Anda di halaman 1dari 5

TEKS SASTRA

WASUPONDA
Di masa silam, di Sulawesi Selatan ada sebuah daerah yang dikenal dengan nama Wasuponda.
Menurut cerita, daerah itu awalnya merupakan sebuah danau dan di kelilingi rangkaian gunung.
Sebelum kering, danau itu dikuasai oleh makhluk halus yang haus kekuasaan. Ia selalu bernafsu
ingin menguasai daerah lain. Suatu saat ia mencoba merebut Danau Matano. Karena tak ingin
berperang, penguasa Danau Matano mengajak berdamai, namun penguasa Danau Wasuponda
menolak. Penguasa Danau Matano lantas mencari cara agar perang tidak terjadi. Penguasa Danau
Matano akhirnya mendapatkan cara. “Danau Matano boleh kau kuasai, asal kita bertanding dulu
untuk mengeringkan danau masing-masing”, ucapnya kepada penguasa Danau Wasuponda. “Baik,”
jawab penguasa Danau Wasuponda dengan pongah.
Pada hari yang telah ditentukan, penguasa dan penghuni Danau Matano datang ke Danau
Wasuponda. Dengan kekuatan penuh, mereka menghantamkan tangan ke salah satu gunung di tepi
Danau Wasuponda. “Blar!”, gunung itu runtuh. Bebatuan gunung beguguran memenuhi Danau
Wasuponda. Akibatnya air danau meluap, mengalir ke segala arah. Danau Wasuponda akhirnya
kering.
Melihat itu, penguasa Danau Wasuponda panas. Ia dan penghuni Danau Wasuponda cepat pergi ke
Danau Matano. Tiba di sana mereka mengelilingi Danau Matano. Mereka pun beraksi. Namun
keadaan Danau Matano tidak berubah. Penghuni Danau Wasuponda pun mengalami kekalahan.
Karena letih, mereka beristirahat. Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh munculnya sebauh daratan di
tengah-tengah Danau Matano. Daratan itu muncul karena Danau Wasuponda telah berubah. Danau
Matano dan Danau Wasuponda memang saling berhubungan.
Karena daratan di tengah Danau Matano itu sering timbul-tenggelam, maka kemudian diberi nama
Nuha, yang artinya timbul-tenggelam. Sementara Danau Wasuponda berubah jadi daratan dan
banyak ditumbuhi pepohonan yang lebat dan besar. Selain itu, di daerah ini juga banyak tumbuh
nenas yang hidup di atas batuan. Karena itu, daerah tersebut kemudian dinamakan Wasuponda.
“Wasu” artinya batu, sedangkan “ponda” artinya nenas. Jadi Wasuponda berarti nenas yang tumbuh
di atas batu.
1. Menurut cerita, alasan Danau Wasuponda menjadi kering adalah …
A. kemarau berkepanjangan
B. ada nenas yang tumbuh di atas batu
C. bebatuan gunung runtuh dan jatuh ke dalam Danau Wasuponda
D. Penguasa Danau Wasuponda ingin menguasai Danau Matano
2. Alasan daratan di tengah Danau Matano diberi nama Nuha adalah…
A. Danau Wasuponda menjadi kering
B. daratan di Tengah Danau Matano sering timbul - tenggelam
C. banyak nenas yang tumbuh di atas batu
D. danau Wasuponda memang berhubungan dengan Danau Matano
3. “Melihat itu, penguasa danau Wasuponda panas.” Maksud dari kata “panas” dalam penggalan
cerita tersebut adalah …
A. terkena api
B. angkuh
C. merasa dikhianati
D. marah

Setibanya Pak Usman di restoran kecil sepulang dari sekolah, Larasati segera memulai
pembicaraan.
"Sebelum membicarakan soal Diah, saya perlu menjelaskan menggapa saya tidak mau
membicarakan hal ini di sekolah karena saya ingin saya bicarakan adalah masalah yang
harus diselesaikan dengan kacamata kemanusiaan, bukan kedinasan."
"Maksud ibu apa?", tanya Pak Usman.
"Saya khawatir, keinginan Bapak untuk menghabisi Diah itu karena kebencian Bapak
terhadap saya. Selama ini orang kan tahu saya sangat perhatin terhadap Diah. Dia anak
yang lemah Pak, sudah mengalami berbagai cobaan hidup, sering murung karena
menerima beban yang terlalu banyak dalam hidupnya."

