Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
           Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerja sama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan yang lain
dalam memberikan asuan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya.Keperawatan hubungannya erat dengan manusia dan
kemanusiaan, oleh karenanya perawat memandang manusia secara utuh dan unik
sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmupengetahuan dan
keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif
pasien/klien. Keunikan hubunganperawat dengan klien harus dipelihara interaksi
dinamika dan kontinuitasnya.
Perawat sebagai profesi pelayanan kesehatanmempunyai tanggung jawab
utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi
perawat.Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan
system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang – undangan
keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja. ( PPNI,
2000).Penerimaan dan pengakuan keperawatan sebagai pelayanan professional
diberikan dengan perawat professional sejak tahun 1983.
Oleh karena itu kita sebagai perawat yang mengedepankan profesionalitas
harus mampu memenuhi standar praktek keperawatan yang telah di tetapkan
tersebut agar mampu memelihara interaksi antara perawat dengan klien dan
tenaga kesehatan lainnya.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1        Apa yang dimaksuddengan pengertian standar praktek keperawatan?
1.2.2        Apa standar kompetensi keperawatan?
1.2.3        Apa tujuan standar kompetensi keperawatan?
1.3  TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian standar praktek keperawatan yang telah
ditetapkan.
1.3.2        Untuk mengetahui standar kompetensi keperawatan.
1.3.3        Untuk mengetahui tujuan standar kompetensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kompetensi
a.Pengertian Kompetensi berasal dari bahasa inggris competence yang
mempunyai arti
kemampuan atau kecakapan. Kompetensi dalam sebuah cakupan yang luas
dapat juga dideskripsikan sebagai suatu karakteristik yang mendasari individu
yang berkaitan erat dengan sebuah kinerja seseorang dalam melakukan
pekerjaannya dimana didalamnya mencakup motivasi, sifat dan sikap, konsep
diri, pengetahuan dan perilaku atau keterampilan
(Taylor, Ian., 2007). Taylor, Ian (2007) dalam bukunya juga menuliskan
deskripsi kompetensi menurut UK’s CIPD adalah kompetensi dapat dipahami
sebagai kinerja dalam suatu organisasi, dengan dijelaskan bahwa kompetensi
adalah suatu hasil yang diharapkan dari individu dalam suatu kegiatan yang
dilakukan.
Sedangkan menurut UU RI No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. 10 11 Kompetensi adalah suatu karakteristik dasar
individu yang memiliki suatu hubungan yang kausal atau hubungan sebab akibat
dengan kriteria yang dijadikan acuan atau standar, efektif, atau berpenampilan
superior di tempat kerja pada situasi tertentu (Nursalam. Efendi, 2008).
Kompetensi menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No 045/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi adalah
adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas di bidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi
terdiri atas :
1) Landasan kepribadian,
2) Penguasaan ilmu dan keterampilan,
3) Kemampuan berkarya,
4) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu
dan keterampilan yang dikuasai,
5) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan
keahlian dalam berkarya. Melalui beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan: kompetensi yang merupakan suatu kemampauan (Kognitif,
afektif dan psikomotor) yang dimiliki oleh seseorang sesuai dengan profesi
yang dijalani. Kompetensi dalam penelitian ini adalah kompetensi pembimbing
klinik, sehingga dapat didefinisikan kompetensi pembimbing klinik adalah
suatu kemampuan (Kognitif, afektif dan psikomotor) yang dimiliki oleh
perawat yang mempunyai tugas dan peran sebagai seorang pembimbing klinik
di tempat mahasiswa praktik.

b. Tipe Kompetensi menurut Taylor, Ian (2007)


