Anda di halaman 1dari 2

Dongeng Anak Panjang Berikut ini beberapa contoh dongeng anak panjang yang edukatif dan

sarat pesan moral. 1. Kisah Pohon Apel Alkisah, ada sebuah pohon apel yang sangat besar dan
rimbun. Buahnya banyak, manis, dan berwarna merah. Seorang anak kecil pun senang bermain
di sekitar pohon itu. Namun, semakin besar, anak kecil itu sudah tidak lagi bermain di sekitar
pohon. Si Pohon Apel pun bersedih. Suatu hari, anak kecil yang sudah tumbuh remaja itu datang
ke tempat Pohon Apel. “Hai, kemarilah dan bermain-main di sekelilingku,” kata si Pohon Apel.
“Aku tidak sempat bermain. Aku kelaparan dan tidak memiliki uang. Aku tidak tahu harus berbuat
apa,” ucap Si Anak. “Kalau begitu, ambil saja semua buahku untuk kamu jual di pasar,” tawar si
Pohon Apel. Si Anak senang sekali, mengambil semua pohon apel, dan menjualnya hingga ia
bisa mendapatkan uang. Setelah sekian lama, Si Anak tidak datang lagi dan membuat si Pohon
Apel kesepian. Namun, beberapa tahun setelah itu, Si Anak kembali, dan pohon apel senang
sekali dan mengajaknya kembali bermain di sekitarnya. “Aku tidak punya waktu bermain,
rumahku habis kebakaran, dan aku serta anak istriku tidak memiliki rumah lagi sekarang,” ujar Si
Anak sedih. “Kalau begitu, potong saja dahanku untuk dijadikan rumahmu,” ucap Si Pohon Apel.
Si Anak gembira luar biasa dan langsung memotong habis batang pohon dengan hanya
menyisakan sedikit batang serta akarnya. Bertahun-tahun lamanya Si Anak tak kembali lagi. Si
Pohon Apel benar-benar merasa kesepian. Namun, saat Si Anak datang, wajahnya sudah tua
dan tubuhnya sudah bungkuk. “Apa lagi yang kau butuhkan? Aku sudah tidak memiliki apa-apa.
Buahku sudah habis, batangku pun sudah kau tebang. Aku hanya memiliki akar saat ini,” ucap Si
Pohon Apel. “Aku hanya membutuhkan sebagai tempat beristirahat untuk tempat tinggal
abadiku. Aku memilih tempat ini di dekatmu karena kamu adalah teman terbaikku,” ungkap Si
Anak. Di akhir kisah dongeng sebelum tidur ini, Si Anak yang sudah menjadi kakek-kakek
meninggal dunia dan dikuburkan di dekat pohon apel itu. 2. Gadis Penjual Korek Api Gadis kecil
ini bernama Meri. Meri sangat sedih Ketika neneknya meninggal. Akhirnya ia hanya hidup
dengan ayahnya. Tapi ayah Meri sangat malas tidak mau bekerja, sehingga membuat mereka
tidak punya cukup uang untuk membeli bahan makanan. Akhirnya, saat musim dingin tiba Meri
keluar rumah dan menjual korek api. Meri tidak pantang menyerah, walaupun kedinginan dan
bajunya tidak tebal. Sudah beberapa hari korek apinya belum ada yang terjual. Hari semakin
malam dan ia duduk di depan toko sambil menahan dingin dan lapar. Akhirnya, ia menyalakan
korek api untuk menghangatkan tangan sampai korek api itu habis dan Meri pingsan karena
kedinginan. Esoknya warga menemukan Meri pingsan dan menyesal tidak membeli korek api
Meri. 3. Lalat yang Pelupa Pada zaman dahulu, hidup seekor lalat kecil yang baik, penyayang,
rajin dan suka membantu. Di suatu pagi yang cerah, si Lalat mendengar kabar bahwa akan ada
sebuah festival besar di desa tempat ia tinggal. Si Lalat sangat bersemangat dan dengan
sukarela membantu segala keperluan festival. Namun, semua kesibukan tersebut anehnya
membuat si Lalat melupakan namanya sendiri. Karena bingung bukan kepalang, si Lalat pun
memutuskan untuk bertanya pada ibu semut yang duduk di sebelahnya. “Maaf sebelumnya, apa
kau tau namaku?” tanya si Lalat. Tetapi, tentu saja ibu semut tidak tahu. Ibu semut menyuruh si
Lalat agar mencoba bertanya pada belalang di sebelahnya. Si Lalat langsung terbang
menghampiri paman belalang. Ia menanyakan pertanyaan yang sama pada paman belalang.
Tetapi hal itu juga tidak membuahkan hasil. Paman belalang hanya menggelengkan kepala
sebagai pertanda bahwa ia tidak tahu. Paman belalang menyuruh si Lalat bertanya kepada bibi
kupu-kupu, tapi bibi kupu-kupu pun tidak tahu. Melihat si Lalat yang putus asa, bibi kupu-kupu
menyarankan lalat untuk bertanya kepada seorang bayi manusia karena mungkin bayi itu tau
nama si Lalat. Mendengar ide tersebut si Lalat langsung menghampiri si bayi manusia. “Halo,
bayi kecil yang manis. Meskipun kita tidak pernah bertemu sebelumnya, apakah mungkin kau
tau namaku?” Si Lalat merasa percuma bertanya pada bayi manusia karena tak mungkin ia tahu
bahwa dirinya adalah lalat. Tetapi kemudian… “La…la…la…”, ucap si bayi. Mendengarnya, si
Lalat pun langsung membelalak bahagia. “Ah, iya benar sekali. Aku kan Lalat. Terima kasih bayi
kecil yang lucu, kau telah membantuku mengingat namaku sendiri.” Si Lalat akhirnya kembali ke
festival dengan perasaan gembira karena telah berhasil mengingat namanya sendiri. Ilustrasi,
dongeng (Freepik) 4. Pasir dan Batu Andi dan Budi sedang berjalan di padang pasir sambil
berdebat dengan satu sama lain. Tiba-tiba Andi menampar Budi karena kesal dengannya.
Bukannya marah, Budi justru menuliskan “HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU” di tanah.
Mereka pun melanjutkan perjalanan dan menemukkan sebuah sumber air. Karena tergesa-gesa,
Budi tergelincir dan hampir tenggelam, tetapi berhasil diselamatkan oleh Andi. Setelah
diselamatkan, Budi menulis di batu “HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKANKU.” Melihat
kelakukan aneh Budi, Andi bertanya “Ketika aku menyakitimu kamu menulis di tanah, tapi ketika
aku menyelamatkanmu kamu menulis di batu, kenapa?

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "10 Dongeng Anak Panjang yang Menarik
untuk Dibaca" , https://katadata.co.id/agung/lifestyle/6506a9dee4f11/10-dongeng-anak-panjang-
yang-menarik-untuk-dibaca
Penulis: Ghina Aulia
Editor: agung

Anda mungkin juga menyukai