Anda di halaman 1dari 38

Kata pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang HIPOGONADISME .
Meskipun banyak hambatan dalam proses pengerjaannya, tetapi kami dapat
menyelesaikannya dengan baik.Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah SISTEM ENDOKRIN. Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Terutama terhadap pembimbing
kami Ibu Ely Zahra. S.Kep.NS
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jakarta, 19 Mei 2015

Penulis

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Hipogonadisme merupakan defisiensi aktivitas sekretorik ovarium atau testis. Keadaan
ini dapat bersifat primer atau disebabkan disfungsi gonad yang melibatkan sel leyding pada
laki-laki, atau dapat terjadi akibat gangguan hipothalamus-hipofisis.
Biasanya penyebab hipogonadime adalah dari faktor sekunder dan primer. Faktor primer
contohnya infeksi kelenjer gonad, atropi kelenjer gonad, beberapa kategori penyakit seperti
sindrom klinefelter, sindrom reinfenstein, sindrom turner pada laki-laki, sindrom sel-sertoli,
anorkisme, orkitis dan gejala sisa dari terpapar radiasi. Sedangkan faktor sekunder contohnya
kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH, hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior,
hiposekresi FSH dan LH, kategori penyakit seperti hipopituitarisme, defisiensi FSH, sindrom
kallman dan sindrom prader-willi.
Penderita hipogonadisme tidak meningkatkan resiko kematian tetapi menyebabkan
penurunan fungsi otot dan seksual, menurunkan kesuburan, dan meningkatkan osteoporosis.
Hipogonadisme hipergonadotropik lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
karena kejadian sindrom klinefelter (hipigonadisme primer pada laki-laki) lebih tinggi dari
pada sindrom turner (hipogonadisme pada perempuan) dan untuk hipogonadisme
hipogonadotropik sama pada laki-laki dan perempuan.
Hipogonadisme dapat terjadi pada semua usia. Jika hipogonadisme terjadi sebelum lahir,
dapat mengakibatkan ambiguitas seksual. Jika hipogonadisme terjadi sebelum pubertas,
maka pubertas tidak akan berkembang. Jika hipogonadisme terjadi setelah pubertas, maka
akan terjadi infertilitas dan disfungsi seksual.
Pada laki-laki dengan hipogonadisme hipergonadotropik, penyebab umumnya adalah
sindrom klinefelter yang memiliki kejadian 1 kasus per 500-1000 kelahiran hidup. Tetapi
hipogonadisme hipogonadotropik lebih jarang. Pada perempuan dengan hipononadisme
hipergonadotropik (kegagalan gonad), yang umumnya menyebabkan sebagian besar
hipogonadisme adalah sindrom turner, yang memiliki kejadian 1 kasus per 2,500-10,000
kelahiran hidup.
3

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mempelajari konsep penyakit Hipogonadisme?
2. Bagaimana mempelajari konsep asuhan keperawatan

pada

pasien

dengan

Hiogonadisme?

1.3 TUJUAN
1.

Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan

keperawatan sistem endokrin tentang Hipogonadisme.


2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memacu inovasi dan daya pikir
kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan sistem endokrin.

1.4 METODE PENULISAN


Makalah ini disusun menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan membaca
dan menuliskan kembali pendapat, penjelasan/uraian, maupun hasil penelitian dari
pustaka-pustaka yang telah dipilih sebagai referensi yang berhubungan dengan materi
yang akan dibahas.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara sistematis, yang terdiri dari tiga bab, yaitu BAB I berisi
pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan; BAB II tinjauan teoritis yang terdiri dari anatomi
fisiologi system endokrin , BAB III yang berisi pembahasan teori penyakit, meliputi
pengertian, etiologi , patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
dan penatalaksanaan medis; BAB IV akan menjelaskan tentang teori asuhan keperawatan
dan BAB V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI

1. Skrotum
Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh
a. Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan septum
internal
b. Otot dartos, adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai responsterhadap udara dingin atau
eksitasi seksual.

2. Testis
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4cm-5cm (1,5inci-2 inci) dan
berdiameter 2,5cm.
a. Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang kearah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiserus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus.Epitelium germinal kusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung
sel sel batang (sprematogonia) yang kemudian menjadi sprema; sel sel sertoli

yang menopang dan memberi nutrisi sprema yang sedang berkembang dan sel sel
interstisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin
a) Spermatogenesis, adalah proses perkembangan spermatogenia menjadi
sprematozoa dan berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang 4 hari)
1) Sprematogonia terletak berdekatan dengan membran basalis
tubulus seminiferus. Spermatogonia berproliferasi melalui mitosis
dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.
2) Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi sprematid menjadi
spermatozoa (sperma). Sperma matur memiliki satu kepala, satu
badan, dan satu flagellum(ekor).
a) Kepala berisi nukleus dan dilapisidan akrosom (tutup
kepala) yang mengandung enzim diperlukan untuk
menembus ovum.
b) Badan mengandung mitokondria yang memproduksi atp
diperlukan untuk pergerakan.
c) Goyangan flagelum mengakibatkan motilitas sprema
(untuk berenang)
b) Sel sertoli menyebar dari epitelium sertoli menyebar dari epitelium sampai
lumen tubulus.
c) Sel interstisial

(leydig)

mensekresi

androgen(testosteron

dan

dihidrotestosteron). Sel sel intestisial ini menghilang setelah 6 bulan


setelah lahir dan muncul kembali saat pubertas karena pengaruh hormon
gonadotropin dari kelenjar hipofisis
3. Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sprema matur dari testis ke bagian
eksterior tubuh
a. Dalam testis, sprema bergerak ke lumen tubulus seminiferus, kemudian menuju
tubulus rekti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti, sperma kemudian menuju jaringjaring kanal rete testis yang bersambungan dengan 10 sampai 15 duktus eferen
yang muncul dari bagian atas testis
b. Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4m-6m) yang
terletak disepanjang sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma dari duktus
eferen.
c. Duktus deferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang
terletak dalam korda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan

pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kremaster dan jaringan ikat. Masing-masing
duktus deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal
kanal inguinal. Duktus ini mengalir dibalik kandung kemih bagian bawah untuk
bergabung dengan duktus ejakulator.
d. Duktus ejakulator pada kedua sisi terbetuk dari pertemuan pembesaran (ampula)
dibagian ujung duktus deferen dan duktus dari fesikel seminalis. Setiap duktus
ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2cm dan menembus kelenjar prostat
untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
e. Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari 3
bagian :
a) Uretra prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih,
menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut.
b) Uretra membran nosa panjangnya mencapai 1cm-2cm. Bagian ini
dikelilingi springter uretra ekternal.
c) Uretra penis (kafernous, berspons) dikelilingi oleh jaringan erektil
bersepon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar kedalam fosa
navikularis sebelum berakhir pada mulut uretra eksternal dalam glans
penis.\
4. Kelenjar aksesoris
a. Sepasang sefikel seminalis adalah kantong terkonfolusi (berkelok-kelok) yang
bermuara kedalam duktus ejakulator. Seretnya adalah cairan kental dan basa yang
kaya akan flutosa. Kelenjar prostat, menyelubungi uretra saat keluar dari kandung
kemih. Sekresi prostat bermuara kedalam uretra prostatik setelah melalui 15 -30
duktus prostatik
b. Sepasang kelenjar bulbo uretral (couper) adalah kelenjar kecil yang ukuran dan
bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang
mengandung mukus kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta
diambahakan pada semen
5. Pengaturan hormonal sistem reproduksi laki-laki
a. Hormon testikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteron.
Testis juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen
pada laki-laki, dan dihidro-testosteron (DHT) yan penting untuk pertumbuhan
prenatal dan diferensiasi genetalia laki-laki.
8