1) Universals / menyeluruh Kompetensi yang berkaitan dengan suatu kinerja
dalam semua lingkup pekerjaan. Contohnya adalah kemampuan
berkomunikasi, semua pekerjaan mengharuskan seseorang untuk dapat
berkomunikasi dengan baik.
2) Occupationals / Pekerjaan Kompetensi ini adalah berkaitan dengan suatu
pekerjaan yang lebih spesifik. Contohnya adalah seorang akuntan sangat
kompeten melakukan penalaran numerik / hitung menghitung dibandingkan
dengan seorang customer service 3) Relationals Kompetensi yang harus
dimiliki oleh suatu profesi dapat bervariasi tergantung pada pengaturan suatu
pekerjaan. Contohnya seorang pengacara yang berada dalam kota kecil
mempunyai kompetensi berbeda dengan pengacara yang berada dalam kota
besar Sesuai dengan penjelasan tipe dari kompetensi, kompetensi perawat
pembimbing klinik termasuk dalam tipe ketiga dimana suatu profesi yang
sama yaitu perawat tetapi mempunyai perbedaan kompetensi yang berbeda
dengan perawat yang tanpa tugas tambahan.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Menurut Michael Zwel
dalam Wibowo (2012) faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi adalah
1) Keyakinan dan nilai-nilai Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh
keyakinannya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Bila orang percaya akan
kemampuannya dalam melakukan sesuatu, maka hal tersebut akan bisa
dikerjakan dengan lebih mudah
2) Keterampilan Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu akan
meningkatkan rasa percaya diri, dan akan menunjukkan bahwa orang tersebut
mempunyai kompetensi dalam bidangnya.
3) Pengalaman Pengalaman akan sangat membantu dalam melakukan suatu
pekerjaan, karena pengalaman mengajarkan sesuatu dengan nyata dan akan
sangat mudah untuk mengingatnya. Seseorang ahli dalam suatu bidang tertentu
disebabkan karena banyak belajar dari pengalaman, dan keahlian seseorang
menunjukkan suatu kompetensi yang dimiliki oleh orang tersebut
4) Karakteristik kepribadian Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat
dirubah, kepribadian seseorang akan mempengaruhi cara-cara orang tersebut
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan ini, dan hal ini akan
membuat orang tersebut lebih kompeten. Seseorang akan berespons serta
beradaptasi dengan lingkungan dan kekuatan sekitarnya, yang akan menambah
kompetensi seseorang.
5) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang mampu untuk
melakukan sesuatu. Daya dorong yang lebih bersifat psikologis membuat
bertambahnya kekuatan fisik, sehingga akan mempermudah dalam aktivitas
kerja, yang menambah tingkat kompetensi seseorang. Dorongan atau motivasi
yang diberikan atasan kepada bawahan juga berpengaruh baik terhadap kinerja
staf
6) Isu Emosional Kondisi emosional seseorang akan berpengaruh dalam setiap
penampilannya, termasuk dalam penampilan kerjanya. Rasa percaya diri
membuat orang akan dapat melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik,
begitu juga sebaliknya, gangguan emosional seperti rasa takut dan malu juga
bisa menurunkan performance/penampilan kerja seseorang, sehingga
kompetensinya akan menurun
7) Kemampuan Intelektual Kompetensi dipengaruhi oleh pemikiran intelektual,
kognitif, analisis dan kemampuan konseptual. Tingkat intelektual dipengaruhi
oleh pengalaman, proses pembelajaran yang sudah tentu pula kemampuan
intelektual seseorang akan meningkatkan kompetensinya.
8) Budaya Organisasi Budaya organisasi berpengaruh pada kompetensi seseorang
dalam berbagai kegiatan, karena budaya organisasi mempengaruhi kinerja,
hubungan antar pegawai, motivasi kerja dan kesemuanya itu akan berpengaruh
pada kompetensi orang tersebut.

d. Kompetensi Perawat Pembimbing Klinik Martono (2009) menjelaskan bahwa


dalam melakukan suatu pekerjaan yang baik dan benar pembimbing klinik
perlu memiliki :
1)Pengetahuan tentang tugas yang akan dilakukan dan bagaimana
mengerjakannya
2) Keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
3) Sikap kerja yang dibutuhkan untuk dapat mengerjakan tugas dengan baik
dan benar, serta
4) Kekuatan fisik yang cukup

e. Indikator Kompetensi Perawat Pembimbing Klinik Kinerja pembimbing klinik


mengacu kepada lima indikator yaitu
(1) Kompetensi sebagai perawat
(2) Kompetensi dalam pengajaran pedagogical
(3) Kompetensi dalam melakukan evaluasi
(4) Faktor personal dan
(5) Hubungan dengan mahasiswa (Salminen, 2012).

