Anda di halaman 1dari 3

1.

Keutamaan Sedekah
“Bu, hari ini barang dagangan Bapak hanya sedikit yang laku. Hanya segini yang bisa Bapak
berikan pada Ibu.” Sambil memberikan uang kepada istrinnya untuk kebutuhan rumah tangga.
“Iya Pak. Nda papa yang penting Bapak sudah berusaha dan selebihnya ini adalah rejeki dari
Tuhan.”
Keesokan harinya, si suami berangkat bekerja dengan membawa barang dagangannya ke pasar.
Di perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang kebingungan di jalan.
“Ada apa nek?” Tanya pak Bejo menghampiri nenek tua tersebut.
“Nak, bolehkah saya meminta uang? Saya ingin pulang tapi tak ada ongkos.” Pinta nenek lirih
kepada Pak Bejo.
“Uangku juga mepet, dagangan dari kemarin gak laku, untuk makan saja kadang masih kurang,
ah tapi gak papa. Kata pak ustad sedekah bisa melancarkan rejeki, bismillah saja.” Gumamnya
dalam hati.
“Baiklah, Nek, ini ada uang segini buat naik bis nenek sampai tujuan ya. Biar saya antar sampai
terminal.” Ucapnya sambil mengantar nenek tersebut menuju terminal.
“Terima kasih nak, semoga rejekimu selalu lancar.”
“Amin, Nek”.
Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Bejo kembali ke pasar untuk menjual dagangannya.
Sesampainya di pasar, ada seorang pembeli yang memborong dagangannya sampai habis.
“Alhamdulillah rejeki memang tak ke mana. Memang sedekah bisa melancarkan rejeki.” Gumam
Pak Bejo bersyukur.

2.Trauma
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Silakan masuk.” Sambung Pak Toni dari dalam ruangan.
“Maaf, Pak Toni ada, Pak?” Tanya seorang pemuda yang dipanggil interview panggilan
pekerjaan.
“Engga, silakan keluar!“
“Baiklah.”
“Di mana Pak Toni? Kenapa OB yang berada di dalam?” Tanya pemuda itu pada petugas di luar
ruangan.
“Ya yang di dalam tadi itu Pak Toni. Dia memang begitu, suka berpura – pura berpenampilan
seperti OB untuk mengetes karyawannya.” Ia menjelaskan.
“Maksudnya?”
“Ya kamu gak lolos hari ini, memang begitu Pak Toni. Dahulu dia pernah trauma dengan
beberapa karyawannya karena materi.”

3.Baik Luar Dalam

“Ra, ada Sinta tu di depan nyariin kamu, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut Tina pada
Rara yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Rara.
“Bi, bilang aja aku gak ada, lagi diluar atau di mana gitu.” Pinta Rara pada Bi Inah yang bekerja
di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kenapa kamu kaya gitu sama Sinta? Dia sudah datang jauh-jauh tapi malah kamu usir. Dia anak
baik lho, Ra.”
“Iya dari luarnya memang baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja kamu mengukur sifat
seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya pahit.”
“Pahit gimana?”
“Dia sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang. Banyak pokoknya Tin, yang
tidak bisa aku jelaskan.”
“Lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos sama aku. Tapi setidaknya hatimu tulus, Tin, bukan
baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas
Rara.

4.Tak Konsisten
Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap. Dia masih mengeliat menahan
rasa kantuk. Kemudian perlahan membuka matanya.
“Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia langsung bergegas mandi dan
merapikan diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat
menghadiri meeting yang diajukan dari jam biasannya karena bosnya akan segera ke luar kota.
“Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni pada bosnya yang sedang memimpin
meeting.
”Silahkan duduk, Jon, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan Hamid.”
“Tapi kenapa, Pak? Saya hanya telat sebentar.”
“Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di sini para pekerja profesional. Project itu sudah lama
saya percayakan padamu tapi kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat sebentar, ada
temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf, sudah bagus kamu tidak
saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas.
Langsung seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting selesai joni pergi menuju
meja kerjanya.
“Ada apa hari ini, Jon? Kamu sampai telat tak seperti biasannya.”
“Ini salahku, Mer. Aku begadang nonton bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada project
penting dan seharusnya menguntungkan bagiku.”
“Oalah makanya utamakan profesi dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit menasehati.

5.Rajin Belajar
Hari Senin yang cerah. Setelah anak-anak upacara bendera, mereka menuju kelasnya masing
masing untuk mendapat mata pelajaran dari guru. Hari ini ada mata pelajaran matematika,
Bahasa indonesia, Bahasa Jawa, dan PPKN.
Mata pelajaran pertama adalah matematika. Ibu guru menyuruh untuk mengerjakan halaman 5
sampai 6. Suasana kelas nampak hening ketika para siswa sedang mengerjakan soal. Kemudian
setelah selesai, bu guru berpesan untuk mempelajari materi perkalian dan pembagian dengan soal
cerita karena sewaktu-waktu bisa diadakan tes dadakan.
Setelah selesai mendapat pelajaran di sekolah, para siswa pulang. Tika, Dwi, dan Rima pulang
bersama jalan kaki karena jarak rumah mereka yang tak jauh dari sekolahan.
“Habis makan siang nanti kita bermain yuk. Di rumahku ada boneka baru yang dibelikan ibuku
dari Bandung.” Pinta Rima pada kedua sahabatnya.
“Asyik.” Ucap Dwi dengan penuh kegembiraan.
“Gimana, Tik, kamu bisa ikut tidak?”
“Aku tidak ikut saja. Mau belajar di rumah karena tadi kan ibu guru berpesan untuk belajar
karena siap-siap jika ada tes dadakan.” Sanjang Tika dengan polosnya.
Sesampai di rumah masing-masing, Tika langsung ganti baju, makan siang, solat, kemudian
istirahat siang sehingga malamnya dia bisa belajar dengan tenang dan konsentrasi. Sesekali dia
bertanya kepada kakaknya jika kurang paham dengan materi di buku.
Sedangkan Dwi dan Rima bermain boneka sampai larut sehingga tidak sempat mempelajari
materi. Keesokan harinnya mereka berangkat bersama dan sesampai di kelas ternyata memang
ada tes dadakan. Dwi dan Rima merasa kesulitan dalam mengerjakan soal dan akhirnya nilainya
jelek sehingga harus mengulang tes susulan.
Lain halnya dengan Tika. Dia mendapat nilai terbaik di kelas karena dia sudah belajar dengan
rajin sesuai nasehat gurunya. Ibu guru meminta agar Dwi dan Rima belajar dengan temannya,
Tika.
“Wah, Tik, selamat ya, nilaimu 10. Besok kita ikut belajar denganmu ya.” ucap Rima pada Tika.

6.Wirausaha
Yola adalah mahasiswi lulusan pertanian yang memilih berwirausaha daripada bekerja kantoran.
Uniknya, yang dia jual adalah produk olahannya sendiri yang dia racik dari penelitian yang dia
lakukan di kampus. Produk yang ia jual adalah sambal dengan campuran rumput laut yang
ekonomis dan sehat.
Awalnya dia memasarkan di kalangan teman kuliahnya sampai dosen dan staf kampus. Hasil
risetnya masuk dalam kategori produk riset terbaik tahun 2017. Selain hargannya yang relatif
terjangkau sesuai dengan kantong mahasiswa, produknya juga menyehatkan.
“Yol, apa sih yang membuatmu lebih suka berwirausaha? Padahal kamu termasuk mahasiswa
berprestasi loh, bisa masuk perusahaan manapun dengan mudah bahkan tanpa tes. Apalagi
produk sambalmu itu kamu jual dengan harga terjangkau, bagaimana kamu bisa meraih
keuntungan?” Tanya salah satu temannya penasaran.
“Iya memang, aku bisa saja menjual produkku ini dengan harga tinggi jika aku mau. Pasti juga
laku. Apalagi bagi orang yang paham kesehatan. Aku juga bisa saja bekerja di perusahaan
bonafit dengan gaji tinggi, bisa saja, tapi mohon maaf teman, aku kuliah tinggi- tinggi bukan
untuk uang atau balik modal dari seluruh biaya yang aku keluarkan. Aku bahagia jika
pekerjaanku bisa bermanfaat untuk orang lain baik dari segi biaya dan kesehatan mereka.” Jelas
Yola.
Mendengar penjelasan Yola, temannya langsung terdiam.

Anda mungkin juga menyukai