4. Sifat tokoh Larasati yang digambarkan dalam penggalan cerpen tersebut adalah …
A. Sabar dan penyayang
B. Angkuh dan disiplin
C. Tegas dan pemberani
D. Pengecut
5. Tokoh antagonis dalam kutipan cerpen tersebut adalah …
A. Larasati
B. Pak Usman
C. Diah
D. Kepala Sekolah
6. Tokoh protagonis dalam kutipan cerpen tersebut adalah …
A. Larasati
B. Pak Usman
C. Diah
D. Kepala Sekolah

Gadis Itu Tak Suka Hari Minggu


Setiap Minggu, Ana tak punya harapan apa pun di sudut kamar sempit itu. Ia asyik membaca
buku Pinokio. Melalui kaca jendela kotak-kotak, gadis kecil itu melihat teman-temannya asyik
berlarian di tanah lapang seberang rumah. Tak ada yang menarik, sehingga Ana tak beranjak
untuk ikut bermain bersama teman-teman kampungnya. Sikap Ana membuat ayah dan ibu
bersyukur. Mereka bisa menyelesaikan pembuatan kue pesanan yang membeludak pada akhir
pekan. Di dapur, ibu sibuk membuat kue. Sementara itu, ayah membungkus kue-kue yang
sudah matang dengan plastik, lalu menata dalam kardus. Jadi pukul 09.30 kue siap ibu bawa.
“Cepat ganti baju. Kita harus siap-siap,” suara ayah terdengar jenaka di telinga Ana. Ana
mengangguk. Ia segera berganti baju gamis yang senada dengan gamis ibunya.
Di kamar, ia bertanya-tanya: apa yang menarik pada hari Minggu? Mengapa hari Sabtu teman-
teman selalu riang gembira dan berkata senang karena esok hari Minggu? Ia pernah bertanya
bertanya pada Kirana, teman sekolahnya. “Kenapa semua orang suka hari Minggu?” “Karena
Minggu hari libur. Kita bebas melakukan apa saja dan bisa berkumpul dengan keluarga.”
“Ayo Ana, ayah dan ibu akan segera berangkat,” seru ibu. Di teras, dua sepeda jengki terparkir.
Setiap Minggu, Ana dan kedua orang tuanya berangkat bersama-sama dengan keranjang kue
selalu terisi.
Sepeda berderit-derit saat keluar dari gang. Ana membonceng ibu. Di belakang, ayah
mengayuh dengan santai. Minggu itu, Ana ingin duduk di boncengan ayah. Namun pasti ibu
melarang. “Pamit dulu pada Ayah,” ucap ibu seratus meter dari persimpangan. Ana menurut. Ia
menoleh dan melambai-lambaikan tangan pada ayah. Ayah melambai-lambai juga. Dari
persimpangan itulah, Ana bersama ibu berbelok ke kiri, menuju Masjid Agung. Ayah berbelok
ke kanan, menuju gereja. Minggu itu Ana menemukan jawaban kenapa tak menyukai hari
Minggu. Sepeda terus berderit-derit. Tubuh Ana bergoyang-goyang, tetapi dia tak lagi
menengok ke belakang.

