Anda di halaman 1dari 9

Indikator : menganalisis latar tempat dalam kumpulan buku cerpen

MARSELA KURNIA FEBRIYANTI (21)

1. Perhatikan cerita pendek berikut !


Radif memeriksa tasnya berulang kali dengan raut wajah kebingungan. Edi pun menanyakan
apa yang sedang dicari Radif. Buku gambar Radif tertinggal di rumah. Radif tergesa-gesa
berangkat sekolah karena bangun kesiangan. Edi hanya tersenyum mendengarnya karena
buku gambarnya juga ketinggalan. Mereka pun segera menghabiskan soto dan es tehnya.
Radif dan Edi berencana pergi ke koperasi bersama-sama. Berbagai jenis buku gambar
tersedia di koperasi. Namun, bel masuk kelas telah berbunyi. Mereka pun segera bangkit
menuju petugas kantin untuk membayar jajanannya. Dalam hati Radif sangat berharap bisa
sampai kelas sebelum Bu Ani masuk.
Latar tempat cerita tersebut adalah ….

A. Rumah
B. Koperasi
C. Kantin
D. Kelas
E. Lapangan

2. Ardi dan para relawan bergegas menyiapkan barak untuk para pengungsi. Tenda, tikar, dan
lampu penerangan segera dia pasang. Tak lupa dapur umum juga dia siapkan. Obat-obatan,
selimut, dan pos kesehatan pun telah didirikannya. Lapangan desa yang siang tadi masih
lengang kini telah berubah drastis. Hiruk pikuk para relawan bertambah ramai dengan
kedatangan para pengungsi. Mereka telah meninggalkan rumah di lereng gunung. Kesehatan
jiwa lebih mereka utamakan.
Latar tempat cerita tersebut adalah….

A. Pos kesehatan
B. Barak pengungsian
C. Lapangan desa
D. Lereng gunung
E. Pedesaan

3. Perhatikanlah kutioan cerpen dibawah ini!


Segenap yang hadir hanya diam saja mendengar perintah itu. Jangankan membabat hutan
Nangka Doyong, baru mengusiknya saja risikonya mati.“Puspo Ronggowilogo, bagaimana
tanggung jawabmu sebagai benteng dan panglima perang Kadipaten Sumengkar?” tanya
Adipati Wironegoro. “Ampun beribu ampun Gusti Adipati, hamba benar-benar tidak mau
mati sia-sia di tangan Jin penunggu hutan Nangka Doyong. Namun, hamba ada usul, Gusti.
Biarlah Demang Wonopawiro yang menjalankan tugas ini. Semua ini sebagai hukuman pada
dia, Gusti!”
“Tutup mulutmu, Ronggowilogo! Jangan melemparkan tanggung jawabmu kepada orang
lain!” sahut Adipati murka.
“Baik, kalau tidak ada punggawa Kadipaten Sumengkar yang berani, aku sendiri yang akan
menunaikan tugas!” kata Wironegoro geram.
“Biarlah hamba yang melaksanakan tugas ini,” kata seorang yang baru masuk pendapa
kadipaten dan menyembah dengan hormat. Dia adalah Demang Wonopawiro. “Demang,
benarkah engkau berani membabat hutan Nangka Doyong?” seru Sang Adipati. “Benar,
Gusti, untuk negara hamba rela mengorbankan jiwa dan raga,” jawab Demang Wonopawiro.
Latar tempat cerita tersebut adalah ….
A. Pendapa
B. Hutan belantara
C. Benteng
D. Jalan
E. Desa
4. Simaklah cerpen tersebut!
Kisah seorang Putri kerajaan yang memesona tengah asyik bermain bola di pinggir sungai.
Tiba-tiba bola kesayangan Putri terjatuh ke sungai. Putri sedih karena tidak bisa mengambil
bola. Sungai itu amat dalam. Di saat ia bersedih, ada seekor Katak muncul ke permukaan dan
menanyakan keadaan Putri. Kemudian Putri menceritakan apa yang terjadi dan akan
melakukan apa saja asal bolanya kembali.
Katak membantu Putri dengan mengambil bola tadi ke dasar sungai yang dalam. Setelah
berhasil mendapatkan bolanya kembali, Putri memilih pergi dan meninggalkan Katak.
Sampai pada suatu malam, Katak mendatangi istana untuk menagih janji Putri. Putri pun
terpaksa menepati janjinya pada Katak.
Katak yang buruk rupa berubah menjadi sosok pangeran yang mengejutkan Putri. Katak pun
menjelaskan kronologi kejadian yang menimpanya, “Aku dikutuk oleh penyihir jahat menjadi
seekor katak. Beruntung, aku bertemu denganmu yang menjadi syarat untuk melepaskan
kutukan penyihir jahat itu,” cerita pangeran. Singkat cerita, Pangeran kemudian mengajak
Putri pulang ke istana milik orangtuanya. Keduanya pun memutuskan menikah dan hidup
bahagia.

