Anda di halaman 1dari 21

1.

Pengertian
Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam mencapai
atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan. Batasan
tersebut menunjukkan bahwa proses fingsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen
yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya (Samekto Wibowo dan Abdul
Gofir,2008).

DE adalah sebagai ketidakmampuan yang menentap dan atau kambuhan (setidaknya tiga
bulan) untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk hubungan seksual
yang memuaskan (Wespes dkk, 2006).

DE adalah kegagalan penis dalam mencapai ereksi yang cukup untuk melakukan sexual
intercourse. (Yuktiana Kharisma, 2017).

2. Anatomi dan Fisiologi

1. Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa.
 Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal.
 Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk
kerutan pada kulit skrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.
2. Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai 2
inci) dan berdiameter 2,5 c (1 inci)

 Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah
dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
 Tunika seminiferous, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobules.
Epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang
(spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma; sel-sel Sertoli yang menopang dan memberi
nutrisi sperma yang sedang berkembang; dan sel-sel intetisial (leydig), yang memiliki fungsi
endokrin.
3. Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior
tubuh.
 Dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus seminiferus, kemudian menuju ke tubulus
rekti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti, sperma kemudian menuju jarring-jaring kanal rete
testisyang bersambungan dengan 10 sampai 15 duktulus eferen yang muncul dari bagian atas
testis.
 Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai 6 m) yang
terletak di sepanjang sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma dari duktus eferen.
1. Epididimis menimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam minggu.
Selama enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil, matur sempurna, dan mampu
melakukan fertilisasi.
2. Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimal berkontraksi untuk
mendorong sperma ke dalam duktus eferen.
 Duktus eferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang terletak
dalam korda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik, saraf
SSO, otot kremaster, dan jaringan ikat. Masing-masing duktuds deferen meninggalkan
skrotum, menanjak menuju dinding abdominal kanal inguinal. Duktus ini mengalir di balik
kandung kemih bagian bawah untuk bergabung dengan duktus ejakulator.
 Duktus ejakulator pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampula) di bagian
ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap duktus ejakulator panjangnya
mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang
berasal dari kandung kemih.
 Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga bagian.
1. Uretra Prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih, menembus prostat
dan menerima sekresi kelenjar tersebut.
2. Uretra membranosa panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. bagian ini di kelilingi
sfingter uretra eksternal.
3. Uretra penis (kavernous, berspons) di kelilingi oleh jaringan erektil bersepon (korpus
spongiosum). Bagian ini membesar ke dalam fosa navicularis sebelum berakhir
pada mulut uretraeksternal dalam glans penis.
4. Kelenjar aksesoris

1. Sepasang vesikel seminalis adalah kantong terkonvolusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke


dalam duktus ejakulator. Sekretnya adalah cairan kental dan basa yang kaya akan fruktosa,
berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi Setengah lebih sekresi vesikel seminalis
adalah semen (cairan sperma yang meninggalkan tubuh).
2. Kelenjar prostat menyelubungi uretra saat keluar dari kandung kemih. Sekresi prostat
bermuara ke dalam uretra prostatic setelah 15 sampai 30 duktus prostatic.
 Prostat mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir asiditas vagina
selama senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang akan optimum pada pH 6,0
sampai 6,5.
 Kelenjar prostat membesar saat remaja dan mencapai ukuran optimalnya pada laki-laki
yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya trus bertambah seiring
pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari semua laki-laki mengalami
pembesaran prostat yang menganggu perkemihan.
3. Sepasang kelenjar bulbouretral (Cowper) adalah kelenjar kecil yang ukuran dan bentuknya
menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus ke
dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen.
5. Penis terdiri 3 bagian: akar, badan dan glans penis yang membesar yang banyak mengandung
ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urine dan semen serta sebagai
organ kopulasi.
1. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di dekat akar korban. Prepusium (kulup) adalah
lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat
melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis.
2. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus karvenosum dan
satu korpus spongiosun ventral di sekitar uretra.
3. Jaringan erektil adalah jaring-jaring ruang darah irregular (venosasinusoid) yang diperdarahi
oleh arterior aferen dan kapilar, di grainase oleh venula dan dikelilingi jaringan rapat yang
disebut tunika albuginea
4. Korpus karvenosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea

FISIOLOGI PADA REPRODUKSI LAKI-LAKI


1. Proses spermatogenesis
a. Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa dan
berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang 4 hari)
Spermatogonia terletak berdekatan dengan membran basalis tubulus seminiferus. Spermatogonia
berproliferasi melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer
Setiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk dua spermatosit
sekunder. Pembelahan meiosis kedua pada spermatosit sekunder menghasilkan empat spermatid.
Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Panjang
spermatozoa matur mencapai 60 µm. Sperma matur memiliki satu kepala, satu badan, dan
satu flagellum (ekor).
Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim yang
diperlukan untuk menembus ovum.
Badan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP diperlukan untuk pergerakan.

Goyangan flagellum mengakibatkan motilitas sperma (untuk berenang).

b. Sel Sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsi-fungsinya antara lain :
Sel Sertoli secara mekanis menyokong dan memberi nutrisispermatozoa dalam proses
pematangan.
Sel Sertoli mensekresi inhibitor duktus mullerian, yaitu sejenis glikoprotein yang diproduksi
selama perkembangan embrionik pada saluran reproduksi laki-laki. Zat ini menyebabkan atrofi
duktus mullerian pada genetic laki-laki.
Sel Sertoli mensekresi protein pengikat androgen untuk merespon folikel stimulating hormone
(FSH) yang dilepas kelenjar hipofisis anterior. Protein mengikat testosterone dan membantu
mempertahankan tingkat konsentrasi tinggi cairan tersebut dalam tubulus seminiferus. Testosteron
menstimulasi spermatogenesis.
Sel Sertoli mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek umpan balik negatif
terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Sel Sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membrane sel yang penting untuk
menginduksi proses diferensiasi testis pada genetik laki-laki.
c. Sel Intertisial (leydig) mensekresi androgen (testosteron dan dihidrotestosteron). Sel-sel
intertisial ini menghilang enam bulan setelah lahir dan muncul kembali saat awitan pubertas karena
pengaruh hormone gonadotropin dari kelenjar hipofisis
d. Proses spermatogenesis

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis
menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan
spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah
selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan
sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenja Cowper. Spermatozoa bersama
cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki,
spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat.

2. Mekanisme ereksi penis. Ereksi adalah slah satu fungsi vascular korpus karvenosum dibawah
pengendalian SSO.

1. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arterior penis menyebabkan konstriksi sebagian
organ ini, sehingga aliran darahb y6ang melalui penis tetap dan hanya sedikit darah yang
masuk kesinusoid kavernosum.
2. Saat stimulasi mental atau seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arterior
yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat
didrainase vena.
3. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan vena yang
dikelilingi tunika albuginea non distensi.
4. Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebakan terjadinya vasokonstriksi arteri dan darah akan
mengalir ke vena untuk dibawah menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi, atau
kembali ke kondisi lunak.
3. Ejakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen
diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
1. Implus simpatis dari pusat refleks medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf spinal lumbal
(L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis,
epididimis, dan duktus deferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluan.
2. Implus parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot bulbokavernosum
pada dasar penis berkontraksi secara berirama.
3. Kontraksi yang stimulan pada vesikelseminalis, prostat,dan kelenjar bulbouretral
menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk
4. Kuantitas dan kompoisi semen
1. Volume ejakulasi berkisar antara 1 ml sampai 10 ml; rata – rata 3 ml. Semen terdiri dari 90%
air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma per ml; volume sperma mencapai 5% volume
semen.
2. Semen diejakulasi dalam bentuk cairan kental berwarna abu – abu kekuningan dengan pH 6,8
sampai 8,8. Cairan ini segera berkoagulasi setelah ejakulasi dan mencair dengan spontan
dalam 15 sampai 20 menit.
3. Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal, dan sekresi kelenjar
prostat dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikel seminalis.
4. Semen mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat tambahan seperti
prostaglandin, enzim proteolitik, inhibitor enzim, vitamin, dan sejumlah hormon steroid serta
gonadrotropin dalam konsentrasi yang berada dengan yang ada di plasma darah.
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24 sampai 72 jam dalam saluran
reproduksi perempuan. Sperma dapat disimpan selama beberapa hari pada suhu rendah atau
dibekukan jika akan disimpan selama lebih dari satu tahun.