1) Kompetensi sebagai perawat Kompetensi pembimbing klinik sebagai perawat


meliputi kemampuan teoritis dan pengetahuan keperawatan klinis/praktik,
keterampilan dan sikap mereka terhadap praktik keperawatan. Ini termasuk
kemampuan mereka untuk mengintegrasikan teori dan praktik, menggunakan
ilmu pengetahuan keperawatan sebagai dasar untuk mengajar, mampu bekerja
sama dengan supervisor klinis, membimbing siswa dalam praktik klinik dan
mengevaluasi secara kritis pengetahuan keperawatan yang ada untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi klinis pendidik perawat,
mampu menjamin kualitas pengalaman belajar siswa dan kualitas pengajaran.
2) Kompetensi pengajaran pedagogical Keterampilan pedagogis terdiri dari
kemampuan dalam proses transmisi pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam menciptakan jenis suasana pembelajaran yang dilakukan pembimbing
klinik dalam meningkatkan belajar siswa, membimbing mahasiswa menuju self
directed learning dan mendorong mahasiswa untuk berfikir kritis.
Pembelajaran mahasiswa dilakukan dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran kurikulum dan kebutuhan mahasiswa.
3) Kemampuan melakukan evaluasi Keterampilan evaluasi mengacu pada proses
umpan balik yang diterima mahasiswa dari pembimbing klinik baik mengenai
karakter pribadinya, tingkat pengetahuan teori dan keterampilan klinis.
Kemampuan pembimbing klinik dalam melakukan self assessment terhadap
kompetensinya sebagai seorang perawat pendidik diperlukan secara signifikan
karena membantu mereka untuk dapat memahami diri mereka lebih baik dan
mengembangkan pengajaran mereka.
4) Faktor personal Faktor personal mencakup keseluruhan sikap individu,
kecenderungan emosional dan karakter, yang mungkin tidak secara langsung
berkaitan dengan pengajaran atau status hubungan interpersonal tetapi dapat
mempengaruhi mereka
5) Hubungan dengan mahasiswa Hubungan perawat pendidik dengan mahasiswa
melibatkan timbal balik atau komunikasi antara dua orang atau lebih, termasuk
komunikasi terapeutik spesifik antara perawat pendidik dan mahasiswa.
pembimbing klinik memiliki hubungan yang baik dengan siswa, saling percaya
dan menghormati mereka
Lembaga National League of Nursing yang selanjutnya disebut NLN
(2005) menetapkan 8 indikator kompetensi inti untuk perawat pendidik yaitu
(1) Memfasilitasi sebuah pembelajaran
(2) Memfasilitasi pengembangan dan sosialisasi mahasiswa
(3) Menggunakan penilaian dan strategi evaluasi
(4) Berpartisipasi dalam merancang kurikulum dan 18 melakukan evaluasi
hasil program
(5) Berfungsi sebagai agen pembaharu (change agen) dan kepemimpin
(6) Meningkatkan mutu secara berkelanjutan sebagai peran perawat pendidik
(7)Keterlibatan dalam beasiswa
(8) Berfungsi dalam lingkungan pendidikan.

1) Memfasilitasi sebuah pembelajaran (Facilitate learning)


Mendorong mahasiswa dalam mencari pengalaman diklinik dengan
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar langsung menghadapi
pasien dengan bimbingan serta menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa
dalam mencari pengalaman diklinik
2) Memfasilitasi pengembangan dan sosialisasi mahasiswa (Facilitate learner
development and socialitation) Seorang pembimbing perawat / perawat
pendidik harus mampu menjadi fasilitator yang dapat menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan mampu memberikan pengalaman yang positif bagi
peserta didik / mahasiswa. Selain itu seorang perawat pendidik harus mampu
memfasilitasi mahasiswa untuk mampu bersosialisasi dengan staf perawat lain
sehingga mahasiswa mampu mencari kesempatan belajar melakukan tugas
sebagai seorang perawat dengan staf perawat lain.
3) Menggunakan penilaian dan strategi evaluasi (Use assessment and evaluation
strategies) Penilaian dan evaluasi sangatlah penting dalam sebuah
pembelajaran. Hal ini menekankan bahwa seorang perawat pendidik harus
mampu memberikan umpan baik terhadap pencapaian pembelajaran atau
output mahasiswa baik umpan balik positif dan negatif, dan sebaliknya juga
bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi pembelajaran yang telah diberikan
kepada mahasiswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan
menjadikan seorang pendidik yang lebih baik.
4) Berpartisipasi dalam merancang kurikulum dan melakukan evaluasi hasil
program (Participate in curriculum design and evaluation of program outcome)
Perawat pendidik berpartisipasi untuk memberikan masukan pada institusi
pendidikan tentang kebijakan dan prosedur praktik mahasiswa saat diklinik.
5) Berfungsi sebagai agen pembaharu dan kepemimpin (Function as a change
agent and leader) Bertanggung jawab untuk memperbaharui, meninjau ulang
dan mempertahan kebijakan rumah sakit tentang praktik klinik.
6) Meningkatkan mutu secara berkelanjutan sebagai peran perawat pendidik
(Pursue continuous quality improvement in the nurse educator role)
Mempunyai komitmen tentang belajar adalah seumur hidup, sehingga dalam
aplikasinya seorang perawat pendidik harus dapat meningkatkan
kemampuannya secara berkelanjutan melalui pendidikan formal atau non
formal
7) Keterlibatan dalam beasiswa (Engage in scholarship) Perawat pendidik
diharapkan aktif dalam mencari beasiswa untuk meningkatkan kompetensi
sebagai pembimbing klinik, serta bertujuan untuk memperbarui kemampuan
yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan mencari informasi terkait pelatihan,
seminar yang mendukung kinerja sebagai perawat/pembimbing klinik atau
untuk staf perawat lain yang dapat diajukan kepada rumah sakit.
8) Berfungsi dalam lingkungan pendidikan (Function within the educational
environment) Seorang perawat pendidik harus memiliki pemikiran bahwa
dirinya berfungsi sebagai pendidik bagi pasien, mahasiswa dan keluarga
sehingga mempunyai kewajiban untuk selalu meningkatkan level pendidikan
dan tetap mempertahakan kebijakan rumah sakit, prosedur dan nilai – nilai
yang ada.