Latar awal cerita tersebut adalah ….

A. Istana
B. Taman
C. Kerajaan
D. Pinggir pantai
E. Perkampungan

5. Perhatikan kutipan cerpen berikut !


Nenek Mallomo adalah penasihat Kerajaan Sindereng. Nenek Mallomo terkenal cerdik, bijak,
dan adil.
Pada masa pemerintahan Raja La Patirio, rakyat Sindereng hidup makmur. Namun, keadaaan
tidak berlangsung selamanya. Kerajaan Sindereng dilanda kemarau panjang selama bertahun-
tahun. Satu-satunya bahan pangan yang mereka punya tinggal singkong beracun.
Keadaaan itu membuat Raja La Patirio prihatin. Beliau memanggil penasihatnya untuk
menemuinya di bangsal kerajaan. “Menurutmu, apa yang membuat kemarau panjang ini,
Nenek Mallomo?” tanya Raja La Patirio.
Setelah berpikir cukup lama, Nenek Mallomo berkesimpulan bahwa ada rakyat yang berlaku
bohong. Pelakunya harus dihukum. Raja pun segera memerintah prajurit kerajaan untuk
mencari rakyatnya yang tidak jujur. Sampai akhirnya, ada seorang pemuda yang mengaku
telah mencuri sebatang kayu. Pemuda tersebut adalah Wire yang merupaka anak Nenek
Mallomo.
Mengetahui Wire menjadi pencuri. Nenek Mallomo marah. Keadilan harus ditegakkan.
Sesampainya di rumah, Nenek Mallomo menghukum Wire untuk pergi ke hutan. Ia diminta
Nenek Mallomo bersemedi dan memohon ampun kepada Tuhan. Setelah Wire dihukum,
hujan pun turun. Kerajaan Sindereng kembali subur dan memberikan hasil panen melimpah.

Latar tempat saat Nenek Mallomo menyuruh Wire pergi bersemedi adalah ….

A. Rumah Nenek Mallomo


B. Bangsal kerajaan
C. Kerajaan
D. Hutan
E. Pinggir sungai

6. Perhatikan kutipan cerpen berikut ini !


Pagi itu di serambi depan rumahnya, Pak Burhan merencanakan kegiatan wisata keluarga.
Beliau mengajak anak-anak bermusyawarah.
“Ke pantai saja. Di sana kita bisa naik perahu, bermain pasir, dan menangkap ikan,” kata
Umar.
“Jangan! Ke museum saja. Di sana banyak hal dapat kita pelajari,” sahut Linda.
“Keduanya sama-sama baik. Kita akan mengunjungi keduanya tetapi tidak bisa dalam waktu
bersamaan,” sela ibu mereka.
“Ya, kali ini kita ke pantai, berikutnya kita akan ke museum,” kata ayah memutuskan.

Latar tempat pada teks tersebut adalah ….

