Tujuan Pembelajaran
a. Mengidentifikasi kaidah bahasa yang digunakan dalam hikayat dan cerpen secara
cermat dan tepat
b. Menulis cerpen berdasarkan nilai dalam hikayat secara kritis dan reflektif
Petunjuk!
Hikayat si Miskin
Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja dan ratu dari kayangan yang mendapat hukuman
dari Batara Indera. Mereka dibuang ke negeri antah-berantah menjadi orang miskin. Tidak
ada satu pun orang di negeri itu yang menyukainya. Setiap kali mereka mengemis di pasar
dan perkampungan, mereka dipukuli dan diusir hingga mereka pun pergi ke hutan. Di hutan,
mereka hidup dengan memakan dedaunan, buah-buahan, bahkan kayu-kayu.
Beberapa lama kemudian, sang istri pun hamil. Saat kandungannya berusia tiga bulan ia
menangis dan meminta kepada suaminya untuk mengambilkan buah mempelam yang tumbuh
di taman istana kerajaan. Si Miskin pun terketuk hatinya karena ia sudah lama menanti
kehadiran seorang anak. Namun, ia bingung karena hal itu sepertinya tidak mungkin ia
lakukan.
“Bagaimana mungkin aku dapat mendapatkannya, istriku? Mengemis sedikit saja, kita sudah
diusir,” kata si Miskin kepada istrinya yang masih merengek seperti anak kecil.
Tiada disangka-sangka, raja sangat bermurah hati dan memberikan mempelam yang diminta
Si Miskin. Buah lain seperti nangka pun diberi raja. Penduduk kampung yang melihatnya
jatuh kasihan dan bermurah hati memberi Si Miskin kue dan juadah (kue basah). Mungkin
berkat tuah anak yang dikandung istrinya juga hal yang demikian itu terjadi.
Pada hari baik, setelah cukup bulannya, istri Si Miskin melahirkan seorang putra yang sangat
elok parasnya. Anak itu diberi nama Marakermah yang artinya anak dalam penderitaan.
Ketika Si Miskin menggali tanah untuk memancangkan tiang atap tempat berteduh, tergali
olehnya taju (topi mahkota) yang penuh berhias emas. Dengan kehendak Yang Mahakuasa,
terjadilah sebuah kerajaan lengkap dengan alat, pegawai, pengawal, dan sebagainya di tempat
itu. Si Miskin menjadi rajanya dengan nama Maharaja Indra Angkasa dan istrinya menjadi
permaisuri dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka namakan Puspa Sari.
Maka pada suatu hari Hang Tuah duduk bersama-sama dengan sahabatnya
keempat. Maka Hang Tuah “Hai saudaraku keempat, kita ini berlima bersaudara,
dapatlah kita melayarkan sebuah perahu landing, boleh kita pergi merantau
barang ke mana pun mencari makan?”
Maka kata Hang Jebat dan Hang Kesturi, “Mengapatah maka tiada boleh kita kelima melayarkan
sebuah perahu?”
Maka sahut Hang Tuah, “Baiklah jika demikian, maka bapak beta ada sebuah landing lengkap
dengan layarnya. Kita turun dengan beras bekal, sepuluh gantang seorang”
A. Hang Tuah dan empat sahabatnya sepakat pergi merantau dengan perahu layar.
B. Hang Tuah mengajak empat sahabatnya berlayar menggunakan perahu apa adanya.
C. Hang Jebat dan Hang Kesturi melarang Hang Tuah pergi merantau karena tidak ada bekal.
D. Hang Jebat dan Hang Kesturi menolak diajak pergi merantau dengan menggunakan
perahu.
E. Hang Tuah menyetujui keinginan Hang Jebat dan Hang Kesturi menggunakan perahu
tanpa layar.
Maka kata Indera Bangsawan, “Hamba ini tiada bernama dan tiada tahu akan bapak
Hamba, karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba kemari ini
karena hamba mendengar kabar anak raja sembilan orang hendak datang membunuh
buraksa dan merebut tuan hamba dari padanya itu. Itulah maka hamba datang kemari
hendak melihat tamasya anak raja itu. Mengasihani hamba dan pada bicara akal hamba
akan anak raja-raja sembilan itu tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jika lain daripada
Indera Bangsawan tiada dapat membunuh akan buraksa itu.
Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu sehingga anak sang
raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya
suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka.
Maka kata Indera Bangsawan, “Hamba ini tiada bernama dan tiada tahu akan bapak
Hamba, karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba kemari ini
karena hamba mendengar kabar anak raja sembilan orang hendak datang membunuh
buraksa dan merebut tuan hamba dari padanya itu. Itulah maka hamba datang kemari
hendak melihat tamasya anak raja itu. Mengasihani hamba dan pada bicara akal hamba
akan anak raja-raja sembilan itu tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jika lain daripada
Indera Bangsawan tiada dapat membunuh akan buraksa itu.
Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si
Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak
itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Hikayat Si Miskin
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhak jauhkan laki-laki
Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhak, "Hai
orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
6. Konjungsi yang menyatakan urutan waktu atau peristiwa pada penggalan teks hikayat di
atas adalah ...
A. Kemudian
B. Lalu
C. Maka
D. Setelah itu
E. Sungguhlah
Alkisah, ini hikayat orang dahulu kala. Diceritakan orang yang empunya cerita ini kisah
pelanduk jenaka pri bijaksana pandai ia berbuat dusta segala binatang di dalam hutan rimba
belantara.
Demikianlah bunyinya, sekali peristiwa ada seekor pelanduk, maka ia duduk kepada suatu
rimba hampir dengan Gunung Indrakila namanya disebut orang dan padang itupun …
luasnya. Maka, banyaklah pada tempat itu segala binatang marga satwa sekaliannya
berhimpun di sana.
(1) Banyak menggunakan kata benda atau pristiwa umum sebagai obyek utama
pemarannya
(2) Banyak menggunakan kata kerja material atau kata kerja yang menunjukkan tindakan
suatu benda,binatang, manusia, atau pristiwa tidak nyata
(3) Banyak menggunakan kopula yang digunakan untuk menjelaskan pengertian atau
konsep
(4) Banyak menggunakan kata atau istilah yang tidak berkaitan dengan isi teks
A. 1, 2
B. 2,4
C. 3,4
D. 1,3
E. 1,4
9. Yang bukan merupakan kaidah-kaidah yang diperhatikan dalam pembuatan teks laporan
hasil observasi terdapat pada kalimat …
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
A. 1)
B. 2)
C. 3)
D. 4)
E. 5)
B. Banyak koruptor yang menyuap dengan sejumlah uang demi diringankan kasusnya
D. Vonis hukuman yang dijatuhkan tidak sebanding dengan apa yang diperbuat.