a) Pada janin laki-laki, sekresi testosteron menyebabkan terjadinya


diferensiasi duktus internal dan genetalia eksternal, dan menstimulasi
penurunan testis ke dalam skrotum selam dua bulan terakhir gestasi. Dari
lahir sampai pubertas, hanya sedikit atau bahkan tidak ada testosteron
yang diproduksi.
b) Saat pubertas dan setelahnya, testosteron bertanggung jawab atas
perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder laki-laki:
1) Testosteron meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
genetalia laki-laki.
2) Testosteron bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang
menjadi ciri khas laki-laki.
3) Testosteron menyebabkan pembesaran laring dan perpanjangan
serta penebalan pita suara sehingga menghasilkan suara bernada
rendah.
4) Testosteron meningkatkn ketebalan dan tekstur kulit serta
mengakibatkan permukaan kulit menjadi lebih gelap dan lebih
kasar. Hormon ini juga meningkatkan aktivitas kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea serta terlibat dalam pembentukan jerawat
(pada laki-laki dan perempuan).
5) Testosteron meningkatkan massa otot dan tulang, meningkatkan
laju metabolik dasar, meningkatkan jumlah sel darah merah, dan
meningkatkan kapasitas pengikatan oksigen pada laki-laki.
b. Hormon hipofisis dan hipotalamus mengendalikan produksi androgen dan fungsi
testiskular.
a) Gonadotropin hipofisis. Folicle stimulating hormone (FSH) memiliki
reseptor

pada

sel

tubulus

seminiferus

dan

deperlukan

dalam

spermatogenesis. Luteinizing hormone (LH) memiliki reseptor pada pada


sel interstisial dan menstimulasi produksi serta sekresi testosteron. LH
juga disebut ICSH (interstisial cell stimulating hormone) atau hormon
perangsang sel interstisial pada laki-laki.
b) Hipothalamic gonadotropin releasing hormone (GnRH) berinteraksi
dengan testosteron, FSH, LH, dan inhibin dalam mekanisme umpan balik
negatif yang mengatur sintesis dan sekresi testosteron.

1) Penurunan konsentrasi testosteron yang bersirkulasi menstimulasi


produksi GnRH hipotalamik yang kemudian menstimulasi sekresi
FSH dan LH. FSH menstimulasi spermatogenesis dalam tubulus
seminiferus

dan

LH

menstimulasi

sel

interstisial

untuk

memproduksi testosteron.
2) Peningkatan kadar testosteron dalam darah memberikan kendali
umpan balik negatif pada sekresi GnRH dan pada sekresi FSH dan
LH hipofisis.
3) Inhibin disintesis dan disekresi oleh sel sertoli untuk merespons
terhadap sekresi FSH. Hormon ini bekerja melalui umpan balik
negatif langsung pada kelenjar hipofisis untuk mengahambat
sekresi FSH. Inhibin tidak mempengaruhi pelepasan LH (ICSH).
4) Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga
diproduksi oleh sel sertoli untuk merespons sekresi FSH. Protein
mengikat testosteron untuk mempertahankan konsentrasinya dalam
tubulus seminiferus 10 sampai 15 kali lebih besar dibandingkan
dengan

konsentrasinya

dalam

darah.

Hal

ini

kemudian

meningkatkan penerimaan sel terhadap efek testosteron dan


berfungsi untuk mununjang spermatogenesis.
c) Pubertas dipicu oleh peningkatan sekresi GnRH.
1) GnRH dihambat melalui umpan balik negatif dari sejumlah kecil
testosteron yang bersirkulasi sebelum pubertas.
2) Saat pubertas, maturasi otak dan penurunan

sensitivitas

hipotalamus terhadap penghambatan testosteron menyebabkan


peningkatan sekresi GnRH yang kemudian meningkatkan sekresi
FSH

dan

LH

spermatogenesis,

hipofisis.
produksi

Ini

mengakibatkan

testosteron,

dan

terjadinya

pembentukan

karakteristik seks sekunder pada laki-laki.


3) Peningkatan kadar GnRH menyebabkan peningkatan sekresi FSH
dan RH oleh kelenjar hipofisis anterior.

FISIOLOGI REPRODUKSI LAKI-LAKI

10

Spermatogenesis (pembentukan sperma) terjadi di tubulus seminiferosa yang


berlekuk-lekuk didalam testis. Sel leydig yang terletak diruang interstisium antara tubulustubulus ini menegeluarkan hormone seks pria testosterone ke dalam darah. Testosterone
disekresikan sebelum kelahiran untuk memaskulinisasikan sistem reproduksi yang sedang
berkembang,kemudian sekresinya berhenti sampai pubertas. Pada pubertas sekresi
testosterone kembali dimulai dan berlanjut seumur hidup. Testosterone bertanggungjawab
untuk mematangkan dan memelihara keseluruhan saluran reproduksi pria, membentuk
karakteristik seks sekunder, dan menumbuhkan libido.
Testis diatur oleh hormone-hormon hipofisis anterior luteinizing hormone (LH) dan
follicle-stimulating hormone (FSH). Hormon-hormon gonadotropik ini sebaliknya berada
dibawah

control

gonadotropin-releasing

hormone

(GnRH)

hipotalamus.

Sekresi

testosterone diatur oleh stimulasi LH atas sel-sel Leydig dan dengan mekanisme umpan
balik negative, testosterone menghambat sekresi gonadotropin. Spermatogenesis
memerlukan testosterone dan FSH. Testosterone merangsang pembelahan mitosis dan
meiosis yang diperlukan untuk mengubah sel germinativum diploid yang belum
berdiferensiasi, yaitu spermatogonia, menjadi spermatid yang haploid dan belum
berdiferensiasi. Remodeling spermatid menjadi spermatozoa yang sangat motil dirangsang
oleh FSH. Sebuah spermatozoa hanya berisi sebuah kepala berisi DNA dengan akrosom
berisi enzim diujungnya untuk menembus ovum, bagian tengah yang mengandung
perangkat metabolik untuk menghasilkan energy, dan ekor motil seperti pecut. Yang juga
terdapat ditubulus seminiferosa adalah sel sertoli, yang melindungi, merawat, dan
meningkatkan sel germinativum sepanjang perkembangan mereka. Sel sel sertoli juga
mengeluarkan inhibin, hormone yang menghambat sekresi FSH untuk melengkapi
lengkung umpan-balik negative.
Sperma yang masih imatur tersapu keluar tubulus seminiferosa menuju ke
epididimis oleh cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel sertoli. Edpididimis dan duktus
deferens menyimpan dan memekatkan sperma serta meningkatkan motilitas dan fertilitas
mereka sebelum ejakulasi. Selama ejakulasi, sperma bercampur dengan sekresi yang
dikeluarkan oleh kelenjar tambahan, yang membentuk sebagian besar semen. Vesikula
seminalis memberikan fruktosa untuk energy dan prostaglandin, yang meningkatkan
11

motilitas saluran reproduksi pria dan wanita untuk mempercepat transportasi sperma.
Kelenjar prostat mengeluarkan cairan basa untuk menetralkan sekresi vagina yang asam.
Kelenjar bulbouretra mengeluarkan mucus sebagai pelumas

