Chairil Anwar
A. 1920-an
B. 1930-an
C. 1945
D. 1966
E. 1970-an
Maka suaminya itupun terketukkan antingnya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau
beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada
isterinya, ”Ayo, hay Adinda Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini tiadakah Tuan tahu akan
hal kita yang sudah lalu itu jangankan hendak meminta barang suatu. Hampir kepada kampung orang
tiada boleh.” Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia
menangis.
Maka kata suaminya, ”Diamlah Tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan Tuan
buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada Tuan”.
Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam
itu. Setelah sampai di kedai orang berjual buah mempelam. Maka si Miskin itu pun berhentilah di sana.
Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam
itu, ”Hai miskin. Apa kehendakmu?”
Maka sahut Si Miskin, ”Jikalau ada belas dan kasihan serat Rahim Tuan akan hamba orang miskin
hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam Tuan
yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.” Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang
mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya maka ada yang memberi buah mempelam ada
yang memberikan nasi ada yang memberikan kain baju ada yang memberikan buah-buahan. Maka si
Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian.
Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hamper pun tiada boleh. Habislah
dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka iapun
kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya. Maka katanya, ”Inilah Tuan, buah mempelam dan
segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya
menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan
jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. Biarlah aku mati sekali.
(Hikayat Si Miskin)
A. Si Miskin dan istrinya sudah lama ingin segera memiliki anak.
B. Istri meminta buah mempelam di taman raja sama dengan ingin membunuh suaminya.
C. Keheranan si Miskin akan kebaikan hati para penjual di pasar kepadanya.
D. Istri si Miskin yang sedang hamil ingin makan buah mempelam yang di taman raja.
E. Upaya seorang suami untuk dapat memenuhi keinginan istrinya yang sedang hamil.
Adegan Sarjono dan Maria dengan menggendong bakul dan mengenakan topi caping.
Maria : "Sar... Sarjono!"
Sarjono : "Ada apa?"
Sarjono : "Tenang saja!"
Sarjono : "Musuh? Maria, kita ini jualan buah dan tidak punya musuh. Kita harus yakin, yang berani
bergerak di malam hari hanya TNI. Ayo jalan!"
Keduanya berjalan dengan sesekali menoleh ke belakang. Topi caping di tangan kiri. Tangan kanan di
balik seakan memegang seniata.
A. mudah tersinggung
B. bijaksana
C. penghianat
D. pemaaf
E. pemberani
Itulah yang dikhawatirkan Jalil. Jika di pantai ini dibangun hotel-hotel dan cafe lalu dipenuhi turis,
maka perlahan-lahan penduduk asli pantai ini akan terusir dari kampung halamannya sendiri. Mereka
tak akan bebas lagi berjalan-jalan mengitari pantai sebab harus membayar karcis masuk. Nelayan-
nelayan tak akan bebas melabuhkan perahu- perahunya di pantai ini sebab pantai ini sudah menjadi
tempat wisata. Perahu-perahu nelayan mungkin akan dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung
yang datang. Bahkan, jika semakin banyak pula lahan-lahan warga yang digusur demi mengembangkan
fasilitas pantai. Pengusaha akan mendapat banyak untung, orang-orang kampung akan buntung.
Jalil beranjak meninggalkan pantai itu ketika sengatan matahari semakin mengganas. Jalil memang
hanya seorang nelayan, tetapi ia bukanlah nelayan bodoh yang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Nilai sosial yang terdapat pada kutipan cerpen tersebut adalah ... .
7. Nilai budaya pada penggalan tersebut yang masih dijumpai pada kehidupan sekarang adalah ...
8. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam penggalan tersebut adalah .,..
A. Niat baik akan membuahkan kebaikan. Demikian pula sebaliknya, keserakahan dapat
membahayakan diri sendiri.
B. Lebih baik kita mengalah daripada mempertahankan hal-hal yang dapat membahayakan diri kita.
C. Lakukan sebisa yang kita lakukan demi mempertahankan harga diri yang disepelekan orang lain.
D. Berbuat baiklah kepada orang lain karena Tuhan akan memelihara dan mengabulkan doa orang
yang baik.
E. Bumi pun akan marah bila orang-orang yang mendiami bumi ini berbuat serakah dan mengakui
yang bukan miliknya.