2. Pembimbing Klinik
a. Pengertian Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan
tugas oleh institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan
bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti pembelajaran praktik
klinik di Rumah Sakit (Pusdiknakes, 2004). Perawat pembimbing klinik adalah
seorang perawat profesional yang terpilih yang ahli dalam praktik klinik
keperawatan (Indawati, 2013) Menurut Baillie (1994) dalam Martono (2009)
pembimbing klinik (clinical teacher) adalah pembimbing/guru perawat (nurse
teacher). Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan
belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata.
b. Syarat atau Kriteria Pembimbing Klinik Berdasarkan Pusdiknakes RI (2004)
menetapkan persyaratanpersyaratan menjadi pembimbing klinik yaitu :
1) Memiliki latar belakang pendidikan profesional yang sesuai
2) Memiliki pengalaman bekerja memberikan pelayanan keperawatan di klinik
selama tiga tahun. Menurut Alspah, Griff (1994) dalam Martono (2009)
pengalaman bekerja sebagai perawat klinik selama 2-3 tahun memungkinkan
individu tersebut menjadi kompeten dalam bidang pelayanan keperawatan
3) Memiliki ijin praktik yang diterbitkan oleh organisasi profesi
4) Memiliki latar belakang pendidikan kependidikan/keguruan (akta mengajar,
pekerti)
5) Memiliki pengalaman mengikuti pelatihan pembimbing klinik Menurut
Nursalam dan Effendi (2008) untuk menjadi preceptor atau pembimbing klinik
harus mempunyai kriteria seperti :
1)Berpengalaman dan kompeten di lingkungan klinik serta memiliki
pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas, minimal memiliki latar belakang
pendidikan setara dengan jenjang pendidikan peserta didik.
2) Berjiwa pemimpin
3) Mempunyai ketrampilan komunikasi yang baik
4) Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan
5) Mempunyai kemampuan dalam mengajar
6) Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja
7) Mempunyai fleksibilitas untuk berubah
8) Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu Berdasarkan
referensi diatas tentang syarat atau kriteria menjadi pembimbing perlu juga
memperhatikan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada pasal 31 tentang :
1) Pendidik pada pendidikan tinggi, memiliki kualifikasi pendidikan :
a) Lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma
b) Lulusan program magister (S2) untuk program sarjana (S1); dan
c) Lulusan program doctor (S3) untuk program magiester (S2) dan program
doctor (S3) 2) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
butir
a, pendidik pada program vokasi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan tingat dan bidang keahlian.
Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir

b, pendidik pada program profesi harus memiliki sertifikat kompetensi setelah


sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang
dihasilkan oleh perguruan tinggi. Sertifikat kompetensi dalam hal ini dijelaskan
pada UndangUndang Republik Indonesia No 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pada pasal 1 adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
perawat yang telah lulus uji kompetensi untuk melakukan praktik keperawatan,
selain itu perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR
sesuai dengan ketentuan pada pasal 18.

c. Peran Perawat Pendidik Dalam praktiknya seorang perawat pendidik klinis


harus mengetahui peran dan identitasnya, dimana peran mereka dapat
memfasilitasi dengan baik untuk pencapaian kompetensi peserta didik di klinik.
Empat peran perawat pendidik klinik yang diidentifikasi oleh Ullian (1986)
dalam yang dikutip oleh Conway. J., et all (2006) adalah :

1) Sebagai Role Model Seorang perawat pembimbing klinik harus berkerja


sesuai dengan standar profesional, sebagai agen sosial dan sebagai anggota
profesi yang memiliki pengetahuan, kompetensi, care dan profesional.