SISTEM REPRODUKSI PEREMPUAN

1. Alat Kelamin Luar (Genitalia Luar)


a. Vulva
Adalah alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya sistem urogenital, dilingkari
oleh labia mayora ke belakang menjadi satu dengan kommisura posterior dan
perineum, di bawah kulit vulva terdapat jaringan lemak (mons veneris).
b. Mons pubis Mons Veneris
Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simpisis pubis yang
dibentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simpisis yang
ditumbuhi rambut pada masa pubertas.
c. Labia mayora (bibir besar)

12

Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang
memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral
yang banyak mengandung saraf.
d. Labia minora
Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat di antara labia mayora. Labia minora
memanjang dari klitoris secara obligue ke bawah dan samping belakang sepanjang 4
cm di sisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung pada garis
median oleh lipatan kulit disebut frenolum. Masing-masing labia minora terbagi
menjadi:
a) Bagian atas
b) Bagian bawah
e. Klitoris
Klitoris adalah tonjolan kecil yang melingkari berisi jaringan erektil yang sangat
sensitif, terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi di
antara ujung anterior labia minora, dan banyak mengandung saraf. Klitoris terdiri
atas:
a) Korpus kavernosus
b) Membran fibrosa
f. Vestibulum vagina (serambi)
Celah yang terletak di antara labia minora dan di belakang glans klitoris. Di
dalamnya terdapat orifisium uretra 2,5 cm yang terletak di belakang glans klitoris
diikuti dengan vagina yang merupakan muara duktus vestibularis mayor, liang
senggama, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene kiri dan kanan.
g. Himen (selaput dara)
Himen (selaput dara) adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian liang senggama.
h. Orifisium vagina
Orivisium vagina adalah celah yang terdapat di bawah belakang muara uretra,
ukurannya tergantung pada himen, dan lipatan pinggir dalamnya berkontak satu sama
lainnya, orifisium vagina muncul sebagai celah di antara orifisium vagina.
i. Bulbus vestibularis (bulbus vaginalis)
Terdiri atas dua masa erektil dari masing masing sisi orifisium vagina yang disebut
pars intermedia, masing-masing massa lateralis memiliki panjang 2,5 cm. Ujung

13

posterior diperpanjang dan berkontak dengan glandula vestibularis mayor, ujung


anterior bergabung satu dengan yang lain oleh pars intermedia dan permukaan dalam
lapisan superfisialis diafragma dan ditutupi oleh muskulus bulbokavernosus
(muskulus bulbocavernosus).
j. Glandula vestibularis mayor (Bartholini Gland)
Terdiri atas dua bagian melingkar dengan warna merah kekuning-kuningan pada
orifisium vaginalis ujung posterior dari masing-masing dari bulbus vestibuli dengan
panjang duktus 2 cm.

2. Alat Genitalia Interna (Kelamin Dalam)


a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan genitalia
interna. Bagian depan vagina berukuran 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira sejajar
dengan arah pinggir bawah simpisis ke promontorium. Arah ini penting diketahui
saat memasukkan jari ke vagina untuk pemeriksaan ginekologi. Pada puncak vagina,
bagian yang menonjol dari leher rahim disebut porsio (portio).
Beberapa lapisan epitel vagina merupakan epitel squamosa. Lapisan ini tidak
mengandung kelenjar, tetapi mengadakan transudasi (cairan keluar jaringan). Pada
anak kecil, epitel ini amat tipis sehingga mudah terkena infeksi. Mukosa vagina
berlipat-lipat secara horizontal, lipatan ini dinamakan Rugae yang terletak di tengah
bagian depan dan bagian belakang. Pada bagian bawah epitel vagina terdapat
jaringan ikat dan otot yang susunannya seperti usus. Dinding belakang vagina lebih
panjang dan membentuk forniks posterior (fornix posterior) yang terbagi lagi
menjadi forniks lateralis sinistra dan fornoks lateralis dekstra.
b. Rahim (Uterus)
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpukat atau
buah peer yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis antara rektum dan
kandung kemih. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5
14

cm. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
posisi anteversio fleksio, membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
arah depan membentuk sudut 120-130 derajat dengan serviks uteri. Bagian-bagian
dari uterus adalah sebagai berikut:
a) Fundus uteri (dasar rahim)
Ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan fasies vesikalis dan permukaan
internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus dinding
uterus. Di bawah dan di depan titik pertemuan ini terdapat ligamentum dan di
belakangnya terdapat ovarium.
b) Korpus uteri
Di dalamnya terdapat rongga (cavum uteri) yang mebuka keluar melalui
saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan
tempat berkembangnya janin.
c) Serviks uteri
Merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks
yang menjurus ke bawah dan ke belakang dengan sedikit lebar di
pertengahannya. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang korpus
yang berbentuk garis bengkok ke depan. Serviks uteri dibagi atas dua bagian:
1) Porsio supra vaginalis
2) Porsio vaginalis
c. Tuba Falopii
Saluran yang mengangkut ovum dari ovarium ke kavum uteri, panjangnya
11-14 cm. Tuba falopii terdiri atas 2 bagian mulai dari sisi pelvis ke sudut superior
lateral uterus. Masing-masing tergantung pada plika peritonal mesenterium yang
meliputi margo superior dan berdekatan dengan ligamentum latum.Tuba falopii
terdiri atas:
a)
b)
c)
d)

Pars interstialis
Pars ismika/istmus
Pars ampularis/ampula
Infundibulum

d. Ovarium

15

Kelenjar yang terletak di kanan kiri uterus terikat oleh ligamentum uterus.
Ovarium berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium yang
terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium terletak
pada intra peritoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritoneal (cavum peritonei) dilapi
oleh epitel kubik silinder yang disebut juga epitelium germinativum. Pada bagian
bawah epitel ini terdapat tulnika albuginea dan di bawah tunika albuginea dtemukan
lapisan yang banyak terdapat folikel.
Setiap bulan folikel ini berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel ini merupakan
bagian ovarium yang terpenting, dapat ditemukan di korteks ovarii (cortex ovarii)
dalam letak yang beraneka ragam dan dalam tingkat perkembangannya dari satu sel
telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang.
Folikel yang matang terisi dengan liquor folikuli yang mengandung estrogen dan siap
berovulasi.

FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA


Pada keadaan tidak hamil, fungsi reproduksi wanita dikontrol oleh sistem kontrol
umpan-balik negatif yang siklis dan kompleks antara hipotalamus (GnRH), hipofisis anterior
(FSH dan LH), dan ovarium (estrogen, progesteron, dan inhibin). Selama kehamilan,
hormon-hormon plasenta menjadi faktor pengontrol yang utama.
Ovarium melakukan fungsi ganda yang saling terkait, yaitu oogenesis (pembentukan
ovum) dan menghasilkan estrogen dan progesteron. Dua unit endokrin ovarium yang terkait
secara sekuensial melaksanakan fungsi tersebut, folikel dan korpus luteum. Oogenesis dan
sekresi estrogen berlangsung di dalam folikel ovarium selama separuh pertama siklus
reproduksi (fase folikel). Pada kira-kira pertengahan siklus, folikel yang matang melepaskan
sebuah ovum (ovulasi). Folikel yang kosong tersebut kemudian diubah menjadi korpus
luteum, yang menghasilkan progesteron serta estrogen selama separuh terakhir siklus (fase
luteal). Unit endokrin ini bertanggung jawab mempersiapkan uterus sebagai tempat yang
16

cocok untuk implantasi apabila ovum yang dilepaskan dibuahi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi. Akibat penarikan hormon yang
mendukung lapisan endometrium untuk menjadi sangat berkembang menyebabkan
disintegrasi dan terlepas, menghasilkan darah haid. Secara simultan, fase folikel baru
dimulai kembali. Haid berhenti dan lapisan dalam uterus (endometrium) memperbaiki dan di
bawah pengaruh kadar estrogen yang meningkat yang berasal dari folikel yang baru matang.
Jika terjadi, fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan
sperma yang diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi
menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu, endometrium
telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah
pengaruh progesteron fase luteal. Blastokista terbenam di dalam lapisan yang telah
dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar
blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya-nutrien, melaksanakan dua
fungsi, yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi blastokista, sementara pada
saat yang sama membebaskan nutrien dari sel endometrium agar dapat digunakan oleh
mudigah yang sedang berkembang.
Setelah implantasi, terbentuk plasenta yang merupakan kombinasi saling mengunci
antara jaringan ibu dan janinnya. Plasenta adalah organ pertukaran antara darah ibu dan
janin serta berfungsi sebagai organ endokrin kompleks sementara yang mengeluarkan
sejumlah hormon yang esensial bagi kehamilan. Hormon penting tersebut adalah human
chorionic gonadotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada persalinan, kontraksi ritmik uterus yang kekuatan, durasi, dan frekuensinya
meningkat menyelesaikan tiga tahap persalinan: dilatasi serviks, pengeluaran bayi, dan
pengeluaran plasenta (afterbirth). Setelah kontraksi dipicu pada permulaan persalinan,
tercipta suatu siklus umpan-balik positif yang secara progresif meningkatkan kekuatan
kontraksi. Seiring dengan kontraksi yang mendorong janin menekan serviks, terjadi
peningkatan secara refleks sekresi oksitosin, suatu stimulan otot uterus yang kuat. Tambahan
oksitosin tersebut menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat, yang kemudian menyebabkan

17

peningkatan sekresi oksitosin, dan seterusnya. Siklus umpan-balik positif ini secara progresif
menguat sampai dilatasi serviks dan pengeluaran bayi selesai.
Selama kehamilan, payudara secara khusus dipersiapkan untuk laktasi. Peningkatan
kadar estrogen dan progesteron dari plasenta masing-masing menyebabkan perkembangan
duktus dan alveolus di kelenjar mamaria. Prolaktin merangsang sintesis enzim yang
diperlukan oleh sel epitel alveolus untuk menghasilkan susu. Namun, kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi selama kehamilan mencegah prolaktin merangsang pembentukan
susu. Penarikan steroid plasenta pada persalinan akan memicu laktasi. Laktasi dipertahankan
oleh gerakan mengisap puting payudara, yang memicu pengeluaran oksitosin dan prolaktin.
Oksitosin menyebabkan penyemprotan susu karena hormon ini merangsang sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus untuk memeras susu keluar melalui duktus. Prolaktin
merangsang pembentukan lebih banyak susu untuk mengganti susu yang diperas keluar
sewaktu bayi menyusui.

2.2 KONSEP PENYAKIT HIPOGONADISME


1. Definisi
Hipogonadisme berasal dari dua kata yaitu hipo dan gonadisme. Hipo artinya kurang
dari normal ( misalnya: ukuran) , sedangkan gonadisme berasal dari kata gonad yang
artinya alat kelamin ( dicky,2005). Jadi hipogonadisme adalah keadaan yang dihasilkan
dari fungsi gonad yang turun secara

abnormal,dengan retaldasi pertumbuhan,

perkembangan seksual dan ciri seks sekunder terhambat ( dorlan,2006:1058).


Dasar dari hipogonadisme pada pria adalah kuragnya produksi hormon testosterone
yang diproduksi testis atau buat pelir ( dicky ,2005). Padahal,semua pertumbuhan dan
perkembangan organ seks pria di pengaruhi hormon testosterone ini. Hormon testosterone
juga mempengaruhi munculnya tanda kelamin sekunder dari remaja pria.
Hipoganadisme adalah suatu keadaan dimana terjadi difisiensi hormon gonad.
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga
mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita.
Hipogonadisme dalam bahasa inggris hypogonadism, hypogenitalism adalah istilah
medis muntuk merujuk simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad. Kelenjar gonad,
18

ovarium atau testis merupakan kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi beserta sel
gamet, ovum atau spermatozoid.
Hipogonadisme adalah kondisi pada pria dimana testis tidak dapat memproduksi
hormon testosteron yang memadai. Hipogonadisme bisa dialami sejak janin berkembang
di perut, sebelum masa puber, atau saat dewasa.
Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan
hipogonadisme sekunder. Pada hipogonadisme primer testis mengalami kelainan, kadar
testoteron rendah disertai meningkatnya hormon gonadotropik. Kondisi ini disebut
dengan hipogonadotropik-hipogonadisme.
Sementara pada hipogonadisme sekunder, kelenjar hipofisis di otak yang mengalami
gangguan. Pada kasus ini kadar hormon testosteron dan hormon gonadotropik berada
pada tingkat yang rendah. Kondisi ini disebut hipogonadisme-hipogonadotropik.

2. Etiologi
a. Primer :
o Infeksi kelenjar gonad
o Atropi kelenjar gonad
Kategori Penyakit : sindrom klinefelter, sindrom reinfenstein, sindrom turner
pria, sindrom sel-sertoli, anorkisme, orkitis dan gejala sisa iradiasi
b.
Skunder :
o Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
o Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
o Hiposekresi FSH dan LH
Kategori Penyakit : hipopituitarisme, defisiensi FSH, sindrom kallman, dan
sindrom prader-willi
3. Klasifikasi
terdapat beberapa

cara

untuk

( Wikipedia,2008):
a. Kongenital vs didapat
Hipogonadisme kongenital

mengklasifikasi

sudah

ada

hipogonadisme,diantaranya

sejak

lahir,misalnya

sindrom

turner.sedangkan,hipogomadisme didapat berkembang dalam masa kanak-kanak


atau dewasa,hormone misalnya kasttreasi.
b. Hormon vs fertilitas
Hipogonadisme
dapat
melibatkan

produksi

hormon,fertilitas,atau

keduanya.contoh hipogonadisme yang lebih mempengaruhi produksi hormon


daripada

fertilitas,yaitu

hipopituitarisme
19

dan

sindrom

kallmann.

