Maka anakanda yang mulia baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji
kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
1. Kata “yang mulia baginda” dalam penggalan hikayat di atas menggunakan majas...
a. antonomasi
b. metafora
c. hiiperbola
d. simile
e. personifikasi
2. Kata arkais yang bercetak tebal pada penggalan hikayat di atas memiliki makna...
a. diusir
b. diperintah
c. diminta
d. diizinkan
e. dipanggi
a. nilai agama
b. nilai sosial
e. nilai budaya
4. Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menonjolkan unsur
penceritaan berciri....
a. Anonim d. Lisan
b. Jawa e. Arab
c. India
Alkisah, ini hikayat orang dahulu kala. Diceritakan orang yang empunya cerita ini kisah pelanduk
jenaka pri bijaksana pandai ia berbuat dusta segala binatang di dalam hutan rimba belantara.
Demikianlah bunyinya, sekali peristiwa ada seekor pelanduk, maka ia duduk kepada suatu rimba
hampir dengan Gunung Indrakila namanya disebut orang dan padang itupun … luasnya. Maka,
banyaklah pada tempat itu segala binatang marga satwa sekaliannya berhimpun di sana.
c. Hikayat Si Pendusta
c. Marga Satwa
10. Karya sastra lama yang berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan seputar kerajaan
disebut......
A. Dongeng
B. Hikayat
C. Fabel
D. Fiksi
A. Orientasi,pemenuhan
B. Tema,alur
C. Event, krisis
D. Latar, reaksi
A. Bahasa Melayu
B. Bahasa Jawa
C. Bahasa Sulawesi
D. Bahasa Banjarmasin
Sebermula ada pun yang berjalan itu pertama Maharaja Dandah, kemudian menjadi saya
pikir itu Maharaja Baruang, dan menjadi kepala jalan Maharaja Syahmar dan Raja Perkasa yang
menjadi ekor sekali, dan beberapa pula raja-raja sekalian isi rimba itu berjalan dengan segala
rakyat tentaranya mengirimkan Tuan Syekh Alim di rimba itu serta dengan tempik soraknya.
Adalah lakunya seperti halilintar membelah bumi dari sebab segala raja-raja yang tiada terkira-
kira banyaknya itu. Syahdan maka segala isi rimba yang di tanah itu pun berjeritanlah dan
tiadalah berketahuan lagi membawa dirinya, ada yang ke dalam lubang tanah ada yang di celah-
celah batu adanya.
15. Menilik isinya, kutipan di atas merupakan bagian … dari keseluruhan alur cerita.
a. eksposisi (pengenalan)
Maka kata Indera Bangsawan, “Hamba ini tiada bernama dan tiada tahu akan bapak Hamba,
karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba kemari ini karena hamba
mendengar khabar anak raja sembilan orang hendak datang membunuh buraksa dan merebut
tuan hamba dari padanya itu, itulah maka hamba datang kemari hendak melihat tamasya anak
raja itu. Mengasihani hamba dan pada bicara akal hamba akan anak raja-raja yang sembilan itu
tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jika lain daripada Indera Bangsawan tiada dapat
membunuh akan buraksa itu.
17. Nilai moral yang terdapat dalam kutipan sastra Melayu klasik tersebut adalah ....
18. Kalimat dalam kutipan tersebut yang menunjukkan ciri-ciri sastra Melayu klasik dilihat dari
bahasanya, menggunakan kata....
Pengganti Hang Tuah di keraton adalah Hang Jebat. Sesungguhnya, ia menaruh dendam atas
keputusan raja yang dijatuhkan kepada sahabatnya, Hang Tuah. Karena setia kepada sahabatnya,
ia mengamuk di keraton. Putri-putri dan dayang-dayang diperlakukan kurang sopan sehingga
banyak jugalah orang yang mati karena kerisnya, yang diberikan Hang Tuah kepadanya. Tiada
seorang pun yang berani mendinginkan sehingga raja sendiri pun terlibat pula dalam kesulitan
dan ketakutan.
Dari kutipan cerita di atas kita dapat mengetahui bahwa Hang Jebat berwatak ….
a. pemberani
b. baik budi
c. sombong
c. setia
e. kasar
d. bersifat magis
e. Bersifat anonim
”Janganlah adinda bertanya jua” jawab baginda dengan sedihnya. ”Pertanyaan itu hanya
menambah luka Tuanku jua semata.”
”Ampun, Tuanku, orang yang arif tiada pernah putus asa sekali pun bagaimana juga cobaan yang
datang ke atas dirinya. Tiada pula ia bersedih hati karena kesedihan tiada buahnya selain
daripada menguruskan badan saja yang sudah ditakdirkan tiada juga akan tertolak olehnya.”
