Suatu hari di saat matahari hampir tenggelam, seekor kucing kota dengan bulu lebat dan
menawan datang menjenguk saudaranya di desa. Sang kucing desa menjamu kucing kota dengan
makanan yang sederhana. Ia pun mengunyah hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu
hanyalah sekadar basa-basi belaka. Setelah makan, mereka pun bercengkerama. Kucing desa
sangat tertarik mendengar cerita dari kucing kota itu dan ingin sekali merasakan hidup di kota.
Lalu, mereka berangkat ke kota dengan penuh harapan.
Sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Ketika masuk, kucing
desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat enak dan lezat. Tidak
lama kemudian penghuni rumah datang dan melihat kucing desa di atas meja mengendus
makanan. Dengan penuh amarah, penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul kucing desa.
Kucing desa pun ketakutan. Lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bukan begitu
cara mendapatkan makanan di sini. “Pertama, biarkan para penghuni rumah makan dengan
tenang. Kemudian kau harus mendekatinya sambil meminta-minta dan mengesek-gesekan
tubuhmu kepada mereka. Dengan cara itu, kau pasti mendapatkan makanan dari mereka.” jelas
kucing kota. Kucing desa pun mencobanya, tetapi ia hanya mendapat sisa makanan berupa
tulang belulang.
Kucing desa kecewa dengan keadaan di kota. “Aku memang memiliki kemewahan di
sini, tetapi hidupku tidak tenang karena tidak bisa mencicipi makanan di atas meja. Aku hanya
bisa makan makanan sisa dari penghuni rumah.” ujarnya kepada kucing kota. Lalu, kucing desa
kembali ke desanya. Ia bersyukur hidup sederhana di desa dengan penuh kedamaian dan
kenyamanan yang kontras sekali dengan kehidupan di kota.
a. Bertukar pikiran
Jawaban: B
b. Dengan penuh amarah, penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul kucing desa.
Jawaban: C
Setiap pagi hari Saddam membantu menyiapkan kue buatan ibunya untuk dibawa ke sekolah. Di
sekolah, kue buatan ibunya itu akan dititipkan di kantin sekolah. Sepulang sekolah, Saddam akan
membantu ibunya berjualan kue keliling kampungnya.
a. Dialog antartokoh
b. Perilaku tokoh
c. Secara langsung
d. Pikiran tokoh
Jawaban: B
Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau. Di sana kadang ada
makanan, kadang tidak ada makanan. Sang anjing menggunakan hidung, mata, dan telingannya
untuk mencari makanan sampai ia mencium bau anyir. Lalu, dia mengikuti arah bau itu dan
sampailah dia di situ. Namun, dia tidak menemukan ikan itu di tanah ataupun di dekat danau.
Ketika dia menengadah, ia melihat seekor bangau bertengger di sebuah pohon dengan paruh
berisi ikan. Burung bangau bukanlah burung yang sering dilihat oleh sang anjing.
Sang anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan meskipun
makanan itu ada di dalam paruh burung bangau. “Ah, aku tidak perlu mencari ke tempat yang
jauh karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan makanan itu cukup untuk
membuatku kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini melihat sang burung bangau yang
bertengger di pohon itu dengan penuh rasa kagum. Lalu, ia berkata sambil berteriak dengan
keras, “Hai, burung yang indah dan cantik, kau kelihatan sangat indah ketika bertengger di dahan
itu.” Sang burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan memiringkan kepalanya
memperhatikan sang anjing dengan sangat curiga, sang burung bangau tetap menutup paruhnya
dan tidak membalas sahutan sang anjing.
“Lihatlah kakimu yang besar dan kuat itu,” kata sang anjing, “tubuhmu yang besar dan
warna bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik, dan paruhmu
yang panjang itu sangat indah.” Rayu sang anjing, “Burung indah seperti dirimu pasti memiliki
suara yang cukup bagus dan merdu. Kau adalah burung sempurna ketika kau bernyanyi dengan
indah dan aku akan memujimu selayaknya sang ratu burung yang indah.” Mendengar rayuan
sang anjing yang membuat senang hatinya, sang burung bangau kini lupa akan rasa curiga dan
ikan besar yang dipegang oleh mulutnya.
Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia
membuka mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras tanpa sadar ia
menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing. Sang anjing yang berhasil mengelabui bangau
segera menyambar ikan yang meluncur jatuh dari mulut bangau sembari berkata, “Kau memang
burung besar dan cantik, kau memiliki suara meskipun tidak semerdu burung lain, tetapi di
manakah otakmu? Kau menjatuhkan ikan yang cukup besar ini, aku sangat berterima kasih.”
Sang anjing menggigit dan pergi dari sang burung sambil tersenyum manis dan sang burung kini
menyesali perbuatannya.
Jawaban: B
Jawaban: D
a. Penglihatan
b. perabaan
c. pendengaran
d. penciuman
Jawaban: B
Di usia yang tersisa, Suarni dan Said ingin berkumpul kembali dengan anak-anak, ingin
rnerasakan kehangatan di tengah-tengah mereka, seperti dulu, saat mereka masih di kampung.
Keduanya tak henti-hentinya berharap, mudah-mudahan, ada di antara anak-anak yang mengajak
tinggal di Jakarta, menghabiskan hari tua di sana. Aih, betapa menyenangkan bila Suarni masih
dapat membuatkan makanan kesukaan Ijal, Ketek, Basa, atau Irham. Akan tetapi, setelah sekian
lama menunggu dan berharap, ajakan itu tak kunjung tiba. Kalaupun sekali waktu Suarni dan
Said datang berkunjung, itu hanya sekedar menjenguk cucu-cucu, sepekan dua pekan. Setelah
itu, mereka kembali pulang ke kampung. Tidak untuk tinggal berlama-lama, sebagaimana
keinginan mereka. Harapan Suarni dan Said kini beralih pada Alida. Anak perempuan semata
wayang, yang juga memilih hidup di Jakarta sejak menikah dengan Yung.
Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan cerpen tersebut adalah ...
Jawaban: A
Bacalah teks drama di bawah ini untuk mengerjakan soal nomor 8-10!
Dono : "Ini dia. Sudah hampir menghabiskan satu sepatu aku mencarimu, Mar. Kucari
kamu di pangkalan becak, tidak ketemu. Di rumah, tidak ketemu. Kamu mau
sembunyi, ya?"
Margono : "Sembunyi?"
Dono : "Ya. Kamu memang perlu diberi pelajaran, Mar. Di kampung ini tinggal kamu
seorang yang belum setor uang untuk dana Tsunami Jepang, dana untuk
menolong saudara-saudara kita di Jepang. Jangan mengelak lagi, ini hari terakhir.
Aku tak mau pusing hanya memikirkanmu."
Margono : Ha,... (Margono hanya sayup-sayup mendengar suara Dono. Detak jantung
semakin keras. Tanpa terasa Margono tersenyum)
Dono : "He, malah tersenyuml Ayo cepat bayar. Kalau tidak, akan aku laporkan pada
Pak Lurah, nanti"
Dono : "Kalau tidak, kenapa senyum-senyum? Mana uangnya, cepat? Kasihan teman
teman kita yang kelaparan di Jepang"
Dono : Ha, ha, ha, ha, .... (Margono tidak hanya tersenyum, tetapi justru tertawa
terbahak-bahak. Tiba-tiba badannya ambruk, jatuh, dan tidak bergerak lagi)
a. Margono akan makan di warung nasi tetapi tidak ada warung yang buka
b. Margono baru pulang dari kantor desa untuk membayar dana Tsunami
c. Margono menunggu penumpang, tetapi tidak ada satu pun yang mau naik becak
d. Margono menghindari Dono karena pernah menghina Dono
Jawaban: C
9. Pesan yang bisa kita dapatkan dari penggalan drama di atas adalah
Jawaban: D
a. kemiskinan
b. keramahan
c. kedermawanan
d. kemalasan
Jawaban: A