2) Guru / pendidik Seorang perawat pembimbing klinik harus terlibat dalam


perencanaan pendidikan, memotivasi peserta didik dan mengidentifikasi
kebutuhan peserta didik untuk memberi dalam kontek klinik
3) Supervisor Perawat pembimbing klinik harus memberikan pengarahan pada
peserta didik dalam perawatan pada pasien serta dapat memberikan umpan
balik dan dapat melibatkannya dalam perawatan pasien di klinik

4) Pemberi dukungan / motivator Perawat pembimbing klinik terlibat dalam


proses mentoring dan memberikan gambaran terkait pengembangan karir
dalam keperawatan.

d. Tugas Perawat Pembimbing Klinik Peran pembimbing praktik klinik


meliputi peran manajer, peran konselor, peran instruktur, peran observer,
peran feedback dan peran evaluator. Pembimbing praktik klinik mempunyai
kontribusi meningkatkan kualitas pembelajaran praktik klinik, karena
memiliki berbagai peran mulai dari merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran praktek klinik. Pusdiknakes (2004) menetapkan
tugas yang dapat dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan
pembelajaran praktik klinik yaitu :
1) Merumuskan tujuan pembelajaran praktik klinik
2)Menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktik
3) Mengidentifikasi tempat praktik klinik
4) Mengidentifikasi dan menentukan peralatan/sumber yang diperlukan selama
pembelajaran praktik klinik
5) Memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang
digunakan
6) Memecahkan masalah belajar praktik
7) Membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti
pembelajaran praktik klinik dan menghargai kerja mahasiswa
8) Memberikan contoh pelayanan keperawatan terhadap pasien secara nyata
kepada mahasiswa
9) Melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
praktik klinik
10) Membuat laporan pembelajaran praktik klinik
Penilaian dan Evaluasi dalam Pembelajaran
a. Pengertian Evaluasi adalah sebuah proses yang sistematis yang berlangsung
secara berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang sesuatu
yang menjadi objek penilaian yang berguna untuk acuan dalam pengambilan
keputusan seperti halnya mengevaluasi sebuah efektivitas belajar mengajar
atau suatu kinerja pendidik perawat (Nolan & Hoover, 2008). Evaluasi dalam
konteks ini adalah menilai kompetensi yang diamati terhadap standar yang
diukur meliputi pengetahuan, keterampilan dan tindakan atau suatu kinerja /
performance, Moyer (2007) merekomendasikan 2 hal untuk pembuatan alat
ukur kompetensi yaitu deskripsi akurat tentang tugas, persyaratan dan
spesifikasi / karakteristik psikis sebagai atribut seseorang harus dimiliki atau
yang telah dibangun.

b. Pengembangan Tool Kompetensi Pembimbing Klinik Alat ukur untuk


mengukur kompetensi pembimbing klinik yang pernah dikembangkan oleh
peneliti sebelumnya dalam Higgin (2012) ada 4 yaitu :
1) NLN Core Competencies For Nurse Educators NLN adalah suatu suatu
lembaga/organisasi yang dibentuk untuk menampilkan suatu keunggulan dalam
keperawatan terutama untuk pendidikan Keperawatan yang menawarkan
sebuah pengembangan professional. NLN adalah organisasi pertama perawat
yang didirikan pada tahun 1893 oleh the American Society of Superintendents
of Training Schools for Nurses. Tool yang dikembangkan adalah berupa self-
evaluation dari perawat pendidik yang mengacu kepada 8 kompetensi inti NLN
dengan memilih respon yang tepat menggambarkan tentang
(1) Pengetahuan perawat pendidik tentang setiap indikator dari kompetensi inti
(2) Kemampuan perawat pendidik dalam melakukan dari setiap indikator
kompetensi inti
(3) Setiap indikator kompetensi tersebut apakah juga termasuk dalam evaluasi
kinerja yang dilakukan oleh pimpinan.
2) The Effective Clinical Teaching Behaviors (ECTB) ECTB dikembangkan oleh
Zimmerman and Westfall pada tahun 1988, alat ukur ini dikembangkan
bertujuan untuk mengukur perilaku mengajar diklinik yang efektif pada
fakultas keperawatan. Alat ukur ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
instruktur klinis dalam melakukan pengajaran diklinik.

