurun, infertilitas,
tidak bisa melakukan hubungan seksual (impontensi), menstruasi tidak teratur dan
amehorhea
3.3 Intervensi
No
Diagnosa
Kriteria Hasil
1. gangguan citra a) Pasien
Intervensi
a) Kaji
kesiapan
Rasional
a) Keterlibatan
dapat
tubuh
berpartisipasi
pasien; kemudian
memberikan
rasa
berhubugan
dalam
libatkan
control
dan
berbagai
33
pasien
dengan
aspek
perubahan
dan
struktur
dan
fungsi
tubuh
akibat
perawatan
dalam
dalam
pengambilan
pengambilan
keputusan tentang
keputusan tentang
perawatan,
perawatan
b) Pasien
defisiensi
bila
memungkinkan.
diri.
b) Agar pasien dapat
mengungkapkan
keluhannya
dan
memperbaiki
mengomunikasika
gonad
meningkatkan harga
b) Berikan
kesalahpahaman.
kesempatan
perasaan
kepada
terhadap
perubahan
citra
tubuh.
c) Pasien
menyatakan
perasaan
positif
terhadap
dirinya
c) Untuk
pasien
meningkatkan harga
untuk menyatakan
diri
perasaan tentang
mendemonstrasikan
citra
bagaimana
tubuhnya
dan hospitalisasi.
c) Dorong
pasien
untuk
dan
telah
untuk
pasien
beradaptasi
terhadap perubahan
citra tubuhnya.
menggambarkan
sendiri.
perkembangannya
melalui
hospitalisasi
2.
Disfungsi
a) Pasien
a) Berikan
a) Tindakan
ini
seksual
menyatakan
kesempatan
meningkatkan
berhubungan
perasaan
pasien
untuk
komunikasi
dengan
mengenai
mengungkapka
pemahaman
perubahan
perubahan
diantara
bentuk
dan
fungsi organ
seks
akibat
defisiensi
gonad.
seksualitas.
b) Pasien
secara terbuka
dalam
mengungkapkan
lingkungan
pemahaman
yang
mengenai
tidak
mengancam.
b) Berikan waktu
penyebab
disfungsi seksual.
c) Pasien
perasaan
privasi
dapat
pasien.
34
pada
dan
dan
pasien
pemberian
asuhan.
b) Untuk
menunjukkan
respek
kepada
pasien,
memberikan
waktu
untuk
menghidupkan
c) Sarankan
kembali aktivitas
rujukan
seksual
konselor
seperti
sebelum sakit.
introspeksi,
ke
seksual
atau
profesi terikat
lainnya dalam
mendapatkan
dan
member
pasien
control
waktu
untuk berinteraksi
dengan
orang
lain.
c) Untuk
memberikan
panduan
sumber-sumber
selanjutnya.
penunjang
kelanjutan terapi
3.
Cemas
a) Pasien
mampu
bagi pasien.
a) Untuk
membina
a) Gunakan
berhubungan
mengidentifikasi
pendekatan
hubungan
dengan
dan
yang
percaya
status
kesehatan
mengungkapkan
menenangkan
b) Nyatakan
gejala cemas
b) Mengidentifikasi
dengan
jelas
tentaang
harapan
yang
mengungkapkan
terhadap
lakukan.
pelaku pasien
c) Jelaskan semua
menunjukkan
tehnik
prosedur
untuk
apa
mengontrol
selama
batas normal
prosedur
d) Temani pasien
tubuh,
untuk
ekspresi wajah,
bahasa
dan
yang
dirasakan
cemas
c) Vital sign dalam
d) Postur
dan
memberikan
tubuh
kemanan daan
tingkat
aktivitas
35
terhadap
klien
b) Informasi yang jelas
,
dan
saaling
tindakan
akan
kita
Memberikan
perasaan
tenang
prosedur
mengurangi
kecemasan
klien
lebih kooperatif
d) Support
sistem
mengurangi
mampu menurunkan
takut.
stressor, mendukung
menunjukkan
berkurangnya
4.
Harga
diri
kecemasan
a) Pasien
a) Sediakan
rendah
mengungkapkan
khusus
situasional
perasaan
perawatan
berhubungan
berkaitan dengan
dengan
perubahan
perkembangan
fisik
yang
harga diri
b) Pasien
tidak
diluar
memberikan
waktu
terganggu
mengeksplorasi diri
b) Penolakkan diri dapat
aktifitas
interaksi
sosial
klien
dengan
orang
melalui
observasi minimal
setiap 1 minggu
c) Atur situasi untuk
mendorong
interaksi
sosial
menyebabkan pasien
mengalami
gangguan
kognitif
atau professional
36
ini
pasien
b) Kaji status mental
lain
a) Tindakan
yang
dengan
meningkatkan
waktu
prilaku
maladaftif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga
mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa muda
tersinggung, pasif dan menderita depresi dibandingkan dengan yang memiliki testis utuh. Selain
itu terjadi impotensi, pengurangan progressif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya
otot. Berhentinya menstruasi atau amenor, atropi payudara eksterna penurunan libido.
4.2 Saran
Kami meyadari masih banyak kekurangan dalam kekurangan ini, maka dari itu kritik dan
saran yang dapat membangun sangat kami butuhkan, dan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca.
37
DAFTAR PUSTAKA
38