Anda di halaman 1dari 24

SINOPSIS

Nak Gecip tinggal disebuah rumah tua peninggalan almarhum suaminya dipojokan
kampung,ia tinggal bersama dua orang anaknya yaitu nursip yang beberapa tahun menjanda dan
remedep yang memiliki penyakit bawaan dimana sampai usia yang cukup berumur ia masih
berlaku seperti anak-anak, serta seorang cucu anak perempuan dari murdep yang juga mengalami
kelainan pada kulit sejak lahir.
Meskipun keadaan ekonomi Nak Gecip hidup pas-pasan namun Nak Gecip sama sekali
tidak pernah merasa kekurangan, bahkan ia selalu memiliki kesempatan dan kelebihan dari hasil
berkebun yang diberikan kepada para tetangga.
Kehidupan sehari-hari Nak Gecip yang sederhana berjalan lancar sampai suatu hari orang
paling kaya pemilik kebun paling banyak di kampungnya datang memberitahukan bahwa
kebunnya sudah dijual oleh anaknya ya itu Murdep , anak Nak Gecip yang sudah menjadi sarjana
dan menjadi pegawai disalah satu perusahaan swasta tetapi jarang pulang semenjak ia pindah ke
kota dan menikah dengan anak orang kaya disana.
Begitulah kehiduapan Naq Gecip dalam gubuk bambu dimana tempat tidur menyatu
dengan dapur. Namun, ia tetap menjali hidup dengan penuh kesyukuran.

1
PAON INAQ GECIP
Oleh : De Galih Mulyadi

NAK GECIP TINGGAL BERSAMA DUA ORANG ANAKNYA NURSIP YANG BEBERAPA
TAHUN MENJANDA DAN REMEDEP SERTA SEORANG CUCU ANAK PEREMPUAN DARI
MURDEP YANG MENGALAMI KELAINAN SEJAK LAHIR BERNAMA ATIP. DI SAMPING
ITU ANAK INI JUGA MENGALAMI KELAINAN PADA KEMAMPUAN BERBICARA YANG
MENGAKIATKAN IA CUKUP KESULITAN DALAM BERBICARA .BEGITUPUN REMEDEP
JUGA MEMILIKI PENYAKIT BAWAAN DIMANA SAMPAI USIA YANG CUKUP BERUMUR
IA MASIH BERLAKU SEPERTI ANAK-ANAK. HANYA SAJA IA SANGAT RAJIN
BERIBADAH DAN BEKERJA. DI USIA SENJANYA NAK GECIP HANYA MENGANDALKAN
REMEDEP YANG PERGI KE KEBUN UNTUK MERAWAT KEBUN DAN NURSIP YANG
KERJA MENJADI BURUH SERABUTAN DAN SEHARI-HARI BEKERJA MENGANYAM
BAMBU MENJADI BAKUL.SEORANG PUTRA NAK GECIP, MURDEP, SEBENARNYA
SUDAH MENJADI PEGAWAI DI SALAH SATU PERUSAHAAN SWASTA, TATAPI JARANG
PULANG SEMENJAK IA TINGGAL DI KOTA BERSAMA ISTRI BARUNYA. MESKIPUN
KEADAAN EKONOMI PAS-PASAN MENURUT PENGELIHATAN WARGA NAK GECIP
SAMA SEKALI TIDAK PERNAH MERASA KEKURANGAN, BAHKAN SELALU MEMILIKI
KESEMPATAN DAN KELEBIHAN ENTAH DALAM BENTUK BERAS, PISANG ATAUPUN
SAYUR-MAYUR HASIL BERKEBUN YANG DI BERIKAN KEPADA PARA TETANGGA.

SEHARI-HARI NAK GECIP TINGGAL DI SEBUAH RUMAH TUA PENINGGALAN


ALMARHUM SUAMINYA DI POJOKAN KAMPUNG. RUMAH INI BENAR-BENAR MASIH
SEPERTI RUMAH TUA. IA TINGGAL DALAM SATU RUMAH YANG HANYA TERDIRI
ATAS DUA KAMAR YANG HANYA DISEKAT SEKANENYA DENGAN DINDING DAN
KAIN YANG DI SULAP MENJADI KORDEN. SEBUAH KAMAR TIDUR DAN SEBUAH
DAPUR YANG JUGA DIJADIKAN TEMPAT TIDUR INAQ GECIP DAN SETENGAH LAGI
MENJADI RUANG TAMU. NAK GECIP PERSIS SELALU TIDUR DI SEBUAH AMBIN KECIL
SANGAT BERDEKATAN DENGAN TUNGKU DAN RAK BAMBU YANG SUDAH TERLIHAT
MENGHITAM KARENA ASAP DAPUR. SEBUAH TIKAR PANDAN LUSUH,BANTAL YANG
SUDAH MULAI MENGHITAM TANPA SARUNG HANYA SESEKALI DI TUTUPI BAJU
ATAU KAIN SEBAGAI SARUNG. TEPAT DI DEPANNYA SEBUAH DAPUR DENGAN
TUNGKU TANAH LIAT,ASAP YANG SELALU MENGEPUL YANG SENGAJA DIBIARKAN
UNTUK MENGHANGATKAN BADAN KETIKA MALAM HARI. BEBERAPA PERKAKAS
TERGANTUNG DI DINDING DAPUR PERIUK, KAWAH, SESODO,SENDUK DARI TANGKEL
DENGAN GAGANG KAYU YANG SEBAGIAN SUDAH TERLIHAT MENGHITAM KARENA
KETUAANNYA. DI BAGIAN ATAS,SEBUAH PEPA DENGAN BEBERAPA PERKAKAS
YANG JUGA DI TUMPUK BERBAGI TEMPAT DENGAN KAYU BAKAR. TEPAT DI
SAMPING TEMPAT TIDUR JUGA TERGANTUNG SEBUAH SALANG DARI BAMBU YANG
BIASA IA GUNAKAN MENGGANTUNG NASI DAN LAUK AGAR TIDAK DI MAKAN TIKUS
DAN KUCING.

2
TIDAK BEBERAPA JAUH DARI DIPAN NAK GECIP TERDAPAT SEBUAH DIPAN LAGI
YANG BIASA DIGUNAKAN TEMPAT DUDUK JIKA ADA. DUA BUAH DAMBER PERAU
DAN SEBUAH DAMBER COPOK DI SALAH SATU BAGIAN DAPUR MENJADI PENERANG.
DINDING RUMAH INI TERBUAT DARI SETENGAH TANAH LIAT YANG DI TATA SEPERTI
TEMBOK NAMUN SUDAH TERLIHAT BERLUBANG. SETENGAHNHYA LAGI TERBUAT
DARI BAMBU YANG DIPECAH KEMUDIAN DIBUAT MENJADI DINDING. TIDAK JARANG
KETIKA MUSIM HUJAN TIBA LIDEP HARUS BURU-BURU MENCARI BENDA APA PUN
YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENGHINDARI AIR YANG MEREMBES MASUK DARI
CELAH ATAP DAUN KELAPA YANG BOCOR.

BAGIAN 1
Nursip : (KETIKA LAMPU MENYALA IA TENGAH DUDUK DI TEMPAT BIASA IA
MEMBUAT KERARO SEMENTARA DI KEJAUHAN TERDENGAR SUARA
PARA PEMUDA SEDANG LATIHAN MUSIK ALE-ALE)
Gecip : (DI SELA-SELA LAGU NAK GECIP MENYELA DENGAN SUARA
SUMBANGNYA)
Ngonek-ngonek gamak kakak marak idap jari dedare,
ndekku taok ndekku rasak anak jari ku keare-are…
sekek uleq…due ulek…telu uleq…
Nursip : Inaq..Inaq..sudah….ndak bisa jadi kerako ini nanti..
Atip : Ia bapuq nina, sudah bapuk lelah Atip ketawa. Suara bapuk nina lucu,serak-serak
soaq…
Gecip : Oo Jangan kira bapuk nina tidak bisa nyanyi Luh..begini-begini bapuq nina dulu
juara karoke.
Nursip : Ia tau.
Gecip : Tukang joget juga (MENUNJUKKAN GOYANGANNYA)
Nursip : Ia joget juga.
Atip : Pasti banyak yang suka pada nenek dulu.
Gecip : Oo banyak….tahu bapuk nina ini dulu..
Nursip : Kembang desa..ia tahu..kan setiap malam itu yang epe ceritakan.
Gecip : Eh ndak bisa liat orang tua seneng memang (KEMBALI KE DEKAT TUNGKU)
Nursip : Lasing epe setiap denger orang latihan ale-ele, epe ikut nyanyi..
Atip : Terus lagu epe selalu sekek ulek,due ulek…

3
Gecip : Itu namanya bapuk nina sedang kangen bapuk mamamu Luh..Coba kamu pernah
ketemu bapuk mamamu..ganteng dia.
Nursip : Mulai sudah bernostalgia…coba inaq bantu Nur jadiin keraro ini biar besok bisa
Nur bawa ke peken !
Gecip : Mau su inaq bernostalgia juga…inget bapuk dulu pertama ketemu bapuk
mamamu Luh...
Nursip : Atip coba kamu ambilkan bapuk ninamu bedak Onjah Nur di kamar biar dia jadi
bajang lagi..
Gecip : Oo kalau bapuq nina dulu ndak perlu make pupur kincu, habis bajang-bajang itu
jatuh cinta.
Nursip : Pake pelet.
Atip : (TERTAWA)
Gecip : O enak saja. Ndak perlu pake pelet, ndak liat Bapuk Nina Inges marak Ida Layla
(MENIRUKAN LAGU IDA LAYLA)
Nurtip : Beneng biwih. Sebeq..
Atip : Buek sik mamaq…
Gecip : Eeh….wah kalian ini ada saja kalian bilang….Ya sudah bapuk mengelak kalau
begitu. Luh ambilkan bapuk kayu dekat pintu itu..
Atip : Ia bapuk nina..
Remedep : (MASUK SETENGAH BERLARI DAN MENANGIS-NANGIS) Inaaq..Inaq…
Gecip : Eee eee..dia kenapa anak ini….woy.woy kamu kenapa ?
Remedep : (MELHAT INAQNYA KEMUDIAN KEMBALI MENANGIS) Inaq…Inaq…
Gecip : Apaa…Apa….(MENGIKUTI TANGISAN MARTEP) Lasing kamu kenapa?
Pulang-pulang dari kebun nangis-nangis kayak orang kesurupan?
Nurtip : Kesurupan jin Sebun Bawi mungkin. Harus di sempruk, inaq !
Atip : Atau di sebur air dingin bapuk nina.
Gecip : Sang tetu. Maih Nur air di ember itu kita sebur dia !
Remedep : (DENGAN CEPAT BANGUN DAN BERHENTI MENANGIS)
ampun..ampun..diingin…dingin..
Gecip : Tau sekarang dia lari kayak bembek takut air ! (MENGGERUTU DENGAN
KESAL) yang satu pagi-pagi nyanyi dangdut, satu lagi pulang-pulang nangis-
goloq-goloq.
Remedep : Lasing sedih Medep inaq.

4
Gecip : Kenapa kamu sedih ?
Nurtip : Sedih-sedih kayak film India
Remedep : Sedih lasing Medep inaq !
Gecip : Lasing sedih, sedih lasing..(KESAL) makanya kenapa kamu sedih Remedep !
Atip : Putus cinta !
Remedep : (KESAL)Woo ndak..siapa juga cinta..cinta …! ndak boleh masih kecil cinta-cinta
nanti cepat nikah.
Nurtip : Kamu sudah tua Medep.
Remedep : (KESEL) Diam makanya, sedih ini..!
Gecip : Makanya kenapa kamu sedih Remedep (SANGAT KESAL HAMPIR
MENUMPAHKAN BERAS DI SULUNGNYA)
Remedep : Ia..ia sedih. Kan Medep mau rebang pisang terus ndak sengaja di bawah pohon
pisang itu ada anak pohon Binong dan Bansal.
Gecip : Terus dijatuhin ?
Remedep : Makanya sebentar dulu jangan dipotong ! (KESAL)
Atip : Menangis lagi !
Gecip : Menangis lagi inaq ompek kamu pakai sulung ini !
Remedep : Ia ia…terus saya kan rebang pisang…
Semua : Sudah itu tadi !
Remedep : Terus di bawahnya ada anak pohon…
Atip : Binong dan Bansal !
Remedep : Terus….
Gecip : Terus apa?
Remedep : Makanya denger dulu !
Gecip : Batun…aroo….aro (sangat kesal)
Nursip : Terus anak pohon itu di jatuhi batang pisang ?
Atip : Terus patah ?
Gecip : Oo itu..ya sudah kan kamu ndak sengaja. Nanti juga tumbuh yang lain yang
penting pohon-pohon yang besar itu ndak usah di rusak. Itu pesan amaq kalian
dulu.
Nursip : Kalau semua habis di tebang ndak ada yang nyimpen air nanti.

5
Gecip : Ia amaq kalian benar. Sekarang saja kalian lihat air sungai Lokok Daya itu sangat
kecil. Dulu pas jaman Bapuk Nina bajang Lokok Daya itu airnya masih bisa
Ba..sekarang orang-orang sudah mulai ribut karena air.
Remedep : (MENANGIS)
Atip : Kemarin saja ada yang ribut karena masalah air.
Atip : Tapi kalau giliran nebang pohon sama-sama saling sembunyiin.
Nurtip : Sekarang ndak nebang jadi ndak ketahuan Lang-Lang, tapi di racun.
Gecip : Ya mau bilang apa. Kalau orang tua kayak inaq dan amakmu yang ngasi tahu
dianggap ketinggalan jaman, kolot. Yang penting kalian ini yang inget-inget.
Loloan di gawah itu juga hidup mereka memiliki nyawa jadi jangan sesuka hati
tebang sana tebang sini. Ndak sekarang, nanti anak jari kalian yang merasakan
kalau semua kalian habisi.
Remedep : Malah ceramah…
Gecip : Ee…..orang tua nasehati dibilang ceramah…(MENGEJAR REMEDEP)
Remedep : Ampun…ampun..lasing inaq, Medep mau cerita malah epe yang cerita.
Gecip : Ya ya.. terus kenapa itu anak pohon Binong dan Suren..
Remedep : Bukan Suren…Bansal !
Gecip : Ia itu.
Remedep : Saya kan nebang pohon pisang…… terus….
Semua : (KESAL) Remedep !!
Remedep : Iaa……!!
Semua : Dijatuhin pohon pisang ?!
Remedep : Ndak !
Semua : Terus apa ? kalau ndak dijatuhin.?
Remedep : Saya lupa padahal niatnya saya mau menanam pohon itu tadi?
Semua : (KESAL) Eee…..batun….!!
Remedep : Tapi saya menangis karena saya …..
Semua : Kenapa ?!
Remedep : Saya di jatuhin pohon pisang ! sampe sakit badan saya ! muka saya juga di rompes
daunnya..sakit ..(KEMBALI MENANGIS)
Semua : (TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL SEMENTARA REMEDEP KESAL
SAMBIL MENANGIS MENGEJAR-NGEJAR INAK DAN KAKAKNYA.

6
KEJAR-KEJARAN BERHENTI KETIKA TERDENGAR DERING DARI
TELPON NURSIP)
Gecip : (MENDEKAT KE ARAH HP) Nah….pasti kakakmu yang nelpon ini Nur ?!
Nursip : Pasti dia mau nanyain kebun !
Gecip : Ee mungkin dia lagi kangen Atip atau kangen inak?
Atip : Bapak nelpon ?
Nursip : (MENGANGKAT TELEPON MENCARI TEMPAT YANG SEDIKIT LEBIH
KUAT JARINGANNYA) Walikumsalam…sebentar saya cari sinyal dulu.
(MENJAWAB TELEPON DARI KAKAKNYA, MURTEP) Ini ada baru habis
menampik gabah dapatnya merentek tadi (KEPADA INAQNYA) Katanya mau
bicara sama epe inaq..
Gecip : (KEMBALI MENELPON) Hallo….Walaikumsalam…alhamdulillah sehat
inak…kalian bagaImana kabar di sana.? Alhamdulillah..Ni Atip sama Medep
juga. Alhamdulillah Sehat. Oo iya masih, tadi Medep baru pulang metik pisang
dari kebun.
Nursip : Benarkan dia pasti nelepon mananyakan kebun. Tidak ada lain.
Gecip : Oo kalian mau pulang? Alhamdulillah. Ia jangan lupa bawa juga istrimu. Kangen
inaq, cuman dulu musim kopi itu kalian pulang.
Nursip : Pulang-pulang musim hujan lagi saya yakin mereka tidak akan betah tinggal di
sini.
Gecip : Kamu ndak mau ngomong sama Atip? Oya ya….ya sudah kalau kamu masih ada
pekerjaan.walikumsalam. (KEPADA MEDEP) Medep kamu ke gubuk bawaq
sebentar belikan inaq peja. Inaq mau masak nasi ambon pasti enak sekali lauk peja
tunu.
Remedep : Upah Medep mana?
Gecip : Ee wah Medep..Medep ndak besar-besar kamu ya.. ini tiga ribu nanti dapat kamu
angsul lima ratus beli kerupuk satu itu upahmu..
Remedep : Buat Atip ?
Gecip : (MEMBERIKAN UANG SERIBUAN) Ia..ini !sana cepatan caranya !
Remedep : Lari naq ?
Gecip : (KESAL) Innalillahi…kamu mau lari kek, kamu mau locat, nengkelep ! sana
cepat !
Remedep : (BERGEGAS KELUAR)
Atip : Ndak dia mau ngomong sama saya, Bapak?

7
Nursip : Bapakmu pasti sibuk ngurus istrinya Atip !
Gecip : Eeh Nur kamu ndak boleh bilang begitu. Bapakmu katanya masih ada kerjaan
tadi.
Nursip : Sesibuk apa pekerjaan di kota sampai lupa anak, lupa keluarga,inaq?
Atip : Ndak apa-apa Bik Nur yang penting masih ada epe sama bapuk nina !
Nursip : Enak sih sudah punya anak ditinggal. Dari masih kecil sampai dewasa yang
harusnya mengayomi orang tua eh malah bikin repot orang tua. Saya juga mau
habis nikah cerai, habis itu nikah lagi dengan perempuan yang lebih muda. Giliran
anak titip di orang tua. Kalau ingat ngasi makan? Nanya kabar saja malas.
Gecip : Jangan mikir negatif terus kamu Nur. Nanti cepat tua. Sudah Luh kamu ndak usah
sedih katanya minggu depan Bapakmu pulang.
Atip : Ndak usah pulang juga ndak apa-apa bapuk nina. (KEPADA NURSIP) Maaf ya
Bik Nur,Atip selalu nyusahin epe sama bapuk nina. Atip janji nanti kalau Atip
sudah besar Atip akan membalas kebaikan epe.
Nursip : Mau jadi apa kamu kalau sudah dewasa?
Atip : Pergi ke Saudi seperti Nak Surti. Gajinya banyak sekarang anaknya bisa beli
kebun.
Gecip : Eee ndak-ndak….ndak usah sebut-sebut jadi TKW.
Lebih baik kamu jadi buruh di sini kalau kamu rajin bisa kamu makan Luh. Nanti
kamu pergi ke Saudi takut bapuk kamu kanapa-kenapa di sana. Di sini sudah yang
penting kita bisa makan tiga kali sehari.
Nursip : Tuh denger Atip. Jangankan kamu bibik saja sudah 3 tahun minta pergi jadi TKW
ndak di kasi-kasih. (BEBERAPA SAAT BERSELANG HERAN MELIHAT
IBUNYA MENGUPAS UBI) beras yang kemarin habis?
Gecip : Masih ada. Tapi sengaja inaq lagi mau makan nasi ambon lolo hari ini !
Nursip : Ndak usah bilang epe kasi orang lagi beras itu ?
Atip : Ia Bik, kemarin Atip liat bapuk nina ngasi beras ke Nak Sekin.
Nursip : (KESAL) begini sudah inaq ini. seperti orang punya aja. Beras dikasi orang,
padahal dia makan nasi ambon. Beras sumbangan dari pemerintah juga dia tidak
mau terima, katanya masih banyak orang yang lebih berhak menerima.
Gecip : (PURA-PURA TIDAK MENDENGAR) tidak baik berlebihan.
Nursip : Lebih darimana inaq. Kurang ia.
Gecip : Kurang dan lebih itu kan adanya di diri kita. Kalau kita turuti hawa nafsu untuk
mau lebih ya akan tetap merasa kurang. Buktinya kamu tiga hari yang lalu beli

8
baju baru, sekarang beli lagi, kalau masih merasa kurang besok pasti beli lagi.
Intinya kita bisa bersyukur.
Atip : Kalah lagikan epe Bik Nur?
Nursip : Ndak pernah menang memang kita sama orang tua satu ini.
Atip dan : Intinya bersyukur !
Nursip
DARI LUAR TERDENGAR SUARA MOTOR MENDEKAT DAN TERIAKAN SI REMEDEP
YANG SETENGAH BERLARI KEGIRANGAN
Remedep : Inaq…inaq….inaq..
Gecip : Ada apalgi ini teriak-teriak ?
Remedep : Tadikan inaq suruh Remedep beli peja terus…
Atip dan : Kapanjangan !!
Surtip
Remedep : Iaa ! terus pulangnya Medep di antar naik motor sama Pak Ketut.
Atip dan : Terus ?
Nursip
Remedep : Seruuu……(MENIRUKAN SEDANG DI ATAS MOTOR)
Atip dan : Gawahan !
Nursip
Remedep : Mau ajak bilang wo ! Oya katanya besok malam Pak Ketut mau ke sini ketemu
inaq..
Nursip : Pasti Bahas tanah !
Gecip : Terus mana peja yang kamu beli?
Remedep : (BARU SADAR TIDAK MEMBAWA APA-APA) astaga kelupaan di warung !
Nursip dan : Makanya gawah !
Atip
Gecip : Ckck…ambil sana sekarang….
Remedep : Ia..ia….(BERGEGAS KEMBALI LAGI KE WARUNG)
BAGIAN 2
DI TEMPAT YANG SAMA MALAM HARI. REMEDEP DAN ATIP TAMPAK SEDANG
MEMIJIT NAK GECIP SEMENTARA NURSIP MENDENGARKAN RADIO DI TEMPAT
TIDURNYA. DARI LUAR DENGAR SUARA MOTOR MENDEKAT.

9
Remedep : Nah..ada suara motor pasti Pak Ketut yang datang. (BERGEGAS KE ARAH
PINTU) Nohkan benar.
Pak Ketut : (DARI LUAR) Selamat malam Inaq.
Semua : Selamat malam..
Gecip : (BERGEGAS BANGUN DAN MEMPERBAIKI PELANGKAN) silaq masuk
Pak Ketut.
Pak Ketut : Oo nggih inaq. Terimaksih.
Gecip : Maaf ini…begini sudah rupanya rumah kami Pak Ketut.
Pak Ketut : Oo Nggih ndak apa-apa inaq..ndak apa-apa…(MEMEPERHATIKAN
SEKELILING SAMBIL MEMPERBAIKI UDENG YANG BIASA DIA
PAKAI) Seperti kapal pecah ya inaq…
Remedep : Dimana ada kapal pecah Pak Ketut?
Gecip : (KESAL) itu ditanyain, ndak di tahu nama Bahasa !
Atip : Isi rumah ini maksudnya Pak Ketut itu Onjah Medep !
Remedep : Ooohh….kapal pecah ?
Nursip : Mending kamu penang Medep.
Pak Ketut : Epe tidurnya deket jengkiran inaq? Ndak bau pakean epe?
Gecip : Ndak pak Raden. Sudah menyatu sama pendet saya mungkin.
Pak Ketut : Kalian juga kenapa betah sekali tingal di sini? Sempit, bau asap, banyak nyamuk
pasti? (MELIHAT KE ATAP) banyak sarang laba-laba, ada gegeti, tuntun, ndak
sering jatuh teledu di sini inaq?
Nursip : Sering. Kadal, ular juga jatuh.
Atip : Langsung jatuh penggorengan.
Nursip : Langsung dimakan Medep.
Remedep : Mana saya pernah makan ular, kadal pernah kata amaq dulu jadi obat.
Nursip dan : Ndak usah ngomong !
Atip
Gecip : Silaq duduk dulu Pak Ketut …!
Pak Ketut : Maaf niki inaq..ndak ada tikar ambal, atau karpet bersih? Maaf niki, baru tiang
beli seminggu yang lalu niki pakean..
Nursip : Maaf Pak Ketut sebenarnya ada urusan apa, epe datang malam-malam ke pondok
kami yang kumuh ini?

10
Pak Ketut : Ee sebentar…sebentar ada telepon penting? (MENGANGKAT TELPON)
sebentar ya biasa memang tiang sering menerima telepon penting kadang-kadang
sampai tengah malam.
Remedep : Itu yang nelpon Pak Ketut siapa?
Pak Ketut : Owh ini ada pejabat di kantor pertanahan,tapi ini asistennya. Asisten pejabat itu
punya asisten, nah ini asistennya asisten itu tadi.. tiang sebut juga epe ndak ngerti
nanti.
Remdep : Ooowh…Asisten peja?
Atip dan :
Nursip
Nursip : (NGEDUMEL SENDIRI ) Di telepon asisten dari assiten pejabat saja sombong.
Pak Ketut : Hallo (MENELPON DENGAN SUARA KERAS) Ia ini tiang masih belusukan,
bisa menemui masyarakat miskin.
Atip : Tukan dibilang epe miskin Bapuk nina.
Gecip : Ndak apa-apa kan ndak sakit dibilang miskin.
Pak Ketut : Tiang mau bawa sumbangan beras sama ada urusan sedikit. Ia besok tiang
mengahadap ke kantor. Sudah, sudah saya siapkan epe tenang saja.
Aman..(TELEPON BERDERING KEMBALI)
Remedep : Siapa yang nelpon lagi ?
Atip : Pak Camat !
Nursip : Kepala Dinas Peternakan !
Gecip : Kepala bidang perdapuran !
Atip dan : Epe itu (SEMUA TERTAWA)
Nursip
Pak Ketut : Suuut….nggih ini tiang sudah di rumah ini. ada,ada inaq itu sama saudara-saudara
epe. Ya sekarang tiang coba bicarakan ini ! tadi siang taing transfer apa sudah
masuk ?
Ya sisanya tiang transfer nanti kalau epe sudah pulang.
Nursip : Sudah kuduga pasti ini pekerjaan Murdep !
Pak Ketut : Nah jadi begini inaq…tiang ke sini sebenarnya mau membawakan epe
sumbangan. Ada beras sama beberapa bahan kebutuhan dapur epe. Medep ambil
di motor.
Remedep : (BEREGEGAS MENUJU PINTU)
Nursip : Medep…!
11
Remedep : Kenapa lagi Kak Nur ?
Nursip : Balik !
Remedep : Kan saya di suruh ambil beras di motor !
Nursip : Balik !
Pak Ketut : Ndak apa-apa itu sumbangan ikhas untuk inaq Nur….
Gecip : Ndak usah pak Ketut masih ada beras, minyak juga masih ada.
Nursip : Yakin epe kesini cuman mau bawa sumbangan itu Pak Ketut?
Pak Ketut : Aa nggih mau bawa sumbangan itu, sama saya mau melanjutkan pembicaaraan
masalah
Nursip : Masalah tanah !
Pak Ketut : Ia masalah tanah.
Nursip : Berapa kali saya bilang sama epe, kami tidak punya tanah untuk di jual. Tanah
kebun kami itu tidak akan dijual karena cuman dari situ kami dapat makan.
Gecip : Betul kata si Nur Pak Raden.
Pak Ketut : Begini inaq, Nur..jadi tiang kesini sebenarnya hanya mau menjalin silaturahmi
yang baik. Kalau masalah tanah sudah tidak ada masalah.
Nursip : Tidak ada masalah? Maksudnya ?
Pak Ketut : Nggih tidak ada masalah kerena saya sudah bicara panjang lebar dengan Murdep.
Nursip : Sudah kuduga pasti Murdep. Memang tidak pernah puas manusia satu itu !
Gecip : Nur dengar dulu penjelasan Pak Ketut.
Nursip : Apa lagi yang harus kita dengar dari orang ini. dari dulu dia sudah mengincar
kebun itu dari semanjak amaq masih hidup dan ndak pernah dapat. Sekarang dia
lewat Murdep.
Pak Ketut : Nggih jadi niat tiang kesini baik-baik. Tiang berniat baik memberikan inaq untuk
tinggal di pekarangan ini,tiang sisakan 4 are untuk tempat tinggal epe.
Gecip : Saya ndak pernah jual tanah pak Ketut.
Pak Ketut : Nggih tapikan yang memegang surat tanah Murdep dan tiang sudah membayar
separuh ke dia.
Nursip : Kurang ajar sekali Murdep. Pantas dia sering sekali menelpon akhir-akhir ini.
dimana inaq simpen surat tanah itu inaq?
Gecip: : Memang dari dulu Murdep yang pegang.
Pak Ketut : Jadi begitu maksud tiang..

12
Nursip : Sudah Pak Ketut lebih baik epe pulang. Tidak ada yang mau jual tanah ! titik !
Remedep : Siapa yang jual tanah !
Atip : Tanah epe di kebun itu sudah di jual.
Remedep : Terus dimana kebun kita sekarang ?
Pak Ketut : E ya sudah tiang pamit. Besok atau lusa saya kembali lagi kalau Murdep sudah
datang dari kota. Oya Medep ambil beras sama minyak di motor !
Nursip : Epe pergi sekarang atau tidak pak Ketut !
Pak Ketut : Aa nggih saya pergi sekarang (PERGI TERGESA-GESA)
SEMUA TERDIAM KECUALI REMEDEP YAN TERLIHAT
KEBINGUNGAN.

BAGIAN 3
DI TEMPAT YANG SAMA NAK GECIP,MEDEP DAN ATIP SEDANG MEMPERSIAPKAN
TEMPAT TIDUR KARENA MURDEP BERSAMA ISTRINYAA AKAN PULANG DARI KOTA.
Remedep : (PULANG MEMBAWA TAMBAH) Inaq..inaq….
Gecip : Ee ndak bisa jak kamu ndak usah teriak-teriak Medep. Kenapa lagi ?
Remedep : Nantikan Murdep datang inaq.
Gecip : Ia, terus?
Remedep : Dia datang dari kota ke sinikan?
Gecip : Ia terus kalau tidak dari kota darimana dia datang?
Remedep : Nantikan dia datang?
Gecip : Ckck…iaa !!
Remedep : Anuk…
Gecip : Lagi kamu bilang nanti-nanti…..lampaq ima nae Inaq Medep !
Atip : Kenapa kalau bapak pulang ?
Remedep : Bapakmu punya mobilkan?
Atip : Ia bapak punya mobil, terus kenapa dengan mobil bapak?
Remedep : Tadi Medep sudah perbaiki jalan.
Gecip : Ia inaq yang suruh !
Atip : Kalau sudah diperbaiki berarti mobil Bapak bisa sampai sini. Terus kenapa onjah?

13
Remedep : Kan Medep ndak pernah naik mobil, inaq juga?
Atip : Ooh mau naik mobil?
Gecip : Mau kemana kamu naik mobil nanti mabok, muntah-muntah kamu?
Remedep : Ee ndah sih.inaq sih yang mabok..muntah-muntah. Tapi ndak apa-apa nanti
Medep yang bawa plastik buat inaq.
Atip : Epe mau kemana naik mobil sama bapak?
Remedep : Mau ke lapangan Tanjong di sana kata Mak Bedul ada rona-rona. Epe ikut ya inaq
nanti saya yang pegan inaq agar tidak hilang di lapangan.
Gecip : Ee inaq atau kamu yang harus di pegang?
Remedep : Ee pokoknya epe harus ikut ! (KEPADA ATIP) nah nanti kamu duduk di depan,
saya di belakang sama inaq..sebentar-sebantar (SETENGAH BERLARI
MEMBUKA LEMARI DAN MEMAKAI BAJU BARUNYA) Saya nanti makai
baju anget ini, epe juga inaq pakai baju nanti..
Gecip : Ia inaq juga mau ke lapangan, inaq ke lapangan terakhir dulu tiga tahun lalu
mungkin. Inaq mau beli bakso sama es serut ! wah dulu kalau bapuk mama mu
pergi jual kupi baru bapuk nina dapat makan bakso. Kalau sudah dapat makan
bakso dan es serut itu rasanya sudah kaya sekali jaman itu. Masak bapakmu ndak
mau belikan bapuk bakso semangkok ya…
Atip : Atip juga mau bapuk nina.
Remdep : (SUDAH NAIK DI ATAS DIPAN) Ayo naik cepat. Latihan biar nanti ndak epe
mabuk inaq?
Gecip : Eeeh inaq mau masak..
Remedep : (MENARIK INAKNYA) ayo inak ini…kamu juga ayo Tip.
Atip : Saya juga (IKUT NAIK)
(MEREKA AKHIRNYA IKUT DALAM PERMAINAN REMEDEP DI ATAS
DIPAN YANG BERMAIN MOBIL-MOBILAN MENUJU KOTA.
DIPERJALANAN MEREKA SANGAAT BERBAHAGIA KARENA
MELIHAT BANYAK PEMANDANGAN INDAH. KESERUAN MEREKA
TIBA-TIBA BERAKHIR KERENA DARI LUAR TERDENGAR KELAKSON
MOBIL DIBUNYIKAN)
Gecip : Ee off…off..ada mobil di depan…rim….rim…
Atip : Rim…onjah medep rim….
Remedep : (SANGAT MENIKMATI MENJADI SUPIR)
ya…ya….rim…rim…..los…lolos…loloss rim..
Semua : Lolooos rim (AKHIRNYA SEMUA TERJATUH )

14
PADA SAAT BERSAMAAN MURDEP MASUK BERSAMA ISTRINYA
SEGERA MEREKA BANGUN DAN MENYAMBUT MURDEP DAN
ISTRINYA.
Murdep : Assalamualikum… (KEPADA ISTRINYA) Sayang…ayo masuk…
Gecip : Eeh sudah sampai..ayo ayo masuk….
Atip : (MALU-MALU MENYALAMI BAPAKNYA) Pak…
Murdep : Ee…sudah besar kamu sekarang Luh…satu tahun bapak ndak pulang sudah
dedara sekarang kamu….cantik ya kamu, sama seperti Bapakmu ini Ganteng !
Gecip : Ayo di sini duduk…ooo ini dia menantu inaq itu. maaf dulu inaq ndak bisa datang
pas kalian memulang itu. ndak ada ongkos pas itu. Inges sekali istrimu Mur.
(DENGAN GEMAS MERANGKUL MENANTUNYA)
Mur siapa nama menantu inaq ini lupa ?
Murdep : (AGAK SALAH TINGKAH KEMUDIAN MEMBAWA INAKNYA KE
SALAH SATU SISI) Ee inaq dia agak kurang bisa mengerti basa Sasak dia hanya
bisa ngerti bahasa Indonesia dan Bahasa inggris maklum dia anak orang kaya
inaq. Terus kalau di depan dia jangan panggil saya Mur…dia kenal saya dengan
nama Mas Dap.
Gecip : Oya ya…Dap …Dap…(MEMBISIKI REMEDEP DAN ATIP UNTUK
MEMANGGIL RUMEDEP DENGAN PANGGILAN MAS DAP) Oya…siapa
tetu namanya menantu bunda ini?
Remedep : Siapa namanya Bunda.?
Atip : Inaq itu sama artinya dengan Bunda, ojah Medep !
Remedep : Oo begitu ?
Murdep : Menantu epe ini namanya Friska inaq..
Gecip : Oya Riska.
Frisca : Frisca pake F dan C
Remdedep : Frisca pake F dan C inaq….
Gecip : Ya itu. (KEPADA ATIP) Luh Ayo kamu masakin bapakmu air dulu , buat kopi.
Frisca : (KEPADA SUAMINYA) Kasi tau saya tidak bisa ngopi !
Murdep : Tidak usah inaq dia ndak bisa ngopi.
Gecip : Teh kalau begitu
Frisca : Mas Dap,Kasi tau ibumu itu…
Remedep : Mas Dap? Murdap, Murdep namanya kakak saya ini…

15
Murdep : Ia Medep nama saya sudah saya ganti jadi Mas Dap karena nama seperti namamu
Remedep itu nama kampungan. Oya inaq,Frisca biasanya minum air putih saja
karena dia menjaga untuk tidak minum yang manis-manis.
Remedep : Butkan kopi ndak usah pake gula inaq…
Atip : Perasaan dulu bapak ndak begini ya bapuq nina?
Gecip : Suut…sudah kamu ambilkan ibumu itu air putih saja…
Atip : Ia Puq.
ATIP KEMUDIAN MEMBAWAKAN AIR PUTIH PADA BU FRISCA,
TETAPI IA HANYA MEMANDANGI DAN TIDAK MEMINUMNYA
KARENA MELIHAT GELAS YANG KOTOR.
Murdep : (MENARIK ISTRINYA AGAK MENJAUH DAN SETENGAH BERBISIK) ayo
minum sayang, kan sudah aku bilang tahan dulu satu malam saja. Kan kamu mau
mereka mengikhlaskan tanah itu kita jual.
Frisca : Ia aku minum kalau airnya bersih, gelasnya besih…tapi coba liat sendiri. Airnya
kecoklatan, gelasnya kehitaman, terus itu anakmu yang bawa mukanya ndak jelas.
Aku tu biasanya minum air kemasan Mas Dap.
Murdep : Sayang…Kan sudah aku bilang memang begini keadaan di sini.
Gecip : Sedang musim hujan makanya airnya agak coklat.
Frisca : Nanti kalau perutku tiba-tiba mules bagaimana, Mas kan tahu perutku agak
sensitif terus di sini gak ada dokter, terus mau ke kota kecamatan pake mobil jalan
rusak, Mas Dap kan liat sendiri tadi mobil kita ada 5 kali ndak bisa nanjak. Kenapa
sih Mas harus lahir di kampung.
Remedep : Dari kecil Kak Murdep juga minum air ini, air Ba di lokok segara juga dia minum
dulu.
Frisca : Mas ? Murdep ?
Murdep : Mas Dap !
Atip : Saya juga minum air ini dari kecil ndak pernah sakit perut !
Gecip : Airnya langsung keluar dari mata air di bawah pohon-pohon.. tuh suara air di
temponan ujan di mata air Medjet kedengeran.
Frisca : Tukan sudah aku bilang mereka pasti gak bakal nerima aku di sini. Ibu, adikmu,
anakmu! Makanya aku udah bilang gak perlu kita pulang !!
Murdep : Sayang …kan kita baru nyampe….ya ndak usah diminum ndak apa-apa. Ayo
duduk dulu. (MEMBISIKI ISTRINYA) bersikap manis dulu untuk satu hari satu
malam sayang.
Frisca : Ia, ia mas.

16
(BARU AKAN DUDUK DI TEMPAT DUDUKNYA TIBA-TIBA ADA
SEEKOR KECOAK YANG SENGAJA DI LEMPAR REMEDEP)
Frisca : (SANGAT KETKAUTAN) mama….kecoak…kecoak…..
Remedep dan : (SEMAKIN SENANG MELIHAT FRISCA KETAKUTAN)
Atip
Atip : Dia naik ke kakinya itu…iiiiii……
Remedep : Iriiiii naik ke pantatnya….(MENDEKATI FRISCA NAMUN SEGERA DI
HALANGI MURDEP)
Nak Gecip : (IKUT TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL MELIHAT MANANTUNYA
YANG SANGAT KETAKUTAN SAMPAI HAMPIR SESAK NAFAS)
Frisca : (TERLIHAT SANGAT KELELAHAN DAN SESAK NAFAS)
ampuun…ampuun….
Murdep : Air..,mana air tadi…mana?
Remedep : Medep buang tadi.
Atip : Airnya itu kecolatan Pak ndak ada air kemasan.
Remdep : Nanti sakit perut istri epe..
Atip : Ndak ada rumah sakit di sin ikan sensitif perut istri epe Pak…
Gecip : Eee…sudah..sudah..kasi minum..liat itu sudah sesak nafas dia itu.
Atip : Tapikan…
Gecip : Ee kasih-kasih…
MURDEP MEMBERIKAN ISRINYA MINUM SAMPAI BEBERAPA SAAT
FRISCA TERLIHAT KELELAHAN.
Gecip : Ya sudah kamu biarkan dulu istrimu istirahat ya…inaq mau masak dulu untuk
kalian makan. (DENGAN CERIA) Malam ini kita makan nasi ambon dan banteng
ngangak….ditambah peja tunu..
FRISKA TERLIHAT TIDAK MEMILIKI PILIHAN LAIN KARENA
KELELAHAN, SEMANTARA ATIP DAN REMEDEP MASIH TERLIHAT
CEIKIKIAN DI POJOKAN.

BAGIAN 4
DI TEMPAT YANG SAMA. BEBERAPA WAKTU SETELAH KEJADIAN TADI, DI LUAR
SEDANG HUJAN LEBAT. REMEDEP TERLIHAT TIDUR BERDEKAT-DEKATAN DENGAN
ATIP. SEMENTARA FRISCA TIDUR DI TEMPAT TIDUR ATIP DAN NURSIP.

17
Gecip : Kamu ndak bisa lamaan sedikit di sini ? anakmu itu mungkin kangen sama kamu.
Murdep : Saya maunya lama inaq, tapikan epe tahu pekerjaan saya di sana ndak bisa
ditinggal. Friska juga bekerja inaq.
Nursip : Kalau hanya pulang untuk memberitahukan tanah kebun sudah epe jual, tidak
perlu pulang kami sudah tahu ! Orang kaya pemilik kebun paling banyak di
kampung ini kemarin datang !
Murdep : Apa dia bilang?
Nursip : Dia bilang uangnya sudah epe terima setengah tinggal.
Murdep : Dia bilang begitu? Padahal saya suruh rahasiakan dulu.
Nursip : Untuk apa dirahasiakan? Toh surat tanah epe yang pegang. Epekan paling tua jadi
tanah kebun epe merasa berhak menguasai. Tapi lihat saja ndak bakal berkah.
Murdep : Bukan begitu, tanah kebun ndak saya jual semua. Saya masih sisakan empat are
untuk tempat tinggal kalian dan inaq di sini.
Gecip : Kamu kenapa lagi harus jual kebun?
Nursip : Setelah epe jual kemudian epe balik ke kota dengan istri epe yang epe jadikan ratu
itu,lalu anak epe, inaq, saudara epe,epe lupakan !
Murdep : Bukan begitu. Posisi saya sedang kepepet.!
Gecip : Kamu masih bisa tanya dulu inaq, tanya dulu Nur adikmu.
Nursip : Di kota katanya kerja sibuk, padat, sampai ndak ada waktu pulang jenguk keluarga
ujung-ujungnya kepepet pulang habiskan kebun warisan orang tua ! mana gaji
orang sibuk kerja di kota !
Gecip : Kamu kepepet kenapa?
Murdep : Eee….epe mungkin ndak tahu bagaimana beratnya hidup di kota, apalagi kerja di
kantoran seperti saya. (DIAM BEBERAPA SAAT) Eee mobil itu di depan masih
..
Nursip : Dia harus memakai mobil agar terlihat seperti orang berada di depan rekan
kerjanya dan di depan istrinya.
Gecip : Astagfirullah…Murdep Murdep..kenapa kamu ndak bisa hidup sederhana dulu.
Kenapa kamu ndak menyesuikan diri dengan kemampuanmu !
Nursip : Sekrang dia jual kebun ya tidak lain untuk melanjutkan gengsinya. Untuk
melanjutkan sisa cicilan mobil yang belum lunas.
Gecip : Betul begitu ?
Murdep : (TIDAK MENJAWAB)

18
Gecip : Kenapa dari dulu kamu ndak pinter-pinter Murdep…ckck..percuma amaqmu
sekolahkan kamu jauh-jauh dulu.
Nursip : Kak Murdep….coba epe lihat anak epe itu. Lihat dekat-dekat. Dimana epe jadi
seorang Bapak? Epe epe hanya jadi seorang Bapak hanya untuk istri epe itu?
sering malam-malam dia mencari ibunya. Tapi mana ibunya? Ibunya sudah epe
ceraikan dan sekarang jadi TKW entah bagaimana kabarnya. Terus dia mencari
Bapaknya, tapi kemana epe?
Murdep : Ia nanti kalau dia sudah masuk SMP saya bawa ke kota di sana dia sekolah.
Nursip : Bukan itu yang dia butuh, di rumah kumuh ini, di tempat tidur yang menyatu
dengan paon ini pendidikan dari bapuknya jauh lebih dari yang dia dapat di
sekolah. Dia butuh kasih sayang bapaknya. Epe pulang dari tadi sore pernah tidak
epe mau duduk di dekatnya mendengarkan ceritanya.
Gecip : Sudah ..sudah….ndak usah ribut lagi.Selama inaq masih sehat Atip akan besar
sama inaq. Sudah sekarang lebih baik kalian semua istirahat.
Murdep : Ia inaq. Saya minta maaf karena sudah meninggalkan Atip di sini, tapi memang
cuman itu pilihannya karena epe tahu sendiri saya sarjana
Nursip : Ndak biasa kerja di kebun ! atau gara-gara perempuan itu ?
Murdep : Bukan begitu, tapi pekerjaan menuntut saya ke kota.
Nursip : Saya tahu. Tapi dalam posisi sebagai anak inak membutuhkan epe. Jarak dari sini
ke kota kecamatan cukup jauh Kak Mur. Dan coba epe bayangkan, inaq sering
kali harus jalan kaki untuk mencari obat ke puskesmas itu dia lakukan sembunyi-
sembunyi ketika saya sedang pergi memburuh karena katanya tidak mau
merepotkan saya. Epe pernah memikirkan itu tidak ? setelah dari kecil epe di
besarkan, di sekolahkan, apa setelah epe sukses pekerjaan dan istri epe lebih
penting dari orang tua ?
Murdep : (HANYA BISA DIAM)
Gecip : Sudah..sudah…lebih baik kalian istirahat. Ndah udah bicarakan itu. inaq masih
sehat. Masih bisa urus apa-apa sendiri.
Nursip : Ia kalian memang sudah di jajah oleh jadwal-jawdal kalian yang padat, tapi ingat
suatu hari kalian akan tua dan akan sakit-sakitan, kemudian anak-anak kalian juga
akan mengatakan “saya tidak bisa pulang karena sedang sibuk dengan pekerjaan”
Murdep : Aaa…ia Nur…saya minta maaaf, selama ini saya memang terlalu sibuk di kota.
Tapi saya selalu ingat inaq kok, hanya saja sulit untuk bisa pulang karena jarak
yang cukup jauh..(KEPADA INAQ)Tanah itu sudah saya jual Inaq. Epe sudah
tahu. Tapi saya berjanji nanti kalau sudah SMP Atip akan saya bawa ke kota.
Sekolah di sana, dan kalau gaji saya sudah banyak nanti saya ganti uang bayar
kebun itu.
Nursip : Tidak usah berjanji nanti epe nelan ludah sendiri !
19
Gecip : Inaq ndak tahu mau bilang apa kerena semua sudah terjadi, kebun sudah kamu
jual, uang sudah kamu ambil.
Nursip : Saya juga ndak punya hak melarang, saya hanya anak perempuan.
DI LUAR HUJAN TERDENGAR SEMAKIN DERAS. KILAT BEBERAPA KALI SEPERTI
MENYAMBAR DIIKUTI PETIR YANG CUKUP KERAS.
Friska : (TERBANGUN KARENA KAGET MENDENGAR SUARA PETIR DAN
TERKENA OLEH AIR HUJAN YANG TEMBUS DARI ATAP YANG
BOCOR) Mas….Mas….air darimana ini? kenapa aku basah?
Nursip : Air hujan dari atap bocor. Baru tahu rasanya tinggal di rumah kumuh?
Murdep : Dari sebelumnya kan Mas sudah pernah cerita Sayang.
Friska : Tapi bagaimana aku bisa tidur kalau begini ? (SESEKALI MEMUKUL
NYAMUK YANG MENDEKATINYA) Ini juga nyamuk banyak sekali. Ini
rumah atau sarang nyamuk sih ?!
Nursip : Di sini memang kami sengaja mengembangbiakkan nyamuk. Ndak liat pekean-
pakean yang bergantung di sana-sini.
Gecip : Ndak ada lemari Nur..
Frisca : Ndak ada jual obat nyamuk ya …aduuh menderita sekali ya hidup di kampung..
Nursip : Kenapa masih di sini..kenapa ndak sewa villa saja tadi..
Murdep : Sayang..sabar sampe besok pagi..besok pagi-pagi kita pulang.
Gecip : (MEMBANGUNKAN REMEDEP) Medep coba kamu keluar sebentar kamu
naikkan daun kelapa di luar agar berhenti bocor itu..
Remedep : Sekarang inaq?
Nursip : Ndak usah, biarian aja mereka usaha sendiri, tidur dimana kek, di mobil kek…atau
pulang aja sekalian.
Frisca : Gimana bisa tahan sampai besok pagi…atap bocor, banyak nyamuk, liat ini pipiku
sampe bentol-bentol. Gak ada springbad adanya dipan bambu kasar. Sekarang aja
sudah pegel-pegel badanku apalagi sampai besok pagi. Belum lagi tikar, bantal
lusuh…
Atip : (YANG DARI TADI TERBANGUN DAN MENDENGAR DENGAN KESAL
KATA-KATA FRISCA)Ndak bisa jak epe jaga perasaan kami sedikit, ndak bisa
epe jaga perasaan bapuk nina?
Gecip : Sudah ndak apa-apa luh,,,ayo kamu lebih baik tidur lagi..
Atip : Epe juga amaq. Saya kira epe ceraikan inaq karena perempuan yang lebih baik
dari inaq. Ternyata dia ndak jauh lebih baik dari inak !

20
Nursip : Anak epe yang baru kelas 5 SD saja bisa ngomong begitu !
Murdep : Kamu belum mengerti apa-apa Atip.
Atip : Mengerti saya Pak..(SEDIH) Bapak tahu saya sangat kangen inaq tapi inaq juga
ndak pernah ada kabar. Ndak pernah sekalipun nelpon Atip. Atip juga sangat
kangen epe Pak. Sering Atip mimpikan epe.. Atip sangat senang mendengar kabar
epe pulang. Atip sempat berhayal sama Onjah Medep epe akan membawa kami,
aku, onjah medep, bapuk nina, bik Nur jalan ke lapangan Tanjong nonton rona-
rona terus bapak belikan kami bakso. Belikan bapuk nina es serut lalu Atip bisa
megang lengan epe karena Atip takut hilang di lapangan karena rame…tapi ndak
usah. Itu cukup jadi mimpi Atip.epe ndak ada bedanya sama inaq . sama-sama
ndak inget kalau epe pernah punya anak yang cacat di kampung(MENJAUH DAN
TIDAK MAU DISENTUH BAPAKNYA)
Remedep : (MENDEKATI ATIP) Ndak usah menangis Luh….ndak usah menangis, onjah
Medep ikut sedihkan jadinya….Onjah Medep janji, nanti kalau onjah sudah
penen puntik kita pergi ke lapangan nonton rona-rona…..
Nursip : Kebunmu semua sudah di jual !
Remedep : Ndak apa-apa nanti Medep pergi memburuh,memburuh metik nyiuh, metik
kopi,atau monggok gabah…nih badan onjah masih kuat….jangan sedih makanya.
Pasti Atip lupa kata bapuk nina. Ndak boleh sedih berlebihan karena Allah taala
ndak menguji manusia melebihi kemampuannnya…(KEPADA INAQ) Benarkan
Medep inaq?
Gecip : (HANYA MENGGANGGUK DAN MENATAP SEDIH CUCUNYA)
Nursip : (MENDEKAP KEPONAKANNYA) Ndak apa-apa Luh..memang sudah nasibmu
seperti ini ! sudah ndak usah menangis…
Gecip : Sudah…sudah….ndak usah ribut lagi…(SEPERTI MENDENGARKAN SUARA
DI KEJAUHAN) dengar itu suara bapuk mama kalian. Dengar. Dia sedih melihat
anak cucunya seperti ini….sudah ya Luh (KEPADA CUCUNYA). Kamu Murdep
apalagi yang kamu mau yang belum kamu ambil dari rumah ini,ambil sekarang
mumpung kamu masih di sini. Kebun sudah separuh kamu jual, sapi sudah habis
untuk kamu sekolah..apalagi …Kami di sini tidak butuh yang berlebihan,adik-
adikmu Nur, Medep dan anakmu ibu besarkan dengan kasih sayang, itu yang lebih
penting buat mereka dari sekedar sekilo beras. Jangan khawatir kami tidak bisa
makan. Selama masih ada tangan kaki diberikan Alah taala untuk berusaha kami
tidak akan kelaparan. (KEPADA MURDEP) Kamu benar-benar tidak membawa
nasihat inaq Murdep.
Frisca : Adduh lama-lama aku stress di sini Mas Dap. Aku udah capek nih….dingin, gatel
banyak nyamuk, tambah lagi ada yang nangis-nangis, ada yang ceramah-ceramah
lagi !!
Nursip : (SANGAT MARAH) kurang ajar sekali mulut istrimu epe ini Murdep (AKAN
MENAMPAR FRISCA) Kalau kamu tidak tahan bermalam di sini sekarang juga
21
keluar dari sini, bawa semua barangmu ! (BERGEGAS MENGELUARKAN
BARANG-BARANG MURDEP DAN FRISCA) Cepat bawa istri epe keluar
sekarang.
Gecip : Nur..Nur sudah,…
Murdep : Di luar sedang hujan..besok pagi-pagi kami balik, maafkan perkataan Frisca
Nursip. Namanya juga belum terbiasa.
Nursip : Ia dia belum terbiasa belajar sopan santun dan menghormati orang lain. Keluar
sekarang. Kenapa kalian masih berdiri di sini. Apalagi yang kalian mau. Tanah
sudah kalian jual kami tidak protes. Kami masih bisa hidup.
Frisca : Dasar orang miskin, orang miskin. Selalu ndak terima dibilang miskin. Coba liat
benar-benar. Semua yang aku katakana tadi apa adanya. Atap bocor, banyak
nyamuk, sarang laba-laba, asap, tikar jelek…
Nursip : Keluar !! (MENDORONG FRISCA SAMPAI TERJATUH)
Frisca : Ee kurang ajar…kenapa mas diam saja melihat istimu dianiyaya..
Gecip : Sudah..sudah…sudah…
Nursip : Ndak inaq….dia sedikitpun tidak menghargai epe, dia sudah mengatakan semua
kejelekan rumah ini, jadi kalau dia masih di sini berarti dia menjilat ludahnya
sendiri. Pergi !!
Frisca : Saya juga gak bakal bisa tidur di kendang ayam yang kumuh ini.. ! ayo Mas kita
pergi !
Murdep : Pergi kemana di luar hujan !
Frisca : Terserah kemana-mana….cari villa, hotel, pokoknya jangan di sini.
Murdep : Tapi mereka keluargaku
Frisca : Terserah aku bisa nyetir sendiri….diam saja Mas kalau mau di situ…!!
(KELUAR)
Murdep : (KEBINGUNGAN) Bagaimana ini ? (TERDIAM BEBERAPA SAAT) maafkan
saya ya inaq, Nur, Atip, Medep…sepertinya malam ini saya tidak bisa menginap
di sini ! ini ada uang untuk epe dan Atip
Gecip : Inaq maafkan. Tapi coba kamu bujuk lagi istrimu agar mau menginap di sini.
Besok pagi-pagi pulang.
Nursip : Inaq ! berani dia masuk lagi di rumah ini…saya yang pergi sekarang juga ! bawa
uang itu, kami tidak butuh makan uang dari manusia pemalas !
Gecip : Nur….kasian kakakmu.
Nursip : Mereka yang tidak kasihan pada kita inaq !

22
Gecip : (KE PINTU MELIHAT MURDEP DAN ISTRINYA PERGI)
(BEBERAPA SAAT SEMUA TERDIAM NAK GECIP TERDUDUK DI
DEPAN PINTU MENANGIS, SEMENTARA ATIP DARI ARAH JENDELA
DENGAN SEDIH MELIHAT BAPAKNYA PERGI. NURSIP DUDUK DI
DIPAN SEMENTARA REMEDEP MENDEKATI ATIP MEMBELAI-BELAI
RAMBUTNYA).
Gecip : O kaya man gede…kenapa epe duluan pergi. Coba epa di sini Man gede pasti ada
yang mendamaikan anak-anak kita ! Sekarang Murdep entah mungkin dia tidak
akan pulang lagi. Memang dasar kurang berfikir anakmu itu Man Gede. Padahal
dia sendiri yang sarjana harusnya dia yang bisa mengangkat adik-adiknya malah
dia menghabiskan semua peninggalan epe Man Gede.
Nursip : (LEMAH DAN MEMELUK IBUNYA) Maafkan Nur inaq, rumah kita ini
memang jelak tapi Nur ndak bisa terima kalau rumah kita ini dihina karena Nur
tahu bagaimana lelahnya inaq dan amaq menjaga rumah ini agar tetap nyaman
buat kami !
Atip : Sekarang Bapak sudah pergi mungkin tidak akan kembali lagi. Mimpi Atip untuk
diajak nonton Rona-rona dan dibelikan bakso tidak akan terwujud. Apa karena
atip lahir tidak sempurna ya tidak ada yang mau menerima Atip.
Remedep : Ada ojah Remedep Atip, nanti onjah yang ajak nonton rona-rona.
Nursip : Atip tidak merasa disayangi Bik Nur ?
Gecip : Luh lupa kalau bapuq nina selalu siap bangun pagi-pagi untuk membuatkanmu
penyampah ?
MEREKA AKHIRNYA SALING BERPELUKAN, SEPERTINYA SELEPAS
HUJAN BARUSAN MEREKA KEMBALI MENEMUKAN KEHANGATAN
KASIH SAYANG YANG MEMANCAR DI ANTARA MEREKA.
Gecip : Kita doakan Bapakmu selamat ya Atip.
Atip : Amin.
Gecip : Nur, Medep?
Nursip : Seburuk-buruknya Murdep tidak istilah mantan kakak Inaq. Semoga kak Murdep
selamat dan bisa merubah sikap istrinya..
Remedep : Medep kangen Kak Murdep, dulu kami selalu berdua pergi ke kebun. Pergi
ngangonang sampi...
Gecip : (SEPERTI MELIHAT SESUATU ) lihat malam ini arawah bapuk mama kalian
datang.dia tersenyum melihat kalian.

SELESAI

23
Rumah hujan, 25 September 2023
Didedikasikan untuk inaq dan amaq yang bersedia tidur di antara asap,atap rumah bocor dan nasi
ambon demi anak-anaknya.

24

Anda mungkin juga menyukai