PENGATURAN HORMONAL SISTEM REPRODUKSI LAKI – LAKI


1. Hormon testikular. Androgen utama yang diproduksi testis adalah testosteron. Testis juga
mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen pada laki – laki, dan dihidro-
testosteron(DHT) yang penting untuk pertumbuhan pranatal dan diferensiasi genitalia laki – laki.
1. Pada janin laki – laki, sekresi testosteron menyebabkan terjadinya diferensiasi duktus internal
dan genetalia eksternal , dan menstimulasi penurunan testis ke dalam skrotum selama dua
bulan terakhir gestasi. Dari lahir sampai pubertas, hanya sedikit atau bahkan tidak ada
tertosteron yang diproduksi.
2. Saat pubertas dan setelahnya, testosteron bertanggung jawab atas perkembangan dan
pemeliharaan karakteristik seks sekunder laki – laki :
 Testosteron meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan genetalia laki – laki.
 Testosteron bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang menjadi ciri khas laki –
laki.
 Testosteron menyebabkan pembesaran laring dan perpanjangan serta penebalan pita suara
sehingga menghasilkan suara bernada rendah.
 Testosteron meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit serta mengakibatkan permukaan
kulit menjadi gelap dan lebih kasar. Hormon ini juga meningkatkan aktivitas kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea serta terlibat dalam pembentukan jerawat (pada laki – laki
dan perempuan).
 Testosteron meningkatkan massa otot dan tulang, meningkatkan laju metabolik dasar,
meningkatkan jumlah sel darah merah, dan meningkatkan kapasitas peningkatan oksigen
pada laki – laki.

2. Hormon hipofisis dan hipotalamus mengendalikan produksi androgen dan fungsi testikuler.
1. Gonadotropin hipofisis. Folicle stimulating hormone (FSH) memiliki reseptor pada sel
tubulus seminiferus dan diperlukan dalam spermatogenesis. Luteinizing hormone (LH)
memiliki reseptor pada sel interstisial dan menstimulasi produksi serta sekresi testosteron. LH
juga disebut ICSH (interstitial cell stimulating hormone) atau hormon perangsang sel
interstisial pada laki – laki.
2. Hipothalamic gonadotropin releasing hormone (GnRH)berinteraksi dengan testosteron, FSH,
LH, dan inhibin dalam mekanisme umpan balik negatif yang mengatur sintesis dan sekresi
testosteron.
1. Penurunan konsentrasi testosteron yang bersirkulasi menstimulasi produksi GnRH
hipotalamik yang kemudian menstimulasi sekresi FSH dan LH. FSH menstimulasi
spermatogenesis dalam tubulus seminiferus dan LH menstimulasi sel interstisial untuk
memproduksi testosteron.
2. Peningkatan kadar terstosteron dalam darah memberikan kendali umpan balik negatif
pada sekresi GnRH dan pada sekresi FSH dan LH hipofisis.
3. Inhibin disintesis dan disekresi oleh sel Sertoli untuk merespons terhadap sekresi FSH.
Hormon ini bekerja melalui umpan balik negatif langsung pada kelenjar hipofisis untuk
menghambat sekresi FSH. Inhibin tidak mempengaruhi pelepasan LH (ICSH).
4. Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga mengikat testosteron untuk
merespons sekresi FSH. Protein mengikat testosteron untuk mempertahikan
konsentrasinya dalam tubulus seminiferus 10 sampai 15 kali lebih besar dibandingkan
dengan konsentrasinya dalam darah. Hal ini kemudian meningkatkan penerimaan sel
terhadap efek tertosteron dan berfungsi untuk menunjang spermatogenesis.
3. Pubertas dipicu oleh peningkatan sekresi GnRH.
 GnRH dihambat melalui umpan balik negatif dari sejumlah kecil testosteron yang
bersirkulasi sebelum pubertas.
 Saat pubertas, maturasi otak dan penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap
penghambatan testosteron menyebabkan peningkatan sekresi GnRH yang kemudian
meningkatkan sekresi FSH dan LH hipofisis. Ini mengakibatkan terjadinya
spermatogenesis, produksi testosteron, dan pembentukan karakteristik seks sekunder
pada laki – laki.
 Peningkatan kadar GnRH menyebabkan peningkatan sekresi FSH dan RH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
3. Etiologi
Faktor psikologis dan fisiologis khusus berkombinasi untuk menyebabkan ED. Faktor psikologis
yang penting meliputi kecemasan akan penampilam, stress, dan kelelahan, kepercayaan diri yang
rendah, depresi, dan perubahan dalam hubungan. Setelah mengalami sekali kegagalan seorang
laki-laki dapat menjadi sangat cemas sehingga ia “gagal” lagi dan lagi, memperburuk masalah.

