Anda di halaman 1dari 2

BUJANG KURAP DAN LEGENDA DANAU RAYO

(Cerita Rakyat dari Provinsi Sumatera Selatan)


Oleh: Aisyatullabibah
Danau Rayo merupakan salah satu objek wisata di provinsi sumatera selatan, tepatnya
dikawasan hutan lindung kabupaten musi rawas di desa sungai jernih kecamatan muara rupi.
Danau rayo memiliki luas sekitar 100 hektar dengan panorama yang indah dan air yang jernih.
Di Danau ini banyak ditemukan ikan jenis koi kuning, ikan arwana, dan ikan buntal. Namun,
siapa yang menyangka dibalik kejernihan airnya danau ini memiliki legenda yang masyhur yang
bernama bujang kurap.
Pada zaman dahulu ada pemuda tampan yang sakti dan mandraguna. Salah satu
kesaktiannya ia bisa berubah wajah dari pemuda tampan menjadi pemuda buruk rupa.
Kesaktiannya ini ia lakukan untuk mengetahui sikap seseorang yang hanya menilai orang lain
dari fisiknya bukan dari kebaikan hatinya.
Suatu hari, pemuda tampan yang menjadi bujang kurap karena sekujur tubuhnya dipenuhi
dengan penyakit kurap. Bujang Kurap mengembara dan singgah di sebuah desa bernama desa
pagar mayo yang kini berubah nama menjadi desa karang panggung. Saat itu desa pagar mayo
tengah menggelar pesta rakyat, pesta itu digelar secara besar-besaran selama 7 hari 7 malam.
Semua rakyat di desa pagar mayo bersuka cita mengikuti dan menikmati hidangan pesta.
Ditengah keramaian pesta, bujang kurap pun ikut mendatangi pesta tersebut. Namun, semua
orang merasa jijik melihatnya. Bujang kurap dihardik dan diusir oleh warga yang melihatnya.
“hai, anak muda berkurap!! Untuk apa kau datang kemari!! Kau tak pantas untuk datang
kemari!!!.” “kau dengar itu bujang kurap!!Pergi dari sini!!” “kami jijk melihat badanmu yang
penuh kurap dan busuk itu!! Menjijikkan” ucap para warga desa pada bujang kurap. Mereka
tidak tahu bahwa pemuda tersebut adalah pemuda sakti, dengan bersedih hati bujang kurap
itupun meninggalkan pesta. Ia berjalan menyusuri jalan desa hingga tiba di sebuah dusun, di
dusun itu ia mendapati seorang nenek tua bernama Nenek Bengkuang yang sedang duduk di
depan rumahnya. “Nek, kenapa nenek tidak menghadiri pesta? disana semua warga hadir
merayakan pesta” Ucap si Bujang Kurap, “nenek sudah tua, tidak kuat berjalan jauh kesana nak”
Jawab Nenek Bengkuang, “Baiklah, oiya nek, aku lapar sekali, apakah nenek punya makanan?”
tanya Bujang Kurap pada nenek bengkuang, “maaf nak, nenek tidak punya makanan apa-apa”
jawab nenek bengkuang dengan wajah sedih, pemuda itupun segera mengeluarkan kesaktiannya.
Ajaib hanya dengan memejamkan mata aneka makanan lezat tersaji ditikar. “tidak usah khawatir
nek, jika nenek mau disamping tikar nenek sudah ada makanan” Ucap Bujang Kurap seraya
menenangkan hati nenek bengkuang. Nenek bengkuang kaget melihat banyak makanan enak
tersaji di tikar.
“mari nek kita makan sama-sama” Ajak Bujang Kurap, sang nenek yang sudah merasa lapar
karena tidak punya makanan akhirnya ikut makan bersama bujang kurap. Selesai makan bujang
kurap meminjam sebuah pisau untuk membuat rakit ketika selesai membuat rakit buang kurap
memberi pesan pada sang nenek. “nek apabila terjadi sesuatu, nenek naiklah diatas rakit ini,
Rakit ini aku ikat di tiang rumah nenek” jelas Bujang Kurap pada Nenek Bengkuang. Mendengar
pesan bujang kurap, nenek semakin yakin bahwa ia bukan pemuda sembarangan. Setelah
berpamitan pada nenek bengkuang, bujang kurap pun kembali menuju tempat pesta,
sesampainya ditempat pesta bujang kurap kembali dicemooh oleh warga desa. Mereka
melempari, meludahi, menendang, dan menghardik bujang kurap agar pergi dari tempat pesta.
Mendapat penghinaan tersebut akhirnya bujang kurap naik darah. Ia menantang warga desa,
ditancapkannya lidi di tanah di dekat kakinya. “Hai orang-orang sombong jika kalian berhasil
mencabut lidi yang aku tancapka ini maka kalian boleh mengusirku dari tempat ini” Ucap bujang
kurap seraya menantang warga desa, semua orang pun tertawa mengejek mendengar tantangan
dari bujang kurap “Aiih, banyak cakap kau bujang busuk. Hanya mencabut lidi ini kan
permainan anak kecil” Jawab Warga desa dengan sombong, setelah mengejek dia pun berjalan
dan mencabut lidi didekat bujang kurap. Akan tetapi, dengan susah payah ternyata dia tidak
berhasil mencabutnya. “Biar aku sajaa!! Lidi macam ini saja tidak bisa mencabutnya!!Hiaaa”
Warga berikutnya pun tidak berhasil mencabut lidi tersebut. Berulang kali mencoba namun
anehnya, tak satupun yang berhasil semuanya kuwalahan dan akhirnya menyerah.
“mencabut lidi saja kalian tidak mampu tapi sifat sombong kalian setinggi langit” ucap bujang
kurap, dengan mengucap mantra bujang kurap pun mencabut lidi tersebut dan “Haappp” hanya
sekali cabut lidi yang tertancap bisa lepas. Namun, saat lidi tersebut dicabut air deras muncul
dari permukaan tanah. Bertambah deras hingga mulai membanjiri tempat pesta. Warga pun
berlarian untuk menyelamatkan diri, “Aaaaah Tolooong!” “Tolooong” akan tetapi air semakin
deras dan deras. Dalam waktu sebentar saja banjir deras telah menenggelemkan rumah dan harta
benda mereka. Hanya sang nenek yang selamat karena menaiki rakit buatan bujang kurap.
Sementara bujang kurangn sendiri telah pergi entah kemana.
Luapan air yang menjadi genangan luas kini dinamai danau rayo atau danau besar. Sedangkan
desa yang semula bernama desa pagar Mayo kini berganti nama karang panggung atau panggung
yang karam.
Kini keindahan danau rayo menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Legenda ini mengajak kita agar selalu menghargai dan menghormati orang lain, tidak berlaku
sombong serta tidak menilai orang dari bentuk fisiknya melainkan dari kebaikan hatinya.

(TAMAT)

Anda mungkin juga menyukai