Anda di halaman 1dari 5

BATU BETARUP

NAMA : SUSI SANTIKA


DALAM PERSPEKTIF : LEGENDA BATU BETARUP KECAMATAN SAMBAS

Pagi ke pasar beli setrika


Beli setrika di pak toke
Perkenalkan saye Susi Santika
Dari kelas PGMI 5 E

Ade urang di sungai menangkap ikan


Menangkap ikan kakap merah
Assalamualaikum saye ucapkan
izinkan saye untuk bekesah

Jalan jalan ke subah


Baliknye singgah bali sirup
Itok saye ade kisah
Name kisahnye Batu Betarup

Mati lampu ngidupkan pelite


Izinkan saye untok cerite

PADA AWAL KISAH


Cerita ini mengisahkan tentang sebuah keluarga kecil di desa tempapan hulu,
kecamatan Galing, yang dikucilkan karena keluarga yang paling miskin di desa. Bahkan
karena saking miskinnya keluarga ini Orang-orang sampai tidak menganggap keberadaan
keluarga kecil ini.
Teman-teman yang berbahagia, di dalam kisah ini diperankan oleh seorang ibu dan
seorang anak yang berusia 10 tahun. Bagaimana kisahnya, mari kita dengarkan bersama.
=================================================================================
Tokoh :
1. Ibu (suara rendah dan cempreng)
2. Anak (suara rendah dan cempreng)
==================================================================
01. NARATOR : Pada zaman dahulu, di suatu desa terpencil hiduplah sebuah keluarga
kecil. Keluarga ini sudah tidak lengkap, karena sang ayah sudah
meninggal beberapa tahun lalu. Setelah meninggalnya sang ayah
keluarga ini hidup miskin dan melarat yang hanya terdiri dari seorang
ibu dan anak.

Suatu hari orang yang paling kaya raya di kampung itu mengadakan
selamatan yang kita tahu kalau orang kaya mengadakan selamatan,
pasti seluruh warga kampung di undang. Setelah mendengar cerita, si
anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena seumur
hidupnya dia tidak pernah pergi keacara yang seperti itu.

02. Anak : (suara tinggi dan cempreng) … “Aku daan suah pegi kea care macam
giye” Mak, kite daan di undang ke di acare iye? . (Tanya sang anak
kepada ibunya)

03. Ibu : (suara rendah dan lemah lembut)… “ Daan tau mak nong, cobe kau
tanyak ke orang dakat sie” (ucap sang ibu kepada anak).

04. Anak : (suara rendah) … “Mane ade mak orang yang nak barek tau kite. Aku
kan bau ”. (kata sang anak).

05. Ibu : (suara rendah) … “ Oh pun giye umak jak lah yang nanyak nye” (kata
sang ibu)

06. NARATOR : Pergilah ibunya itu. Kemudian bertanyalah ibu kepada tetangga itu

07. Ibu : (suara lembut) … “Eh bu sinum, adeke aku kanak undang keacare
selamatan iye ii ”. (Kata sang ibu bertanya kepada tetangga).

08. NENEK : (suara rendah dan lemah lembut) …“ Iye cu nyaman rasenye, manis
agik tu”. (Ucap sang nenek)

09. Bu Sinum(tetangga): (suara lemah)… “Daan tau saye ye bu. Daan di undang kali bu.
Aku cume ngundang orang yang namenye ade di sitok”. (Ucap
tetangga
Karenarasa kesal dan benci ibunya menyeruak. Kemudian sadarlah dia
bahwa mungkin dia adalah orang paling miskin di kampungnya.
Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa keluarganya tidak
di undang oleh orang yang mengadakan acar itu. Akan tetapi si anak
ingin sekali seperti orang lain yang dapat makan enak.

Kemudian si anak nekad bahwa dia harus pergi ke acara itu.

10. Anak : (suara tinggi dan cempreng) …“Mak…! Aku pokoknye harus pagi
kea care iye, apepun yang terjadi.” (Ucap sang anak)

11. NARATOR : Tibalah di hari acara tersebut. Orang yang kaya tadi membuat tarub
untuk acaranya tersebut. Tarub itu adalah tempat orang yang terhormat
berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan sebagainya. Pokoknya
orang kaya dan terhormat yang dating pada sebuah acara yang memang
sengaja dibuat oleh orang. Begitu acar adimulai, berdatangan orang
sekampung. Melihat orang sekampung pergi keacara itu, si anak pun
ikut pergi juga Berdandanlah si anak.

Ketika sampai di tarub, si anak di tahan oleh si penjaga tarub. Lalu si


penjaga tarub itu bertanya kepada sang anak. “Ada apa kamu kesini?
Kamu itu tidak di undang”

Kemudian penjaga tarub mendorong tubuh anak tersebut hingga jatuh.


Merasa diperlakukan seperti itu, pulanglah si anak ke rumahnya.
Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada ibunya apa
yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya memerintahkan si
anak agar anak itu mengulangi untuk pergi kembali, pergilah si anak ke
selamatan itu lagi. Penjaga tarub tersebut mendorong anak tersebut
lagi. Kemudian si anak kembali ke rumah dan memberitahukan
kejadian tersebut kepada ibunya.

12. Anak : (suara tinggi dan cempreng) …“ Mak, aku kanak dorong agek oleh
penjage tarub” (Ucap sang anak)

13. Ibu : (suara tinggi)… “ Ngape ratinye be tang pakai dorong. Cobe sebelom
kau pagi mandek dolok noong sampai barseh, mungkin badan mu ye
maseh bau, jadi urang daan maok nerimak kau di acare” (ucap sang
ibu)

14. NARATOR : Kemudian Si anak tanpa berfikir Panjang menuruti perintah ibunya.
Setelah mandi si anak langsung pergi ke cara tersebut untuk ketiga
kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga di dorong oleh si
penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali lagi
kerumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si
ibu.

Mendengar cerita anaknya, hati si ibu pun menjadi geram terhadap


perlakuan si penjaga tarub terhadap anaknya, maka timbulah niat jahat
si ibu.

15. Ibu : (suara tinggi dan maraah)…, “ Oh pun gie care urang dengan kite,
kite bise juak bejahat dengan urang. Pun gie kau dandanek kucing kite
nong pakaikan baju kekucing biar kucing iye bagus. Kalak kite bawak
kucing iye keacare urang kaye sombong iye nong”. (ucap sang ibu)

16. NARATOR : Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil
membawa kucing yang sudah di dandani tadi.

Ketika telah sampai di tarub, kucing yang sudah di dandani seperti


manusia tadi dilemparkan ke depan orang-orang yang duduk di tarub.
Karena lucunya sang anak dan ibu mendandani kucing itu, semua
orang yang duduk di tarub menjadi tertawa terbahak-bahak. Kucing itu
pun berlari-lari kebingungan tidak terarah. Orang mengira kalau
kucing tersebut sedang menari dan semakin besar ketawa orang yang
ada disitu. Saat orang di tarub sedang asik menertawakan kucing itu,
tiba-tiba petir menyambar orang di tarub tersebut. Dengan seketika
tarub beserta semua orang yang ada di tarub itu berubah menjadi batu.

Namun sang anak dan ibu tidak terkenak sambaran petir itu dan tidak
berubah menjadi batu, seperti orang-orang yang ada di tarub. Itu
karena sang ibu dan anaknya bersembunyi dibalik batang bambu dekat
dengan tarub tersebut.

Batu tersebut terdapat di kampung Daup Kecamatan Galing,


Kabupaten Sambas. Makanya hingga saat ini, jika petir menyambar,
orang di sekitar pasti akan menggesekkan batang bambu, menurut
mereka jika dua buah batang bambu di gesekkan dapat menangkal
sambaran petir.

TAMAT

Amanat dari kisah ini adalah kita tidak boleh mempunyai sifat sombong dan angkuh.

==================================================================

========================================================================================
MATA KULIAH : SBDP Mendongeng
DOSEN PENGAMPU : Eno Sanusi
NAMA : Susi Santika
NIM : 12010138
KELAS : 5 E PGMI
SUMBER : (kisah) https://youtu.be/UTIKZmvfNpk
(Musik penyela… Instrumen Melayu Sambas)
https://youtu.be/-PspNOiVWPA

Anda mungkin juga menyukai