Berbagai masalah fisiologis dapat berkontribusi terhadap D. walaupun penuaan tidak


menyebabkan ED, berbagai faktor terkait usia meningkatkan faktor risiko ED. Contohnya,
peningkatan saraf lokal (reseptor adrenergik maupun kolinergik) dapat mendorong kelembutan
penis sementara menurunkan respons penis terhadap nitrit oskida (neorotransmittter utama yang
bertanggung jawab terhadap eresi penis). Penurunan kadar testosterone, dikombinasikan dengan
peningkatan kadar estradiol dan prolactin serum, dapat menurunkan libido, menyebabkan
penurunan jumlah ereksi pada laki-laki lanjut usia, peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai rangsangan seksual, dan peningkatan interval antara ereksi yang berhasil. Namun
demikia, harus ditekankan bahwa tidak ada di antara perubahan ini yang pasti menyebaban ED,
dan banyak laki-laki lanjut usia yang menikmati ereksi dan hubungan seksual yang berhasil
sepanjang hidupnya. Gangguan endokrin lain yang berkaitan dengan difungsi tiroid. Peningkatan
kadar prolactin menghambat efektivitas testosterone dan menurunkan gairah terhadap aktivitas
seksual; baik hipertiroid maupun hipotiroid menjadi presdisposisi ED.
 Faktor risiko medis utama ED meliputi penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes
mellitus, merokok sigaret jangka panjang, gagal ginjal, gangguan neurologis yang
memengaruhi medulla spinalis, stroke, dan penyakit paru obstruksi kronis. Defek
kongenital yang memengaruhi perkembangan gonad dan produksi testosterone menjadi
presdisposisi terhadap disfungsi ereksi, walaupin pengebirian bedah tidak selalu
menyebabkan impotensi. Obat-obatan terlarang, seperti ganja, kokain, dan halusinogen,
mengganggu fungsi ereksi, begitu pula alkohol. Banyal obat-obat resep dan obat bebas
yang dapat menimbulkan ED, termasuk antihipertensi, antikolinergik, agonis alfa-
adrenergik (dekongenstan), dan antidepresan tertentu.
Prosedur bedah terkait risiko ED meliputi prosedur abdominopelvik dan spinal
yang ekstensif. Prostattektomi terbuka dan TURP kadang-kadang menyebabkan disfungsi
ereksi, namun prostatektomi radikal membawa risiko yang lebih besar terhadap impotensi.
Striktur atau trauma uretra, trauma genital, fraktur tulang pelvs, atau penyakit Peyronie
(lengkung penis yang nyeri) juga berkaitan dengan ED.
4. Klasifikasi