E. Masih saja ada orang yang mengakui barang milik orang lain.
Alkisah ada seorang raja di negeri Bahi bernama Gementar Syah. Maka, pada suatu hari baginda itu
pergi berburu. Maka ia pun bertemu dengan seekor kijang beranak muda. Apabila kijang itu melihat
orang banyak datang, maka ia pun larilah meninggalkan anaknya. Maka baginda pun terlalu kasihan
melihat anak kijang itu. Maka, pada, hati Raja, "Jikalau tidak ibunya menyusui dia, tidaklah hidup anak
kijang ini. Sayang pula aku akan dial Hendak kubawa pulang akan permainan anakku." Seraya baginda
bertindak. "Hai Perdana Mentriku cari akan ibu kiang itu.
Pembuktian tokoh "Raja" seorang penyayang binatang terdapat pada ...
A. Seorang raja yang suka berburu bertemu dengan seekor kijang muda.
B. Seekor kijang kaget melihat orang banyak datang dan kaburlah dia.
E. Raja pun kasihan akan anak kijang Ialu menyuruh untuk mencari induknya.
Karena penasaran, suatu hari aku pernah mendengar dari bibi, kalau ibu harus berjuang 5 tahun
lamanya menunggu kelahiranku sampai merasa kakakku sudah cukup besar dan siap merawatku. Kakak
memiliki kondisi yang sangat baik ketika masih kecil tapi tiba-tiba saat berusia 5 tahun, ia mengalami
demam panas yang tinggi hingga membuat dirinya pingsan, ketika dilarikan ke rumah sakit otaknya
mengerut dan akhirnya ia jadi seperti ini hingga tak bisa disembuhkan lagi, ia juga mengalami masalah
kesehatan karena tubuhnya gampang terserang virus sehingga tak boleh terlalu Lelah.
(My Idiot Brother, Agnes Davonar)
Syahdan maka siti Sarah pun genaplah bulannya itu, maka ini pun sakit perutlah akan hendak beranak
itu. Maka segala bini orang besar-besar dan bini orang kaya-kaya pun masuklah mengadap Raja
perempuan akan beranak itu. Maka pada ketika yang baik dan pada saat yang sempurna maka Raja
perempuan pun beranaklah seorang anak laki- laki terlalu amat baik rupanya itu menurut ayahanda
Baginda itu. Maka disambut oleh segala bini orang besar-besar itu lalu dimandikan oleh bini segala raja-
raja pada pasuh emas. Setelah sudah dimandikan oleh bini segala raja-raja itu, maka lalulah dipakaikan
kain yang keemasan. Setelah sudah itu maka diberikan nama oleh Baginda bunda akan anakanda itu
Raja Siwalkhar itu. Setelah itu maka dipungutkan ayahanda dan pengaruh oleh bunda Baginda maka
lalulah dipeliharakan dengan sepertinya itu dan betapa adatnya orang segala raja-raja yang beranak.
(Hikayat Bayan Budiman)
Perkataan yang tidak sopan akan menyebabkan orang lain menjadi marah.
sedikitlah cita-cita.
A. orang yang menggunakan mata secara sembarangan akan dapat menimbulkan penyakit yang sangat
berbahaya terhadap dirinya dan orang lain
B. mata, kuping, lidah, tangan, perut, dan kaki, kalau tidak difungsikan dengan benar akan menjadi
sumber bencana atau malapetaka
C. dengan mata, kita dapat melihat berbagai hal dan apabila tidak dijaga akan timbul keinginan-
keinginan yang tidak perlu atau yang buruk
D. memuji seseorang haruslah sesuai dengan apa yang tampak atau yang terlihat semata-mata oleh
mata kita sendiri atau disaksikan sendiri
E. seseorang harus menghindari kebohongan karena dari matanya sendiri akan dapat dilihat perilaku
buruk yang telah diperbuatnya
15. Cermati kutipan cerita berikut!
”Kakakmu ... Dia sudah pergi ... beristirahatlah dengan tenang.” Jawab ayah membuat air mataku tiba-
tiba langsung menetes.
”Gak mungkin! Kenapa bisa begitu? Tadi Kakak masih baik-baik saja?” jeritku histeris.
Dari perkataan Ayah , aku jadi tahu mengapa kakakku tergeletak begitu kaku di tempat tidurnya tadi
dan menyebabkan ia terjatuh. Semua karena ia terlalu memaksakan dirinya untukku. Aku menangis
terisak dan baru menyadari betapa aku tak menyangka kakakku mau melakukan semua untukku.
Kalimat resensi yang menyatakan keunggulan sesuai kutipan tersebut adalah ... .