3) The Clinical Teaching Evaluation (CTE) CTE dikembangkan oleh Fong and
McCauley’s pada tahun 1993, alat ukur ini dikembangkan bertujuan untuk
mengevaluasi pengajaran diklinik. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur
kompetensi perawat pendidik yang melihat dari 3 indikator yaitu
(1) Kompetensi mengajar,
(2) Keterampilan keperawatan, dan
(3) Hubungan interpersonal. CTE ini terdiri dari 25 item dengan menggunakan
skala likert.

4) The Nursing Clinical Teacher Effectiveness Inventory (NCTEI) NTCEI


dikembangkan oleh Knox dan Mogan pada tahun 1985, alat ukur ini
dikembangkan dengan 5 indikator sebagai evaluasinya yaitu
(1) Kemampuan mengajar,
(2) Hubungan interpersonal,
(3) Ciri kepribadian,
(4) Kompetensi keperawatan dan
(5) Evaluasi.
Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau
yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur
akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan,
dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan :
kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat
gangguan patofisiologis, (CHS,1992).

Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di


bawah ini:

1. Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu
memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-
Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan.
Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah
menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan


Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal
yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari
waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan
pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru

3. Menggunakan scientific Metode


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses
keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi
asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).

4. Berlandaskan Etika Keperawatan


Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas
etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/
kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity
(kejujuran), Justice (keadilan)
Konsep Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan medikal bedah merupakan
pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal
Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan
pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau
tanpa gangguan struktur akibat trauma.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


Peran Perawat :

1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

10 Faktor Asuhan dalam Keperawatan :

1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.


2. Memberi harapan dengan :
– mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien

– memfalitasi untuk optimis

– percaya dan penuh harapan

3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.


4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati,
dan hangat.
5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang
perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan
lingkungan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual. 
Kekuatan dalam Asuhan :

1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi
aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan
Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
4. Aspek penyembuhanà Membatu klien memilih support social, emosional,
spiritual.
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.

1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak
atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

2. Peran Sebagai Edukator


Peran ini dilakukan untuk :

1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien


mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
3. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :

1. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan


menguntungkan klien.
2. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
– merencanakan

– mengorganisasikan

– mengarahkan

– mengontrol

3. Peran Sebagai Kolaborator


Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

4. Peran Sebagai Konsultan


Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
5. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor


diantaranya :

– Kemajuan teknologi

– Perubahan Lisensi-regulasi

– Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan

– Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.

Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian


peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi
menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi
keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran
perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.

–> Fungsi Perawat :

1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan
dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit
kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.

 
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Kompetensi Keperawatan


Standar keperawatan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan,
sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat di nilai
pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan anatara kualitas
dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena malalui standar dapat
dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk.
Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Perawat adalah orang yang
mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia
lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980).
Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and
professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang perawat untuk
dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri.
Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya
terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam
bukunya What it is and What it is not)
Standar keperawatan dalam prakteknya harus dapat diterima, dimana
setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa membedakan usia dan
diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan memberikan fondasi dasar
dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan.
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi
perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam
tatanan pelayanan keperawatan professional.
Bertolak dari uraian sepintas diatas tentang pengertian standar maka secara
singkat standar dapat diartikan sebagai : Pedoman, ukuran, criteria, peraturan,
keperingkatan, undang-undang, indicator, pengukuran atau penafsiran, etik dan
prinsip, prototype atau model, norma dan kegiatan, ada kekhasan, pernyataan
kompetensi serta persyaratan akreditasi.
Standar adalah level kinerja (performance) yang diinginkan dan dapat
dicapaidimana kinerja aktual dapat dibandingkan. Ia memberikan petunjuk kinerja
manayang tidak cocok atau tidak dapat diterima. Secara umum, standar ini
mencerminkan nilai profesikeperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan
profesi keperawatan dari paraanggotanya.
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap
staf atausuatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
diterimasampai pada wewenang tertentu (schroeder, 1991). Sebuah standar harus
dilegiminasi melalui proses autorisasi yangtepat oleh staf, hierarki keperawatan,
staf medis, dan kepala departemen, danstruktur komite.
Standar diperlukan untuk meningkatkan, menuntun, dan mengarahkan
praktekkeperawatan profesional. Praktek keperawatan didefinisikan sebagai
“kinerja daripelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan pengetahuan dan
keterampilankeperawatan profesional yang meliputi:
1.      meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan publik
2.      mengajarkan teori atau praktek keperawatan
3.       melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4.      mengkoordinasikan pelayanan kesehatan