5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya disfungsi ereksi menurut hildsted dan low (1193) merupakan
kombinasi neuropati otonom dan keterlibatan arteriosclerosis arteri pudenda interna.
Menurut Moreland (sebagaiman dikutip oleh Wibowo, 2007) ada dua pandangan
utama patofisiologi kasus disfungsi ereks, pada hipotesis pertama perubahan yang
dipengaruhi tekanan oksigen pada penis secara ereksi ditujukan untuk mempengaruhi
struktus korpus kavernosum dengan cara menginduksi sitokin yang bermacam-macam.
Faktor vasoaktif dan faktor pertumbuhan pada kondisi tekanan oksigen yang berbeda akan
mengubah metabolisme otot polos dan sintesis jaringan ikat. Penurunan rasio antara otot
polos dengan jaringan ikat pada korpus kavernosum dihubungkan dengan meningkatnya
vena difus dengan kegagalan mekanisme penyumbatan vena.
Hipotesis tersebut menyertakan bukti adanya perubahan pada fase ereksi penis
malam hari dan perubahan pada fase ereksi penis malam hari danperubahan sirkadian
hubungannya dengan oksigenasi yang penting dalam pengaturan ereksi sehat. Hipotensis
yang lain menyatakan bahwa disfungsi ereksi adalah hasil hasil dari ketidakseimbangan
metabolic antara proses kontraksi dan relaksasi di dalam otot polos trabekula, misalnya
dominasi proses kontraksi. Kedua hipotesis ini dikaitkan dengan strategi DE.
Menurut Barton dan Jouber (2000), pada kasus-kasus dengan penyebab biologis
jelas ( missal neuropati diabetika), pengobatan dan akibat akibat dalam jangka panjang
kelainan seksual sekunder tersebut akan terpengaruh juga oleh faktor psikoseksual.
Penyebab organic DE termasuk vaskuler, neurologic (saraf), hormonal, penyakit atau obat-
obatan tertentu dan sejumlah orang mempunyai faktor penyebab ganda. Pada faktor
neurologic dapat berupa stroke, penyakit demielinasi, kelainan dengan bangkitan atau
kejang, tumor atau trauma sumsum belakang dan kerusakan saraf tepi.
Dua pertiga kasus DE adalah organic dan kondisi komorbid sebaiknya dievaluasi
secara aktif. Penyakit vascular dan jantun (terutama yang berhubungan dengan
hiperlipidemia,diabetes dan hipertensi) berkaitan erat dengan disfungsi ereksi. Kombinasi
kondisi-kondisi ini dan penuaan meningkatkan resiko DE pada usia lanjut. Permasalahan
hormonal dan metabolic lainnya, termasuk hipogonadisme primer dan sekunder,
hipotiroidisme, gagal ginjal kronis dan gagal hati juga berdampak buruk pada DE (Vary,
2007)
Penyalahgunaan zat seperti intake alcohol atau penggunanan obat-obatan secara
berlebihan merupakan kortibutor utama pada DE. Merokok merupakan salah satu
penyebab arterio oklusive disease. Psikogenik disorder termasuk depresi, disforia dan
kondisi kecemasan juga berhubungan dengan peningkatan kejadian disfungsi seksual
multiple termasuk kesulitan ereksi. Cedera tulang belakang, tindakan bedah pelvis dan
prostat dan trauma pelvis merupakan penyebab DE yang kurang umum.
DE iatrogenic dapat disebabkan oleh gangguan saraf pelvis atau pembedahan
prostat, kekurangan glisemik, tekanan darah, kontrol lipid dan banyakmedikasi yang
umum, digunakan dalam pelayanan primer. Obat anti hipertensi khususnya diuretic dan
central acting agents dapat menyebabkan DE. Begitu pula digoksin psikofarmakologic
agents termasuk beberapa antidepresan dan anti testosterone hormone . Kadar testosterone
memang sedikit menurun dengan bertambahnya usia namun yang berkaitan dengan DE
alah minoritas pria benar- benar hipogonadisme yang memiliki kadar testosterone rendah.
(Vary, 2007)
6. Manifestasi klinis
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
1. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang (
paling tidak selama 3 bulan ).
2. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3. Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )
7. Komplikasi
Komplikasi Disfungsi Ereksi
1. Mudah merasa rendah diri atau kehilangan kepercayaan diri.
2. Kehidupan seks yang memburuk dari waktu ke waktu.
3. Permasalahan dalam kehidupan pernikahan dengan pasangan.
4. Stress.
5. Depresi.
6. Kegelisahan.
7. Ketidakmampuan untuk mendapatkan ketururnan.

