“Bi surti, bilang aja aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu.” Pinta Dinda
pada Bi Surti yang bekerja di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kamu kenapa kaya gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu
gituin. Devi itu anak baik lho, Din.”
“Iya dari memang luarnya keliatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja
kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya tuh
pahit.”
“Beda sama kamu, lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong sama
aku. Tapi hatimu tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak
butuh kawan yang tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas Dinda.
Baca Juga : Contoh Teks Eksposisi
“Ca, menurutmu tipe cewek idaman Ari itu kaya gimana sih?”
Sambil tersenyum Nina lantas menjawab. “Gimana ya? Setahuku tipenya Ari sih
gak muluk-muluk. Karena setahu aku dia lebih suka sama cewek yang natural
gitu lah.”
“Hmm gitu ya, gak suka sama cewek yang hobi dandan berarti” Sambut Tya
dengan wajah yang semakin berbinar kegirangan.
“Coba aja kamu pakai masker bengkoang dan scrub gula pasir biar bibir merah
merona gitu” Jawab Ica.
Selama beberapa hari Tya mencoba ide yang diberikan oleh Ica. Tya pun sangat
senang karena wajahnya lama kelamaan mulai tampak lebih cerah dan berseri.
Bekas jerawat yang awalnya tampak jelas pun sudah mulai menghilang.
Masker Bengkoang dan Scrub gula pasir untuk wajah dan bibir pun tak pernah
lupa untuk terus ia gunakan mengingat seminggu lagi bakal ada acara pensi.
Pastinya di acara ini Tya bakal ketemu Ari dan dia harus tampil cantik dan
mempesona agar menarik perhatian Ari, Lelaki idamannya.
Baca Juga : Contoh Teks Diskusi
“Oh Tuhan!” Agus terkejut melihat jam ternyata pukul 07.oo pagi. Dia langsung
bergegas menuju kamar mandi, kemudia dia mandi dan merapikan diri lalu
tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampainay ia di kantor, dia sudah terlambat
menghadiri meeting yang diajukan dari jam biasannya karena bosnya akan
segera pergi keluar Negri.
“Maaf, Pak. Saya boleh masuk?” Tanya Agus pada bosnya yang sedang
memimpin meeting.
”Iya, silahkan duduk, Gus, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan oleh Riyan.”
“Ini bukan masalah sebentar atau lama. Kita di perusahaan ini para pekerja
profesional. Project itu dari dulu saya percayakan sama kamu tapi kamu ternyata
tidak bisa konsisten. Meskipun telat sebentar, ada diantara temanmu yang bisa
memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf sekali lagi, sudah bagus kamu
tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas.
Langsung seketika Agus terdiam dengan wajah yang penuh dengan penyesalan.
Setelah meeting selesai Agus pergi menuju meja kerjanya.
“Kamu kenapa hari ini, Gus? Sampai telat seperti ini tak seperti biasannya.”
“Ini salahku, Dev. Aku begadang semalam nonton bola Tim kesukaanku sampai
larut malam, sampai-sampai aku lupa kalau ada project penting dan seharusnya
menguntungkan bagiku.”
“Hmm makanya kamu harus mengutamakan profesi dari pada hobi.” Sambung
Devi sedikit menasehati.
“Maaf pak, apakah Pak Abdillah ada?” Tanya seseorang yang sedang dipanggil
interview.
Selanjutnya…
“Maaf pak”
“Tau di mana Pak Abdillah? Kenapa Office Boy (OB) yang ada di dalam
ruangan?” Tanya seseorang itu kepada karyawan lain yang berada di luar
ruangan.
“Yang di dalam tadi Pak Abdillah. Dia memang suka pura-pura seperti itu untuk
mengetes bawahannya.” Ia menjelaskan.
“Maksudnya pak?”
“Ya artinya kamu tidak lolos interview hari ini, begitulah Pak Abdillah. Dia trauma
dengan beberapa bawahannya karena urusan materi.”
Baca Juga : Contoh Kata Pengantar
Hari ini ada empat mata pelajaran yakni, matematika, Bahasa indonesia, Bahasa
Inggris, dan Sejarah.
Mata pelajaran yang pertama adalah matematika. Bapak guru menyuruh untuk
,engerjakan halaman 7 sampai 8.
Suasana di dalam kelas nampak hening ketika para siswa sedang mengerjakan
soal yang di berikan oleh bapak guru tersebut.
Dinda, Nuryati, dan Indah pulang bersama, mereka bertiga berjalan kaki karena
memang jarak sekolah kerumah mereka tidak terlalu jauh.
“Setelah makan siang nanti kita bermain bersama ya?. Di rumahku ada boneka
baru yang di belikan ayahku dari Bandung.” Pinta Indah kepada kedua temanya.
“Aku tidak bisa ikut. Aku mau belajar saja, karena tadi kan pak guru berpesan
untuk belajar untuk persiapan karena akan ada tes dadakan.” Sanjang Nuryati
dengan polosnya.
Sesampai di rumahnya, Tika langsung ganti baju, makan siang, kemudian tidur
siang agar malamnya dia bisa belajar dengan tenang dan bisa konsentrasi.
Sesekali ia bertanya kepada ayahnya jika ada yang kurang paham dengan
materi di buku.
Sedangkan Dinda dan Indah asyik bermain boneka hingga larut sehingga
mereka tidak sempat mempelajari materi. Keesokan harin nya mereka berangkat
bersama, sesampai di kelas, ternyata memang ada tes dadakan.
Dinda dan Indah merasa kesulitan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh
pak guru dan akhirnya mereka mendapat nilai jelek sehingga mereka harus
mengulang tes susulan.
Lain halnya dengan Nuryati. Ia mendapat nilai terbaik di antara teman satu kelas
nya karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh sesuai nasihat gurunya.
Bapak guru meminta agar Dinda dan Indah belajar dengan temannya, Nuryati.
“Wah, Nur, selamat ya, kamu mendapa nilai terbaik. Besok kita akan ikut belajar
denganmu ya.” ucap Dinda pada Nuryati.
“Iya Pak, tidak papa yang penting Bapak sudah berusaha dan memang
selebihnya ini merupakan rejeki dari Tuhan.”
Keesokan harinya, sang suami berangkat bekerja lagi dengan membawa barang
dagangannya ke pasar. Di tengah-tengah perjalanan ia bertemu dengan nenek
tua yang terlihat kebingungan pinggir di jalan.
“Ada apa nek?” Tanya pak Tugimin kepada nenek tua tersebut.
“Nak, bolehkah nenek meminta uang? Nenek ingin pulang tapi tidak ada
ongkos.” Pinta nenek lirih kepada Pak Tugimin.
“Uangku juga mepet, dagangan saya dari kemarin tidak laku banyak, untuk
makan saja masih kurang, ah tapi tidak apa-apa. Kata pak ustad sedekah akan
melancarkan rejeki, bismillah saja.” Gumam pak Tugimin dalam hati.
“Baiklah, Nek, ini ada uang tapi tidak terlalu banyak buat naik bis nenek sampai
tujuan ya. Biar saya antar sampai ke terminal.” Ucap Pak Tugimin sambil
mengantar nenek tersebut menuju terminal.
“Terima kasih nak, sudah mau membantu nenek, semoga rejekimu selalu
lancar.”
“Aamiin, Nek”.
Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Tugimin kembali ke pasar melanjutkan
menjual dagangannya. Sesampainya Ia di pasar, ada seorang pembeli yang
hendak memborong dagangannya sampai habis.
“Alhamdulillah rejeki memang tidak akan tertukar. Memang sedekah akan
melancarkan rejeki.” Gumam Pak Tugimin bersyukur.