A. Di pantai
B. Di museum
C. Di depan rumahnya
D. Di pinggir jalan
E. Di serambi depan rumah

7. Perhatikan kutipan ini!


Aku masih terlelap saat lbu membangunkanku.
“Karina, ayo bangun, hari sudah pagi!” kata Ibu.
“Sebentar, Bu, masih terlalu pagi. Dingin!” jawabku sambil menarik selimut.
Ibu mengusap kepalaku dengan lembut.
“Bangunlah! Ibu sudah menyiapkan sarapanmu di meja makan. Nanti jangan lupa titipkan
kue ke warung Bu Haji saat berangkat sekolah!” pesan Ibu.
Setelah Ibu keluar, aku bangun, merapikan selimut dan bergegas mandi.

Latar tempat cerita tersebut adalah ….

A. Warung Bu Haji
B. Kamar tidur
C. Ruang makan
D. Kamar mandi
E. Teras

Perhatikan cerpen berikut !

Burung Gagak yang Haus

Pada suatu hari yang panas, seekor burung gagak kehausan, terbang di atas ladang untuk
mencari air. Lama sekali ia terbang untuk mencari air, tetapi tidak menemukannya. Tiba-tiba ia
melihat sebuah tempayan air di bawah sana. Ia pun terbang ke bawah untuk melihat kalau-kalau
ada air di dalamnya. Ia senang karena dapat melihat air di dalam tempayan itu. Kemudian, gagak
itu berusaha memasukkan kepalanya ke dalam tempayan. Sayang, leher tempayan itu terlalu
sempit untuk kepalanya. Gagak berusaha untuk menggulingkan tempayan itu agar airnya
mengalir. Namun, tempayan itu terlalu berat baginya.

Gagak itu lalu berpikir keras sebentar. Ketika menengok ke kanan dan ke kiri, ia melihat
beberapa kerikil. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya gagasan yang bagus. Ia pun mulai
memunguti kerikil itu satu demi satu, lalu memasukan setiap kerikil itu ke dalam tempayan.
Semakin banyak kerikil yang dimasukkan, air pun naik. Oleh karena itu, burung gagak itu bisa
meminum air dari tempayan tersebut.

8. Latar tempat terjadinya cerita di atas adalah ….


A. Tempayan
B. Pedesaan
C. Ladang
D. Sawah
E. Sungai

Cermati cerpen berikut ini!


Cahaya kemerahan mulai tampak mewarnai langit di ufuk timur. Angin sepoi berembus dari
sela-sela bukit. Suhu dengan temperatur 13 derajat Celcius menyergap tubuh hingga menggigil,
namun tak menghalangi kesibukan di desaku yang pernah terpilih sebagai Destinasi Bulan Madu
Ramah Wisatawan Muslim Terbaik pada ajang World Halal Tourism Award (WHTA) di Abu
Dhabi.  Desa yang berada pada ketinggian 800-1200 mdpl ini memang akan selalu membuat
kenangan indah bagi pengunjungnya. Namun kali ini, bukan kenangan manis yang akan tertulis,
melainkan sebuah petaka yang sudah tersurat, yang akan melumat segalanya. Di mana hari itu
bertepatan dengan hari lahirku dan aku harus merelakannya ikut terkubur bersama puing-puing
reruntuhan. 

(dikutip dari cerpen "Ulang Tahun di Atas Pusara", Abduh Sempana: 2020).

9. Latar yang tergambar dalam kutipan cerpen di atas atas adalah .....

A. Waktur sore hari, di sebuah desa, suasana dingin.


B. Waktu pagi hari, di sebuah desa, suasana dingin.
C. Waktu malam hari, sebuah desa, suasana dingin.
D. Waktu siang hari, di sebuah desa, suasana sejuk.
E. Waktu siang hari, di sebuah desa, suasana panas.

10. Bacalah penggalan cerpen berikut!


Mentari mulai menyingsing di ufuk barat. Rona merah menghiasi langit. Pemuda-pemuda itu
tidak peduli dengan peerubahan alam. Mereka terus berjalan bagai jarum jam. Mereka belum
merasakan sesuap nasi ataupun seteguk air. Pandangan mereka merabun. Letih itu tertelan
bersama lapar dan dahaga yang menghujam di dalam lambung. 

(dikutip dari cerpen "Di Terminal",  Abduh Sempana: 2020).

Latar yang tergambar pada penggalan cerpen di atas adalah ....

A. Sore hari di jalan


B. Pagi hari di terminal
C. Siang hari di jalan
D. Malam hari di terminal
E. Siang hari di jalan

11. Bacalah kutipan cerpen berikut!


Kembali kakinya melangkah menembus kegelapan. Sambil ia berusaha mengingat-ingat
kejadian siang tadi. Tatkala ia  kehilangan arah setelah menebang pohon gaharu yang sangat
besar. Lalu Ia hanya menemukan dua pokol padat di seluruh batang pohon itu setelah
merobohkannya. Setelah ditimang-timangnya berat benda antik itu sekitar dua ons. Harga satu
kilogram gaharu getah super mencapai tiga puluh jutaan. 

(dikutip dari cerpen "Tersesat di Rimba",  Abduh Sempana: 2020).

Latar tempat pada kutipan cerpen di atas adalah .....

A. Pinggir danau
B. Pinggir sungai
C. Pinggir hutan
D. Rimba
E. Hutan kota

12. Perhatikan penggalan cerpen berikut!


“Emak, berapa lama lagi bedug maghrib berbunyi?” tanya Marni sambil mendekat padanya dan
kemudian duduk menyandarkan kepalanya di punggung Salamah. Angin sore itu bertiup
kencang, menghempas-hempas rumbia gubuknya di bawah jembatan.

“Sebentar Nak, sebentar lagi. Lihat, langit sudah mulai memerah. Itu pertanda matahai mau
tenggelam dan maghrib tiba. Kau sudah mulai lapar?”

Latar pada penggalan cerpen tersebut adalah ...

A. Siang hari di jembatan


B. Pagi hari di bawah jembatan
C. Sore hari pada gubuk di bawah jembatan
D. Magrib di bawah jembatan
E. Pagi hari di jembatan

13. Bacalah kutipan cerpen berikut!


Ia cuma berdiri terpaku di depan tukang loak itu. Dilihatnya di keranjang tukang loak itu
sepasang sandal jepit kecil yang sudah bekas pula. Nampaknya hanya ini yang bisa dibelinya.
Lalu dengan keberanian yang luar biasa, ditanyakannya berapa harga sandal jepit bekas itu.
“Dua ratus rupiah,” jawab tukang loak dengan acuh tak acuh.

Latar tempat pada kutipan cerpen di atas adalah ....

A. Di toko
B. Di kios
C. Di pasar
D. Di swalayan
E. Di mall

14. Bacalah kutipan cerpen berikut!


Nina pun segera keluar kelas. Tangga demi tangga ia telusuri, hinga akhirnya ia sampai di ruang
parkir. Sesampainya di tempat itu, Nina benar-benar kaget karena sepedanya tidak ada.

“Aduuuh, sepedaku mana?”

Latar tempat kutipan cerpen tersebut adalah ....

A. di ruang kelas
B. di kantin Sekolah
C. di tempat parkir
D. di halaman sekolah
E. di taman sekolah

15. Salah satu jenis latar yang memberikan gambaran tentang peristiwa yang terjadi dalam cerpen
adalah...

A. Latar tempat
B. Latar tokoh
C. Latar belakang
D. Latar pendambing
E. Latar perkenalan
16. Perhatikan penggalan cerpen berikut ini !

(1)”Ya, Allah, bukakan mata mereka. Itu uang beneran dan mereka boleh merebutnya,” doa saya
dengan kenceng. (2) Anehnya para sopir dan kenek itu, subhanallah, menyelam dan
menyelamatkan seluruh uang yang tenggelam dan mengembalikannya di atas rakit saya. 

