0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
65 tayangan4 halaman
Dua santri merasa bosan dengan kehidupan di pondok pesantren yang hanya fokus pada belajar dan taat aturan. Mereka pun mulai menyelinap keluar malam hari untuk makan dan bermain. Aktivitas tersebut terus dilakukan hingga akhirnya ketahuan melalui status sosial media. Keduanya pun mendapat hukuman botak sebagai akibat dari perbuatan terlarang yang telah dilakukan. Peristiwa itu membuat mereka meny
Dua santri merasa bosan dengan kehidupan di pondok pesantren yang hanya fokus pada belajar dan taat aturan. Mereka pun mulai menyelinap keluar malam hari untuk makan dan bermain. Aktivitas tersebut terus dilakukan hingga akhirnya ketahuan melalui status sosial media. Keduanya pun mendapat hukuman botak sebagai akibat dari perbuatan terlarang yang telah dilakukan. Peristiwa itu membuat mereka meny
Dua santri merasa bosan dengan kehidupan di pondok pesantren yang hanya fokus pada belajar dan taat aturan. Mereka pun mulai menyelinap keluar malam hari untuk makan dan bermain. Aktivitas tersebut terus dilakukan hingga akhirnya ketahuan melalui status sosial media. Keduanya pun mendapat hukuman botak sebagai akibat dari perbuatan terlarang yang telah dilakukan. Peristiwa itu membuat mereka meny
Semilir angin di malam hari masih saja dirasakan di waktu subuh ini.
Embun pagi masih
membasahi rerumputan. Mentari masih malu tuk menyinari bumi. Ustadz sudah siap untuk membangunkan para santri khususnya pembimbing di pagi ini. “qum-qum, yaa akhi...” “ah…,masih ngantuk” timbalku sambil membalikan badan, ku kira yang membangunkanku tadi adalah temanku ternyata itu ustadz. “hah… ustadz, waduh kirain si Rendy” gumamku dalam hati. “cepat bangun, nanti kamu terlambat” ustadz membangunkanku tuk kedua kalinya Aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Dan bersiap- siap pergi ke masjid untuk sholat subuh berjama’ah. Pagi ini aku merasakan ada semangat yang baru karena mulai pagi ini aku akan memulai kehidupan baruku menjadi seorang pembimbing bukan menjadi anggota lagi. Karena aku sudah hidup di pondok lebih dari empat tahun. Dan kini memasuki tahun yang kelima di pondok ini, aku harus belajar untuk membimbing adik kelasku. Di pondok ini kita diajarkan untuk mandiri. Setiap hari kami berbincang-bincang dengan bahasa inggris ataupun arab. Walaupun aku sendiri bekum fasih menggunakan inggris maupun arab. Hari demi haripun berganti, baru saja aku duduk di kelas 5 TMI, tapi mengapa aku merasakan perasaan jenuh dan bosan tuk menjadi diriku yang dulu, yang hanya bisa mematuhi semua peraturan dan tak pernah ada sedikit pun di benakku tuk melanggar peraturan-peraturan itu. Aku merasa hampa dengan hidupku yang hanya lurus tak pernah ada liku-likunya. “hai…, kok kamu ngelamun terus sih?” tanya Rendy sambil menepuk pundakku, yang aku pun tak tau dia datang dari mana. “tidak kok, tidak apa-apa” ujarku pelan. “tapi kok, kamu sepertinya punya problem?” tanya Rendy penasaran. “tidak kok, bener dech” jawabku mencoba meyakinkan Rendy. “sudahlah… kamu jangan bohong sama aku!, aku sudah lama kenal kamu. “ya, nih Rendy, kenapa yach, kok… aku ngerasa bosan banget untuk jadi diriku sendiri yang selalu taat aturan” jawabku mencoba menjelaskan. “ya sudah, kalo kamu bosan, kamu cari kerjaan lain aja, yang tidak bikin kamu bosan” “ah..., orang di sini mah Cuma kaya gitu aja kerjaannya.” gumamku. “terus kamu maunya apa?” Tanya Rendy. “gimana kalo kita coba kita kabur saja dari sini?, seperti waktu anggota belum datang” “tapikan, itu masih belum aktif, jadi peraturan masih belum aktif juga” jawab Rendy mencoba meyakinkanku untuk tidak melakukannya. “dari pada begini terus, emang kamu tidak bosan?”. “ya sich, aku juga merasa bosan, tapi kalo mau kabur, kaburnya kapan?”jawab Rendy polos. “tenang aja, itu mah bisa diatur”. “ya udah deh, terserah kamu aja” “okay dah, sip” Aku mengacungkan jempolku. Malampun telah tiba, dimalam ini aku dan Rendy masih berfikir mengapa kami merasa bosan hidup dipondok ini. Kamipun berfikir akan rencana kami dipagi tadi. Setelah melihat situasi dan kondisi yang aman terkendali tak ada seorangpun yang mengetahui. Kamipun mencari posisi untuk melompati tembok tinggi ini. Bagaikan spiderman yang bisa melompat tinggi, walaupun pada akhirnya sawah tidak bersahabat dengan kami. “aduh, sial nich aku” kata Rendy sambil membersihkan celananya yang kotor terkena lumpur sawah. “iya nich, baru pertama sudah kaya begini, apa Allah tidak meridhoi?” gumamku. “hus, ya nggaklah, masa Allah meridhoi kita untuk kabur, Allah tuh meridhoi kita untuk belajar, dan mematuhi peraturan” Rendy mulai berceramah bagaikan khotib berceramah diatas mimbar. “alah mulai ceramah dech pak ustadz, kalo mau ceramah tuh mimbar kosong tadz…, sekarang juga ustadz lagi kaburkan? Dasar ustadz gadungan” “oh…iya lupa aku” jawab Rendy polos seperti tak bersalah. Iya pun memegangi jidatnya. Kami berduapun berjalan melintasi sawah, mengarungi sungai, berjalan di atas selokan. akhirnya kamipun sampai di tempat tujuan. Sesampainya di warung nasgor Memet. Kamipun memesan nasgor 2 porsi. “okay, siap boss” ujar tukang nasgor. “yang satu pedas, yang satu tidak pedas” pesanan kamipun telah selesai dihidangkan. Perut kamipun yang tadinya didemo oleh cacing-cacing diperut kami karena sudah tidak diberi makan, kamipun makan dengan lahapnya sampai kami tidak sadar dengan beberapa menit saja nasi kami telah habis. “bang 2 lagi !!!” ujarku sambil mengacungkan 2 jariku. “dibungkus boss?” tanya tukang nasgor sambil membawa piring kotor kami. “nggak disini aja, masih laper nich !!!” Rendy menimpal sambil memegang perutnya yang masih kosong. “hah…” tukang nasgorpun tercengang karena ia mengira nasgor yang kedua ini akan dibungkus, tapi tenyata kami memesannya untuk dimakan disini langsung. Tukang nasgorpun membuatkan nasgor untuk kedua kalinya, “ini orang udah kelaparan nggak makan dua minggu, apa kenapa ya? Gumam tukang nasgor dalam hati. Setelah mereka selesai makan dua piring nasgor yang kedua, kamipun menuju warnet yang pernah kami kunjungi, ketika belum aktif. Kami membuka situs-situs facebook dan tidak lupa update status. Hari-hari berganti hari kami melakukan aktifitas ini setiap malam, namun tak ada seorangpun yang mengetahui kecuali kami, aktifitas ini kami lakukan seperti aktifitas sehari-hari untuk menghilangkan kepenatan dan kepusingan ini, hingga sampainya disuatu hari, mungkin hari dimana kesialan menimpa kami. Seperti halnya dalam pribahasa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh dan sepandai- pandainya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium pula baunya. Seperti biasanya waktu maghrib tiba semua santri pergi ke masjid begitu pula aku dan Rendy. Tak pernah kami menduga dimaghrib ini akan terjadi kejadian yang merubah kehidupan kami. Tiba-tiba sebuah pengumuman terlintas ditelinga kami. “hope to come the name written on this papers to TMI office, namely Rendy and Aldy, soonly” “Ada apa ini Ren?” Tanyaku kepada Rendy. “gak tau tuh!!!” jawab Rendy sambil merapihkan sejadahnya. “Ren…,kamu punya perasaan tidak enak nggak?, kok kita dipanggil ya” “tidak tuh, enjoy aja sich paling dipanggil mau dijadiin manager teladan” jawab Rendy kepedean dengan nada bercanda. “hah…ada-ada aja kamu mah bener nich aku jadi was-was” desisku seperti orang ketakutan. “masa kita ketahuan kabur sich!!!”