Sedangkan,contoh hipogonadisme yang lebih mempengaruhi fertilitas dari pada


produksi hormon,yaitu sindrom klinefelter dan sindrom kartagener.
c. Sistem yang memepengaruhi
1) Hipogonadisme eugonadotropik
Hipogonadisme yang berhubungan dengan kadar gonadotropin hipofisis yang
normal
2) Hipogonadisme hipergonadotropik ( primer )
Hipogonadisme yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau funsgi
gonad engan peningkatan kadar gonadotrofin,hipofisi biasanya terdpat
beberapa derajat resistensi androgen( defek reseptor hormon steroid )
3) Hipogonadisme hipogonadotropik (sekunder atau E unochoidism)
Hipogonadisme yang disebabkan oleh sekresi gonadotrofin yang kuran , LH
atau FSH berkurang. Bisa juga disebabkan oleh gonadotropin realishing
hormon berkurang, seperti pada sindrom kallman ( dorlan 2006) : 1058.
4. Patofisiologi
a. Narasi
Hipogonadisme berasal dari dua kata yaitu hipo dan gonadisme. Hipo
artinya kurang dari normal ( misalnya: ukuran) , sedangkan gonadisme berasal
dari kata gonad yang artinya alat kelamin ( dicky,2005). Jadi hipogonadisme
adalah keadaan yang dihasilkan dari fungsi gonad yang turun secara
abnormal,dengan retadasi pertumbuhan, perkembangan seksual dan ciri seks
sekunder terhambat ( dorlan,2006:1058).
Gonad (ovarium atau testis) berfungsi sebagai bagian dari poros hipotalamushipofisis-gonad. Hipotalamus mensekresi GnRH yang akan merangsang hipofisis
anterior untuk mengeluarkan LH dan FSH yang nantinya akan bekerja pada
kelenjar gonad (testis-pria dan ovarium-wanita).
Dalam testis LH merangsang sel leyding untuk mensekresi testoteron,
sedangkan FSH diperlukan untuk pertumbuhan tubular. Dalam ovarium, LH
bekerja pada sel-sel interstitial untuk menghasilkan progestin dan androgen, dan
bertindak pada sel granulose untuk merangsang aromatisasi dari steroid prekurso
dengan estrogen.
Hipogonadisme dapat terjadi jika sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad
terganggu

di

tingkat

manapun.

Hipergonadotropik

hipogonadisme

(hipogonadisme primer) terjadi apabila gonad tidak mampu menghasilkan jumlah


steroid seks yang cukup untuk menekan sekresi LH dan FSH pada tingkat normal.
20

Hipogonadotropik hipogonadisme terjadi akibat dari kegagalan generator pulsatin


GnRH hipotalamus atau ketidakmampuan kelenjar dibawah otak untuk menjawab
sekresi LH dan FSH.
Penurunan pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kurangnya GnRH.
Bahkan sekresi GnRH nonpulsatif merangsang pembentukan androgen secara
tidak adekuat. Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor,
radiasi, perfusi yang abnormal, kelainan genetik) serta stress psikologik dan fisik.
Konsentrasi GnRH dan analognya yang tinggi dan menetap akan menurunkan
pelepasan gonadotropin dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain
adalah penghambatan pelepasan gonadotropin pulsatin oleh prolaktin serta
kerusakandi hipofisis (trauma, infark, penyakit auto imun, tumor hyperplasia) atau
di testis (kelainan genetic, penyakit sistemik yang berat). Akhirnya efek androgen
dapat dihambat oleh kelainan enzim pada sintesis hormone, misalnya pada
defesiensi reduktase ataua kelainan reseptor testoteron.
Hipogonadisme pada pria adalah merupakan kegagalaan testis untuk
berfungsi yaitu memproduksi testoteron dan spermatozoa. Hipogonadisme primer
disebabkan

oleh

abnormalitas

pada

gonad,

contohnya

agenesis

(tidak

berkembangnya) sel leyding, atau kegagalan sel leyding pada masa dewasa.
Kegagalan sel leyding dapat terjadi setelah mumps (gondongan). Hipogonadisme
sekunder disebabkan oleh defisiensi gonadotropin atau kegagalan sekresi GnRH.
Disebut juga hipogonadisme hipogonadotropik.
Saat testis tidak berfungsi yaitu selama masa janin atau saat tidak ditemukan
reseptor androgen secara genetic dalam sel-sel target sampai maka tidak ada
organ-organ kelamin pria yang akan berkembang. Sebaliknya, organ-organ wanita
yang normal akan terbentuk. Alasan terhadap keadaan ini adalah bahwa
karakteristik genetic dasar dari janin sampai apakahpria atau wanita adalah
membentuk organ kelamin wanita bila tidak ada hormone-hormon kelamin pria.
Tetapi bila ada testoteron, pembentukan organ kelamin wanita akan ditekan dan
sebaliknya pembentukan organ kelamin pria akan dirangsang (Guyton,
1997:1280)
Bila seorang anak laki-laki kehilangan testisnya sebelum pubertas, terjadi
suatu keadaan eunochism, dimana dia tetap memiliki sifat seksual infantile

21

sepanjang kehidupannya. Tinggi badannya pada saat dewasa sedikit lebih besa
dari pada pria normal, walaupun tulang-tulangnya lebih kecil, otot-otonya sangat
lemas daripada pria normal, dan organ kelamin serta sifat seksual sekundernya
lebih menyerupai anak-anak daripada orang dewasa. Suaranya seperti suara anakanak, tidak terjadi kerontokan rambut

kepala, serta tidak terjadi penyebaran

pertumbuhan rambut normal pada wajah dan tempat lain (Guyton, 1997:1280)
Bila pria dikastrasi setelah pubertas, beberapa sifat seksual sekunder kembali
ke sifat yang terdapat pada anak-anak dan sifat maskulin lainnya masih tetap
tedapat. Organ-organ seksual sedikit berkurang ukurannya, tetapi tidak kembali
pada ukuran masa kanak-kanak, dan suaranya sedikit berkurang sedangkan
kualitas bassnya berkurang. Sebaliknya, terjadi kehilangan pertumbuhan rambut
yang menandakan maskulinisasi, kehilangan tulang maskulin yang tebal, dan
kehilangan muskulatur pria sejati (Guyton, 199:1280)
Pada pria dewasa yang dikastrasi, gairah seksual turun tetapi tidak hilang
sama sekali, mamungkinkan aktifitas seksual yang telah dilakukan sebelumnya.
Ereksi dapat tettap terjadi seperti sebelumnya, walaupun sedikit lebih sukar. Tetapi
sangat jarang terjadi ejakulasi, secara primer karena organ yang membentuk sel
semen menglami degenerasi dan hilangnya gairah psikis yang didorong oleh
testoteron. Sebgai akibatnya, terjadi obesitas sejalan dengan eunochism disertai
organ kelamin yang mirip dengan anak-anak. Keadaan ini misalnya terjadi pada
sindrom adiposogenital, sindrom frohlich, atau eunochism hipotalamus (Guyton,
1997:1280)
Hipogonadisme pada wanita jumlah ovarium yang kurang dari normal.
Hipogonadisme pada wanita dapat terjadi karena ovarium terbentuk kurang
sempurna, tidak terbentuk ovarium atau abnormalitas ovarium secara genetic yang
menyekresi hormone-hormon yang keliru karena tidak adanya enzim-enzim di
dalam sel sekretori. Jika sejak lahir tidak ada ovarium atau menjadi tidak
berfungsi sebelum pubertas, akan terjadi neukinisme wanita. Pada kondisi ini
karakteristik seksual sekunder yang biasa tidak muncul dan organ seksual akan
tetap infantile. Tanda khusus dari kondisi ini adalah pertumbuhan tulang panjang
yang lebih lama karena epifisis tidak bergabung dengan batang tulang pada saat
seperti yang terjadi pada wanita remaja normal, akibatnya wanita eunuch pada
22