7. Berdasarkan teks, yang tidak suka hati minggu adalah …


A. Ana
B. Ayah
C. Kirana
D. Ibu
8. Berdasarkan teks, alasan Kirana suka hari Minggu adalah …
A. Bisa mengurung diri di kamar
B. Bebas melakukan apa saja dan berkumpul dengan keluarga
C. Bebas membaca buku pinokio
D. Bisa menjual kue bersama ibu dan ayah
9. “Minggu itu Ana menemukan jawaban mengapa tak menyukai hari Minggu”. Berdasarkan cerita,
alasan Ana tidak menyukai hari minggu adalah …
A. setiap hari Minggu Harus membantu orang tua menjual kue
B. setiap hari Minggu Ia tidak dapat bermain dengan temannya
C. setiap hari Minggu ia dan ibunya menjual kue di Masjid Agung
D. setiap hari Minggu, Ia berpisah dengan Ayah yang menjual kue di gereja

Nenek Pakande
Pada zaman dahulu, ada seorang nenek yang doyan memakan bayi dan anak kecil yang disebut
nenek Pakande. Pakande kurang lebih bisa diartikan “tukang makan”. Dia berkeliaran di daerah
Soppeng, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Nenek Pakande punya ilmu gaib
yang tinggi. Dia diyakini hanya takut pada Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale, raksasa
pemakan manusia jahat yang juga pernah berkeliaran di sana. Setelah tiga anak berhasil ia
jadikan menu makan malam, kejahatan Nenek Pakande pun mulai ketahuan. Tetapi warga terlalu
takut untuk mengusirnya.
La Beddu, pemuda setempat yang dikenal cerdik, punya ide. Dia minta disiapkan belut, kura-
kura, salaga (garu), satu ember penuh busa sabun, kulit rebung kering, dan batu besar. Warga
semula menganggap La Beddu hanya sesumbar. Mana mungkin dia bakal sanggup mengalahkan
Nenek Pakande yang sakti hanya dengan bermodal busa sabun dan lain-lain? Tapi La Beddu
berhasil meyakinkan mereka untuk menyiapkan apa yang ia minta. Warga juga menyiapkan
umpan berupa seorang bayi lucu. Bayi montok itu tidak dibiarkan di luar, melainkan disimpan
dalam rumah sendirian dengan pintu terbuka. Nenek Pakande rupanya terpancing. Mungkin juga
karena dia bosan berkeliling dan tidak menemukan satu anak pun di luar rumah.
Saat bersiap menggendong si bayi, tiba-tiba ada suara keras dari atap rumah. “Hei, jangan ambil
bayi itu. Enyah kamu dari sini atau kumakan!” teriak La Beddu, menyamar sebagai Raja
Bangkung. Suaranya terdengar menggelegar karena memakai kulit rebung kering berbentuk
seperti terompet sebagai corong. Tapi Nenek Pakande tidak percaya begitu saja. Ia yakin itu
hanya seseorang yang berpura-pura menjadi Raja Bangkung. La Beddu kemudian
menumpahkan seember air sabun dari atap rumah. Nenek Pakande kaget, mengira air sabun
sebagai tetesan air liur si raksasa jahat. Tapi dia masih kurang yakin itu benar Raja Bangkung.
Maka La Beddu menjatuhkan salaga yang bentuknya mirip sisir besar dan beberapa ekor kura-
kura yang bagaikan kutu raksasa. Kini Nenek Pakande benar-benar ketakutan. Dia berlari
kencang keluar rumah panggung itu, tapi malah terpeleset belut yang sengaja diletakkan warga
di dekat tangga. Nenek Pakande jatuh berguling-guling ke tanah. Kepalanya membentur batu
besar. Berdiri terhuyung-huyung, Nenek Pakande bersumpah, “Suatu saat saya pasti kembali!
Akan saya pantau anak-anak kalian dari jauh dengan cahaya bulan.” Ia juga berteriak
mengancam, “Saya akan memakan anak-anak yang masih berkeliaran di luar rumah saat
malam!” Setelah itu, Nenek Pakande pergi entah ke mana. Benarkah ia akan kembali?
10. Tokoh protagonis dalam cerita tersebut adalah …
A. La Beddu
B. Nenek Pakande
C. Raja Bangkung
D. Seluruh warga
11. Fungsi didikan yang sebenarnya ingin disampaikan dari cerita berikut adalah …
A. menipu dapat menjadi berkah
B. siapapun dapat menjadi pahlawan
C. manusia harus pantang menyerah
D. anak-anak tidak boleh berkeliaran di luar rumah saat malam hari
12. Dalam cerita berikut, kura-kura yang dikumpulkan oleh warga digunakan La Beddu sebagai …
A. alat memperuncing suara untuk meniru suara raksasa Raja Bangkung
B. tipuan yang menirukan air liur raksasa Raja Bangkung
C. tipuan untuk menirukan sisir raksasa Raja Bangkung
D. tipuan untuk menirukan kutu raksasa Raja Bangkung
13. Untuk meniru suara raksasa Raja Bangkung, La Beddu menggunakan …
A. kulit rebung kering
B. air sabun
C. salaga (garu)
D. kura-kura

