Anda di halaman 1dari 3

BUJANG KURAP DAN DANAU RAYO

Bujang kurap dan legenda Danau Rayo merupakan salah satu wisata di Provinsi Sumatera
Selatan yang berada di kawasan hutan lindung Kabupaten Musirawas, tepatnya di desa
sungai jernih Kecamatan Muara rupit. Danau Rayo memiliki luas 100 hektar dengan
panorama yang indah dan Air Yang Jernih, di danau ini banyak ditemukan ikan jenis koi
kuning ikan arwana dan ikan buntal Namun siapa yang menyangka dibalik kejernihan airnya
Danau ini memiliki legenda yang mahsyur bernama bujang kurap.
Pada zaman dahulu ada seorang pemuda tampan dan sakti mantraguna, Salah satu
kesaktiannya ia bisa berubah wajah dari pemuda tampan menjadi Pemuda buruk rupa.
Kesaktiannya ini ia lakukan untuk mengetahui sikap seseorang rupa yang hanya menilai
orang lain dari fisiknya bukan dari kebaikan hatinya.
Suatu Hari Pemuda tampan yang berubah menjadi bujang kurap karena sekujur tubuhnya
dipenuhi penyakit kurap mengembara dan singgah di sebuah desa bernama Desa pagar
remayu yang kini berubah nama menjadi Desa Karang panggung, saat itu Desa pagar Mayu
Tengah menggelar pesta rakyat pesta itu dihelat secara besar-besaran selama tujuh hari
tujuh malam.
Semua rakyat di desa pagar Mayu secara misterius mengikuti dan menikmati hidangan pesta
ditengah keramaian pesta bujang kurap ikut mendatanginya, Namun semua orang merasa
jijik melihat bujang kurap, bujang kurap dihardik dan dijauhkan oleh warga yang melihat.
“ Hei anak muda berkurap, untuk apa kau datang kemari, kau tidak pantas datang ke pesta
meriah ini, membuat bau saja kau.” - rakyat
“kau dengar itu bujang kurap pergi dari sini kami jijik melihat badanmu yang penuh kurap
dan busuk itu menjijikkan.” - rakyat
mereka tidak tahu bahwa Pemuda tersebut adalah pemuda Sakti.
Dengan bersedih hati bujang kurap itupun meninggalkan pesta ia berjalan menelusuri Jalan
Desa hingga tiba di sebuah Dusun, Di Dusun itu ia menemukan seorang nenek tua bernama
Nenek Bengkuang yang sedang duduk di depan rumahnya.
“ Nek mengapa nenek tidak datang ke pesta di sana semua warga hadir dan berpesta.” -
bujang kurap
“ nenek sudah tua tidak kuat Berjalan jauh ke sana nak” - nenek
“ Oh baiklah nek, oh iya nek aku lapar sekali, Apakah Nenek punya makanan.” - bujang
kurap
“ Maafkan nenek nak nenek tidak punya makanan apa -apa.” - nenek
Pemuda itupun segera mengeluarkan kesaktiannya ajaib hanya dengan kedipan mata aneka
makanan lezat tersaji di tikar
“ tak perlu khawatir nek jika nenek mau, ditikar samping nenek sudah ada makanan “ -
bujang kurap
Nenek bengkuang kaget melihat banyak makanan enak tersaji ditikar.
“ Mari nek kita makan sama-sama “ - bujang kurap
Sang nenek yang sudah merasa lapar karena tidak punya makanan akhirnya ikut makan
bersama bujang kurap.
Selesai makan bujang kurap meminjam sebuah pisau untuk membuat rakit
Ketika selesai membuat rakit bujang kurap memberi pesan pada sang nenek
“ Nek Apabila terjadi sesuatu, nenek Naiklah di atas rakit ini, rakit ini aku ikat di tiang rumah
nenek.” - Bujang kurap
Mendengar pesan Pemuda bujang kurap nenek semakin yakin bahwa dia bukan Pemuda
sembarang
Setelah berpamitan bujang kurap Kembali menuju pesta.
Sesampainya di tempat pesta bujang kurap kembali dicemooh oleh warga desa. Mereka
melempari meludahi menendangi dan menghardik bujang kurap agar pergi dari tempat
pesta
Mendapat penghinaan tersebut Bujang Kurap akhirnya naik darah ia menantang warga
desa, ditancapkannya 7 lidi ke tanah didekat kakinya
“ Hai orang-orang sombong, jika kalian berhasil mencabut lidi yang kutancapkan ini maka
kalian boleh mengusirku dari tempat ini.” - Bujang kurap
semua orang pun tertawa mengejek mendengar tentangnya dari bujang kurap
“ Aih Banyak cakap kau bujang busuk hanya mencabut lidi inikan, permainan anak kecil.” -
rakyat
Setelah mengejek dia pun berjalan dan mencabut lidi di dekat bujang kurap akan tetapi
dengan susah payah Ternyata dia tidak berhasil mencabutnya
“ Biar aku saja lidi macam ini saja tidak bisa mencabutnya.” - rakyat lain
Warga berikutnya pun tidak berhasil mencabut lidi tersebut berulang kali, mereka mencoba,
namun anehnya tak satu pun yang berhasil. Semuanya kewalahan dan akhirnya menyerah.
“ Mencabut lidi saja kalian tidak mampu tapi sifat sombong kalian setinggi langit.” - Bujang
kurap
Dengan mengucap mantra, bujang kurap pun mencabut lidi tersebut, dan hap. Hanya sekali
cabut lidi yang tertancap bisa lepas namun satu lidi tersebut dicabut air deras muncul dari
permukaan tanah, bertambah deras hingga mulai membanjiri tempat pesta
Warga pun berlarian untuk menyelamatkan diri
“ Tolong Tolong.” - seluruh rakyat
Akan Tetapi air semakin deras dan deras, dalam waktu sebentar saja banjir deras telah
menenggelamkan rumah dan harta benda mereka.
Hanya nenek yang selamat karena menaiki rakit buatan bujang kurap.
Sementara bujang kurap sendiri telah pergi entah kemana.
Luapan air yang menjadi genangan luas kini menyatu menjadi Danau Rayo atau danau besar,
sedangkan desa yang semula bernama Desa pagar Mayu kini berganti nama Karang
panggung atau panggung yang karam. Kini Keindahan Danau rayo menjadi daya tarik bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara.
Legenda ini mengajak kita agar selalu menghargai dan menghormati orang laintidak
berlaku sombong serta tidak menilai orang dari bentuk fisiknya melainkan dari kebaikan
hatinya.

Anda mungkin juga menyukai