A. Kisah pengorbanan kakak kepada adikny aini adalah cerita biasa bukan? Bukankah memang harus
seperti itu?
B. Setiap kehilangan akan menimbulkan luka mendalam dan penulis telah menggoreskan luka itu juga
untuk pembacanya.
C. Banyak cara untuk mengungkapkan kasih sayang dan Agnes telah memberikan sebuah pilihan
untuk Anda.
D. Kesabaran dan kasih sayang dalam menghadapi sebuah perbedaan akan menjadi indah pada
waktunya.
E. Kisah pengorbanan kakak kepada adiknya pada buku ini telah menjadi inspirasi akan arti dari
sebuah pengorbanan.
1. C
2. D
3. D
4. E
5. E
6. D
7. A
8. A
9. A
10. E
11. E
12. E
13. E
14. C
15. E
1) C
2) B
3) E
4) A
5) B
6) A
7) C
8) A
9) B
10) B
11) A
12) A
13) C
14) B
15) B
1. Cermatilah puisi berikut.
Ibunda
Rendra
B. Marilah kita lestarikan bumi karena bumi telah memberikan,sesuatu pada kita.
2. Bait puisi yang sesuai dari susunan deret kata tersebut sebagai kata kunci adalah ... .
Kertanagara : Rakian Apatih?
Raganata : Paduka!
Sore hari, di rumah Aryo Sekti, Panembahan Reso duduk berembuk dengan Aryo Sekti.
Reso : Anda tadi, di rumah saya, berkata bahwa hanya aku yang bias menyelamatkan
kerajaan dari bencana perpecah; Benarkah itu?
Sekti : Tentu saja. Apakah Anda berpura-pura tidak menyadari kenyataan itu? Bukan
kerendahan hati!
Reso : . . .
Sekti : Ya, begitulah kenyataannya. Orang boleh suka atau tidak suka kepada Anda, tetapi
toh harus mengakui kenyataan bahwa Anda sangat dibutuhkan oleh Negara untuk mengatasi
perpecahan.
Reso : Jadi, Anda menganggap aku dibutuhkan oleh negara! Tetapi, mengenai suka atau
tidak suka terhadap diriku itu bagaimana? Anda termasuk yang suka atau tidak suka?
(40 Pertemuan dari Hari Ke Hari, W.S. Rendra)
Kalimat yang tepat untuk melengkapi dialog drama tersebut adalah ... .
D. Nasib baik atau buruk, kita harus berani menanggung atau mensyukuri.
Muhammad Arief anak yang paling jelek tampangnya di antara teman-temannya sesekolah dan
sepermainan di Koto dulu. ... seperti kaleng terinjak kerbau menurut ejekan anak-anak sebayanya
di kala itu.
Bila sekarang ini pujian dan pujaan tadi dikatakan langsung kepadanya, Arief selalu menjawab,
”Aku beruntung saja.”
”Beruntung bagaimana maksudmu?” tanya Imran suatu kali. Imran adalah seorang temannya
sejak mereka kanak-kanak dulu, yang dianggapnya teman baiknya, sesuatu yang tidak banyak
dimiliki Arief. Imran tidak termasuk dalam kelompok yang mencemooh atau mengejeknya.
”Aku beruntung punya orang tua yang aku miliki.”
”Orang tuamu punya sepuluh anak,” kata Imran sambil mengernyitkan dahinya. ”Kamu dulu
suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-
anak mereka. Suka marah.”
”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan tahu, kadang-
kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
Imran : ”Orang tuamu punya sepuluh anak. Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka
tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan
tahu, kadang-kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
B. (Muhammad Arief anak yang paling jelek tampangnya di antara teman-temannya sesekolah
dan sepermainan di Koto dulu. ... seperti kaleng terinjak kerbau menurut ejekan anak-anak
sebayanya di kala itu. Bila sekarang pujian dan pujaan dikatakan langsung kepadanya ...)
Imran : ”Orang tuamu punya sepuluh anak,” (Sambil mengernyitkan dahi) ”Kamu dulu suka
mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-
anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan
tahu, kadang- kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
C. Arief : ”Aku beruntung saja.” (Jawab Arief selalu bila sekarang pujian dan
pujaan dikatakan langsung kepadanya)
Imran : (Sambil mengernyitkan dahi) ”Orang tuamu punya sepuluh anak, kamu dulu suka
mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap anak-
anak mereka. Kamu juga suka marah-marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan
tahu, kadang- kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
D. Arief : ”Aku beruntung saja.” (Jawaban Arief selalu bila sekarang pujian dan pujaan
dikatakan langsung kepadanya)
”Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan
setiap anak-anak mereka. Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan
tahu, kadang- kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
Arief : ”Aku beruntung punya orang tua yang aku miliki.” Imran : ”Orang tuamu punya
sepuluh anak.”
”Kamu dulu suka mengeluh bagaimana mereka tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan
setiap anak-anak mereka.”
”Suka marah.”
Arief : ”Ya, itu maksudku. Karena itulah aku bisa berbuat semauku sejak kecil. Kamu kan
tahu, kadang- kadang aku tidak perlu pulang semalaman, tidur di surau atau di rumahmu.”
6 . Bacalah kutipan drama Ayahku pulang karya Usmar Ismail berikut ini.
Gunarto : “Ayah…”
Gunarto : “Kenapa masih Ibu ingat lagi masa lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat
lagi kepada kita?”
Gunarto : (Heran) “Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu?” “Bukankah seharusnya ia
tidak usah lagi membanting tulang sekarang?”
I b u : “Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti.”
Gunarto : (Bergerak Mendekati Ibu, Lalu Bicara Dengan Lembut) “Sebenarnya Ibu mau
mengatakan kalau penghasilanku tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu?” (Diam
Sejenak. Pause) “Bagaimana dengan lamaran itu, Bu?”
I b u : “Mintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto.. Tapi dari pihak orang tua anak lelaki
itu terus mendesak Ibu saja..”
Kalimat resensi untuk menggambarkan kutipan dialog di atas yang tepat adalah…
A. Cerita drama Ayahku Pulang diawali dengan kerinduan seorang ibu bernama Tina yang rindu akan
suaminya yang telah lama pergi di hari lebaran seperti hari lebaran sekarang ini tanpa meninggalkan
sepatah kata pun. Namun kondisi ibu untuk mengingat suaminya mendapat tantangan keras dari anak
laki-lakinya Gunarto yang merasakan sejak kecil menderita karena ditinggalkannya.
B. Perdebatan semakin seru mengawali cerita dalam drama Ayahku Pulang ini. Perdebatan itu antara
Ibu dan Gunarto tentang adiknya yang masih mencari tambahan penghasilan dengan menerima jahitan.
C. Tema yang ingin diungkapkan dalam drama Ayahku Pulang adalah tema sosial sepeti realita yang
ada dalam masyarakat yang tergiur oleh keindahan hidup yang disuguhkan dengan harta yang
melimpah. Drama ini memberi pelajaran bahwa dengan harta yang banyak tidak mesti bahagia terus.
D. Drama Ayahku Pulang ini memberikan pesan kepada kita yang ingin mengenal makna hidup dapat
mengambil pelajaran bahwa hidup tak selamanya mujur. Seperti roda berputar kadang jaya kadang
terpuruk.
E. Drama Ayahku Pulang ini menonjolkan perwatakan ibu dengan ketabahannya dalam menhadapi
cobaan dalam rumah tangga, mencoba untuk menerima kenyatataan hidup yang sekian lama
ditinggalkan suaminya untuk membesarkan anak-anaknya.
Buku ini merupakan kumpulan 67 kisah pendek yang mengungkap refleksi kehidupan sosial politik
Indonesia, tentang penyadaran makna nilai-nilai keutamaan budi, kearifan, dan kebajikan dalam
lingkaran kekuasaan yang banyak menyimpan konflik. Secara keseluruhan buku ini banyak dinikmati
pembaca karena banyak mengangkat hal-hal yang berkenaan dengan sosok masyarakat kecil yang dapat
dilihat nyata dalam kehidupan yang sesungguhnya. Dengan demikian kisah yang diungkapkan terasa
hadir di tengah-tengah pembaca, hidup dan dapat dirasakan.
Pernyataan yang merujuk pada keunggulan buku dalam kutipan resensi tersebut adalah….
C. Penyajian cerita serasa hidup dan dapat dirasakan sebagai kehidupan nyata
E. Buku tersebut mengungkapkan peran metodologi yang dipakai dalam bagian buku
. Jatuh Cinta
Juwita……….
……………………………………………………
Larik yang rumpang pada penggalan puisi diatas dapat diisi dengan kalimat yang bermajas
hiperbola……
Dalam Perjalanan
Kang Gangwol
Kalimat kritik yang tepat dengan isi puisi tersebut adalah ... .
B. Kesepian diungkapkan jauh lebih dalam dan lebih rumit daripada kata ”cinta ”.
E. Cinta dan kesepian dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang.
Hendry Febrian Z
Moskow
Ke pemakaman
Bertahta
A. Memilih kata untuk mengkongkretkan kesan dan angan memerlukan kepiawaian yang terlatih.
B. Dengan membangun latar, suasana, dan medan makna secara konkret, spesifik, dan padu akan
membuahkan sajak yang indah.
C. Bagaimana menggambarkan perasaan hati saat kata-kata tidak dapat lagi digunakan sebagai kuas di
atas kanvas kehidupan.
D. Perjalanan kata menjadi sebuah kereta kencana di halaman penantian terakhir mewakili pikiran
penulis.
E. Pemilihan kata-kata untuk menggambarkan latar yang diciptakan penulis menjadi rangsangan
angan pembacanya.
11. Cermati teks drama berikut!
Marwan : “Dengar tidak?“
Satpam Pujo : “Ya ..saya dengar, seperti gemuruh demonstran? Tetapi…(wajahnya ragu dan pucat)
Mati..Mati…Mati (menirukan suara yang didengar) Suara siapa ya?”
Marwan : “Itulah yang sedang kami buru…seperti suara orang berdoa…atau seperti paduan
suara…iramanya seperti detak jantung…dug…dug…dug…dug…”
Satpam Pujo : “Sok tahu kamu! Menurutku itu seperti pasukan demonstran atau ribuan orang yang
sedang marah. Tetapi...siapa mereka ?”
Surti : “Itulah yang membuat kami penasaran. Wong sejak sore tidak ada tamu yang datang.”
Satpam Pujo : “(Mengangguk-angguk) Benar! Aku juga tidak melihat tamu-tamu itu. Padahal sejak
sore aku stand bay di pos satpam.”
Marwan : “Yang membuat kami penasaran lagi kenapa orang-orang itu bersuara mati…
mati..mati…seperti ditujukan kepada Tuan Besar?”
Satpam Pujo : “Ya..siapa lagi? Di sini yang sakit kan cuma Tuan Besar?”
A. emosional
B. galak
C. cerewet
D. jahat
E. cerdas
Ketika Ki Dalang sendiri pada gilirannya harus menyelenggarakan upacara pernikahan putrinya, beliau
sendiri terlalu repot mengurus segala macam sehingga tidak bisa manggung. Salah seorang muridnya
yang paling pintar diberi tugas untuk memainkan lakon yang tersohor tersebut. Di luar dugaan
semua orang, bintang baru telah lahir. Ki Dalang Muda memainkan cerita dengan lihai dan sempurna.
Hanya pada bagian terakhir lakon, semuanya menahan napas, karena Ki Dalang Muda rupa-rupanya
telah memutuskan membuat kejutan sekaligus penerapan ajaran gurunya, yakni membiarkan Arjuna
kalah, sementara Niwatakawaca terus terbahak-bahak mengepit Dewi Supraba sambil mematahkan
panah yang menancap di mulutnya, terus melesat ke udara.
Ki Dalang Tua ikut tersentak di kursinya, lalu buru-buru mengirim perintah kilat lewat belakang.
A. perkenalan (eksposisi)
B. pertentangan (konflik)
E. penyelesaian
Anggrek Bulan
Muhammad Amin
Purnama menguning
A. perabaan
B. pencecap
C. penglihatan
D. penciuman
E. pendengaran
A. gurindam
B. pantun
C. syair
D. talibun
E. seloka
(1) Tak jauh dari sebelah timur, persis di belakang kami, adalah Mongolia yang tak tersentuh,
mengandung marabahaya yang menerbitkan rayuan pertualangan. (2) Ingin rasanya mencoba-coba
tantangan yang dihembuskan angin-,angin lembahnya yang jahat, tidur di padang sabananya sambil
menghalau serigala dengan kayu bakar, atau terhalusinasi hantu-hantu gurun yang berumur ribuan
tahun. (3) Mongolia, sungguh menggoda. (4) Tapi nanti saja karena kami harus menemui janji-janji
kami. (5) Kami harus ke selatan, terus beringsut ke selatan, menyelesaikan apa yang kami ikrarkan di
Paris.
Edensor, Andrea Hirata
A. pembangkang
B. pemberani
C. pemberontak
D. pecundang
E. pemaaf