Filosofi dan prinsip yang mendasari standar kita sebagai perawat percaya bahwa:

·         Pengetahuan (knowledge) yang digunakan untuk menuntun praktek


keperawatan adalah berasal dari penelitian kualitatif dan kuantitatif dan
pengalaman dari perawat.
·         Kesehatan adalah sejauh mana individu atau kelompok dapat menyadari
aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau menyesuaikan dari terhadap
lingkungan. Kesehatan merupakan dari kehidupan keseharian manusia, bukan
hanya sebagai objek kehidupan.
·         Pelayanan kesehatan mempunyai arti lebih dari sekedar melakukan intervensi
bila seorang sakit, tetapi mencengah terjadinya sakit dan meningkatkan derajat
kesehatan, mencapai kesehatan untuk semua.
·         Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan individu untuk
meningkatkan kendali atas dirinya dan meningkatkan derajat kesehatan mereka
sendiri.
·         Hubungan terapeutik yang terjalin antara perawat dan klien yang menerima
pelayan keperawatan didasarkan pada kesadaran bahwa individu mampu
mengambil keputusan atas hidup mereka sendiri oleh karena itu merupakan mitra
dalam proses pengambilan keputusan.
·         Caling,melekat dalam hubungan terapeutik perawat klien, dibangun atas dasar
saling percaya (trust), respek, intimasi dan kebutuhan untuk memahami dan
bertindak sesuai masalah yang dirasakan oleh pasien.

Standar keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi yaitu:


1.      Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada public terhadap
kerja mereka.
2.      Praktek profesional di dasarkan atas bodi of knowlidge yang spesifik
3.      Profesional yang kompeten menerapkan pengetahuannya
4.      Profesional terikat oleh kode etik
5.      Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6.      Sebuah profesi mengatur dirinya sendiri.

2.2 Standar Kompetensi Keperawatan


Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis. Standar praktek keperawatan
merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap
praktek yang dilakukan oleh anggota profesi.
Standar keperawatan meliputi :
·      Standar I : Ilmu keperawatan
Perawat profesional melaksanakan prakteknya didasarkan pada ilmu
keperawatan dan materi yang relevan dengan keperawatan yang berasal dari ilmu-
ilmu lain dan humaniora, serta secara terus-menerus mengembangkan diri
sepanjang kehidupan keprofesiannya.perawat profesional harus memahami dan
menganalisis empat konsep serta hubungan keempatnya yang terdiri dari
keperawatan, manusia, konsep sehat-sakit serta lingkungan, memahami peran
perawat profesional, hubungan antara perawat dengan individu dan
kelompok,hubungan antar sesama perawat, hubungan antara perawat dengan
disiplin/profesi kesehatan lainnya,memahami tahapan proses keperawatan,
prinsip-prinsip dalam intervensi keperawatan, menganalisis kesehatan yang lazim
terjadi,memahami keadaan klien ; kritis, akut, resiko tinggi ataukah normal.
Menganalisis isu-isu tentang keperawatan, kerangka konsep tentang etik dan
legislasi yang mempengaruhi situasi dimana perawat bekerja. Memahami
metodologi penelitian dalam keperawatan, konsep kepemimpinan, manajemen
sumber-sumber pelayanan kesehatan, dan sistem pelayanan kesehatan.
·     Standar II : Akontabilitas profesional
Perawat profesional menjalankan fungsi independen dan interdependen
serta harus dapat memenuhi persyaratan etis dan legal dalam menjalankan praktek
profesionalnya.
·     Standar III : Pengkajian
Perawat profesional melalui konsultasi dengan klien mengumpulkan data
tentang kesehatan klien secara sistematis untuk pemeriksaan awal, pengkajian
yang terus-
menerus dan pengkajian yang lebih rinci untuk hal-hal tertentu dalam rangka
menentukan satu atau lebih diagnosa keperawatan.
·     Standar IV : Perencanaan
Perawat profesional melalui konsultasi dengan klien mengindentifikasi
prioritas, waktu pencapaian, dan strategi/intervensi dari standar rencana
keperawatan yang bersifat individual sehingga dapat mencapai hasil akhir yang
paling mungkin dicapai untuk setiap klien.’
·     Standar V : Implementasi
Membuat pertimbangan dalam memodifikasi tahap implementasi untuk
disesuaikan  dengan situasi klien.
·     Standar VI : Evaluasi
Perawat profesional berkonsultasi dengan klien secara sistematika
mengevaluasi sejauhmana hasil yang diharapkan telah dicapai.perawat profesional
mengevaluasi
asuhan keperawatan terhadap klien secara individu maupun keseluruhan praktek
keperawatan yang telah dilaksanakannya.Perawat profresional berpartisipasi
dalam
mengevaluasi sistem pemberian pelayanan keperawatan.

