2008
PARA PELAKU
1. PAKDE KEMPUL
2. BUDE KIRANTI
3. KEMPRUT
4. WIRID
5. GENTING
6. JANTHIL
7. SOWER
8. PENGHULU
Para aktor dengan kostum motif taplak meja dan hand prop taplak meja warna-warni
dengan berbagai motif, membentuk koreografi gerak. Diiringi alunan musik dari bunyi-
bunyian yang diambil dari perangkat sederhana. Misal perangkat rumah tangga,
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 1
PAKDE KEMPUL : Woi...woi...bangun..bangun...!! Hobi kok begadang. Lupa ya? Hari ini
hari apa?
PAKDE KEMPUL : We’ik. Weleh, weleh. Kalian ini, setiap ditanya hari ini hari apa,
SOWER : Lha iya toh, Pakde. Bagi kita, semua hari itu serasa lebih indah jika
dibilang hari Minggu. Karena biar setiap hari bisa libur, bisa santai,
PAKDE KEMPUL : (sewot manja) Lha iya toh, Wer. Biar bibirmu semakin ndoweeeerrr.
SOWER : Sebentar, Pakde. Boleh tidak aku minta waktu 10 menit saja ?
PAKDE KEMPUL : Mau apa? Pasti mau nambah waktu ngorok 10 menit lagi. Iya kan?
Untuk kali ini, permintaanmu tidak Pakde penuhi. Maaf ya, Wer.
SOWER : (menggerutu) Yach, Pakde. Ya sudah kalau begitu. Nanti malam aku
PAKDE KEMPUL : (senyum) Nah, begitu. Tidak baik anak muda kebanyakan tidur. Bakal
KEMPRUT : Tapi tidak ada hubungannya dengan kalau kebanyakan kentut kan,
Pakde?
GENTING : Eh, tapi bisa jadi lho. Sekali kentut, akan mengurangi suhu badan
sekitar 0,5 derajat celcius. Itu berarti, badan kita terasa lemas dalam
WIRID : Ting, Ting. Bikin teori ngawur kok ya kebangeten. Kalau sampai teori
PAKDE KEMPUL : Rujak? Ouw, dari pagi tadi Pakde sudah ngidam rujaknya Mbok
Cingur pojok. Sepertinya tamu kita dijamu rujak tolet dan rujak cingur
GENTING : Memang ada tamu siapa sih, Pakde? Sepertinya Pakde sumringah
PAKDE KEMPUL : Pacar? Pakde belum sempat berpikir untuk pacaran lagi. Takut nanti
trauma lagi.
mawadah warohmah?
PAKDE KEMPUL : Wirid, sebenarnya kamu itu ngomong buat Pakde apa buat dirimu
PAKDE KEMPUL : Ok, maaf. Akan tiba masanya, kalian semua pasti akan merasakan
hati kecil, keinginan itu pasti ada. Tapi belum untuk saat ini. Karena
JANTHIL : Tapi kita semua kan bandel-bandel, Pakde. Apa Pakde tidak bosan
KEMPRUT : Eh, enak saja kamu bilang, Thil. Kamu itu yang suka bikin onar. Kalau
aku kan onarnya alami. Dalam sehari, tidak mungkin kalian tidak
makin runyam. Kemarin aku baca di surat kabar, gara-gara tidak bisa
PAKDE KEMPUL : (tertawa) Sudah, sudah. Tidak usah bertengkar. Justru kenakalan wajar
kalian itu, hiburan bagi Pakde. Tanpa kalian, Pakde sepi. Terkadang
tamunya, Pakde?
PAKDE KEMPUL : Oh ya. Pakde kan tadi mau beli rujak buat tamu kita, jadi kepotong
PAKDE KEMPUL : Sudah lama Pakde punya cita-cita ingin buka sekolah gratis buat anak-
anak broken home yang putus sekolah seperti kalian. Puji Tuhan, doa
Pakde terkabul.
GENTING : Sekolah? Asyik…aku mau cepat-cepat lulus dan dapat ranking biar
dapat beasiswa.
WIRID : Masya Allah, Genting… Sekolah belum jalan, sudah ngomong lulus.
KEMPRUT : Iya nih. Aku saja malah lupa cara menyontek yang baik dan benar.
JANTHIL : Dasar Kemprut. Yang diingat malah contekannya. Kamu niat ingin
pintar tidak?
GENTING : Sower, Sower. Kamu tidak sadar kalau sudah membicarakan diri
sendiri?
SOWER : (tersipu malu) Tapi Sower memang tidak terlalu ingin pintar. Bisa
PAKDE KEMPUL : Eh, eh, kok malah to be continue adu ayamnya. Mau tidak, Pakde
datangkan guru buat kalian? Kalau tidak mau, tidak apa-apa. Nanti
WIRID : Inalillahi, Genting. Kamu ini niat sekolah apa niat cari jodoh?
KEMPRUT : Iya nih, Genting. Dari tadi bibirnya seperti lubang pantatnya si
PAKDE KEMPUL : Eits, mulai lagi. Nanti tak ambil kentongan lho. Biar sekalian Pakde
Bagaimana? Sepakat?
GENTING : Iya, Pakde. Silahkan dilanjut lagi soal guru barunya itu.
PAK KEMPUL : Guru baru itu seorang wanita. Lumayan cantik dan lembut hatinya.
Namanya Tuti Kiranti. Biasa dipanggil Bude Kiranti. Dia teman SMA
Pakde.
WIRID : Semoga saja Bude Kiranti kerasan dan sabar menghadapi kita semua
ya, Amiinnn.
PAKDE KEMPUL : Tenang saja. Temanku itu sudah terbiasa dengan tipe-tipe anak selevel
kalian. Karena dia juga punya rumah singgah seperti ini. Bedanya,
anak-anak yang dia bina adalah anak jalanan yang benar-benar sudah
JANTHIL : (memotong) Ehm, Pakde...katanya mau beli rujak. Nanti keburu habis
lho.
PAKDE KEMPUL : Ya sudah. Kalian juga cepat mandi dan beres-beres. Pokoknya Pakde
ingin, pulang dari beli rujak, rumah sudah bersih dan rapi. Ok? (pergi)
KEMPRUT : (teriak) Jangan lupa, Aku cabenya biasa Pakde. Yang paling
pedaaas...!!
Anak-anak saling berebut masuk kamar mandi. Mengambil handuk masing-masing. Ada
yang bawa gayung, ada yang bawa sikat gigi, ada pula yang bawa ember. Nyanyian
Janthil…liwil…liwil...liwil…
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 2
Genting, Sower, Janthil, Wirid dan Kemprut berbaris di depan pintu, menyambut
kedatangan Bude Kiranti. Tampak Bude Kiranti bersama Pakde Kempul, tak kuasa
BUDE KIRANTI : Ternyata kalian jago menyanyi dan menari juga. Bude salut. Ini pasti
ANAK-ANAK : (mencibir) Ihh, bukan Bude. Ini murni hasil karya kita.
PAKDE KEMPUL : Nah, anak-anak. Bude Kiranti telah hadir diantara kita. Hidangan
sudah lapar.
BUDE KIRANTI : Kamu ternyata tidak berubah. Kalau masalah makanan, pasti nomor
BUDE KIRANTI : Bukan masalah pamrihnya. Cara kamu mentraktir teman-teman itu lho,
PAKDE KEMPUL : Pastilah aku masih ingat. Wondor Wongkang kan? Dan nasibmu selalu
yang paling belakang. Trus, karena tidak tahan menunggu lama, kau
BUDE KIRANTI : (tertawa) Ssstt!! Tidak enak, kamu ceritakan alasannya. Tidak sopan
di depan anak-anak.
KEMPRUT : Tenang saja Bude. Kita sudah terbiasa mendengar cerita-cerita yang
JANTHIL : Iya Bude. Nanti Bude juga jangan kaget mendengar kisah-kisah kita.
PAKDE KEMPUL : Baiklah anak-anak, sebagai pembuka tak ada salahnya Bude Kiranti
BUDE KIRANTI : Ok. Pasti Mas Kempul sudah sedikit cuap-cuap pada kalian, tentang
kendala. Tidak adanya sosok yang tepat yang mau mengerti kemauan
mereka. Tekanan dan tuntutan berlebihan para orang tua dalam hal
masa depan anaknyapun bisa membuat para remaja itu jadi frustasi.
unik. Proses pertumbuhan dan perubahan pola pikir itu ada pada masa
tidak kuat, maka kita akan mudah rapuh. Kalau benteng kita kuat, kita
dan kepribadian kalian semua, terus terang aku cukup tertarik dan
SOWER : (memotong) Maaf Bude. Dari tadi perut saya sudah berkeroncong ria
PAKDE KEMPUL : Sower, sstt!! (sedikit menggugam) Kamu itu mbok dijaga bibirnya !
SOWER : Maaf, Pakde. Maksud saya, boleh tidak jika Bude Kiranti mencicipi
gonjang-ganjing.
JANTHIL : Iya, Pakde. Kepalaku juga terasa pening mendengar apa yang
WIRID : Subhanallah, maklum Bude. Kita semua memang anti yang panjang-
Memang ini salah satu kelemahan mereka yang masih susah aku
taklukkan.
GENTING : Kalau tidak enak, mendingan makan nasi kucing saja Pakde.
PAKDE KEMPUL : Huss! Genting. Sekarang ini kita forumnya sedikit agak serius. Ada
banyak belajar. Maka itu, tepat kiranya jika Pakde datangkan Bude
Kiranti.
BUDE KIRANTI : Tidak apa-apa kok, Mas. Saya sangat paham psikologis anak-anak tipe
dan jiwa besar. Tidak sadarkah dirimu, bagaimana masa remaja kita
WIRID : Ahlan wa sahlan... kok jadi seperti nonton sinetron. Judul sinetronnya
SOWER : Enak saja. Aku kan cuma sekedar coba-coba. Siapa tahu rasanya
berubah.
KEMPRUT : Dasar, alasan. Bilang saja kalau dari tadi sudah tidak kuat menahan
godaan.
PAKDE KEMPUL : Ya sudah, sudah. Sekarang, sedikit lagi ya mohon sabar. Ran,
BUDE KIRANTI : Siip. Jadi begini anak-anak, disini nanti Bude akan menemani kalian
dalam proses CBSA. Yaitu proses Cara Belajar Siswa Aktif dengan
GENTING : Iya. Itu kan yang pernah muncul juga di televisi. Kalau tidak salah
SOWER : Bri..li..an? Maksud ibu ber..li..an? Lidah ibu keblibet ya, bilang berlian
jadi brilian? Kalau kita berlian, berarti kita bisa dijual mahal dong.
KEMPRUT : Iya. Nanti masuk surat kabar. Judulnya Kasus Jual Beli Anak Semakin
Merajalela.
BUDE KIRANTI : (senyum, geleng-geleng kepala) Brilliant itu salah satu kata dalam
GENTING : Cerdas? Jelas, pasti itu Bude. Kalau tidak, mana mungkin Pakde
JANTHIL : Dasar egois. Promosi diri terus. Mendingan kamu buka warung jamu
saja. Atau buka lapak obat tradisional di pinggir jalan yang pakai toak.
Anak-anak langsung berebut mencomot rujak. Tapi dicegah oleh Pakde Kempul.
PAKDE KEMPUL : Eits, tunggu dulu. Lupa ya dengan tradisi makan di rumah ini?
ANAK-ANAK : Oh, iya ya. (menyanyi) Mangan ora mangan, sing penting
WIRID : Alhamdu...
ANAK-ANAK : lillah...
PAKDE KEMPUL : Ini masih babak permulaan. Nanti kamu akan menemukan ritual-ritual
kita yang lain. Ayo, sekarang kamu tidak perlu menunggu giliran
traktiran dariku.
BUDE KIRANTI : (genit) Ih, Mas Kempul. Jadi kangen aku dengan suasana saat itu.
PAKDE KEMPUL : (berpantun) Buru-buru makan rujak, karena perut sudah teriak. Rujak
tolet, rujak cingur. Lidah melet, pedas sesak bagai makan sambal
ubur-ubur.
BUDE KIRANTI : (tertawa) Bikin pantun kok maksa. Norak ah, kamu.
BUDE KIRANTI : Eh, itu si Kemprut. Hati-hati. Awas, jangan miring-miring piringmu.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 3
Ruang tamu di rumah singgah Pakde Kempul, 1 tahun kemudian, siang hari.
Tampak beberapa meja kecil ditata sederhana dialasi tikar agak buluk. Uniknya, semua meja
SOWER : Bude, kenapa semua meja diberi alas taplak meja? Seperti pertemuan
WIRID : Mamaku juga kalau ada acara arisan di rumah, pasti langsung pamer
KEMPRUT : Hati-hati, Wer. Jangan sampai taplak mejanya ternoda sama tetesan
ilermu.
GENTING : Aku juga. Tapi aku sengaja diam saja. Biar Bude Kiranti saja yang
BUDE KIRANTI : Tidak apa-apa, Genting. Kalau salah kan, nanti Bude arahkan.
BUDE KIRANTI : Sudah, sudah. Baiklah, Bude akan jelaskan. Bude sangat paham
siswa punya kebiasaan buruk itu. Hal itu memang wajar. Tapi apa
kalian bisa bangga dan puas dengan prestasi kalian yang ternyata
PAKDE KEMPUL : Soweeerr! Lagi-lagi ya, bibirmu sepertinya juga harus disekolahkan.
BUDE KIRANTI : Tenang, Mas. Tidak apa-apa. Santai saja. Intinya, kalian dilarang
mencontek. Maka itu Bude pasang taplak meja. Ingat tidak, waktu
banyak coretan contekan. Walau ada juga yang via tulisan di lembaran
PAKDE KEMPUL : Sekarang, terserah kalian. Pakde dan Bude cuma ingin berbuat yang
terbaik demi masa depan kalian. Itu juga kalau memang kalian masih
menyusahkan banyak orang. Taplak ini juga Pakde dapat pinjam dari
dikembalikan.
KEMPRUT : Terus, kalau kita nanti ujian lagi, Pakde pinjam lagi? Begitu?
BUDE KIRANTI : Semalam saya coba usul sama Mas Kempul, bagaimana jika kalian
tidak ada kata usai dalam sebuah perjuangan. Di hari kiamatpun, kita
GENTING : Mencari taplak meja sendiri? Wah, asyik itu. Permainan yang
menyenangkan.
WIRID : (keceplosan) Insya Allah, aku bisa minta salah satu taplak meja
mamaku nanti.
Mendengar jawaban Wirid, Pakde Kempul dan Bude Kiranti saling pandang dan
BUDE KIRANTI : Ok, untuk sementara diskusi taplak mejanya kita tutup sampai disini.
siap kan?
PAKDE KEMPUL : Mantan wasit timer, tenang saja Ran. Sudah digenggaman, tinggal
pencet saja.
sekarang !
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 4
GENTING : Bagaimana hasil pencarian taplak meja kalian? Apa sudah ada yang
dapat?
KEMPRUT : Nihil.
SOWER : Bukankah waktu itu Wirid pernah cerita perihal mamanya yang hobi
WIRID : Na’udzubillah, itu dia yang aku juga bingung. Bagaimana caraku
minta sama mama. Pasti yang ada aku dimarahi dan disuruh pulang
KEMPRUT : Aku punya ide. Tapi agak gila sih dan beresiko tinggi.
GENTING : Aku tahu jalan pikirannya si Kemprut. Pasti kamu mau kita semua
KEMPRUT : Apa boleh buat. Uang saja, sepeserpun kita tak pegang. Apa kita mau
JANTHIL : Aku juga. Nanti wajah kita malah ketahuan publik. Ada yang lapor,
WIRID : Astaghfirullah, ampuni dosa-dosa kami, Tuhan. Apa tidak ada jalan
lain teman-teman?
GENTING : Susah juga ya. Aku sendiri tumben hari ini agak lambat otak.
KEMPRUT : He, eh. Biasanya kamu kan paling cepat dapat ide.... apa kata Bude
KEMPRUT : Ya...bril...li...an..
SOWER : (menguap) Ngantuk nih. Sepertinya lebih baik aku tidur dulu ya. Siapa
JANTHIL : Dasar tukang ngiler, hobinya molor terus. Eh, awas ya, jangan lagi-lagi
SOWER : Beres, Thil. Paling-paling juga aku cuma numpang bikin kepulauan
JANTHIL : (teriak) Soweeeeerrr !! Awas kamu ya, pembalasan lebih kejam. Lihat
saja nanti !
KEMPRUT : Ya sudah. Daripada semua nihil, mendingan kita pikirkan saja matang-
tidak setuju.
GENTING : Me too.
KEMPRUT : Lha, kok semua pada mundur. Dasar pengecut kalian. Ya sudah,
mendingan aku curi taplak meja di rumahku sendiri saja. Tidak peduli
masih bagus atau tidak, yang penting aku sudah dapat taplak meja.
GENTING : Tidak kasihan kamu pada Pakde Kempul? Akibat perbuatan konyolmu
KEMPRUT : Habis, kalian sih. Tenang-tenang saja dari kemarin-kemarin. Tidak ada
JANTHIL : Apa boleh buat. Aku menyerah saja. Biarkan aku tidak ikut ujian lagi
karena tidak punya taplak meja. Aku juga tidak butuh ijasah kok. Aku
kerja apa saja oks, yang penting halal. Toh, profesi tukang parkir saja
tidak pakai ijasah formal. Kalau perlu usaha sendiri. Entah usaha apa
WIRID : Taplak meja. Taplak meja. Benda sederhana tapi ternyata juga bisa
Tiba-tiba terdengar suara dari ruang tengah (Voice Offer). Overlap anak-anak langsung
Bude Kiranti.
PAKDE KEMPUL : Ternyata idemu tentang taplak meja boleh juga. Aku yakin, mereka
tidak bakal berani mencari uang untuk beli taplak meja baru dengan
BUDE KIRANTI : Tapi kamu juga harus hati-hati lho. Foto-foto mereka sudah mulai
PAKDE KEMPUL : Itu juga yang bikin aku khawatir dan deg-degan. Sebenarnya aku ingin
BUDE KIRANTI : Yach, semoga ide taplak meja ini adalah cara jitu agar mereka bisa
BUDE KIRANTI : (mengalihkan pembicaraan) Mas, ingat tidak waktu kamu main ke
PAKDE KEMPUL : (tertawa) Iya...iya...aku ingat sekali peristiwa itu. Sampai sekarang aku
juga masih ingat raut wajah mamamu waktu marahi aku. Gara-gara
BUDE KIRANTI : Tapi sekarang kau bisa bebas main ke rumah tanpa kena omel mamaku
PAKDE KEMPUL : Inalillahi wa inna ilaihi roji’un. Turut berduka cita ya, Ran.
BUDE KIRANTI : Terima kasih, Mas. Kita semua pasti akan kembali pada-Nya. Jadi
PAKDE KEMPUL : Menikah? Sama siapa jeng? Mana ada yang mau sama bencong seperti
aku. (diam sesaat) Jujur saja, semenjak kita putus hubungan beberapa
kembali suka pada sesama jenis, tiap malam selalu muncul dalam
BUDE KIRANTI : Kabar yang kamu dengar itu memang benar adanya. Tapi anehnya,
bayang wajahmu muncul begitu saja. Gejala apakah ini? Tiap malam
BUDE KIRANTI : Aku juga tidak tahu. Hatiku kini bimbang. Entah mengapa, perasaanku
PAKDE KEMPUL : Benarkah itu? Mengapa kita mengalami hal yang sama? Hanya saja
aku belum berani mengatakannya. Karena aku tahu, pasti akan ada
waktu yang tepat untuk itu. Dan mungkin saja waktu itu adalah saat
ini.
Giro)
PAKDE KEMPUL : Eh, dengar ya, Pakde tahu kok kalau kalian tadi mendengar
pembicaraan kita. Wong tadi itu Pakde sedang latihan drama sama
Ranti.
BUDE KIRANTI : (salah tingkah) Iya, he, eh. Minggu depan ada pementasan teater.
JANTHIL : Ya jelas, lah. Orang menikahpun butuh latihan, biar tidak kaku waktu
GENTING : Dari awal aku sudah curiga. Karena mimik muka Pakde waktu
PAKDE KEMPUL : Ayo, ayo...hari sudah makin larut. Kalian masih punya PR taplak meja
Sudah, sekarang kalian semua tidur. Awas, ti-dur. Tidak pakai embel-
embel begadang lagi walau cuma 10 menit saja, ok. Sudah sana, ke
Awas ya, kalau Pakde pulang nanti ternyata hawanya belum terasa
kalian seperti tidur pulas, awas! Seperti biasa, sanksi umum tetap
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 5
Suasana rumah singgah berubah menjadi suasana akad nikah. Hiasan sederhana hasil
karya Genting, Sower, Kemprut, Janthil dan Wirid menghiasi seluruh ruangan. Di atas
GENTING : Orang tuaku mungkin agak terlambat datang. Karena ambil raport
SOWER : Kalau mama papaku tadi telpon, katanya pesawat untuk hari ini sudah
sampai.
JANTHIL : Ibuku sudah dalam perjalanan, bareng sama orang tuanya Kemprut.
WIRID : Pasti kado yang paling indah adalah buatan mamaku. Nanti kalian lihat
cukup terkejut dengan ide busana pengantin dari taplak meja itu.
KEMPRUT : Oh, ya. Sebentar, aku mau telpon mama dulu. Hallo, Mama. Mas
kawin taplak mejanya dapat kan, yang modelnya persis seperti yang
aku bilang?
MAMA KEMPRUT : (voice offer) Tenang, sayang. Mama bikin hampir mirip dengan
aslinya. Sudah ya sayang, ini mama sudah mau sampai. Mau cari
GENTING : Dasar Janthil bolot. Masa kamu lupa pembicaraan Pakde dan Bude Kir
GENTING : Ayo, ayo...kita siap-siap. 10 menit lagi acara akad nikah mulai. Tapi,
dimulai lho. Apa tidak bisa ditunda sebentar, buat stock nanti setelah
akad nikah? Buang air kalau diburu-buru juga tidak akan nyaman di
perut.
SOWER : Gentiiing ! Ceramahnya nanti saja. Lebih baik aku minta perpanjangan
JANTHIL : Ya sudah sana. Kasihan juga Pakde. Nanti malah tidak konsentrasi
pada saat akad karena menahan sakit perut. Aku mau cari minyak
kayu putih atau minyak telon dulu ya. Siapa tahu bisa sedikit
sampai.
GENTING : Syukurlah, jadi pakde masih bisa ada waktu menenangkan diri
PAKDE KEMPUL : (keluar dari kamar mandi) Siapa yang bikin liriknya? Lucu juga.
PAKDE KEMPUL : Pakde terharu dengan niat baik kalian semua. Sebenarnya, walau satu
sisi Pakde merasa bahagia, tapi di sisi lain Pakde sedih karena harus
WIRID : Subhanallah, Pakde. Tidak baik omong begitu. Siapa juga yang akan
KEMPRUT : Sudahlah. Sekarang Pakde konsentrasi sama acara special Pakde ini.
Masalah kita, nanti kita masih punya kejutan lain buat Pakde.
SOWER : Iya, Pakde. Pokoknya kejutan kita ini akan semakin melengkapi
JANTHIL : Pokoknya, tidak akan ada kata berpisah antara kita berlima dengan
yaitu pengantin laki-laki bertandang ke rumah pengantin wanita. Prosesi adat pengantin
wanita memasuki rumah bisa memakai adat daerah mana saja (yang penting
Beberapa buah tangan penghantar mas kawin, semua beralaskan taplak-taplak mungil.
Gaun pengantin kedua mempelai dirancang dari taplak-taplak meja yang dijahit menjadi
motif yang unik. Ending dari prosesi akad nikah adalah hiburan lagu TAPLAK MEJA.
TAMAT