Nilai moral yang tertuang dalam penggalan cerita di atas tampak pada perbuatan ….
Tuan puteri memandang ke dayang kipas itu. Kesepuluhnya menyembah, lalu mengundurkan diri
mengisut ke belakang perlahan-lahan. Bangkitlah Mak Inang, lalu duduk di tepi tilak tujuh
bertindih, lalu mengumpulkan bunga melur yang terselit-selit di suara tuan puteri itu.
b. moral
c. budaya
d. agama
e. pendidikan
23. Berikut ini merupakan kata-kata klise yang tidak digunakan dalam cerita sastra Melayu Klasik ….
D. pertama-tama
E. hatta tatkal
Sebermula, maka adalah pada masa itu dalam pulau Singapura itu tiadalah ada binatang buas
atau jinak yang kelihatan melainkan tikus. Maka, beribu-ribu tikus tanah itu sepanjang jalan serta
dengan besar-besarnya hampir bagai kucing adanya. Maka jikalau kita berjalan pada malam,
dilanggarkannya, beberapa banyak orang jatuh, demikianlah besarnya. Maka pada suatu malam
di rumah tempat kutinggal itu ada dipelihara beberapa kucing. Maka pada setengah malam
kedengaran kucing mengiau-ngiau. Keluarlah kawanku dengan membawa damar, hendak pergi
melihat apakah sebabnya kucing itu. Maka serta dilihatnya ada enam tujuh ekor tikus
berkerumun menggigit kucing itu. Ada yang menggigit pipinya sehingga tiadalah boleh bergerak
lagi kucing itu melainkan mengiau-ngiau saja.
Hikayat Abdulah
Maka baginda pun bimbanglah, tida tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena
anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat, iya
menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda dan
berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah
yang patut menjadi raja di dalam negeri.
b. nilai agama
c. nilai budaya
d. nilai pendidikan
e. nilai sosial
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan
pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab
usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
a. nilai moral
b. nilai agama
c. nilai budaya
d. nilai pendidikan
e. nilai sosial
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan
pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab
usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.
Kata arkais yang digarisbawahi pada penggalan hikayat di atas memiliki makna...
a. diusir
b. diminta
c. diperintah
d. diizinkan
e. diharapkan
Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak
sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya
suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka.
a. nilai moral
b. nilai agama
c. nilai budaya
d. nilai pendidikan
e. nilai sosial
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat
membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya
itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum
mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan
penyakit itu.
30. Diambilnya pisau, lalu ditorehnya gendang itu. Maka Putri Ratna Sari keluar dari gendang itu.
a. kemustahilan
b. kesaktian
c. anonim
d. istana sentris
E. bahasa
Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu dibawanya ke rumah dan
ditaruhnya hampir sangkaran bayan juga.
31. Kata arkais yang digaris bawahi pada kalimat di atas memiliki makna...
a. burung
b. ayam
c. angsa
d. kayu
e. emas
32. Bacalah penggalan hikayat tersebut!
Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah
perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu,
supaya dikata oleh si bungkuk air itu dalam.
a. antonomasia
b. alegori
c. perumpamaan
d. simile
e. metafora
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki
Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai
orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Konjungsi yang menyatakan urutan waktu atau peristiwa pada penggalan hikayat di atas
adalah...
a. kemudian
b. lalu
c. maka
d. setelah itu
e. selanjutnya
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya.
“Aku hendak pergi jauh dan lama. Buah tangan apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.
a. alegori
b. antonomasia
c. personifikasi
d. simile
e metafora
“Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil.” tanya Abu Nawas.
“Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya.” kata Baginda.
A. metafora
B. alegori
C. antonomasia
D. personifikasi
E. simile
Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dari
Baginda Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan
Raden Inu Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng. Mendengar berita ini Galuh Ajeng
sangat teriris hatinya dan menangislah ia melihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang
tak lain adalah ayah dari Galuh Ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia
melihat tingkah laku putrinya tersebut.
a. metafora
b. alegori
c. antonomasia
d. personifikasi
e. simile
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam
mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak menjaga uangnya dengan baik. Setiap hari
dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak
pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
a. metafora
b. alegori
c. antonomasia
d. personifikasi
e. simile
(1) “Janganlah kamu berdua tamak sangat dan bercakap besar pula.
(3) Bagi aku, kalau ada nasi sepinggan sudah cukup,” Awang bersuara.
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
a. narasi
b. prosedur
c. laporan
d. eksposisi
e. deskripsi
a. kemustahilan
b. kesaktian tokoh-tokohnya
c. anonim
d. keunikan