Cerita ini mengkisahkan tentang seorang laki-laki putra Tumenggung dari kampung
Sekawang yang terletak di kecamatan Kapuas, kabupaten Sanggau Kalimantgan Barat. Ia
menikahi seorang perempuan dari kampung Setoba. Warga sekitar turut membantu pesta
pernikahannya. Salah satunya membuat sajian makanan khas daerah yaitu makanan dodol
cengkaruk.
Teman-teman yang berbahagia, di dalam kisah ini diperankan oleh seorang nenek
dan seorang cucu yang berusia 8 tahun. Bagaimana kisahnya, mari kita dengarkan bersama.
=================================================================================
Tokoh :
1. Cucu (suara tinggi dan cempreng)
2. Nenek (suara rendah dan lemah lembut)
==================================================================
01. NARATOR : Pada zaman dahulu, di kampung, kampung itu bernama Sekawang.
Hiduplah seorang nenek bersama cucunya yang sangat miskin. Mereka
tinggal di gubug yang kecil. Suatu hari sang nenek bersama cucunya
pergi ke tempat warga yang sedang membuat cengkarok untuk pesta
pernikahan putra tumenggung. Berikut ini dialog kisahnya.
02. CUCU : (suara tinggi dan cempreng) … “Banyaknye cengkaruk. dah lah perot
ni lapar, pasti nyaman rase cengkaruk e tu. Nek, cobe minta cengkaruk
tu”. (Pinta sang cucu)
03. NARATOR : Sang nenek terlihat bingung dan hanya diam saja. Melihat gerak-
gerik sang cucu tersebut seorang warga pun memberi cengkaruk
kepada nenek dan cucunya.
04. NENEK : (suara rendah dan lemah lembut) … “Makaseh banyak ”. (ucap sang
nenek berterima kasih kepada warga).
05. CUCU : (suara tinggi dan cempreng) … “ Eeuumm wanginye cengkaruk ni,
pasti nyaman ni” (kata sang cucu)
06. NARATOR : Nenek dan cucunya kembali ke gubug mereka dengan perasaan yang
sangat senang. Mereka memakan cengkaruk dengan lahap.
08. NENEK : (suara rendah dan lemah lembut) …“ Iye cu nyaman rasenye, manis
agik tu”. (Ucap sang nenek)
09. NARATOR : Setelah mereka memakan cengkaruk, ternyata sang cucu masih belum
puas. Ia pun kembali menghampiri warga dan meminta cengkaruk lagi
tanpa sepengatuhan nenek.
Karena warga merasa jengkel terhadap kelakuan sang cucu, warga pun
memberinya gale-gale karena warga takut cengkaruk yang sudah
dibuat tidak cukup untuk pesta pernikahan tersebut. Gale-gale adalah
lemper perahu yang terbuat dari getah damar. Gale-gale tidak boleh
dimakan. Kalau dimakan bisa berbahaya. Setelah warga memberi
cengkaruk pada sang cucu, sang cucu pun pulang ke gubuk tanpa tahu
bahwa yang telah diberikan warga kepadanya adalah gale-gale bukan
cengkaruk. Sesampainya di gubuk, ia pun memakan pemeberian warga
tadi. Tetapi, pada saat memakan sang cucu sulit mengunyahnya.
10. CUCU : (suara tinggi dan cempreng) …“Alamak ngape liut cengkaruk ni,
susah dikunyah agik tu, tanyak nenek yaklah.” (Ucap sang cucu)
12. CUCU : (suara tinggi dan cempreng) …“ Nek, ngape cengkaruk ni liut ye
nek?” (Tanya sang cucu)
13. NARRATOR : Nenek pun terkejut melihat barang yang dipegang oleh cucunya.
Karena sang nenek tahu bahwa yang dipegang oleh sang cucu
bukanlah cengkaruk, melainkan gale-gale.
14. NENEK : “Alamak cu, ini bukan cengkaruk, tapi ini gale-gale. Sampai ati orang
tu berek gale-gale.” (Ucap sang nenek dengan perasaan sedih)
15. NARATOR : Sang cucu pun menangis. Karena sang nenek tidak tega melihat sang
cucu bersedih maka sang nenek pun mengambil hewan peliharaannya
dan mendandaninya dengan sangat cantik dan lucu. Kemudian sang
nenek pun membawa sang cucu dan hewan peliharaannya menuju ke
rumah pengantin. Sesampainya di tempat acara, sang nenek
melepaskan hewan peliharaannya tepat di hadapan pasangan
pengantin. Melihat hewan peliharaanya yang sangat lucu semua orang
tertawa terbahak-bahak. Seketika itu pula, langit yang tadinya cerah
berubah menjadi gelap disertai dengan hujan dan petir. Semua pun
terkejut dan langsung memandang langit. Melihat hal tersebut, sang
nenek bersama sang cucu pergi meninggalkan tempat tersebut sambil
membawa hewan peliharaanya dan melinndungi diri menngunakan
kuali di atas kepala mereka.
Tiba-tiba suara air datang mengalir begitu deras dan petir pun
menyambar dengan begitu kuat menghantam pasangan pengantin dan
mengubahnya menjadi batu. Sontak semua tamu undangan panik.
Namun, tidak sempat para tamu undangan lari, tiba-tiba gelombang air
yang sangat besar menghantam tempat resepsi. Semuanya hancur
hanyut terbawa air kecuali sang nenek dan sang cucu yang selamat
serta sepasang batu yang masih utuh berdampingan seperti pengantin.
Hingga sekarang batu itu masih ada. Dengan demikian, warga
setempat memberi nama batu tersebut dengan sebutan batu pengantin.
TAMAT
Amanat dari kisah ini adalah kita tidak boleh mempunyai sifat pelit. Karena apa yang
kita miliki adalah sebenarnya milik Allah. Maka dari itu, kita harus tolong-menolong dan
berbuat baik kepada sesama salah satunya berbagi makanan dengan orang miskin.
==================================================================
Pegi ke pasar membeli bawang
Membeli bawang tadak pakai
kulit
Hati-hatilah menjadi orang
Jadi orang janganlah suke pelit