. “mungkin juga sich, terus gimana dong?” “ya sudah kita tenang aja, ya…mungkin ini sudah waktunya, kita harus terima resiko. Karena terlalu sering melakukan perlanggaran” Rendy mulai berkhotbah lagi. “ya sudah, ayo cepat kita ke kantor!!!” seruku sambil berjalan. Kami menuju kantor TMI dengan perasaan gelisah tak tenang, kami bertanya- tanya mengapa kami dipanggil bagian pengasuhan. Sesampainya di kantor kami langsung memberi salam. “assalamu’alaikum”. “wa’alaikumsalam, silahkan masuk!!!” jawab ustadz bagian pengasuhan yang sedang duduk dikursi, iapun langsung bertanya untuk mengintrogasi kami. “Aldy, kamu ada dimana malam minggu tanggal 13?” “di pondok ustadz” jawabku merasa tak berdosa. “terus kamu Rendy?” “sama ustadz di pondok” jawab Rendy. “Aldy kamu punya facebook tidak?” Tanya ustadz. “punya ustadz “ jawabku. “malam minggu bener ada di pondok? Mengapa difacebook kamu statusnya baru, terus Rendy mengapa bisa komenter statusnya Aldy?” Tanya utadz mendesak kami. “mmm…mungkin kakak saya ustadz yang buka, lagi pula dia yang membuatkannya untuk saya.” Jawabku mencoba membantah. “Lalu ini apa?” ustadz membentak, sambil memberikan kertas hasil percakapan di facebook. “ini tertulis tentang perasaan kalian berdua di pondok sementara tidak mungkin orang lain menulis seperti ini” ustadz mendesak kembali. “Tapi ustadz itu bener bukan saya” aku mencoba meyakinkan. “ya udah,saya nggak mau denger alasan dari kamu lagi, yang penting kamu besok harus botak”ustadz menegaskan pada kami berdua. Kami tak berdaya dan harus menerima semua kenyataan karena inilah buah dari perbuatan yang kami perbuat. Kami langsung menuju asrama dengan perasaan yang kacau-balau laksana kaca yang pecah berkeping-keping.tak ada kata-kata lagi yang keluar dari mulutku.. Pagi pun tiba matahari menyinari bumi dengan sinarnya yang terang-benderang,cahaya matahari terasa lebih terang hari ini, karena telah muncul dua matahari baru, kilauan cahaya itu dari dua kepala yang telah digunduli hingga botak tak tersisa sehelai rambut pun, dan jika ada kutu yang hinggap di kepala kami maka kutu itu akan terpeleset karena kepala kami sangat licin saking botaknya. Dari sini kami menyadari bahwa kami tidak boleh bosan untuk menjadi orang baik. Untuk mengenang kejadian ini aku menulis sebuah puisi yang berisi akan penyesalanku. Penyesalanku Telah ku langgar segala peraturan Telah ku lewati semua larangan Untuk menghilangkan kepenatan Hingga ku rasakan kebahagiaan Namun semua itu hanya tipu daya setan Yang telah menjerumuskaku ke jurang penyesalan Ku menyesali atas semua kakhilafan Kini yang ku rasakan hanyalah penyesalan Semua penyesalan kurasakan Setelah mahkotaku berguguran Semua ini adalah hukuman Yang mengjariku arti kehidupan Kini aku mengerti bahwa hidup ini sangat berarti bukan hanya untuk mengejar kesenangan belaka, akan tetapi aku harus menjalani hidup ini dengan penuh kasabaran, karena hidup hanyalah satu kali maka aku harus melakukan sesuatu yang berarti. Aku kembali seperti dulu selalu taat akan semua peraturan.