2.3 Tujuan Standar Kompetensi Keperawatan


Tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk
mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat
meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan
keperawatan. Kriteria kualitas asuhan keperawatan mencakup : aman, akurasi,
kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan memberikan harapan yang sama tentang
apa yang baik bagi perawat dan pasien. Standar menjamin perawat mengambil
keputusan yang layak dan wajar dan melaksanakan intervensi – intervensi yang
aman dan akontebel.
Pengembangan dan penetapan standar keperawatan melalui tahapan yaitu :
harus diumumkan, diedarkan atau disosialisasikan dan terakhir penerapan dalam
bebagai tatanan pelayanan. Pengembangan ini bertujuan pertama, meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan, kedua mengurangi biaya asuhan, ketiga dasar untuk
menentukan ada tidaknya “negligence” perawat.
Pelayanan keperawatan adalah essensial bagi kehidupan dan kesejahteraan
klien oleh karena itu profesi keperawatan harus akontebel terhadap kualitas
asuhan yang diberikan. Pengembangan ilmu dan tekhnologi memungkinkan
perawat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka
menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks. Untuk
menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada klien, harus tersedia criteria dalam
area praktek yang mengarahkan keperawatan mengambil keputusan dan
melakukan intervensi keperawatan secara aman.
Pada saat ini biaya asuhan kesehatan telah meningkat tajam walaupun hari
rawat singkat. Melalui penataan standar keperawatan, maka tindakan keperawatan
sesuai kebutuhan dan harapan pasien tanpa mengurangi kesejahteraan pasien
namun biaya lebih terjangkau. Untuk mengeliminasi pemborosan anggaran dan
fasilitas dan kesalahan praktek perawat standar asuhan keperawatan hendaknya
dapat digunakan dalam semua situasi pelayanan kesehatan. Standar asuhan
keperawatan menjadi essensial terutama jika diterapkan dalam unit-unit pelayanan
yang secara relatif terdapat sedikit jumlah perawat yang berpengalaman tapi harus
memberikan pelayanan untuk berbagai jenis penyakit dan memnuhi kebutuhan
kesehatan yang kompleks.
Berdasarkan uraian diatas tadi maka beberapa keuntungan dapat diperoleh
dari adanya standar keperawatan sebagai dasar rasional dalam merencanakan
keperawatan, mencapai efisiensi organisasi, mengevaluasi membina dan upaya
perbaikan, alat komunikasi dan koordinasi asuhan keperawatan diseluruh system
pelayanan kesehatan, menentukan kebutuhan perawat dan pola utilitasnya.
Aspek-aspek penting mengapa standar keperawatan harus ditentukan :
1.      Memberikan arah
2.      Mencapai persetujuan sesuai harapan / ekspekstasi
3.      Memantau dan menilai hasil memnuhi standar, tidak memenuhi standar atau
melampaui standar, dan
4.      Merupakan petunjuk bagi organisasi/manajemen, profesi dan pasien dalam
organisasi tatanan pelayanan untuk memperoleh hasil optimal.
BAB IV

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan dan manfaat standar keperawatan pada dasarnya mengukur kualitas
asuhan kinerja perawat dan efektifitas menejemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar
bagaimana proses pengembangan tersebut.
Berbagai jenis keperawatan dapat dikembangkan dengan focus, orientasi
dan pendekatan yang saling mendukung.
Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi
pada kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan.
Standar finansial juga harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan
sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan.
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek
yang nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,
kelompok ataupun komunitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan
diperlukan suatu ukuran untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu
standar. Profesi keperawatan harus mulai menata diri dengan membuat standar
untuk berbagai keperluan seperti pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan
keperawatan akan diterima dan dipercaya oleh konsumen bila mutu pelayanannya
terjamin melalui standar yang baku dan selalu ditingkatkan dari waktu-ke waktu.

3.2     Saran
Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat
diharapkan untuk lebih meningkat kulitas kerja sebagai perawat dan mampu
menjadi perawat yang profesional dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tucker,Susan Martin. 2004. Standar Perawatan Pasien. Bandung: EGC


Hegner, R.Barbara.dkk.2004.Asisten Keperewatan.Bandung: EGC
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Kesehatan.2008.jumlah Hukum
Kesehatan.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai