KURIKULUM 2006
Chairil Anwar
A. 1920-an
B. 1930-an
C. 1945
D. 1966
E. 1970-an
Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya. Maka isterinya menangis
hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu.
Maka suaminya itupun terketukkan antingnya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak.
Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya, ”Ayo, hay
Adinda Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini tiadakah Tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu
jangankan hendak meminta barang suatu. Hampir kepada kampung orang tiada boleh.” Setelah didengar oleh
isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis.
Maka kata suaminya, ”Diamlah Tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan Tuan buah
mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada Tuan”. Maka isterinya
itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di kedai
orang berjual buah mempelam. Maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan
dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam itu, ”Hai miskin. Apa kehendakmu?”
Maka sahut Si Miskin, ”Jikalau ada belas dan kasihan serat Rahim Tuan akan hamba orang miskin hamba
ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam Tuan yang sudah
busuk itu barang sebiji sahaja tuan.” Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si
Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya maka ada yang memberi buah mempelam ada yang memberikan nasi ada
yang memberikan kain baju ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya
oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya
barang suatu hamper pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir
dalam hatinya demikian itu, maka iapun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya. Maka katanya, ”Inilah
Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah
isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan
jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. Biarlah aku mati sekali.
(Hikayat Si Miskin)
B. Istri meminta buah mempelam di taman raja sama dengan ingin membunuh suaminya.
D. Istri si Miskin yang sedang hamil ingin makan buah mempelam yang di taman raja.
E. Upaya seorang suami untuk dapat memenuhi keinginan istrinya yang sedang hamil.
Adegan Sarjono dan Maria dengan menggendong bakul dan mengenakan topi caping.
Sarjono : "Musuh? Maria, kita ini jualan buah dan tidak punya musuh. Kita harus yakin, yang berani bergerak di malam hari
hanya TNI. Ayo jalan!"
Maria : "Tapi, bulu kudukku berdiri."
Keduanya berjalan dengan sesekali menoleh ke belakang. Topi caping di tangan kiri. Tangan kanan di balik
seakan memegang seniata.
A. mudah tersinggung
B. bijaksana
C. penghianat
D. pemaaf
E. pemberani
Itulah yang dikhawatirkan Jalil. Jika di pantai ini dibangun hotel-hotel dan cafe lalu dipenuhi turis, maka
perlahan-lahan penduduk asli pantai ini akan terusir dari kampung halamannya sendiri. Mereka tak akan bebas
lagi berjalan-jalan mengitari pantai sebab harus membayar karcis masuk. Nelayan-nelayan tak akan bebas
melabuhkan perahu- perahunya di pantai ini sebab pantai ini sudah menjadi tempat wisata. Perahu-perahu nelayan
mungkin akan dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung yang datang. Bahkan, jika semakin banyak pula
lahan-lahan warga yang digusur demi mengembangkan fasilitas pantai. Pengusaha akan mendapat banyak untung,
orang-orang kampung akan buntung.
Jalil beranjak meninggalkan pantai itu ketika sengatan matahari semakin mengganas. Jalil memang hanya
seorang nelayan, tetapi ia bukanlah nelayan bodoh yang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Nilai sosial yang terdapat pada kutipan cerpen tersebut adalah ... .
Lama aku merasa kehilangan, karena setiap aku tidur, aku selalu minta didongengi. Mungkin inilah awal
mula mengapa aku begitu mudah memindahkan dongeng-dongeng itu ke atas kertas, dan kemudian ada penerbit
yang tahu cara mencari uang dengan sejumlah dongeng. Aku bersyukur kepada Allah, sebab dengan kematian
nenek, aku mampu berpikir sendiri, dan setelah aku meningkat remaja dan dewasa, aku bisa meringankan beban
orangtua dengan hasil buku-buku dongeng yang dipesan dalam jumlah ratusan ribu eksemplar untuk proyek
inpres.
"Dari titik inilah aku mengenal hidup." Dongeng-dongeng itulah yang akhirnya membuat aku mampu lulus
perguruan tinggi. Meskipun ibu masih juga mengirimkan uang untuk kontrakan kamar dan biaya makanku sehari-
hari, akan tetapi, uang itu dengan caraku sendiri kumasukkan ke dalam bank, dan ketika aku akan diwisuda,
kukirim tiket untuk kedua orangtuaku menghadiri suatu peristiwa bersejarah dalam hidupku itu.
7. Nilai budaya pada penggalan tersebut yang masih dijumpai pada kehidupan sekarang adalah ...
8. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam penggalan tersebut adalah .,..
Cermatilah kutipan cerita sastra lama berikut untuk menjawab soal nomor 9 dan 10!
”Hai, kenapa kalian berhenti! Tunjukkanlah kepada kami bahwa mata air itu milik kalian! Atau jangan-
jangan kalian sudah menyerah!” seru Mbu`i Bungale.
”Diam kau, hai perempuan cerewet! Jangan hanya pandai bicara!” sergah pemimpin pelancong itu balik
menantang Mbu`i Bungale. ”Jika kamu pemilik mata air ini, buktikan pula kepada kami!”
”Baiklah, Tuan-Tuan! Ketahuilah bahwa Tuhan Mahatahu mana hambanya yang benar, permintaannya akan
dikabulkan!” ujar jawab Mbu`i Bungale dengan penuh keyakinan.
Usai berkata begitu, Mbu`i Bungale segera duduk bersila di samping suaminya seraya bersedekap. Mulutnya
pun komat-kamit membaca doa. ”Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah. Melebar
dan meluaslah wahai mata air para bidadari.... membesarlah....!!!” demikian doa Mbu`i Bungale.
Usai berdoa, Mbu`i Bungale segera mengajak suaminya dan memerintahkan keempat pelancong tersebut
untuk naik ke atas pohon yang paling tinggi karena sebentar lagi kawasan itu akan tenggelam. Doa Mbu`i Bungale
pun dikabulkan. Beberapa saat kemudian, perut bumi tiba-tiba bergemuruh, tanah bergetar dan menggelegar.
Perlahan-lahan mata air Tupalo melebar dan meluas, kemudian menyemburkan air yang sangat deras. Dalam
waktu sekejap, tempat itu tergenang air. Keempat pelancong tersebut takjub melihat keajaiban itu dari atas pohon
kapuk.
A. Niat baik akan membuahkan kebaikan. Demikian pula sebaliknya, keserakahan dapat membahayakan diri sendiri.
B. Lebih baik kita mengalah daripada mempertahankan hal-hal yang dapat membahayakan diri kita.
C. Lakukan sebisa yang kita lakukan demi mempertahankan harga diri yang disepelekan orang lain.
D. Berbuat baiklah kepada orang lain karena Tuhan akan memelihara dan mengabulkan doa orang yang baik.
E. Bumi pun akan marah bila orang-orang yang mendiami bumi ini berbuat serakah dan mengakui yang bukan
miliknya.
10. Keterkaitan isi cerita tersebut dengan kehidupan sekarang adalah ... .
E. Masih saja ada orang yang mengakui barang milik orang lain.
Alkisah ada seorang raja di negeri Bahi bernama Gementar Syah. Maka, pada suatu hari baginda itu pergi
berburu. Maka ia pun bertemu dengan seekor kijang beranak muda. Apabila kijang itu melihat orang banyak
datang, maka ia pun larilah meninggalkan anaknya. Maka baginda pun terlalu kasihan melihat anak kijang itu.
Maka, pada, hati Raja, "Jikalau tidak ibunya menyusui dia, tidaklah hidup anak kijang ini. Sayang pula aku akan
dial Hendak kubawa pulang akan permainan anakku." Seraya baginda bertindak. "Hai Perdana Mentriku cari akan
ibu kiang itu.
A. Seorang raja yang suka berburu bertemu dengan seekor kijang muda.
B. Seekor kijang kaget melihat orang banyak datang dan kaburlah dia.
E. Raja pun kasihan akan anak kijang Ialu menyuruh untuk mencari induknya.
Karena penasaran, suatu hari aku pernah mendengar dari bibi, kalau ibu harus berjuang 5 tahun
lamanya menunggu kelahiranku sampai merasa kakakku sudah cukup besar dan siap merawatku. Kakak memiliki
kondisi yang sangat baik ketika masih kecil tapi tiba-tiba saat berusia 5 tahun, ia mengalami demam panas yang
tinggi hingga membuat dirinya pingsan, ketika dilarikan ke rumah sakit otaknya mengerut dan akhirnya ia jadi
seperti ini hingga tak bisa disembuhkan lagi, ia juga mengalami masalah kesehatan karena tubuhnya gampang
terserang virus sehingga tak boleh terlalu lelah.
Syahdan maka siti Sarah pun genaplah bulannya itu, maka ini pun sakit perutlah akan hendak beranak itu.
Maka segala bini orang besar-besar dan bini orang kaya-kaya pun masuklah mengadap Raja perempuan akan
beranak itu. Maka pada ketika yang baik dan pada saat yang sempurna maka Raja perempuan pun beranaklah
seorang anak laki- laki terlalu amat baik rupanya itu menurut ayahanda Baginda itu. Maka disambut oleh segala
bini orang besar-besar itu lalu dimandikan oleh bini segala raja-raja pada pasuh emas. Setelah sudah dimandikan
oleh bini segala raja-raja itu, maka lalulah dipakaikan kain yang keemasan. Setelah sudah itu maka diberikan
nama oleh Baginda bunda akan anakanda itu Raja Siwalkhar itu. Setelah itu maka dipungutkan ayahanda dan
pengaruh oleh bunda Baginda maka lalulah dipeliharakan dengan sepertinya itu dan betapa adatnya orang segala
raja-raja yang beranak.
Perkataan yang tidak sopan akan menyebabkan orang lain menjadi marah.
sedikitlah cita-cita.
A. orang yang menggunakan mata secara sembarangan akan dapat menimbulkan penyakit yang sangat berbahaya
terhadap dirinya dan orang lain
B. mata, kuping, lidah, tangan, perut, dan kaki, kalau tidak difungsikan dengan benar akan menjadi sumber bencana
atau malapetaka
C. dengan mata, kita dapat melihat berbagai hal dan apabila tidak dijaga akan timbul keinginan-keinginan yang
tidak perlu atau yang buruk
D. memuji seseorang haruslah sesuai dengan apa yang tampak atau yang terlihat semata-mata oleh mata kita sendiri
atau disaksikan sendiri
E. seseorang harus menghindari kebohongan karena dari matanya sendiri akan dapat dilihat perilaku buruk yang
telah diperbuatnya
”Kakakmu ... Dia sudah pergi ... beristirahatlah dengan tenang.” Jawab ayah membuat air mataku tiba-tiba
langsung menetes.
”Gak mungkin! Kenapa bisa begitu? Tadi Kakak masih baik-baik saja?” jeritku histeris.
Dari perkataan Ayah , aku jadi tahu mengapa kakakku tergeletak begitu kaku di tempat tidurnya tadi dan
menyebabkan ia terjatuh. Semua karena ia terlalu memaksakan dirinya untukku. Aku menangis terisak dan baru
menyadari betapa aku tak menyangka kakakku mau melakukan semua untukku.
Kalimat resensi yang menyatakan keunggulan sesuai kutipan tersebut adalah ... .
A. Kisah pengorbanan kakak kepada adikny aini adalah cerita biasa bukan? Bukankah memang harus seperti itu?
B. Setiap kehilangan akan menimbulkan luka mendalam dan penulis telah menggoreskan luka itu juga untuk
pembacanya.
C. Banyak cara untuk mengungkapkan kasih sayang dan Agnes telah memberikan sebuah pilihan untuk Anda.
D. Kesabaran dan kasih sayang dalam menghadapi sebuah perbedaan akan menjadi indah pada waktunya.
E. Kisah pengorbanan kakak kepada adiknya pada buku ini telah menjadi inspirasi akan arti dari sebuah
pengorbanan.
16. Cermatilah kutipan resensi berikut!
Bab pertama novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata menceritakan bahwa dirinya yang dipanggil Ikal
dan kedua temannya, Arai dan Jimbron adalah tiga remaja yang begitu nakalnya sehingga mereka sangat dibenci
oleh Pak Mustar, tokoh antagonis dalam buku ini. Namun, pada bab-bab berikutnya pembaca akan melihat
potongan-potongan kisah yang seperti berdiri sendiri, sehingga seolah-olah Andrea hanya membuat cerpen-cerpen
dalam satu buku. Tapi sebenarnya pada setiap bab, mulai awal hingga akhir, memiliki hubungan yang sangat erat.