8. Tes diagnostic

2.1 Pemeriksaan diagnostik


1 Pemeriksaan Fisik
pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil, ginekomasti
dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut) memerlukan perhatian khusus.
Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bawaaan
atau induratio penis. Bila perlu dilakukan palpasi transrektal dan USG transrektal. Tidak
jarang ED disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas atau prostatitis.
Pemeriksaan rektum dengan jari (digital rectal examination), penilaian tonus sfingter ani,
dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah
penekanan glands penis) untuk menilai keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer
dipalpasi untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit vaskuler. Dan untuk melihat komplikasi
penyakit diabetes ( termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi perifer ).
2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis ED antara lain: kadar serum
testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat dipengaruhi oleh kadar luteinizing
hormone). Pengukuran kadar glukosa dan lipid, hitung darah lengkap (complete blood count),
dan tes fungsi ginjal.
Sedangkan pengukuran vaskuler berdasarkan injeksi prostaglandin E1 pada corpora
penis, duplex ultrasonography, biothesiometry, atau nocturnal penile tumescence tidak
direkomendasikan pada praktek rutin/sehari-hari namun dapat sangat bermanfaat bila
informasi tentang vascular supply diperlukan, misalnya, untuk menentukan tindakan bedah
yang tepat.
9. Penatalaksanaan medis
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut:
1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan bedah dan
pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta
pelatihan jasmani).
Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi seksual. Diantara
yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat mengutarakan masalahnya semua kepada
dokter, serta perbedaan persepsi antara pasien dan dokter terhadap apa yang diceritakan
pasien. Banyak pasien dengan disfungsi seksual membutuhkan konseling seksual dan terapi,
tetapi hanya sedikit yang peduli. Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua
belah pihak yaitu pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat
menimbulkan disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka perlu
dilakukan dual sex theraphy. Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter ataupun dua orang
dokter dengan wawancara keluhan terpisah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi
atau penanganan disfungsi seksual pada kenyataanya tidak mudah dilakukan, sehingga
diperlukan diagnosa yang holistik untuk mengetahui secara tepat etiologi dari disfungsi
seksual yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat pula.

2.2 Penanganan dan pengobatan


Penanganan disfungsi ereksi tentu harus disesuaikan dengan penyebabnya. Penangannan
disfungsi ereksi melibatkan keikutsertaan pasangan suami-istri. Karena gaya hidup sangat
berperan, maka modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam penatalaksanaannya. Pria yang
mengalami disfungsi ereksi harap mengurangi konsumsi rokok, menghindari kegemukan, dan
meningkatkan aktivitas fisik. Kadang diperlukan terapi psikoseksual untuk mengatasi
penyebab psikogenik seperti kecemasan dan depresi.

Berbagai jenis pengobatan yang tersedia untuk mengatasi masalah DE dapat dilihat pada
tabel 1. Terdapat banyak cara yang digunakan untuk terapi DE, salah satunya adalah dengan
obat oral yang mulai dipasarkan secara luas yaitu sildenafil. Obat ini hanya bekerja bilamana
terdapat stimulasi seksual dan diminum satu jam sebelum aktifitas seksual dengan dosis antara
25 – 100mg. Sildenafil bekerja dengan menghambat kompetitif enzim PDE 5 yang banyak
terdapat pada korpus kavernosus penis, sehingga menyebabkan relaksasi otot polos yang
terdapat berlangsung lebih lama, dengan demikian ereksi juga akan berlangsung lebih lama.
Masih banyak kontradiksi mengenai penggunaan sildenafil dalam penatalaksanaan DE,
dengan angka keberhasilannya sekitar 60-70 %. Pada penderita diabetes angka keberhasilan
hanya sekitar 50 %. Kontraindikasi pemakaian sildenafil adalah pasien yang menggunakan
preparat nitrat, adanya riwayat stroke, infark miokard, hipotensi, penyakit degeneratif retina
dan obat yang membuat waktu paruh sildenafil menjadi lebih panjang.
Penanganan disfungsi ereksi dengan farmakologi dan bedah dibagi menjadi 3 lini terapi, yaitu:
1 Terapi lini pertama
Terapi lini pertama yaitu memberi oral pada pasien. Untuk tahap ini, Badan Pengawasan Obat-
obatan dan Makanan telah mengizinkan tiga jenis obat yang beredar di Indonesia, masing-
masing dikenal dengan jenis obat
a. Sildenafil (viagra),
b. Tadalafil (Cialis) dan
c. Vardenafil (Levitra).
Ketiga jenis obat ini merupakan obat untuk menghambat enzim Phosphodiesterase-5
(PDE-5), suatu enzim yang terdapat di organ penis dan berfungsi untuk menyelesaikan ereksi
penis. Ketiga jenis obat ini memiliki kelebihan dan kekurangan :
a. Sildenafil merupakan preparat erektogenik golongan PDE-5 yang pertama kali
ditemukan. Mula kerja Sildenafil antara ½ jam – 1 jam. Sedangkan masa kerjanya berkisar
5-10 jam. Dari segi profilnya, Sildenafil tidak begitu selektif dalam menghambat PDE-5.
karena, zat ini ternyata juga menghambat PDE-6, jenis enzim yang letaknya di mata.
Kondisi ini menyebabkan penglihatan mata menjadi biru (blue vision). Obat ini juga tidak
bisa diminum berbarengan dengan makanan karena absorsi (penyerapannya) akan
terganggu jika lambung dalam kondisi penuh.
b. Vandenafil, lebih selektif dalam menghambat PDE-5 mengingat dosisnya tergolong kecil
yaitu antara 10mg-20mg. Mula kerjanya lebih cepat, 10 menit – 1jam, dengan masa kerja
5-10 jam. Keunggulan Vandenafil adalah absorsinya tidak dipengaruhi oleh makanan.
Jadi jika Anda ingin melakukan hubungan intim dengan istri setelah candle light dinner,
boleh-boleh saja. Kelemahannya, akan terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah di
hidung sehingga menyebabkan hidung tersumbat). Biasanya minum pertama akan
menyebabkan pening.
c. Tadalafil, masa kerjanya jauh lebih panjang yaitu 36 jam. Mula kerjanya sekitar 1 jam
dan tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga absorsinya tidak terganggu.
Kekurangannya, obat ini juga menghambat PDE-11 enzim yang letaknya di pinggang
sehingga jika mengkonsumsi ini, si pria akan mengalami rasa sakit di pinggang.
Sedangkan farmakologi topikal dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat
mengkonsumsi obat penghambat PDE 5. Obat topikal dioleskan pada kulit batang penis dan
glans penis. Beberapa agen yang biasa digunakan adalah solusio minoksidil, nitrogliserin dan
gel papaverin. Sementara penggunaan VCD bertujuan untuk memperbesar penis secara pasif
yang kemudian cincin pengikat pada pangkal penis akan mempertahankan darah dalam penis.
Namun penggunaan VCD ini dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri, sulit ejakulasi,
perdarahan bawah kulit (petekie) dan baal.
2 Terapi lini kedua
Paad terapi lini keduan yang terdiri dari suntikan intravernosa dan pemberian alprostadil
melalui uretra. Terapi suntikan intrakarvenosa yang digunakan adalah penghambat
adrenoreseptor dan prostaglandin. Prinsip kerja obat ini adalah dapat menyebabkan relakasasi
otot polos pembuluh darah dan karvenosa yang dapat menyebabkan ereksi. melakukan
penyuntikan secara entrakavernosa dan pengobatan secara inraurethra yang memasukkan gel
ke dalam lubang kencing. Pasien dapat melakukan sendiri cara ini setelah dilatih oleh dokter.
3 Terapi lini ketiga
Terapi lini ketiga yaitu implantasi prosthesis pada penis. Tindakan ini dipertimbangkan pada
kasus gagal terapi medikamentosa atau pada pasien yang menginginkan solusi permanen
untuk masalah disfungsi ereksi. Terdapat 2 tipe prosthesis yaitu semirigid dan inflatable.
Tindakan ini sudah banyak dilakukan di luar negeri namun di Indonesia belum ada

2.3 Cara Mencegah Disfungsi Ereksi


Seiring perubahan waktu dan gaya hidup, kemampuan pria berereksi memang akan
berkurang, dan ini sulit untuk dihindarkan. Tapi, bukan berarti Anda harus pasrah pada
keadaan. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan agar masalah DE bisa teratasi dan
Anda mampu mempertahankan ereksi Anda terhadap pasangan.
Berikut delapan langkah mudah untuk mempertahankannya:
1 Hindari Nikotin
Berdasarkan studi yang dilakukan universitas di Kentucky, para ahli menemukan fakta
ketika pria ditanya mengenai tingkat kehidupan seksualnya dalam kisaran 1-10, kebanyakan
pria perokok menjawab dengan angka 5 sementara pria tanpa rokok menjawab dengan angka
9. Rokok adalah penyebab DE, selain membahayakan pembuluh darah, merokok juga
menyebabkan kerusakan pada Mr Dick seperti kurangnya elastisitas dan menghambat
pelebaran fungsi pembuluh darah Mr Dick.
2 Vasektomi
Tindakan vasektomi adalah upaya mengontrol kehamilan. Beberapa pria biasanya
mengalami kegelisahan dan ketakutan akan perasaan “tak mampu lagi membuahi”, karena
tingkat efektivitas vasektomi 99,9%, artinya kemungkinan kehamilan sangat kecil.
Menurut Karen Donahey, Ph.D., Director Sex and Marital Therapy Program dari
Northwestern University, kegelisahan semacam ini kadang mempengaruhi gangguan fungsi
ereksi dan merusak mood berhubungan seksual. Jadi pertimbangkan baik-baik pilihan KB
yang satu ini.

3 Stop Stres & Perasaan Bersalah


Beberapa pria yang menjalani affair mengalami gangguan ereksi. Kemungkinan ini
terjadi karena faktor psikis, semacam perasaan bersalah dan kecemasan banyak
mempengaruhi. Jadi, jika Anda ingin fungsi ereksi kembali normal, sebaiknya hindari affair.
4 Bakar Lemak Perut
Lebih dari 50% pria dengan diabetes mengalami gangguan ereksi. Menjaga berat ideal
dan menyingkirkan lemak jahat pada perut adalah cara terbaik menghindari diabetes. Tapi jika
sudah terlanjur tetap kontrol kadar gula darah Anda.
5 Hindari Benturan Benda Keras
Perkiraan para ahli, lebih dari tiga pria dengan gangguan fungsi ereksi mengalami penile
trauma. Jadi, berhati-hatilah saat melakukan aktivitas seksual dengan posisi women on top,
atau melakukan olahraga dengan peralatan keras.
6 Mulailah Kebiasaan Berjalan Kaki
Berdasarkan hasil penelitian, pria yang rajin berjalan kaki meski hanya sekitar tiga
kilometer sehari hanya mengalami setengah dari gangguan ereksi dibanding pria yang terbiasa
duduk dan bergantung pada alat transportasi.
Menurut urolog dari Chicago’s Rush-Presbyterian Medical Center, Laurence Levine,
M.D., saluran darah pada Mr Dick adalah organ biologis aktif, artinya semakin banyak Anda
bergerak, latihan, dan berolahraga, maka pembuluh darah akan semakin fleksibel dan fungsi
ereksi akan semakin bekerja maksimal.
7 Menguap Tanpa Anda Sadari
Menguap dan ereksi adalah dua kejadian yang dipengaruhi proses kimia yang disebut
nitric oxide. Senyawa kimia ini diproduksi di otak dan disalurkan melalui neuron yang
mengendalikan proses pernafasan dan menguap, serta melebarkan pembuluh darah penis dan
menyebabkan ereksi.
Kadang hal ini terjadi bersamaan. Tidak mengherankan jika saat Anda menguap lebar
kadang dilanjutkan dengan ereksi. Ini bukan berarti Anda harus melakukan foreplay dengan
mulut ternganga lebar, tapi sesekali membiarkan mulut menguap lebar bisa membantu
menyehatkan fungsi ereksi Anda agar tetap optimal.
8 Tidur Sehabis Hubungan Seksual
Bisa dimengerti kenapa mata terasa berat usai hubungan seksual, meski sesungguhnya
Anda tak menginginkannya. Tapi tidak demikian dengan fungsi seksual tubuh Anda.
Tanpa disadari, di saat Anda tertidur, Mr Dick penis beberapa kali mengalami ereksi.
Menurut Dr Goldstein, ereksi yang Anda alami antara pukul 3-5 pagi hari saat Anda tertidur
adalah fenomena alami yang berfungsi mempertahankan kekuatan ereksi. Secara teori
ereksi di pagi hari terjadi karena tubuh mengalirkan darah yang mengandung banyak
oksigen ke arah Mr Dick.

Daftar pustaka
Smeltzer,Suzanne,C.2001. ”Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah” Edisi 8 . EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai