Anda di halaman 1dari 5

Abu Nawas dan ibu yang sebenarnya

Pada suatu hari, hakim pengadilan dibuat bingung oleh dua orang ibu
yang merebutkan seorang bayi. Karena sama-sama mempunyai bukti yang
kuat, hakim tidak tahu bagaimana caranya untuk menentukan siapa ibu
kandung dari bayi itu.
Akhirnya, dia pergi menghadap Raja Harun Al Rasyid untuk meminta
bantuan supaya kasus tersebut tidak berlarut-larut.
Raja kemudian turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, dia malah dibuat putus asa karenanya. Kedua wanita itu sama-sama
keras kepala dan tetap menginginkan bayi itu.
Kemudian, Raja memanggil Abu Nawas ke istana. Setelah mengetahui
duduk permasalahannya, dia mencari cara agar nasib bayi itu tidak terlunta-
lunta dan bisa bersama lagi dengan ibu kandungnya.
Keesokan harinya, Abu Nawas pergi ke pengadilan dengan membawa
serta seorang algojo. Abu menyuruh meletakkan bayi yang diperebutkan itu di
atas sebuah meja.
"Apa yang akan kalau lakukan pada bayi itu?" tanya kedua ibu yang
saling berebut itu bersamaan.
"Sebelum menjawab pertanyaan kalian, saya akan bertanya sekali lagi.
Adakah di antara kalian berdua yang bersedia menyerahkan bayi itu kepada
ibunya yang asli?" kata Abu Nawas.
"Tapi, bayi ini adalah anakku," jawab kedua ibu itu serentak.
"Baiklah kalau begitu. Karena kalian berdua sama-sama menginginkan bayi
ini, dengan terpaksa saya akan membelah bayi ini menjadi dua," jawab Abu
Nawas.
Mendengar jawaban tersebut, perempuan pertama sangat bahagia dan
langsung menyetujui usulan tersebut. Sementara itu, perempuan yang kedua
menangis histeris dan memohon agar Abu Nawas tidak melakukan hal
tersebut.
"Tolong jangan belah bayi itu, serahkan saja dia pada wanita itu. Aku
rela asalkan dia tetap hidup," isaknya.
Puaslah Abu Nawas ketika mendengar jawaban itu. Akhirnya, dia tahu
siapa ibu dari bayi itu yang sebenarnya. Lalu, dia menyerahkan sang bayi
pada perempuan kedua yang merupakan ibu kandungnya.
Setelah itu, Abu meminta agar pengadilan menghukum wanita yang
pertama sesuai dengan kejahatannya.
Hal ini dikarenakan tidak ada seorang ibu yang tega melihat anaknya
dibunuh, apalagi di hadapannya sendiri. Akhirnya, masalah pun selesai dan si
bayi akhirnya dapat bersatu kembali dengan ibu kandungnya.
LEGENDA KEONG MAS

Pada zaman dahulu hiduplah Pangeran Raden Putra dan Dewi Limaran yang
merupakan pasangan suami-istri.

Mereka hidup di istana dan menjalani kehidupan sebagai putra raja yang berkuasa
pada saat itu.

Pada suatu hari, Dewi Limaran sedang bermain-main di taman istana.

Saat itulah dia melihat seekor siput sedang berjalan merambat di taman.

Penasaran Dewi Limaran mengambil siput itu, namun dia segera merasa jijik.

“Yuck!” teria Dewi Limaran lalu membuang siput itu ke sungai.

Dia sama sekali tidak menyadari bahwa siput itu ternyata adalah seorang penyihir tua
yang sangat sakti.

Penyihir itu dapat mengubah dirinya menjadi hewan apa saja.

Penyihir itu tersinggung dan marah kepada Dewi Limaran, karena telah melemparnya.

Penyihir itu memantrai Dewi Limaran dan mengubahnya menjadi siput emas.

Penyihir itu lalu membuang siput emas Dewi Limaran ke sungai.

Siput emas itu hanyut di sungai dan tertangkap di jaring milik seorang wanita tua.

Saat itu si wanita tua itu sedang memancing dan menggunakan jalanya untuk
menangkap ikan.

Legenda Keong Emas

Dia sangat terkejut melihat siput emas di jaringnya.

Dia mengambilnya dan membawanya pulang.

Ketika wanita tua itu bangun di pagi hari, dia terkejut bahwa rumah itu dalam kondisi
bersih dan rapi.

Lantai sudah disapu dan dipel.

Dan makanan sudah terhidang di atas meja.

Dia berpikir sangat keras.

“Siapa yang melakukan ini padaku? Orang itu sangat baik.”

Itu terjadi berulang-ulang setiap pagi.


Wanita tua itu sangat penasaran.

Suatu malam dia memutuskan untuk tidak tidur untuk mengetahui rahasia aneh
tersebut.

Dia mengintip dari kamarnya untuk mengetahui siapa yang memasak untuknya.
Kemudian, dia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.

Siput emas yang ia tangkap di sungai berubah menjadi wanita cantik. Wanita tua itu
mendekatinya.

“Siapa kamu, gadis cantik?” tanya si wanita sambil keluar dari kamarnya.

cerita keong mas

“Aku Dewi Limaran, Bu. Seorang penyihir mengutukku. Aku hanya bisa berubah
menjadi manusia di malam hari,” jelas Dewi Limaran.

Diapun menjelaskan kejadian yang menyebabkan dia berwujud sebagai seekor siput.

“Mantra itu bisa hilang jika aku mendengar suara dari gamelan suci,” lanjut Dewi
Limaran.

Wanita tua itu kemudian bergegas ke istana.

Dia berbicara dengan Pangeran Raden Putra tentang istrinya.

Pangeran Raden Putra sangat senang mengetahui keberadaaan istrinya.

Dia telah mencari istrinya di mana-mana.Dia kemudian berdoa dan bermeditasi.

Dia meminta para dewa untuk memberinya gamelan suci.

Dia ingin mematahkan mantra penyihir.

Setelah beberapa hari berdoa dan bermeditasi, akhirnya para dewa mengabulkan
keinginannya.

Dia segera membawa gamelan suci ke rumah wanita tua itu.Dia memainkannya dengan
indah.

Dan kemudian siput emas berubah menjadi Dewi Limaran yang cantik.

Pasangan itu begitu bahagia sehingga mereka bisa bersama lagi.

Mereka juga berterima kasih kepada wanita tua itu atas kebaikannya.
Sebagai imbalan, mereka memintanya untuk tinggal di istana.

Legenda Panji Semirang

Kerajaan Kahuripan merupakan kerajaan besar pada zaman dahulu. Pada zaman
kejayaanya kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja yang memiliki  seorang putra.
Namanya adalah Raden Inu Kertapati.

Sang pangeran bertunangan dengan seorang putri dari kerajaan Daha yang bernama
Dewi Candra Kirana.

Suatu hari, Raden Inu Kertapati berencana untuk mengunjungi kerajaan Daha.

Dia ingin bertemu dengan tunangannya.

Raden Inu Kertapati pergi ke kerajaan Daha dengan para pengawalnya. Ketika mereka
sedang menunggang kuda, tiba-tiba sekelompok orang dari Asmarantaka
menghentikan mereka.

Pemimpinnya adalah Panji Semirang. Ketika tahu tempat asal mereka, Raden Inu
Kertapati dan para pengawalnya segera waspada dan hati-hati.

Mereka mendengar bahwa Asmarantaka merupakan tempat para pencuri.

Panji Semarang ingin bertemu dengannya. Raden Inu Kertapati setuju. Namun, Panji
Semirang menyambutnya dengan baik. Raden Inu Kertapati hampir tidak
mempercayainya.

“Jangan percaya apa yang kamu dengar, Raden. Kami bukan pencuri,” kata Panji
Semirang.

Raden Inu Kertapati merasa sangat aneh. Dia merasa sudah bertemu dan mengenal
Panji Semirang untuk waktu yang lama.

Dia benar-benar akrab dengan Panji Semirang.

Raden Inu Kertapati lalu kembali melanjutkan perjalanan ke kerajaan Daha. Ketika dia
tiba, raja menyambutnya dengan baik. Raja ditemani oleh selirnya. Dewi Liku, dan putri
mereka yang bernama Dewi Ajeng. Namun, tunangannya tidak ada di sana.

Dia bertanya pada Dewi Liku, “Di mana Dewi Candra Kirana?”

“Tunanganmu menjadi gila. Dia meninggalkan kerajaan dan pergi ke hutan.”

Saat berbicara dengan Raden Inu, Dewi Liku memantrainya. Dia melakukan sihir hitam
padanya.

Dia akan membuat Raden Inu Kertapati melupakan tunangannya. Dia ingin dia
menikahi putrinya, Dewi Ajeng.

Rencananya berhasil.

Raja mengatur pesta pernikahan. Dewi Ajeng dan Dewi Liku sangat senang. Tiba-tiba
orang-orang berteriak.

“Api Api!”

Ya, istana terbakar. Semua orang lari mencari bantuan.


Para prajurit berusaha memadamkan api. Dan beberapa dari mereka menyelamatkan
raja dan keluarganya.

Ketika Raden Inu Kertapati meninggalkan istana, ingatannya akan Dewi Candra Kirana
kembali. Dia dan pengawalnya mencari tunangannya.

Dia kemudian mengingat sesuatu. Dia tahu mengapa dia begitu akrab dengan
Panji Semirang.

Dia benar-benar mirip Dewi Candra Kirana. Dia begitu yakin bahwa Panji Semirang
adalah Dewi Candra Kirana!

Raden Inu tidak dapat menemukan Panji Semirang di mana pun. Dia akhirnya tiba di
kerajaan Galenggang. Orang-orang di sana gelisah. Sekelompok pencuri mencuri harta
benda mereka. Raden Inu dan pengawalnya membantu orang-orang. Mereka berkelahi
dengan gagah berani.

Raden Inu dan para pengawalnya memenangkan pertarungan. Para pencuri melarikan
diri.

Raja kerajaan Gelanggang senang. Untuk menghormati bantuannya yang luar biasa,
dia mengadakan pesta. Dia meminta seorang penyair untuk tampil. Namanya adalah
Jaka Asmara.

Puisi-puisinya berjudul Kisah Cinta yang Sedih. Raden Inu tersentuh. Dia merasa
bahwa puisi itu tentang hidupnya.

Dia menatap Raden Asmara dengan seksama. Dia merasa sangat akrab dengan wajah
itu. Tiba-tiba dia menyadari bahwa Raden Asmara adalah Dewi Candra Kirana.

Dan dia juga di bawah mantra.

Mantra itu pecah ketika dia bertemu Raden Inu. Mereka bahagia.

Raden Inu memintanya untuk ikut pulang ke kerajaaanya.

Beberapa bulan kemudian mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Nusantara :  Legenda Panji Semirang adalah bahwa
untuk kebahagiaan, kadang perlu pengorbanan. Tetapi jika kita tabah dan sabar,
semua rintangan harus diatasi.

Anda mungkin juga menyukai