Seperti mozaik-mozaik dalam kehidupan. Novel yang disajikan dengan bahasa yang cantik ini mampu menyihir
pembaca sehingga pembaca bisa ikut merasakan kebahagiaan, semangat keputusasaan ,dan kesedihan.
Kalimat resensi yang mengungkapkan kelemahan buku sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah ... .
A. Bahasa yang digunakan Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi kurang menarik.
C. Kisah tiap-tiap bab dalam novel Sang Pemimpi diungkapkan seolah-olah berdiri sendiri.
D. Cerita yang diungkapkan Andrea Hirata dalam Sang Pemimpin tidak terjalin dengan baik.
E. Amanat yang disampaikan melalui tokoh Ikal tidak memberikan contoh yang baik.
Bait puisi yang sesuai dari susunan deret kata tersebut sebagai kata kunci adalah ... .
(Dia membisu. Lama berdiam diri. – Seorang Abdi Dalam perempuan muncul)
Petunjuk laku yang tepat untuk melengkapi teks drama tersebut adalah … .
Sore hari, di rumah Aryo Sekti, Panembahan Reso duduk berembuk dengan Aryo Sekti.
Reso : Anda tadi, di rumah saya, berkata bahwa hanya aku yang bias menyelamatkan kerajaan dari bencana perpecah;
Benarkah itu?
Sekti : Tentu saja. Apakah Anda berpura-pura tidak menyadari kenyataan itu? Bukan kerendahan hati!
Reso : ...
Sekti : Ya, begitulah kenyataannya. Orang boleh suka atau tidak suka kepada Anda, tetapi toh harus mengakui kenyataan
bahwa Anda sangat dibutuhkan oleh Negara untuk mengatasi perpecahan.
Reso : Jadi, Anda menganggap aku dibutuhkan oleh negara! Tetapi, mengenai suka atau tidak suka terhadap diriku itu
bagaimana? Anda termasuk yang suka atau tidak suka?
D. Nasib baik atau buruk, kita harus berani menanggung atau mensyukuri.
Muhammad Arief anak yang paling jelek tampangnya di antara teman-temannya sesekolah dan sepermainan
di Koto dulu. ... seperti kaleng terinjak kerbau menurut ejekan anak-anak sebayanya di kala itu.
Bila sekarang ini pujian dan pujaan tadi dikatakan langsung kepadanya, Arief selalu menjawab, ”Aku
beruntung saja.”
”Beruntung bagaimana maksudmu?” tanya Imran suatu kali. Imran adalah seorang temannya sejak mereka
kanak-kanak dulu, yang dianggapnya teman baiknya, sesuatu yang tidak banyak dimiliki Arief. Imran tidak
termasuk dalam kelompok yang mencemooh atau mengejeknya.
”Orang tuamu punya sepuluh anak,” kata Imran sambil mengernyitkan dahinya. ”Kamu dulu suka mengeluh
bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak mereka. Suka marah.”
”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-kadang aku
tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
Imran : ”Orang tuamu punya sepuluh anak. Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup
waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-
kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
B. (Muhammad Arief anak yang paling jelek tampangnya di antara teman-temannya sesekolah dan sepermainan
di Koto dulu. ... seperti kaleng terinjak kerbau menurut ejekan anak-anak sebayanya di kala itu. Bila sekarang
pujian dan pujaan dikatakan langsung kepadanya ...)
Imran : ”Orang tuamu punya sepuluh anak,” (Sambil mengernyitkan dahi) ”Kamu dulu suka mengeluh
bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-
kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
C. Arief : ”Aku beruntung saja.” (Jawab Arief selalu bila sekarang pujian dan pujaan dikatakan langsung
kepadanya)
Imran : (Sambil mengernyitkan dahi) ”Orang tuamu punya sepuluh anak, kamu dulu suka mengeluh bagaimana
mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak mereka. Kamu juga suka marah-
marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-
kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
D. Arief : ”Aku beruntung saja.” (Jawaban Arief selalu bila sekarang pujian dan pujaan dikatakan
langsung kepadanya)
”Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap
anak-anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu,
kadang- kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
E. (Muhammad Arief anak yang paling jelek tampangnya di antara teman-temannya sesekolah dan
sepermainan di Koto dulu. ... seperti kaleng terinjak kerbau menurut ejekan anak-anak sebayanya di kala itu.)
Arief : ”Aku beruntung punya orang tua yang aku miliki.” Imran : ”Orang tuamu punya sepuluh
anak.”
”Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak
mereka.”
”Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-
kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
21. Bacalah kutipan drama Ayahku pulang karya Usmar Ismail berikut ini.
Ibu : “Malam Hari Raya Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut Sahutan.” “Pada malam hari raya seperti inilah
Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun.”
Gunarto : “Ayah…”
Gunarto : “Kenapa masih Ibu ingat lagi masa lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita?”
Ibu : (Memandang Gunarto) “Aku merasa bahwa ia masih ingat kepada kita.”
Gunarto : (Heran) “Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu?” “Bukankah seharusnya ia tidak usah lagi membanting
tulang sekarang?”
Ibu : “Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti.”
Gunarto (Bergerak Mendekati Ibu, Lalu Bicara Dengan Lembut) “Sebenarnya Ibu mau mengatakan kalau penghasilanku
:
tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu?” (Diam Sejenak. Pause) “Bagaimana dengan
lamaran itu, Bu?”
Ibu : “Mintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto.. Tapi dari pihak orang tua anak lelaki itu terus mendesak Ibu
saja..”
Gunarto : “Apa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak!”
Ibu : “Ah… uang, Narto?”
Kalimat resensi untuk menggambarkan kutipan dialog di atas yang tepat adalah…
A. Cerita drama Ayahku Pulang diawali dengan kerinduan seorang ibu bernama Tina yang rindu akan suaminya
yang telah lama pergi di hari lebaran seperti hari lebaran sekarang ini tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Namun kondisi ibu untuk mengingat suaminya mendapat tantangan keras dari anak laki-lakinya Gunarto yang
merasakan sejak kecil menderita karena ditinggalkannya.
B. Perdebatan semakin seru mengawali cerita dalam drama Ayahku Pulang ini. Perdebatan itu antara Ibu dan
Gunarto tentang adiknya yang masih mencari tambahan penghasilan dengan menerima jahitan.
C. Tema yang ingin diungkapkan dalam drama Ayahku Pulang adalah tema sosial sepeti realita yang ada dalam
masyarakat yang tergiur oleh keindahan hidup yang disuguhkan dengan harta yang melimpah. Drama ini memberi
pelajaran bahwa dengan harta yang banyak tidak mesti bahagia terus.
D. Drama Ayahku Pulang ini memberikan pesan kepada kita yang ingin mengenal makna hidup dapat mengambil
pelajaran bahwa hidup tak selamanya mujur. Seperti roda berputar kadang jaya kadang terpuruk.
E. Drama Ayahku Pulang ini menonjolkan perwatakan ibu dengan ketabahannya dalam menhadapi cobaan dalam
rumah tangga, mencoba untuk menerima kenyatataan hidup yang sekian lama ditinggalkan suaminya untuk
membesarkan anak-anaknya.
A. Akan berkembang
B. Sedang berkembang
C. Belum berkembang
D. Sulit berkembang
E. Telah berkembang
Aksara Latin yang sesuai dengan tulisan Arab Melayu tersebut adalah ...
Dalam Perjalanan
Kang Gangwol
Kalimat kritik yang tepat dengan isi puisi tersebut adalah ... .
B. Kesepian diungkapkan jauh lebih dalam dan lebih rumit daripada kata ”cinta ”.
E. Cinta dan kesepian dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang.
Hendry Febrian Z
Moskow
Ke pemakaman
Bertahta
Kalimat tanggapan (esai) yang sesuai dengan kutipan puisi tersebut adalah ... .
A. Memilih kata untuk mengkongkretkan kesan dan angan memerlukan kepiawaian yang terlatih.
B. Dengan membangun latar, suasana, dan medan makna secara konkret, spesifik, dan padu akan membuahkan
sajak yang indah.
C. Bagaimana menggambarkan perasaan hati saat kata-kata tidak dapat lagi digunakan sebagai kuas di atas kanvas
kehidupan.
