Anda di halaman 1dari 2

PEKERJAAN AYAHKU

“Haduh, uangnya tidak cukup untuk membeli beras,” keluh ibu Nana. Pagi itu, Nana sedang siap-siap
berangkat sekolah. Ia sedang menyisir rambutnya yang ikal.

“Ada apa, bu?” tanya Nana, mendengar suara ibunya.

“Nggak apa-apa, sayang. Nana sudah siap? Sarapan dulu, ya?” tawar ibu Nana. Nana mengangguk dan
menarik kursi makan. Ibu menyendokkan nasi yang agak keras beserta telur ceplok ke piring Nana.

“Maaf ya, Nana. Nasinya agak keras. Uang ibu tidak cukup untuk membeli beras dengan kualitas bagus,”
jelas ibu sambil murung. Kehidupan Nana akhir-akhir ini memang sedang sulit. Ayah habis kena PHK
besar-besaran dari pabriknya, dengan uang pesangon yang sedikit. Ibu bilang, uang pesangon ayah
sudah habis untuk bayar sewa rumah.

“Ayah kemana bu?”

“Sudah pergi kerja, cari pelanggan.” Ayah Nana menjadi mitra ojek daring untuk mencukupi kebutuhan.
Pergi pagi-pagi sekali, pulang larut malam. Kadang-kadang Nana mendapat oleh-oleh berupa minuman
botol atau makanan ringan yang diberikan oleh pelanggan ayah.

Beberapa saat kemudian, Nana sudah sampai di sekolah diantar ibu. Untunglah sekolah Nana dekat, bisa
dicapai dengan berjalan kaki selama 10 menit. Nana senang berjalan kaki bersama ibu. Udara di tempat
tinggal Nana masih asri, banyak pepohonan yang rindang. Sesampainya di kelas, Nana disambut Alila
dan Yuki. Mereka sedang bercerita mengenai liburan kemarin.

“Aku pergi ke tempat air mancur viral,” kata Alila.

“Aku pergi ke mall yang baru buka, banyak tokonya di dalam sana. Aku beli sepatu baru,” sahut Yuki
sambil memamerkan sepatu barunya. Nana tersenyum saja. Jangankan untuk liburan, untuk beras saja
beli yang kualitasnya tidak bagus, pikirnya. Tidak lama kemudian, ibu guru masuk ke dalam kelas.

Ibu guru menjelaskan mengenai beragam jenis pekerjaan. Ada petani, dokter, perawat, polisi, guru,
hingga presiden. Anak-anak murid mendengarkan penjelasan ibu guru dengan seksama. “Apakah ada
pertanyaan, anak-anak?” tanya ibu guru setelah menjelaskan.

“Ibu, bagaimana caranya menjadi polisi?” tanya Adi.

“Bagus pertanyaanya Adi. Untuk menjadi polisi, kalian harus mengikuti berbagai macam tes. Pertama,
ijazah sekolah minimal SMP. Lalu, mengikuti tes tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kepolisian. Selanjutnya mengikuti tes jasmani, seperti berlari, berenang, sit-up, push-up, dan lain-lain.
Cukup sulit, namun kalau disiapkan dari jauh-jauh hari pasti bisa,” jawab ibu guru. Suasana menjadi riuh
rendah. Beberapa berdiskusi mengenai pekerjaan impian mereka.

“Aku ingin jadi astronot,” sahut Elisa.

“Aku ingin jadi analis kimia,” ucap Bunga.

“Aku ingin jadi nahkoda,” kata yang lainnya.


“Semua memiliki cita-cita yang bagus. Sekarang, keluarkan buku latihan untuk mengerjakan soal-soal
yang akan ibu diktekan,” kata ibu guru mengakhiri diskusi hari itu.

Ibu guru memberikan PR yang harus dikumpulkan lusa berupa karangan mengenai pekerjaan orangtua.
Karangan itu akan dibaca di depan kelas oleh masing-masing siswa. Nana merasa sangat gamang. Ayah
Alila bekerja sebagai pemilik toko kelontong paling sukses sekecamatan. Orangtua Yuki masing-masing
bekerja di kantor swasta. Nana takut dipermalukan teman-teman jika membuat karangan mengenai
Ayahnya, yang merupakan seorang mitra ojek daring.

“Nana, kenapa bengong? Ayo bantu ibu di dapur,” panggil ibu membuyarkan lamunan Nana. Nana
melangkah ke dapur dan menemukan ibu sedang memotong ikan. “Alhamdulillah ibu bisa beli beras dan
lauk pauk hari ini.”

“Oh ya,” sahut Nana. “Tadi pagi ibu bilang uangnya tidak cukup untuk beli beras.”

“Oh, kau dengar ya,” kata ibu sambil tersenyum. “Ayah tadi pagi mendapat tip cukup banyak dari
pelanggannya. Ayah mengantarkan seseorang yang terlambat berangkat ke stasiun. Syukurlah, mereka
sampai tepat waktu. Pelanggan tersebut tidak jadi ketinggalan kereta. Pelanggan tersebut sangat
berterimakasih pada Ayah hingga memberikan ayah uang tip,” jelas ibu. Mata Nana berbinar.

“Ayah keren ya, Bu” timpal Nana.

“Keren sekali, hahaha.”

Sore berikutnya Nana minta diajak ayah bekerja. Ayah mengatur aplikasi agar menerima orderan barang
saja. Nana membantu mengantar makanan, mengantar paket, membelikan barang-barang di toko, dan
mengantarkan obat dari apotek. Kasihan orang ini, pikir Nana, sedang sakit pasti tidak enak sekali
rasanya. Nana teringat saat ia sakit demam, seharian hanya bisa tiduran, badannya lemah dan kepalanya
pusing.

Nana sampai di depan rumah orang yang memesan obat. Ia sudah diajarkan ayah untuk memberikan
barang dengan sopan. “Permisi, kami dari ojek online,” kata Nana sambil mengetuk pintu. Beberapa saat
kemudian pintu dibuka. Seorang ibu hamil yang sedang menenangkan anaknya yang masih balita yang
terus menangis.

“Terimakasih banyak. Anakku sedang rewel sekali karena sedang demam. Saya tidak bisa pergi ke
apotek, karena tidak ada orang lain yang menjaganya. Suami saya sedang bekerja,” kata wanita
tersebut, mukanya lelah sekaligus senang melihat Nana. Setelah mengucapkan terimakasih, Nana
berbalik menuju motor Ayah.

Sesampainya di rumah, Nana mengerjakan PRnya dengan semangat. Ia tidak lagi malu dengan pekerjaan
Ayah, pekerjaan Ayah sangat mengagumkan. Teringat wajah sumringah karyawan rumah sakit yang
memesan makanan pukul 5 sore karena tidak sempat makan siang, para pekerja UMKM yang
menitipkan barang untuk diantarkan ke pelanggan, dan seorang karyawan yang meminta diantarkan
laptop dari kantor ke rumahnya karena ketinggalan. Mereka semua sangat berterimakasih kepada Nana
dan Ayah. Sore itu Nana mendapat tip yang lumayan serta sekotak susu dari ibu yang memesan obat.
Namun yang paling penting, Nana mendapat pengalaman yang sangat berkesan.

Anda mungkin juga menyukai