dasarnya sama tinggi atau lebih tinggi dari pasangan pria yang mempunyai latar
belakang genetic yang sama.
Jika sejak lahir tidak terdapat ovarium atau ovarium menjadi tiak berfungsi
sebelum pubertas, akan terjadi eunukisme wanita. Pada kondisi ini, karakteristik
seksual sekunder yang biasa tidak muncul dan organ seksual akan tetap infantile.
Tanda khusus dari kondisi ini adalah pertumbuhan tulang panjang yang lebih lama
karena epifisis tidak bergabung dengan batang dari tulang-tulang ini pada usia dini
seperti yang terjadi pada wanita remaja normal. Akibatnya, wanita eunochism
pada dasarnya sama tinggi atau lebih tinggi daripada pasangan pria yang
mempunyai latar belakang genetic sama (Guyton, 1997:1298)
Apabila ovarium yang sudah bekembang dari seorang wanita diangkat, organorgan kelamin beregresi sampai batas tertentu sehingga uterus menjadi hampir
infantile ukurannya, vagina menjadi lebih kecil, dan epithelium vagina menjadi
tipis dan mudah rusak. Payudara menjadi atropi dan menjadi menggantung.
Rambut pubis menjadi lebih tipis. Perubahan semacam ini juga terjadi pada
wanita setelah menopause (Guyton, 1997:1298)
Komplikasi dari hipogonadisme adalah osteoporpsis dimana akibat defesiensi
estrogen tidak tergantung pada usia; akselerasi (percepatan) kehilangan tulang
dapat terjadi pada wanita yang mengalami hipogonadisme dengan sebab apapun.
Setelah menepouse, terjadi akselerasi resorpsi tulang akibat defisiensi estrogen,
yang terdeteksi pada biopsy sebagai peningkatan frekuensi permukaan resorpsi.
Estrogen mengurangi fungsi osteoklas sebagian melalui inhibisi aktivasi monosit
dan inhibisi aktivitas osteoblas melalui supresi gen yang mengekspresikan IL-1,
IL-6 dan TNF.

23

b. Pathway
Sekunder/hipogonadot
ropik hipogonadisme

Primer/Hipergonadotr
opik hipogonadisme
Infeksi
kelenjer
gonad

Kerusakan
hipotalamus
mensekresi GnRH

Atropi
Kelenjer

Disfungsi
sekresi
hormon
Hiposekre
si hormon
Meneta
p

Kelenj
er
Adrena

Kelenj
er
Tiroid

Isufisie
nsi
kelenjar
adrenal

Hipotiroi
d primer

Hiposekre
si dopmin

TSH &
TRH
meningka

Hiperprolaktinemi
a

LH

FSH

Penurunan
sekresi
progestero
n
(Perempua
Amenore

(Fetus)
ambiguita
s jenis
kelamin

(Anakanak)
kegagalan
terusmenerus
untuk
testis

Umpa
n
Negat

hiposekre
si

Meningkatkan
sekresi
prolaktin

Penurunan sekresi
testosteron (lakilaki)

Umpa
n
Positif

Kelenje
r
Gonad

Ovarium
(Perempuan
)
Pematanga
n folikel di
ovarium
(ovulasi)

(Purbertas)
- Masa otot tidak
berkembang
- Suara seperti
perempuan
- Bulu tubuh tidak
tumbuh baik
-

Kadar Androgen
(ekstrogen)
meningkat
Pertumbuha
n tubular
sel sertoli
(laki-laki)

Memberi nutrisi
pd sperma
(spermatogenesi
s)

Infertil
(Dewasa)

Mk : Gg
disfungsi
seksual

- Disfungsi ereksi
- Ketidak suburban

24

Hiposekres
i

Perempuan
Atropi
mamae &
Amenore
sekunder

Laki-laki
ginekomast
ia

(Dewasa)

(Purbertas)

Atropi Testis

- Bulu tubuh tidak tumbuh


baik
- Masa otot tidak
berkembang
- Hilangnya kepadatan

- Bentuk tubuh seperti


perempuan
Eunochoi
da

Osteoporosis

Kegagala
n
mencapa
i
kekuatan

Mk : Gg citra
tubuh
Mk :
Ansietas

Kegagalan
pertumbuhan fisik
Mk : Gg citra
diri
Implikasi
sosial

5. Manisfestasi klinik
Pria

a. Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas)


Gambaran klinisnya adalah enukoidisme, orang-orang enukoid yang
berusia di atas 20 tahun, biasanya tinggi, bahu sempit dan otot kecil (konfigurasi

25

tubuh yang mirip dengan wanita dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara
memiliki nada tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita yaitu segitiga dengan
dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di bawah seperti yang dijumpai
pada pria normal.
b. Difisiensi Post Pubertas
Pada pria dewasa mengalami penurunan libido, kadang-kadang mengalami hot
flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding
dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan
progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.
Menurut endokrinolog dari Vrije universiteit medical center, amsterdam ,
belanda, pada penderita hipogonadisme hasrat seksualnya hilang sehingga terjadi
disfungsi ereksi , otot-otot mengecil, lemak tubuh meningkat , mudah marah,
depresi, anemia, osteoporosis dan produksi sperma terganggu. Meskipun keadaan
tersebut berfariatif pada setiap orang. Disamping itu bisa juga terjadi hilangnya
kepadatan mineral tulang yang bisa mengakibatkan osteoporosis, hilangnya masa
otot yang menyebabkan fisik lemah. Penderita hipogonadisme cenderung
mengeluh merasa tak puas , tak mampu berkonsentrasi dan mengingat kurang baik
Bila level testosteron turun sebelum masa pubertas, kedewasaan seksual
menurun, bahkan tidak muncul, meski tinggi badan tetap naik suara berubah. Jika
terjadi setelah masa puber (karena faktor keturunan atau penyakit) gejala yang
mungkin timbul gangguan berupa tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung,
lesu, nafsu seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas disekitar dada dan
leher, disfungsi seksual, dan terus menerus berkeringat.
Gejala lain misalnya menurunnya kekuatan otot dan genggaman ,
pertumbuhan janggut terhambat, penampilan secara keseluruhan menurun. Kulit
menjadi kering dan kasar , berat badan bertambah secara bertahap, daan porsi
lemak semakin bertambah terutama dibagian perut dan pinggul. Organ kelamin
yang dibentuk menjadi kurang dari normal ukurannya baik itu panjangnya untuk
organ penis maupun besarnya untuk organ testis (dicky,2005). Tentu keadaan ini
26

tidak berlangsung secara bersamaan. Bisa jadi sekelompok gejala akan terlihat
pada seseorang , sementara pada orang lain hanya beberapa gejala kecil
(susanto,2006).
Wanita
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia
eksterna serta penurunan libido. Dapat terjadi menstruasi yang tidak teratur dan
amenore akibat hipogonadisme. Pada hipogonadisme, yaitu pada keadaan dimana
gonad menyekresi sejumlah kecil ekstrogen, siklus ovarium mungkin tidak datang
selama beberapa bulan atau menstruasi terhenti sama sekali ( amenore ). Siklus
ovarium yang memanjang yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi mungkin
disebabkan oleh insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan Lh praovulasi, yang
diperlukan untuk ovulasi
Dampak Terhadap Sistem Lain
a. Sistem Reproduksi
Atropi testis dan ovarium