D. Perjalanan kata menjadi sebuah kereta kencana di halaman penantian terakhir mewakili pikiran penulis.
E. Pemilihan kata-kata untuk menggambarkan latar yang diciptakan penulis menjadi rangsangan angan
pembacanya.
Satpam Pujo : “Ya ..saya dengar, seperti gemuruh demonstran? Tetapi…(wajahnya ragu dan pucat) Mati..Mati…Mati
(menirukan suara yang didengar) Suara siapa ya?”
Marwan : “Itulah yang sedang kami buru…seperti suara orang berdoa…atau seperti paduan suara…iramanya
seperti detak jantung…dug…dug…dug…dug…”
Satpam Pujo : “Sok tahu kamu! Menurutku itu seperti pasukan demonstran atau ribuan orang yang sedang marah.
Tetapi...siapa mereka ?”
Surti : “Itulah yang membuat kami penasaran. Wong sejak sore tidak ada tamu yang datang.”
Satpam Pujo : “(Mengangguk-angguk) Benar! Aku juga tidak melihat tamu-tamu itu. Padahal sejak sore aku stand
bay di pos satpam.”
Marwan : “Yang membuat kami penasaran lagi kenapa orang-orang itu bersuara mati…mati..mati…seperti
ditujukan kepada Tuan Besar?”
Satpam Pujo : “Ya..siapa lagi? Di sini yang sakit kan cuma Tuan Besar?”
Watak tokoh Ki Dalang Tua dalam kutipan cerpen tersebut adalah ... .
A. emosional
B. galak
C. cerewet
D. jahat
E. cerdas
Ketika Ki Dalang sendiri pada gilirannya harus menyelenggarakan upacara pernikahan putrinya, beliau
sendiri terlalu repot mengurus segala macam sehingga tidak bisa manggung. Salah seorang muridnya yang paling
pintar diberi tugas untuk memainkan lakon yang tersohor tersebut. Di luar dugaan semua orang, bintang baru
telah lahir. Ki Dalang Muda memainkan cerita dengan lihai dan sempurna. Hanya pada bagian terakhir lakon,
semuanya menahan napas, karena Ki Dalang Muda rupa-rupanya telah memutuskan membuat kejutan sekaligus
penerapan ajaran gurunya, yakni membiarkan Arjuna kalah, sementara Niwatakawaca terus terbahak-bahak
mengepit Dewi Supraba sambil mematahkan panah yang menancap di mulutnya, terus melesat ke udara.
Ki Dalang Tua ikut tersentak di kursinya, lalu buru-buru mengirim perintah kilat lewat belakang.
”Cepat bunuh Niwatakawaca! Jangan macem-macem!”
A. perkenalan (eksposisi)
B. pertentangan (konflik)
D. klimaks
E. penyelesaian
Anggrek Bulan
Muhammad Amin
Purnama menguning
A. perabaan
B. pencecap
C. penglihatan
D. penciuman
E. pendengaran
A. gurindam
B. pantun
C. syair
D. talibun
E. seloka
(1) Tak jauh dari sebelah timur, persis di belakang kami, adalah Mongolia yang tak tersentuh, mengandung
marabahaya yang menerbitkan rayuan pertualangan. (2) Ingin rasanya mencoba-coba tantangan yang
dihembuskan angin-,angina lembahnya yang jahat, tidur di padang sabananya sambil menghalau serigala
dengan kayu bakar, atau terhalusinasi hantu-hantu gurun yang berumur ribuan tahun. (3) Mongolia, sungguh
menggoda. (4) Tapi nanti saja karena kami harus menemui janji-janji kami. (5) Kami harus ke selatan, terus
beringsut ke selatan, menyelesaikan apa yang kami ikrarkan di Paris.
A. pembangkang
B. pemberani
C. pemberontak
D. pecundang
E. pemaaf
Ibunda
Rendra
Amanat yang terdapat pada puisi adalah ...
B. Marilah kita lestarikan bumi karena bumi telah memberikan,sesuatu pada kita.
(Sementara itu R.A. Kartina bangkit dari duduknya mendapatkan kedua pemuda itu)
R.A. Kartinah : ”Sudah lama aku duduk dekat lentera di bawah pohon kayu itu.”
Karnasih : ”Memang ada kulihat dari tadi orang duduk di sana, tetapi kukira agen polisi yang
menjaga di sini.”
R.A. Kartinah : ”Aku bersyukur kepada Tuhan, kamu berdua telah saling mendapati hati masing-masing.”
R.A. Kartinah : ”Dengan tiada perantaraan orang lain, hanya karena hati bertemu hati semata- mata. Sejak
tadi, ibu dengar, tiap orang lalu hanya bertengkaran dan berbantah saja, seolah-olah tempat bencana ini masih saja
hendak merasakan pengaruhnya memecah belah manusia.”
R.A. Kartinah : ”Ibu duduk di bekas rumah kita ini merenungkan kehidupan ibu dengan Raden Hendrapati
selama dua puluh tujuh tahun ini. Sekarang ia tidak ada lagi di sini, matanya sudah berhenti menatap membelenggu
ibu, dapatlah ibu berpikir kembali tenang dan merdeka!”
R.A. Kartinah : ”Biarlah, Nak, ibu girang engkau berdua telah dapat mengatasi segala pengaruh bencana
ini dengan kekuatan jiwa sendiri. tiadalah ini selain dari tuntutan Tuhan semata-mata, suatu tanda Mahaadil Dia!
Karnasih : ”Aku sudah takut Ibu takkan sanggup menahan kehilangan ini.”
R.A. Kartinah : ”Besar kasihku pada ayahmu hanyalah Tuhan yang tahu. Benar juga dugaanmu,
kehilangan ini hampir tak tertanggung olehku. Tetapi akan menyesalkah aku, jika kehilangan ini dapat
membawa bahagia pada anakku dan kepada orang lain juga. Tuhan mengampuni ayahmu yang selama ini
hidupnya tak lain kerjanya hanyalah memecah dan menceraiberaikan orang saja dan dengan demikian selalu
berusaha menambah dan menguatkan kekuasaan dan kejayaan diri sendiri. Hampir semua orang yang
bergaul dengan dia pernah jadi korbannya. Tidak, aku takkan menyesal. Aku yang paling dekat padanya akulah
pula yang terbanyak mengetahui buruk baiknya.”
(Masuk seorang polisi yang berpakaian preman tadi bersama-sama dengan agen polisi)
A. Kebahagiaan di balik kenangan buruk yang amat membekas di hati seorang ibu.
B. Untuk mencapai kejayaan, seseorang dapat berbuat yang merugikan orang lain.
C. Kesetiaan seorang istri dalam mendampingi suami, dalam keadaan apa pun.
Merangkai Kesetiaan
Merangkai kesetiaan
‘Tuk bersanding
Di anjangsana hariku
(Tri Zuliatmanto)
A. Penulis memiliki kemampuan menyusun larik yang sangat puitis. Ia juga teliti dan cermat dalam memiliki diksi.
B. Penulis mengungkapan kesetiaan yang sedemikian dalam dengan larik-larik puisi yang berima sama.
C. Penulis berbicara tentang sesuatu yang lazim dialami orang yang setia, tetapi ragu apakah kesetiaan itu akan
abadi.
D. Penulis berharap mengekalkan hubungannya dengan sang kekasih, tetapi kekasih tidak setia.
E. Penulis memiliki kemampuan menyusun puisi yang bagus karena menggunakan pencitraan penciuman.
Aku memberi selamat kepada kedua pengantin. Mereka tersenyum kelihatan agak sungkan.
Aku tertarik pada seorang bocah patah di sebelah Sumarni. Entah mengapa aku ingin menegurnya. Apakah
karena matanya mirip dengan Sri?
A. Cerpen "Perkawinan" memiliki cerita yang menarik walaupun bahasanya sangat sederhana, tetapi tetap segar
dan komunikatif.
B. Pembaca cerpen "Perkawinan" dihadapkan pada etika berbahasa yang berlaku di Jawa, terutama penggunaan
kata sapaan "Den".
C. Penggunaan bahasa Jawa dalam cerpen "Perkawinan" agak mengganggu karena tidak semua pembaca
memahami makna pilihan katanya.
D. Cerpen "Perkawinan" mengisahkan cerita yang kurang menarik karena alur cerita agak berbelit-belit dan susah
dipahami.
E. I. Yudhi Sunarto telah sukses merangkai peristiwa menjadi alur yang menarik dalam cerpen "Perkawinan".
Ketika guru dan murid-murid telah membiasakan belajar di alam terbuka, melihat tukang kebun itu bekerja
sendirian, semuanya mendekat. "Jaring itu untuk apa, Pak?“ "Untuk menjaring malaikat.“ "Malaikat?“ "Benar."
"Boleh kami bantu, Pak?“ "Boleh. Boleh tentu saja. Malah setelah ini, kalian akan saya ajak menunggu jaring
ini.“ "Kenapa mesti ditunggu?“ "Sebentar lagi Jibril akan gentayangan terperangkap jaring ini."
A. Isi cerpen ini sulit dicerna karena hanya Mengungkapkan halusinasi yang menimbulkan keanehan dan
kebingungan pembacanya.
B. Cerita yang menarik dan membuat pembaca penasaran untuk mengikuti alur cerita yang disajikan penulis.
C. Cerpen Danarto telah berhasil menarik perhatian pembaca terutama karena hasil ceritanya yang unik.
D. Penggunaan dialog yang pendek telah memudahkan pembaca untuk memahami isi cerita.
E. Danarto telah sukses menjadi cerpenis yang unik dengan cerita-cerita sangat menarik.
Soal Uraian
Sudah lewat dua bulan ia tinggal di rumah mereka, tapi satu hal yang tak didengar seluruh penghuni
rumahnya adalah suara yang berasal dari mulutnya. Barangkali ia bisu, begitu ibunya pernah bilang. Gora ingin
membuktikan keyakinannya jika anak itu bisa berbicara atau setidaknya bisa bersuara. Dan, ia bekerja keras untuk
itu, satu hal yang dilakukannya dan kini mulai menampakkan hasil hingga membuat jiwanya dilanda kebahagiaan.
”Aku Gora,” ia berbicara sembari memberi isyarat seolah ia berbicara dengan orang bisu. ”Kau bisa bicara?”
”Kulung.”
Gora bengong. Sesaat kemudia ia berlari dari dapur hingga teras depan rumah sambil berteriak-teriak,
”Namanya Kulung, ia baru saja menyebutnya. Kulung. Ibu, nama anak itu Kulung Ibu!”
Seisi rumah mendengar sentakan suara Gora. Termasuk Karyo Petir yang tengah berada di pande besi.
Teriakan Gora bagai sebuah ledakan dari kebisuan yang selama ini melekat pada diri anak itu. Kulung, ia tak bisu.
Ia seolah menyimpan lidahnya hanya untuk sesuatu yang ingin diucapkannya. Ia tak memedulikan dunia di
sekitarnya yang begitu bising dan riuh membicarakan sesuatu yang tak diinginkannya.
Sulaiman : “Saya mencari seseorang. Bapak kenal dengan seseorang yang bernama Mursiwi?”
Marsudi : “O, dia sedang mengunjungi perhelatan temannya. Itu tempatnya. Yang musiknya terdengar dari sini.”
Marsudi : “O, dia ada pekerjaan, katanya. Sebentar lagi ia pulang. Biasanya Mursiwi sendiri yang menjemput.”
Marsudi : “Itu rumah saya Nak. Kapan-kapan mampirlah, nama saya Marsudi.”
Salah Seorang : “Nah inilah, mulai berbahaya kalau ada pihak ketiga.”
(Aduh, Putu Wijaya)
Tentukan perbedaan kedua teks tersebut berdasarkan unsur penokohan dan latar cerita.
Brata mengabari Suseno tentang rencana Belanda membangun markas baru. Suseno meminta agar warga
diungsikan ke sisi hutan karena mereka akan melakukan perlawanan terhadap Belanda
Beberapa hari lamanya tiadalah" Dimah datang lagi menghadap Raja Singa. Kemudian pada suatu hari,
ketika Raja Singa sedang duduk seorang diri, datanglah ia "Hai Dimah" seru Raja, "Apakah sebabnya sudah sekian
lamanya engkau tiada datang menghadapku?" "Adakah hal yang tidak baik terjadi? Kuharap janganlah karena
sesuatu yang kurang baik maka Engkau beralangan itu"