Rulli, si gajah lucu dan Meita, si kucing pintar sedang


belajar melipat origami bersama dengan teman-
temannya. Kali ini, Ibu Guru mengajarkan membuat
perahu dari kertas. Semua murid bisa membuat
origami berbentuk perahu dari kertas. Hari sudah
siang. Saat bel pulang sekolah sudah berbunyi dan
para murid siap untuk pulang, tiba-tiba turun hujan
deras sekali. Ibu Guru meminta murid-murid menunggu hujan reda. Setelah sekian lama
menunggu, hujan tak kunjung reda. Murid-murid pun sudah mulai bosan menunggu. Tiba-tiba,
Meita mengatakan kalau ia memiliki ide. “Rulli, ayo manfaatkan air hujan yang turun dari langit
ini dan gunakan belalaimu yang panjang itu !” ajak Meita. “Apa yang harus aku lakukan Met?"
tanya Rulli bingung. “Buat kolam kecil dengan belalaimu. Biar teman-teman menampung air
hujan dan mengisi kolam belalaimu,” ucap Meita.
Tidak beberapa lama terjadi kesibukan di ruang kelas itu. Murid-murid sibuk menampung air
hujan dengan gelas-gelas kecil yang mereka bawa dari rumah sebagai bekal. Berkali-kali
mereka bolak-balik dari luar dan masuk ke ruang kelas mengisi kolam belalai yang dibuat Rulli.
Saat kolam belalai penuh, anak-anak menggunakan kolam itu untuk bermain kapal-kapalan dari
origami yang tadi mereka buat. “Kalian tahu mengapa perahu-perahu kertas ini dapat
mengapung di atas air kolam?” tanya Bu Guru pada murid-muridnya. “Karena massa jenis
perahu ini lebih kecil dari air, Bu!” seru anak-anak. Bu Guru tampak tersenyum bangga.
Hujan sudah reda. “Anak-anak hujan telah reda. Saatnya kalian pulang!” tegur Bu Guru.
Sebenarnya anak-anak masih ingin bermain. Namun. mereka menuruti perintah Ibu Guru.
Setelah membereskan air dalam kolam belalai Rulli, mereka berpamitan untuk pulang. “Terima
kasih, Bu sudah memperbolehkan kita memanfaatkan air hujan supaya tidak terbuang sia-sia,”
sahut Meita. “Air hujan tidak terbuang sia-sia kok, Meita. Hujan yang turun akan disimpan di
tanah menjadi sumber air bagi makluk hidup. Hujan juga menyirami tanaman supaya menjadi
segar kembali“, ucap Ibu Guru meralat perkataan Meita. Hari ini murid-murid mendapat
pembelajaran yang berharga.

14. Berdasarkan cerita, alasan perahu-perahu kertas dapat mengapung di atas air adalah …
A. perahu kertas tidak basah
B. perahu kertas dibuat lebar
C. massa jenis kertas lebih kecil dari air
D. massa jenis air lebih kecil dari kertas

15. “Hari ini murid-murid mendapat pembelajaran yang berharga”. Pengetahuan baru yang
menjadi pembelajaran berharga dalam kalimat tersebut adalah ..
A. murid mengetahui cara membuat perahu kertas
B. murid mengetahui cara memanfaatkan air hujan
C. murid mengetahui massa jenis kertas kurang dari massa jenis air
D. murid mengetahui bahwa hujan yang turun akan disimpan di dalam tanah

Anda mungkin juga menyukai