(3) Lalu mereka mendorong rakit supaya saya meneruskan perjalanan. Saya tertegun. Seperti
mati berdiri. (4) Bagaimana mungkin mereka tidak menyadari, uang yang saya bawa itu uang
sungguhan. (5) Bukan uang mainan. Masya Allah. Tuhan punya rencana. (Pantura, Danarto)

Bukti latar tempat dalam kutipan cerpen tersebut ditunjukkan pada nomor ...

A. 1)
B. 2)
C. 3)
D. 4)
E. 5)

Bacalah dengan cermat kutipan cerpen di bawah ini ! 

Ibu menunjuk purnama yang benderang. Aku mengikuti telunjuknya. Batinku terasa lebih segar.
Rembulan merah jambu … itukah yang diinginkan Ibu, menjadi seseorang. Menjadi orang
dalam arti sebenarnya. Punya karakter dan prinsip yang berbeda. Siap mengarungi kerasnya
selama ini? Hatiku berbunga-bunga. Semua kehampaan, kebencian, dan kekesalanku pada
wanita tua itu tiba-tiba terbang ke awan. Aku tak lagi membencinya! Ternyata aku cukup punya
arti di mata Ibu. Aku rembulan di hatinya! Tanpa ragu, kupeluk Ibu erat. Bersama-sama, kami
menghabiskan waktu yang tak terlupakan di beranda memandangi langit, (Rembulan di Mata
Ibu, Asma Nadia)

17. Latar waktu dan tempat pada penggalan cerpen tersebut adalah...

A. Sore hari, teras

B. Pagi hari, perjalanan

C. Malam hari, beranda

D. Siang hari , kamar

E. Pagi hari, beranda

18. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama!


Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, "Apa Ibu kenal dengan seorang anak bernama
Eric yang dulu tinggal di sana itu?" Ia menjawab, "Silakan masuk, Nyonya! Kalau Anda ibunya
Eric, sungguh Anda tak punya hati!”. Ia membuka pintu tempat tinggalnya. (1)
"Tolong katakan, di mana ia sekarang? Saya janji menyayanginya dan tidak akan
meninggalkannya lagi!” (2) Aku berlari memeluk tubuhnya yang bergetar keras. "Nyonya,
semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Jasadnya
ditemukan di kolong jembatan,” jawabnya dengan suara terbata-bata. (3)
”Eric... maafkan Ibu, Nak!” Aku sungguh menyesal, mengapa anakku Eric, dulu kutinggalkan.
(4)
Bukti latar tempat pada kutipan cerita tersebut ditandai nomor ...

A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5) , (2)

Bacaah kutipan cerpen berikut ini.


Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang dilakukannya. Kampung
seperti mendapat injeksi tenaga baru yang membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik
memberi kampungku cahaya, musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga
membunuh bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi mampu
membuat bayang-bayang pepohonan. Akan tetapi, kampung tidak merasa kehilangan bulan.
Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat listrik hingga mati. Sebuah tiang
lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa teman-temannya sesama tiang listrik yang
membawa perubahan pada rumah yang terdekat, demikian halnya, beton langsing yang
menyangga kabel-kabel di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah
celoteh-celoteh sengit dua tetangga di belakang rumahku. Sampai sekian lama, rumahku tetap
gelap. Ayahku tidak mau pasang listrik. lnilah yang membuat tetangga di belakang rumah
jengkel terus-terusan. Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Namun, hasrat
mereka tak mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku. Rumah dua
tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang. Kampungku yang punya kegemaran berceloteh
seperti mendapat jalan buat berkata seenaknya terhadap ayah. Tentu saja, dua tetangga itulah
sumbernya.
Cerpen "Rumah yang Terang"
Karya Ahmad Tohari 