Kehilangan/penurunan libido
Atropi payudara

b. Sistem Muskuloskeletal
Otot kecil
Pertumbuhan otot kurang
c. Sistem Integumen

Gangguan Pertumbuhan rambut

6. Komplikasi
Pada pria
Komplikasi hipoginadisme jika tidak diobati dapat menurunkan libido, kegagalan untuk
mencapai kekuatan fisik,implikasi social,gagal melewati pubertas dengan rekanrekan(jika hipogonadisme terjadi sebelum pubertas) dan osteoporosis. Selain jika
hipogonadisme terjadi sebelum penutupan epifisis,hasilnya biasanya bertubuh tinggi
27

engan tubuh eunuchoid. Bahkan ditemukan laki-laki dengan hipogonadisme primer


tidak subur. Namunpria yang memiliki hipogonadisme akibat disfungsi hipotalamus
atau pituitary berpotensi menjadi subur dengan pemberian gonadotropin.
Pada wanita
Pada wanita dengan hipogonadimse komplikasi termasuk implikasi social
gagal melewati massa pubertas dengan rekan-rekan(jika hippgonadisme terjadi
sebelum pubertas) sebuah perhatian tambahan untuk perempuan yang tidak diobati
adalah osteoporosis, yang dapat dihindari dengan pemggatiam estrogen. Wanita yang
memiliki hipogonadisme karena disfungsi hipotalamus atau pituitary berpotensi
menjadi subur dengan pemberian gonadotropin.wanita dengan hipogonadisme primer
tidak subur, namun dengan fertilisasi invitro menggunakan sel telur donor, para
wanita ini dapat memiliki keturunan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan dan magnetic resonance imaging untuk melihat adanya tumor pada
hipofise/hypothalamus
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Berat badan
klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang
dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah
145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum
dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien
mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25
menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan
dilakukan pemeriksaan CTScan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based
kontras material sebanyak 30 ml.
Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya
alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena
eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus
28

dalam keadaan normal. Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan
pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak
memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
b. Pemeriksaan hormon testosteron yaitu melalui pengambilan serum, dan
pemeriksaan sex hormone binding globulin (SHBG).
Pengambilan serum harus dilakukan pada jam 07.00-11.00. kadar
testeosteron total 320 mg/dl , merupakan batas dimana untuk memberikan
substitusi testosterone tidak diperlukan kadar testosterone total dibawah 230
mg/dl merupakan batas untuk memberikan substitusi testosterone . sedangkan
kadar testosrteron antara 230-350 mg/dl memerlukan pemeriksaan uland disertai
dengan pemeriksaan sex hormone bindng globulin( SHBG) Untuk menentukan
kadar free terstosteron atau bioavailable testosterone.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Fungsi Uji Tiroid


Pemeriksaan Sperma , Kariotipe Dan Biopsy Testis Dapat Membantu
Adrenalkortikotropik hormon(ACTH) Pengujian stimulasi
luteining hormone-realishing hormon ( LHRH) pengujian stimulasi
Pengujian jaringan testis
ACTH Pengujian stimulasi ACTH
LHRH pengujian stimulasi

7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan hippogonadisme hipogonadotropik dilakukan dengan
penggantiaan hormon seks pada laki-laki dan perempuan. Untuk pengobatan pasien
dengan hipogonadisme hipogonadotropik, pendekatan yang biasa di lakukan adalah
dengan penggantian hormon seks untuk memepertahankan karakteristik seks
sekunder.
Penggantian steroid seks tidak menghasilkan peningkatan ukuran testis
pada laki-laki ataupun kesuburan pada laki-laki maupun perempuan . gonadotropin
atau hormon pengganti GnRH dapat di lakukan untuk peningkatan kesuburan .
kontrasepsi oral diketahui dapat memberikan estrogen dan progesteron dalam
kombinasi yang dapat memenuhi kebutuhan hormon pasien.
29

8. Prognosis
Penderita hipogonadisme baik laki-laki maupun perempuan dapat hidup normal
dengan penggantian hormon. Pria dan wanita dengan hipogonadisme dapat menjalani
hidup normal dengan terapi suntik hormon. Sekitar 20-25% dari wanita dengan
sindrom Turner dapat mengalami pubertas spontan. Estrogenisasi spontan terjadi
lebih sering pada wanita dengan kariotipe mosaik dan mereka yang memiliki
kariotipe dengan kromosom X kedua yang abnormal. Pernah juga dilaporkan wanita
dengan sindrom Turner mosaik hamil tanpa fertilisasi invitro.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
30

1. Identitas klien
Terdiri dari : umur , jenis kelamin, pendidikan , pekerjaan, agama, statusmerital, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal diagnosa medis, No. Medrec dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan
klien, dan alamat.
3. Tingkat energi
Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya hormon gonad.
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Pertumbuhan dan perkembangan.
Secara langsung petumbuhan dan perkembangan ada dibawah pengaruh GH, kelenjar
tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi pula
setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad.
Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau proses
pertumbuhan.
Kaji secara lengkap pertumbuhan ukuran tubuh dan fungsinya.
Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien.
5. Seks dan reproduksi.
Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita atau pria.
Pada klien wanita : kaji kapan mulai atau berhenti menstruasi, perubahan fisik

termauk sering nyeri atau kram abdomen sebelum, selama, dan sesudah haid.
Pada klie pria : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme serta bagaimana
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
Tanyakan perubahan bentuk dan ukuran alat genitalia.

6. Aspek psikologis

Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman, dan handaitoulan serta

bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.


Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan di rumah
termasuk penggunaan obat obatan.

7. Aspek Sosial
Perlu dikaji kondisi lingkungan menarik diri dari pergaulan.
8. Aspek Spiritual

31

Perlu dikajii tentanng agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang
terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan

penyakit klien.
9. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami hipogonad biasanya kelainan
fungsi kematangan seksual perubahan kondisi mental.
10. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang,
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan
usia :
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak ada atau berkurang,misalnya amenorhoe, bulu
rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang.

Kaji fungsi seksual dan reproduksi


Kaji adanya perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu klien.
Kaji psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi.
11. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat atau penyakit
tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang,kaji adanya trauma
prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
12. Riwayan kesehatan keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klie atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan
hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
13. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Biasanya suara seperti wanita atau anak-anak, kehilangan pertumbuhan rambut
yang menandakan feminisasi, tidak terjadi penyebaran pertumbuhan rambut didaerah
wajah atau ditempat lain, kepala membesar, konjungtiva mata anemis.
b. Integumen
Kaji warna kulit, tugor, biasanya pada laki-laki kulit halus, pucat dan penyebaran
merata, pada perempuan jarang gerjadi kelainan pada sistem integumennya.
32

c. Kardiovaskuler
Inspeksi
: apakah bentuk dada simetris?
Auskultasi : apakah suara jantung normal (terdapat s1 atau s2)
d. Pernapasan
Inspeksi : kaji kualitas napas, biasanya pada perempuan lihat buah dadanya simetris
atau tidak pergerakannya
Auskultasi : terdapat suara tambahan atau tidak dan kaji RR
e. Pencernaan
Inspeksi : kaji bentuk abdomen, dan nafsu makan klien
Palpasi : apakah terdapat pembesaran pada abdomen
Perkusi : apakah terdapat meteorismus
Auskultasi : kaji adanya / tidaknya suara timpani dan bising usus
f. Perkemihan
Kaji frekuensi, warna dan bau urine (biasanya tidak terjadi gangguan pada
sistem perkemihan)
g. Muskuloskeletal
Kaji tinggi badan, kekuatan tonus otot, kehilangan maskulatur pria sejati
dan pada perempuan panggul tidak membesar
h. Reproduksi
Kaji apakah organ-organ reproduksi mengecil, libido menurun, infertilitas,
tidak bisa melakukan hubungan seksual (impontensi), menstruasi tidak teratur dan
amehorhea

3.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul.


1. gangguan citra tubuh berhubugan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh
akibat defisiensi gonad
2. disfungsi seksual berhubungan dengan perubaha bentuk dan fungsi organ seks
akibta defisiensi gonad
3. ansietas berhubugan dengan status kesehatan
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan perkembangan fisik

3.3 Intervensi
No
Diagnosa
Kriteria Hasil
1. gangguan citra a) Pasien

Intervensi
a) Kaji
kesiapan

Rasional
a) Keterlibatan

dapat

tubuh

berpartisipasi

pasien; kemudian

memberikan

rasa

berhubugan

dalam

libatkan

control

dan

berbagai

33

pasien

dengan

aspek

perubahan

dan

struktur

dan

fungsi

tubuh

akibat

perawatan

dalam

dalam

pengambilan

pengambilan

keputusan tentang

keputusan tentang

perawatan,

perawatan
b) Pasien

defisiensi

bila

memungkinkan.

diri.
b) Agar pasien dapat
mengungkapkan
keluhannya

dan

memperbaiki

mengomunikasika

gonad

meningkatkan harga

b) Berikan

kesalahpahaman.

kesempatan

perasaan

kepada

terhadap
perubahan

citra

tubuh.
c) Pasien
menyatakan
perasaan

positif

terhadap

dirinya

c) Untuk

pasien

meningkatkan harga

untuk menyatakan

diri

perasaan tentang

mendemonstrasikan

citra

bagaimana

tubuhnya

dan hospitalisasi.
c) Dorong
pasien
untuk

dan

telah

untuk
pasien

beradaptasi

terhadap perubahan
citra tubuhnya.

menggambarkan

sendiri.

perkembangannya
melalui
hospitalisasi
2.

Disfungsi

a) Pasien

a) Berikan

a) Tindakan

ini

seksual

menyatakan

kesempatan

meningkatkan

berhubungan

perasaan

pasien

untuk

komunikasi

dengan

mengenai

mengungkapka

pemahaman

perubahan

perubahan

diantara

bentuk

dan

fungsi organ
seks

akibat

defisiensi
gonad.

seksualitas.
b) Pasien

secara terbuka
dalam

mengungkapkan

lingkungan

pemahaman

yang

mengenai

tidak

mengancam.
b) Berikan waktu

penyebab
disfungsi seksual.
c) Pasien

perasaan

privasi

dapat

pasien.
34

pada

dan

dan
pasien

pemberian

asuhan.
b) Untuk
menunjukkan
respek

kepada

pasien,
memberikan
waktu

untuk

menghidupkan

c) Sarankan

kembali aktivitas

rujukan

seksual

konselor

seperti

sebelum sakit.

introspeksi,
ke

seksual

atau

profesi terikat
lainnya dalam
mendapatkan

dan

member

pasien

control

waktu

untuk berinteraksi
dengan

orang

lain.
c) Untuk
memberikan

panduan

sumber-sumber

selanjutnya.

penunjang
kelanjutan terapi
3.

Cemas

a) Pasien

mampu

bagi pasien.
a) Untuk
membina

a) Gunakan

berhubungan

mengidentifikasi

pendekatan

hubungan

dengan

dan

yang

percaya

status

kesehatan

mengungkapkan

menenangkan
b) Nyatakan

gejala cemas
b) Mengidentifikasi

dengan

jelas

tentaang

harapan

yang

mengungkapkan

terhadap

lakukan.

pelaku pasien
c) Jelaskan semua

menunjukkan
tehnik

prosedur

untuk

apa

mengontrol

selama

batas normal

prosedur
d) Temani pasien

tubuh,

untuk

ekspresi wajah,
bahasa
dan

yang

dirasakan

cemas
c) Vital sign dalam
d) Postur

dan

memberikan

tubuh

kemanan daan

tingkat

aktivitas
35

terhadap

klien
b) Informasi yang jelas

,
dan

saaling

tindakan
akan

kita

Memberikan
perasaan

tenang

pada klien, sehingga


menurunkan
kecemasan
c) Pemberian informasi
mengenai
dapat

prosedur

mengurangi

kecemasan

klien

lebih kooperatif
d) Support
sistem

mengurangi

mampu menurunkan

takut.

stressor, mendukung

menunjukkan

sikap positif klien.

berkurangnya
4.

Harga

diri

kecemasan
a) Pasien

a) Sediakan

rendah

mengungkapkan

khusus

situasional

perasaan

perawatan

berhubungan

berkaitan dengan

dengan
perubahan
perkembangan
fisik

yang

harga diri
b) Pasien

tidak

diluar

memberikan

waktu

terganggu

mengeksplorasi diri
b) Penolakkan diri dapat

aktifitas

interaksi

sosial

klien

dengan

orang

wawan cara dan

melalui

observasi minimal
setiap 1 minggu
c) Atur situasi untuk
mendorong
interaksi

sosial

antar pasien dan


orang lain
d) Bantu
pasien
mengumpulkan
sumber-sumber
bantuan pada saat
pemulangan

menyebabkan pasien
mengalami
gangguan

kognitif

sensori dan persepsi


c) Gangguan hubungan
interpersonal
merupakan
ungkapan membenci

atau professional

36

ini

bagi pasien untuk

pasien
b) Kaji status mental

lain

a) Tindakan

yang

dengan

meningkatkan

waktu

diri secara langsung


d) Untuk
membantu
mengubah
koping

prilaku
maladaftif

menjadi lebih adaftif

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga
mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa muda
tersinggung, pasif dan menderita depresi dibandingkan dengan yang memiliki testis utuh. Selain
itu terjadi impotensi, pengurangan progressif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya
otot. Berhentinya menstruasi atau amenor, atropi payudara eksterna penurunan libido.

4.2 Saran
Kami meyadari masih banyak kekurangan dalam kekurangan ini, maka dari itu kritik dan
saran yang dapat membangun sangat kami butuhkan, dan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca.

37

DAFTAR PUSTAKA

(Behram dkk. Hipogonadisme Pada Anak Laki-laki.Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Edisi


6.volume 2.Jakarta:EGC.2005.hal : 1314-1315
Murphy KG.Kisspeptins: regulators of metastasis and the hypothalamic-pituitary-gonadal
Axis. J Neuroendocrinol . Aug 2005;17 (8):519-25
Price, Sylvia. Anderson. 1994.Patofisiologi: Konsef Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Hudak, Carolyn M. 1997.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinis.
EGC.Jakarta.
Ganong, W.F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta : EGC
Syaifuddin.2011.Anatomi Manusi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2 . Salemba
Medika.Jakarta

38

Anda mungkin juga menyukai