Aku tidak mengerti mengapa masih banyak orang diluar sana yang mengatakan hidup
di Kota itu mudah dan sangat enak. Nyatanya, masih banyak orang yang mengemis untuk
mendapatkan sesuap nasi, masih banyak orang yang tidur di emperan toko, restoran, bahkan
ada yang di bawah jembatan, tetapi mengapa semuanya bisa terjadi? Siapa yang harus
disalahkan?
Hidup di kota tidak sama seperti banyak orang bayangkan. Ya, aku dan keluarga tinggal
diperkotaan. Hidup kami jauh dibawah dari kata hidup sederhana. Kami hanya pendatang dari
sebuah desa. Saatku duduk dibangku kelas dua SD, kami pindah karena rumah kami di gusur
oleh pemerintah desa tersebut, dan anehnya kami tidak diberi ganti rugi, tidak diberi solusi,
sehingga aku dan keluargaku memilih berpindah di kota ini. Kami hanya tinggal di sebuah
rumah kayu, walaupun begitu kami tetap mendapatkan kebahagian. Rumah yang kami huni
dibangun di atas lahan yang bukan milik kami. Kesulitan, kesusahan, dan perjuangan hidup
menjadi keseharian kami sekeluarga.
Andi Adristha nama bapak aku, bekerja sebagai kusir delman. Hidup sebagai anak kusir
delman memang sangat memalukan, tetapi apa yang bisa kami lakukan? Bapak bekerja sebagai
kusir delman adalah satu-satunya jalan untuk keluarga kami mendapatkan sesuap nasi. Nita
Nandita itu Ibuku, dia berjualan sayur-sayuran di pasar. Ibu sangat terkenal di lingkungan kami
karena kepeduliannya dengan sesama walaupun dalam keterbatasan yang ada dalam keluarga
kami.
Nata Nareswari, ya itu namaku! Arti nama Nata adalah wanita yang kuat, sedangkan
Nareswari berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Permaisuri. Aku sedang menempuh
pendidikan di Universitas Dwi Wacana Tomohon program studi Ilmu politik semester 2. Aku
mempunyai adik bernama Ansen Adhimata dia juga sedang menempuh pendidikan di Institut
Teknologi Minahasa program studi Sistem dan Teknologi Informasi semester 1. Aku dan
adikku Ansen, sebenarnya tidak akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena
keterbatasan ekonomi, tetapi dalam keluarga kami pendidikan sangat penting.
Hari ini seperti biasa aku bangun dan bersiap untuk kuliah. Sesampainya di kampus,
aku langsung disambut dengan bisikan-bisikan misterius “eh dia kan?”, “eh yang ini bukan”,
“dia kan” ujar mereka sambil melayangkan tatapannya kepadaku. Aku sangat heran. “Eh Nata,
katanya kamu jualan Kue dan Koran di lampu merah, ya?” ujar Mentari kepadaku “Iya, kenapa
emangnya?” jawabku “tadi kamu sempat heboh karena ada salah satu mahasiswa yang melihat
kamu, semangat ya kamu” ujar mentari. Ya, aku sadar bahwa aku satu-satunya mahasiswa yang
berbeda dalam sudut pandang ekonomi. Bagaimana tidak, aku berjualan kue dan koran di
lampu merah. Tapi aku tidak malu dengan hal yang ku buat selagi itu tidak merugikan mereka.
Seusai kuliah, aku mendapatkan ide untuk mewawancarai orang-orang penyebab
mereka tidak mau naik delman, dengan begitu aku bisa membuat kesimpulan dan mencari jalan
keluar. Akupun bergegas pergi ke pusat kota untuk wawancara, pertama yang aku cari adalah
Bapak dan ternyata bapak dan delmannya tidak berada di tempat mungkin lagi mengantar
penumpang. Beberapa menit kemudian aku melihat seorang anak berseragam sekolah
“Permisi, perkenalkan saya Nata. Bisa meminta waktunya sebentar?” tanyaku, “iya kak, bisa”
jawabnya.
“Mengapa orang-orang lebih senang naik kendaraan modern dibandingkan delman yang
didepan itu?” tanyaku “Karena dunia ini juga sudah canggih kak, semua sudah serba teknologi.
Sudah ada motor dan mobil listrik juga dan kalau naik mobil itu nyaman, ada AC nya juga”
jawab seorang anak berseragam. “Oh baik kak, terima kasih ya” jawabku. Akupun duduk di
dekat pusat kota sambil termenung.
Mengapa semuanya bisa terjadi? Siapa yang harus disalahkan? Pertanyaan yang aku
sangat ingin tanyakan akhirnya terjawab. GLOBALISASI. Ya semuanya karena Globalisasi,
Globalisasi saat ini yang mana semua berkembang lebih maju dan terjadi secara cepat, sehingga
sering terjadi perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain dan sangat
memungkinkan terjadinya masalah sosial. Globalisasi membawa dampak negatif bagi
masyarakat, dan bisa mengancam Negara Kesatuan Republik indonesia.
Akupun sadar bahwa keluarga kami korban dari Kesenjangan sosial dan ekonomi.
Seandainya aku bisa memberikan saran kepada pemerintah langkah-langkah yang adalah;
Meningkatkan kulitas sumber daya manusia melalui pendidikan, memberi akses kepada
seluruh masyarakat tanpa memandang. Peristiwa yang aku tidak diterima bekerja di gedung
tinggi bagaikan dosa manusia faktor penyebabnya adalah Pakaian yang aku gunakan saat itu.
Pertanyaan baru yang muncul dalam benakku adalah Dimana peran orang-orang yang
telah rakyat percayai? Aku sadar bahwa Globalisasi bukan karena mereka, tetapi apa langkah
yang tepat untuk menghadapi globalisasi? Dimana mereka yang menebar janji? Dimana??
Jabatan? Kehormatan? Harta? Gaji? Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mereka
hanya melakukan hal yang menguntungkan dirinya sendiri tanpa pernah memikirkan akibat
terhadap rakyat kecil. Rakyat kecil tertindas dengan apa yang telah terjadi.
“KAK NATA, KAK NATA” terdengar suara Adikku Ansen yang setengah berteriak.
“Iya Ansen, ada apa?” tanyaku dengan muka sedikit panik
“Bapak Kak, bapak!!” jawab Ansen “Iyaa.. kenapa bapak??” Tanyaku
“Bapaakk ditabrak mobil kak..., sekarang bapak berada di Rumah sakit” ujar Ansen
Tanpa berkata-kata pun, aku langsung menuju rumah sakit.
“Gimana keadaan bapak sekarang?” tanya ku kepada ibu
“Dokter belum memberitahu, Nat” jawab ibu
“Permisi, ini dengan keluarga bapak Andi?” ujar dokter
“Iya dok, bagaimana keadaan suami saya?” tanya ibu
“Kami sudah berusaha, dan hasilnya... Bapak Andi hanya mengalami cedera” jawab dokter
“Baik dok, terima kasih banyak” ujar ibu, dan aku
Dua menit kemudian, datang seorang suster “Permisi, dengan keluarga bpk Andi?”
ujarnya. “Iya, benar” jawab ibu “Baik, kami dari bidang administrasi mau menyerahkan nota
pembiayaan”. “Baik terima kasih” ujar ibu.
WAW kataku dalam hati ketika melihat biaya yang harus segera dilunasi. Aku
termenung sambil meneteskan air mata. Isi nota tersebut adalah :
A. BIAYA
Keterangan Nama Dokter Total Biaya
Konsultasi dokter spesialis dr. Anita Saraswati, Sp. Rp. 341.000
Konsultasi dokter umum dr. Michael Addison, S,Ked Rp. 322.000
Biaya kamar Rp. 352.000
Kamar permata 015 (kelas 2)
Pelayanan kamar Rp. 135.000
Biaya obat-obatan dr. Andriarto Jhonson, S.Farm Rp. 1.124.000
Biaya Perawatan Rp. 5.580.000
Kamar permata 015 (kelas 2)
Penunjang medis Rp. 6.090.000
Biaya Administrasi Rumah sakit dr. Hana Wijayanti, SARS, MARS Rp. 100.000
Biaya Laboratorium (foto) dr. Anwar Nugroho, MKK Rp. 518.000
Lain-lain Rp. 50.000
JUMLAH Rp. 14.612.000
MENGETAHUI
Petugas Administrasi Pihak keluarga