19. Latar tempat dan suasana dalam kutipan cerpen tersebut adalah..
A. Di sebuah kampung dan suasana sangat menyenangkan
B. Di sebuah kampung dan suasana kurang menyenangkan
C. Di sebuah kampung dan suasana sedikitt menyenangkan
D. Di sebuah kampung dan suasana kadang menyenangkan
E. Di sebuah kampung dan suasana menyedihkan

20. Kelihatan seorang kakek berjalan bersama cucunya seorang gadis belia yang cantik. Mereka
duduk di bawah pohon yang rindang. Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat
hidupnya, siapa sebenarnya kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek
terdiam sebentar, kemudian mulailah ia bercerita. “Delapan belas tahun yang lalu, seorang
pemuda kota berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini, dan mereka pun
menikah. Gadis cantik itu adalah putri kakek satu-satunya.

Latar tempat pada cerita di atas adalah...


A. di bawah pohon rindang
B. di perkampungan
C. di hutan rimba.
D. di jalan pedasaan.
E. di rumah singgah

21. Bacalah penggalan cerpen di bawah ini dengan cermat!

Dengan tergesa-gesa Ersa menaiki bus yang nyaris meninggalkan suasana yang kurang nyaman
baginya. Dari kejauhan terdengan sayup suara “… penumpang bus Gemilang harap untuk segera
memasuki kendaraan…”. Hati Ersa agak tenang karena dia sudah berada di dalamnya. “Mudah-
mudahan sore nanti aku bisa berada di acara itu,” harapnya dalam hati.

Latar waktu dan tempat pada penggalan cerpen tersebut adalah …

A. sore hari, terminal


B. siang hari, perjalanan
C. siang hari, terminal
D. pagi hari, rumah
E. pagi hari, perjalanan

22. Bacalah cerita berikut dengan seksama

Kita lihat, dari pintu masuk sebuah ruangan di hotel berbintang empat itu, dia membelok ke arah
kiri, dia memilih kursi paling samping dari deretan kursi paling belakang. Begitu dia duduk,
sejumlah lelaki dekat kursi itu serempak kaasak-kusuk dalam gelap.

Latar tempat penggalan cerpen tersebut adalah...

A. Pintu masuk
B. Kursi paling belakang
C. Arah kiri
D. Kursi paling samping
E. Hotel bintang empat

23. Pagi itu indah sekali di Puncak Pas.Matahari bersinar cerah menimpa pohon-pohon cemara yang
kelihatan hijau. Sepanjang mata memandang , tampak kebun teh yang hijau segar.  Langit sangat
bersih dan berwarna biru cerah, menjadi pemandangan yang sungguh indah.
Pembuka cerpen di atas berisi tentang ….
A. Latar
B. Tema
C. Alur
D. Penokohan
E. Amanat

24. Kami tiba di terminal. “Lebih baik Om naik Indah Murni saja,” kataku. Bus ini lewat jalan tol,
paling-paling cuma setengah jam ke Cililitan.
Kutipan cerpen di atas menggambarkan latar tempat di ….

A. Cililitan
B. Bus Indah Murni
C. Terminal
D. Di jalan Tol
E. Tempat ramai

25. Si Harimau baru saja memakan hasil buruannya dengan lahap di dalam hutan. Dia menyisakan
sepotong daging untuk dibawa ke sarangnya dengan mulutnya.Untuk kembali ke sarangnya, si
Harimau harus melewati jembatan penyeberangan sungai kecil. Ketika melintas, dia melihat
harimau lain di dalam sungai membawa potongan daging yang lebih besar. Si Harimau tergiur.
Harimau melepaskan daging yang digigitnya dan menerkam daging yang dibawa harimau dalam
sungai.
Byur...  Sadarlah si Harimau. Ternyata yang diterkamnya adalah bayangannya sendiri. Dengan
menyesal, ia naik ke tepi sungai dalam keadaan lelah, lapar, dan kesal.

Latar cerita tersebut adalah di ….

A. Dalam hutan
B. Sarang harimau
C. Tepi sungai
D. Jembatan penyebrangan
E. Tepi danau

Anda mungkin juga menyukai