Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah:

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD)

MITOS, LEGENDA, DAN CERITA RAKYAT YANG ADA DI


INDONESIA

Oleh:

Rizki Aulia

(NIM : 2206102010034)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
yang ada di Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Muhammad Syukri, S. Si, M. Selaku Dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Alamiah
Dasar. Semoga dari makalah ini kita dapat menambah pengetahuan tentang Mitos,
Legenda, dan Cerita Rakyat Di Indonesia.

Banda Aceh, 28 Januari 2023


A. Legenda
1. Legenda Keong Mas – Cerita Rakyat Jawa Timur

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan yang makmur dan sentosa, 
hiduplah dua orang putri raja yang sangat cantik jelita. Mereka bernama Candra
Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba
kecukupan.

Hingga pada suatu hari berkunjunglah seorang pangeran yang amat tampan
lagi rupawan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama
Raden Inu Kertapati. Kedatangannya bermaksud untuk melamar Candra Kirana.
Kunjungan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan
akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.

Namun pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa dengki. Karena
dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Lupa daratan Dewi
Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu mengutuk
Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu.
Nenek Sihir pun menuruti permintaan Dewi Galuh, dan mengutuk Candra Kirana
menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.

Suatu hari seorang nenek yang baik hati sedang mencari ikan dengan jala, dan
keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu kemudian dibawanya
pulang dan diletakkan di atas tempayan. Keesokan hari nya nenek itu mencari ikan
lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Lalu Nenek tersebut memutuskan
untuk pulang saja, namun sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di
meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada
dirinya sendiri, siapakah yang mengirim masakan itu.
Kejadian itu berulang setiap harinya, karena penasaran keesokan paginya
nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu
lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke
belakang rumah untuk mengintipnya.

Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada
ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan
menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut
memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu.

Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?, tanya si nenek. Aku
adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan
saudaraku karena merasa iri kepadaku, kata keong emas. Setelah menjawab
pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek
sangat terheran-heran.

Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra
kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa.
Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk
mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung
gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak
itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan
Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu
makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari
burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi
asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden
itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan
Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena
perbekalannya sudah habis.

Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra
Kirana sedang memasak. Akhirnya kutukan dari nenek sihir pun hilang karena
perjumpaan itu. Lalu Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik
hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada
Baginda Kertamarta.

Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu
mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia
melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati
pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

2. Legenda Asal Usul Telaga Warna

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan.


Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup
tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan
bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan
ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.

Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki


anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu
menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju.
“Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.

Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu
Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai
anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil.
Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan
hadiah.

Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama


Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka
hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah
menjadi remaja yang cantik.

Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa
pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau
keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar.
Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.

Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri.
Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu
pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu
mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam
ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.

Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli


perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu.
“Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik
mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di
dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana.
Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan
hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua
orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya.
“Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian
orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka
mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi
dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau
memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu.
Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Itu sungguh
mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak
seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah.
Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air
mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga
air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air
yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan
tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan
mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan
langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari
kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

B. Mitos

1.Tidak Boleh Menyisakan Nasi atau Membuang Nasi


Tidak boleh menyisakan nasi atau membuang nasi, mitos yang satu ini telah
diyakini, dan dipercaya oleh semua masyarakat. Sebab dengan kamu membuang nasi
tersebut dapat membuat nasi itu menangis. Mitos itu juga umumnya ditujukan kepada
seorang anak kecil yang sangat sulit sekali jika disuruh untuk makan. Tentunya,
dengan adanya alasan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menakuti anak-
anak bahwasanya jika makan nasi tidak habis maka nasi akan menangis. Pada
umumnya anak-anak kecil ini akan merasa takut jika nasi itu akan menangis karena
ulahnya yang tidak mau untuk memakannya. Larangan ini juga cukup baik sebagai
bahan media dalam mendidik supaya seorang anak bisa menghargai makanannya.

2. Kupu-kupu datang ke rumah

Cerita mitos pertama yang cukup terkenal di Indonesia adalah ketika ada
kupu-kupu yang masuk ke rumah dan berkeliling, artinya akan ada tamu dari jauh
yang datang. Tamu bisa datang tiba-tiba atau bisa memberi tahu dulu nanti. Dengan
begitu, masyarakat yang mempercayainya akan sibuk memberas-bereskan rumah agar
terlihat rapi saat tamu sudah datang. Atau mulai memasak masakan yang enak-enak.
Namun, ini hanya mitos yang belum tentu terjadi. Bisa saja kupu-kupu masuk ke
rumah secara kebetulan. Apalagi di Indonesia jumlah kupu-kupu itu termasuk banyak
dan mudah ditemukan. Tamu yang datang dari jauh biasanya akan memberi tahu dulu
sebelum datang karena merasa tidak sopan apabila tiba-tiba datang tanpa
pemberitahuan.

3. Main di saat magrib bisa diculik makhluk halus

Cerita mitos ini agak seram jika dibandingkan yang lainnya. Anak-anak
dilarang main saat magrib. Kalau masih ada di luar rumah, harus segera pulang.
Kalau tidak, nanti akan dibawa oleh wewe gombel. Mitos satu ini sebenarnya bukan
untuk menakut-nakuti dan bisa saja hanya cerita. Mitos ini biasanya digunakan agar
anak-anak yang sudah lama main di luar segera pulang, apalagi sudah mau menjelang
malam. Mitos ini biasanya berhasil membuat anak-anak akan pulang cepat.

C. Cerita Rakyat

1. Roro Jonggrang)
Dahulu kala, di Desa Prambanan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh
Prabu Baka. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang.
Suatu ketika, Prambanan dikalahkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh
Bandung Bondowoso. Prabu Baka tewas di medan perang. Dia terbunuh oleh
Bandung Bondowoso yang sangat sakti.

Bandung Bondowoso kemudian menempati Istana Prambanan. Melihat putri


dari Prabu Baka yang cantik jelita yaitu Roro Jonggrang, timbul keinginannya untuk
memperistri Roro Jonggrang. Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bondowoso
adalah orang yang membunuh ayahnya. Karena itu, ia mencari akal untuk
menolaknya. Lalu, ia mengajukan syarat dibuatkan 1.000 buah candi dan dua buah
sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam semalam.

Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Ia meminta


pertolongan kepada ayahnya dan mengerahkan balatentara roh-roh halus untuk
membantunya pada hari yang ditentukan. Pukul empat pagi, hanya tinggal lima buah
candi yang belum selesai dan kedua sumur hampir selesai. Mengetahui 1.000 candi
telah hampir selesai, Roro Jonggrang ketakutan. “Apa yang harus kulakukan untuk
menghentikannya?” pikirnya cemas membayangkan ia harus menerima pinangan
Bandung Bondowoso yang telah membunuh orangtuanya.

Akhirnya, ia pergi membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan dan


memerintahkan untuk menghidupkan obor-obor dan membakar jerami, memukulkan
alu pada lesung, dan menaburkan bunga-bunga yang harum. Suasana saat itu menjadi
terang dan riuh. Semburat merah memancar di langit dengan seketika. Ayam jantan
pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara itu, para roh halus segera
meninggalkan pekerjaan. Mereka menyangka hari telah pagi dan matahari akan
segera terbit. Pada saat itu hanya tinggal satu sebuah candi yang belum dibuat.

Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya telah


gagal. Dalam amarahnya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi
sebuah arca untuk melengkapi sebuah buah candi yang belum selesai. Batu arca Roro
Jonggrang diletakkan di dalam ruang candi yang besar. Hingga kini, candi tersebut
disebut dengan Candi Roro Jonggrang. Sementara itu, candi-candi di sekitarnya
disebut dengan Candi Sewu (Candi Seribu) meskipun jumlahnya belum mencapai
1.000.
2. Sangkuriang
Gunung Tangkuban Perahu konon terjadi karena kisah Sangkuriang yang
menendang perahu yang ia buat. Seorang anak yang jatuh cinta kepada ibu
kandungnya sendiri yaitu Dayang Sumbi.

Pada jaman dahulu kala, terdengarlah kisah dari salah satu putri di Jawa Barat
bernama Dayang Sumbi yang mempunyai anak bernama sangkuriang, pada suatu hari
sangkuriang pergi berburu di temani oleh seekor anjing bernama Tumang, tetapi
Sangkuriang tidak tahu bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga sekaligus
Bapaknya.

Pada saat berburu Sangkuriang bertemu dangan seekor rusa, Sangkuriang


teringat bahwa Ibunya sangat senang hati rusa. Akhirnya Sangkuriang menyuruh
Tumang untuk mengejar rusa tersebut, namun Tumang kehilangan jejak rusa tersebut
dan Sangkuriang menjadi marah karena Sangkuriang sangat ingin memberikan hati
rusa kepada ibunya maka Sangkuriang membunuh Tumang untuk mengambil hatinya
dan kemudian ia pulang.

Sesampainya Sangkuriang di rumah ia memberikan hati didapatkannya dari


berburu kepada Ibunya untuk di masak. Saat memakanya Dayang Sumbi teringat
pada Tumang dan menanyakannya pada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab dengan
wajah ketakutan “Tumang mati” Dayang Sumbi marah bukan dan memukul kepala
Sangkuriang dengan sendok nasi dan mengusirnya dari rumah.

Setelah kejadian itu Dayang Sumbi sangat menyesalinya, ia selalu berdoa dan
sangat tekun bertapa hingga suatu hari sang dewata memberikan anugerah kepada
Dayang Sumbi yaitu berupa kecantikan abadi dan tidak pernah tua. Setelah di usir
Ibunya Sangkuriang berkelana keberbagai tempat, akhirnya Sangkuriang kembali lagi
ketempat Dayang Sumbi kemudian kedua orang tersebut pun bertemu.

Sangkuriang akhirnya jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun


melamar Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat sedang
berduaan Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang dan menanyainya
kepada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab ini bekas luka akibat dipukul dengan
sendok nasi oleh Ibunya mendengar pernyataan tersebut Dayang Sumbi kaget dan
memberi tahu sangkuriang bahwa dia adalah Ibunya namun sangkuriang tidak
percaya dan tetap berniat menikahinya.

Dayang Sumbi mengajukan permintaan dia minta di buatkan perahu layar


dalam sehari tidak boleh lebih, Sangkuriang menyanggupinya. Ia membendung
sungai Citarum untuk tempat perahunya dalam pembuatanya Sangkuriang
mendapatkan bantuan dari jin hasil taklukanya dalam perantauanya, karena bantuan
dari jin perahu itupun hampir selesai.

Dayang Sumbi memohon kepada Dewa. Dayang Sumbi membuat ayam jago
berkokok lebih awal, dan akhirnya berhasil jin yang membantu sangkuriang lari
ketakutan dan meninggalkan sangkuriang sendirian. Karena kesal perahu itu di
tendangnya dan terjatuh diatas gunung dan menyatu dengan gunung dan bernama
Gunung Tangkupan Perahu, Sangkuriang akhirnya meninggal karena terjatuh
kedalam sungai Citarum.

Anda mungkin juga menyukai