Anda di halaman 1dari 31

NAMA : MUTIARA YASMIN

KELAS : XI MIPA 3

“INDONESIAKU KINI SALING BERPERANG

DENGAN SAUDARANYA SENDIRI “

Pagi ini aku terbangun dari tidurku dan beranjak pergi dari kasur untuk menghampiri jendela
yang ada di pojok kamar.Aku segera membuka kaca jendela itu secara perlahan dan
menyaksikan suasana sejuk di pagi hari serta adanya matahari yang menyemangati tubuhku.Aku
melihat bendera merah putih yang masih berkibar didepah rumah,sisa dari perayaan 17Agustus
kemarin.Seolah – olah aku sedang membayangkan bagaimana perjuangan hebat para pahlawan
yang dapat membuat bendera itu terus berkibar sampai saat ini.

Aku ini terlahir dari sebuah kota kecil yang ada di sulawesi. Sebelumnya aku tidak pernah
paham tentang demokrasi.Karena di kotaku masih memiliki pemimpin yang bijaksana dan
masyarakat pun saling mendukung.Dan kurasa itu sudah cukup aman tinggal dikota ini daripada
tinggal dikota besar,namun banyak dari masyarakatnya yang belum memiliki hak setara dari
pemerintah.

Akhir – akhir ini aku banyak mendengar berita tentang pemimpin yang terlalu menekan hidup
rakyat Indonesia.Mereka menyusun dan membahas rancangan undang - undang sesuai dengan
ide yang mereka buat sendiri tanpa meminta persetujuan dari rakyat.Dan itu membuat banyak
masyarakat merasa hidupnya dipersempit dengan adanya aturan tidak jelas yang menyiksa
dirinya.

Sore ini aku sedang berkumpul bersama keluarga di ruang keluarga sambil manyaksiakan
acara berita di tv.Berita itu memperlihatkan tentang aksi demo mahasiswa kepada pemimpin
yang ada dikota besar.Aku merasa bahwa negara ini tidak sedang berperang dengan luar.Tetapi
negara ini saling berperang dengan saudaranya sendiri.Melihat aksi itu lalu aku bertanya kepada
ayahku “Ayah,bagaimana para pejuang bangsa dapat berhasil membuat negara ini merdeka dan
terbebas dari penjajah?”lalu ayag menjawab “Para pahlawan itu rela
berdarah,tertusuk,ditembak,hingga berkorban nyawa demi Indonesia yang lebih baik.Selama 300
tahun lebih kita dijajah kita juga ingin merdeka mereka juga rela menderita demi menghidupkan
bangsa ini “lalu aku kembali bertanya “lantas mengapa para memimpin dengan mudahnya
menghancurkan negara ini yang telah telah susah payah pahlawan perjuangkan untuk
bangkit?”Ayahpun menjawab “Karena sekarang ini pemuda yang ada di negara ini sudah tidak
mengingat sumpahnya.Mereka semua sangat egois dan tidak pernah memberi hasil yang baik
untuk negara.”
Aku kira Indonesia adalah putra – putri yang mengaku bertumpah darah satu tanah air.Tapi
mana?nyatanya kita hanya diam melihat Indonesia yang perlahan runtuh namun tidak berkorban
untuknya.

Ku kira Indonesia itu adalah putra – putri yang mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia .
Tapi ternyata masih banyak dari rakyatnya yang tidak memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang
kokoh serta toleran sesama bangsa Indonesia.

Dan kukira Indonesia adalah putra – putri yang mengaku berbahasa satu bahasa
Indonesia.Tapi nyatanya masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan tutur kata yang
sopan dan santun.

Tapi mana?hasil dari sumpah kita ini?kita selalu mengucapkan ikrar ini pada tanggal 28
oktober. Tapi itu semua hanya sumpah palsu generasi ini memang penghianat .Berani mengucap
sumpah tapi tidak menjalankannya dengan baik.

Aku kembali membuka mata. Indonesia tidak bisa terus begini,Indonesia harus bangkit.Aku
sebagai generasi penerus bangsa harus merangkai ide untuk membuat Indonesia berjaya.Kalau
bukan aku,siapa lagi?Indonesia butuh orang – orang dan pemimpin yang mementingkan negara
ini bukan pemimpin yang egois dan selalu mementingkan diri sendiri

Tapi kembali kulihat generasi ku semakin hancur , lantas bagaimana cara ku dapat membuat
negri ini maju,Ayahpun menjawab kamu harus mempunyai pedoman untuk maju,kamu harus
mentepati janji kamu sebagai pemuda Indonesia, mengikuti pondasi Indonesia yaitu pancasila
Dengan begitu kamu dapat menjadi pemuda yang bertanggung jawab.

Pesan Moral :

Jangan menjadi pengkhianat,jika tidak ingin dimusuhi,sebab semua orang hanya menilai
kita dari satu kesalahan.Jadilah pemimpin yang bertanggung jawab dan jangan sampai gara -
gara keegoisan kita membuat timbul perang saudara,kita harus mempertimbangkan apa yang kita
perbuat kepada orang orang agar tidak terjadi persaingan.\

Dan jangan membuat orang benci pada kita,kita semua mencari kawan,bukan lawan.Jadilah
generasi penerus bangsa yang akan menaklukkan Indonesia.
NAMA : IBRAHIM FEBRIYANTO

KELAS : XI IPS 5

“ MAAF KAK KAMI TELAT”

Kring...kring...kring,suara Jam beaker yang begitu bising membangunkanku.Pagi yang


lumayan dingin,di kota yang berpolusi ini.Oh ya,”Perkenalkan namaku Agus Purnomo
Pramudya,gue seing dipanggil Igus.Gue bersekoalh di sekoalh Teknik Mesin yang biasa
disingkat ( STM ).

Pagi ini tepat hari senin,seperti anak sekolah biasanya ,yang tiap pagi mempersiapkan Diri
untuk kesekolah , ya gue yang biasanya nyantai dulu sebelum mandi, minum kopi,makan
snack,didepan tv. Emak gue nyiapin sarapan buat gue dan abah gue. Pagi ini gue sangat bete’
acara di tv berita semua,terpaksa deh gue nonton berita di inews.

Barusanni gue tertarik sama beginian,berita pagi ini yang lagi hot,”katanya anak mahasiswa
mau turun ke jalan buat orasi,akibat adanya perubahan RKUHP , kpk di lemahkan,suami
dilarang ngewe istri sendiri,dan masih banyak lagi dah.Awalnya sih,gue percaya atau tidak
percaya , eh tapi hampir semua stasiun tv isinya ginian semua.

Saat gue lagi asik nonton emak gue manggil dengan jeritan khasnya yang cempreng.”Igus
mandi sono udah jam 07.00,”Gue kaget dan agak kesel,gue sedikitmelirik ke jam dinding dan
ternyata oh,tuhan gusti,udah lewat jam tujuh.Dan gue belum mandi dan siap-siap,ya.kali,gue
telat lagi dan lagi . Dengan cekatan dan sigap,gue ngambil jurus telat gue lagi,hanya nyuci
muka ,sikat gigi,dan Rexonaan doang.Terus gue sarapan deh.Abis sarapan gue pake sepatu,trus
sungkeman amah emak – abah gue dan lari kedepan gang dengan kecepatan 4Glite,efek takut
ditinggalkan angkot.

Rumah gue dan sekolah gue berjarak sekitar 8km-an yah sekitar 12 menitan naik angkot.tepat
5M jarak angkot dan sekolah gue ,gue ngeluarin

“Pak-pak tunggu pak,”satpam itu cuman nengok,

“Pak ...pak tunggu.”

“Buruan udah bell”


“Setelah sampai ngelewati pagar”.Satpam itu berkata

“Igus – lagi – gus lagi”.

Yah gue cuman senyum cengingisan doang.

“He...He...He”

Gue naik ke kelas, dan ternyata udah kosong,semuanya sudah ke lapangan untuk upacara.
Terpaksa deh gue jalan sendiri ke lapangan. Setelah upacara selesai dan semua siswa balik ke
kelas.

Di kelas gue dan teman kelas gue berdiskusi santai tentang berita tadi pagi.Ternyata teman
kelas gue hampir semua nonton. Ngak sia – sia gue nonton.Salah satu teman gue yang biasanya
ngelawak berteriak.

“Woi...woi...hati hatiloh ayamloh semua nanti kena denda”.

Hampir seisi kelas terbahak - bahak ketawah.

“ada – ada ajah pemerintah “ kata bendahara kelasku yang cute.

Gue dan anggota geng di kelas gue cuman nyimak.Oh yah perkenalkan juga nih teman dekat
gue Idul dan Bagas,Idul ini anak Basket dan Bagas purna paskibra.Kami berteman hampir 5
tahun dan sudah seperti sodarah.

Jam pelajaran – pun dimulai hari ini aku belajar BHS.Indonesia ,Dan teknik mesin.Setelah jam
plajaran selesai semua dan bell pulang pun berbunyi.dan semua bersiap-siap untuk pulang.Di
perjalanan pulang gue,Idul,dan Bagas jalan kaki buat nongkrong di belakang gang sekolah.

Ketika gue nongkrong,gue nyalain tv di atas kepala Idul , ia tempat nongkrong ku ini punya
nenek Idul yang jualan grosiran.gue nyari – nyari acara tv yang bagus dan Bagas tiba tiba nyaut.

“Woi berita – berita dulu lah”

“Gue kaget “ caelah tumben loh mau nonton berita “

“Idul ketawa kecil.”

“Gue penasaran nih sama anak mahasiswa yang katanya mau demo”ucap bagas.

“Wah betul juga tuh”saut idul dengan senyum ngeledek.

“yah gue terpaksa nurut ajah.

Hampir satu menit gue nyari acara berita yang ngak burik dan gak alay,dan akhirnya gue
singgah di cnn.berita pertama itu anak smp yang meninggal akibat dihukum sama gurunya.
“Bagas tiba – tiba nyaut “wah-wah parah nih.

“stres kali itu gur,udah tau sakit masih ajah di hukum.

“gue hanya tertawa terbahak – bahak.

Dan akhirnya berita yang ditunggu-tunggu tayang.dan benar saja ternyata mahasiswa betul
-betul turun ke jalan dan bersatu untuk orasi.”Seluruh Indonesia nih.nyaut Bagas dan Idul.

Ternyata masalah rkuhp ini benar – benar besar ngelenyeh.Ya’ kali ayam masuk kebun
denda.Hampir dua jam nonton tv, pukul 14.00 gue bergegas pulang,naik angkot.

Setelah sampai rumsh,gue baring-baring main smarthpone ,tiba -tiba dapan pesan siaran di
whatsap dan bunyi pesan itu “kita seluruh anak stm akan bergerak dan bersatu membantu kakak
kita mahasiswa dalam menegakkan suara rakyat.gue juga agak tidak percaya.Tapi tiba-tiba gue
di masukkan ke group.

Dan besoknya kita bergerak menuju gedung Dpr dan mulai berorasi

“maaf kak kami telat”

“seluruh anak mahasiswa menyaut dan tepuk tangan “

TAMAT

NAMA: MUNAWARAH

KELAS: XI MIPA 5

“YA SEMANGAT”
Hai kenalkan namaku Kino, dan aku laki-laki usiaku 16 tahun dari pertama aku dilahirka.
Hidupku menyenangkan, saat semuanya masih baik-baik saja. Kalau kamu bertanya apa yang
kurasakan, rasanya aku pengen tidur siang saja sekarang. Waktu aku bilang hidupku
menyenangkan. Itu artinya saat aku kecil, saat dimana aku mempercayai tanpa akut dibohongi,
menonton tv tanpa takut jadi didikan tv. Waktu aku kecil semuanya baik-baik saja, aku belajar
tanpa beban mengerjakan tugas sekolah terasa menyenangkan. Dan bermain membuatku
bahagia. Semuanya mudah waktu ku kecil, mau susu dibuatkan mama, menonton tv dinyalakan
mama, dan semua keseharianku tinggal bilang ke mama, pasti langsung selesai. Oh iya waktu
kecil dulu aku tidak perlu repot-repot memikirkan aku harus jadi apa. Jadi anak macam apa.
Karena kupikir semuanya akan tetap sama. Namun semakin kesini, semakin banyak tempat
kuinjak dengan kaki kecil ku yang semakin bertumbuh juga. Aku mengerti, waktu berjalan cepat,
tidak menyisakan ruang untuk aku dan mama tetap seperti dulu. Hingga aku terpaksa
mengangkat kaki untuk melangkah. Berjalan ke dunia orang dewasa.

“Kin, aku bagusnya jadi apa ya?

“Ya, jadi diri sendiri sajalah mau apalagi” balasku ke Pian kembali bertanya.

“Bukan gitu woi, cita-cita maksudku”

“Oh, memangnya harus pake cita-cita ya biar hidup bahagia?”

“Hah?” Pian mengernyit menandakan bingung dengan kalimatku. “Hm, kalau kamu pengen

jadi apa Kin?”

“Belum tau juga, aku pengennya sih jadi anak kecil lagi”

“Wkwkwk, buah nanas, buah kedondong. Sa ae lu tong”

Bahkan Pian juga berjuang. Maksudku, bukan berjuang membela bangsa tapi untuk dirinya
sendiri. Sedangkan aku, bingung juga mau bagaimana. Di rumah mama, menuntut terus, terus-
terus bertanya cita-citaku. Waktu aku bilang aku pengen jadi kecil lagi, dia memukulku main-
main mengatakan aku tidak pernah serius.

“Kin Kin”

“Apa woi, manggil terus dari tadi lagi bingung juga nih” tak kusangka aku marah pada Pian

“Sori-sori, kamu dipanggil Pak Hasan tuh”

“Oh, yaudah aku kesana dulu”

Aku berjalan santai menuju ruang guru. Niatnya sih ketemu Pak Hasan. Sambil memikirkan
apa tujuan dan maksud Pak Hasan kepadaku. Mungkin aku dikira anak nakal atau apalah aku
juga tidak tau apa. Jangan tanya aku. Hei kenapa sih aku ini, marah-marah ke siapa juga. Aku
mempercepat langkahku menuju Pak Hasan. Agar aku tidak merancau lagi.

“ Ya Pak, kenapa panggil saya?” ucapku pada Pak Hasan yang kuharap itu sopan melihat
rautnya sedikit berubah aneh dengan kepalanya yang botak.

“ Oh Kino, sini Kin duduk Bapak mau bicara” sapanya ramah. Fiyuh aku menghela nafas kurasa
kalimatku tadi cukup sopan.

“Kenapa Pak?”

“ Jadi begini Kino, bapak telusuri kamu tidak pernah ikut kegiatan apapun ya?”

“ Ya pak, memangnya kenapa?” tanyaku bingung. Sekarang pasti wajahku semakin aneh.

“ Ok, begini ya Kino mamamu kemarin datang bertanya apa kamu punya masalah soalnya kamu
dirumah jarang bicara sejak masuk SMA. Kamu juga tidak pernah terlibat dalam kegiatan
apapun disekolah ini. Dan bapak melihat semangat kamu kurang menjalani masa sekolahmu.
Kamu ikut OSN matematika ya”

“ Heh “ hanya heh yang keluar dari mulutku mewakili semua kebingunganku.

“ Karena bapak liat, kamu ini punya potensi, nilai kamu bagus, tugasmu lengkap. Jadi kamu mau
ya, Rian kan sakit jadi kamu gantikan ok” Bujuk Pak Hasan dengan manisnya.

“ Tapi pak, saya tidak bisa” Aku juga tetap tidak mau. Apa-apaan ini aku tidak mau menukar
tidur siangku dengan belajar matematika. Enak saja.

“ Kino kamu harus ikut, bapak maksa, kalau tidak nilaimu bakalan bapak kasih c” Aku tidak
suka ini, jadi kulangkahkan kakiku dari tempat ini berdalihkan sakit perutku.

“Assalamualaikum” kuketuk pintu dan melangkah menuju kamarku. Aku memikirkan yang
terjadi hari ini. Apa iya aku seapatis itu, tidak pernah memikirkan mamaku?”

Ah, tidak juga buktinya aku tidak nakal kan? Atau bukan itu yang ibuku inginkan?

Aku menuju meja makan, dan tidak sengaja melihat ibuku. Melihat matanya yang seperti
meminta sesuatu padaku. “ Kenapa ma? Mama mau apa? Tanyaku.

“ Ah tidak. Hanya saja mungkin bagus kalau kamu terima tawaran Pak Hasan?”

“ kenapa ma? Mama mau aku ikut?”

“ Mama sih mau banget kamu ikut tapi, kalau tidak mau, yaudah gak usah dipaksa”

Malamnya aku memikirkan perkataan Pak Hasan, mama, dan Pian. Apa benar harus ada
semangat dalam hidup? Semangat berjuang? Aku melihat balkon kamarku, dan bintang-bintang,
angin, dan langit malam, seperti memberi jawaban sama. Semuanya butuh semangat meski tidak
sama lagi. Waktu kecil hidupku bahagia, bersemangat dan menyenangkan. Setiap hidup
bagaimanapun itu harus punya semangat. Meski tidak kecil lagi. Meski hidup sulit dan kejam.
Setidaknya aku tetap semangat!!!

Ya semangat!!!!!!!

NAMA: MUNAWARAH

KELAS: XI MIPA 5

“YA SEMANGAT”

Hai kenalkan namaku Kino, dan aku laki-laki usiaku 16 tahun dari pertama aku dilahirka.
Hidupku menyenangkan, saat semuanya masih baik-baik saja. Kalau kamu bertanya apa yang
kurasakan, rasanya aku pengen tidur siang saja sekarang. Waktu aku bilang hidupku
menyenangkan. Itu artinya saat aku kecil, saat dimana aku mempercayai tanpa akut dibohongi,
menonton tv tanpa takut jadi didikan tv. Waktu aku kecil semuanya baik-baik saja, aku belajar
tanpa beban mengerjakan tugas sekolah terasa menyenangkan. Dan bermain membuatku
bahagia. Semuanya mudah waktu ku kecil, mau susu dibuatkan mama, menonton tv dinyalakan
mama, dan semua keseharianku tinggal bilang ke mama, pasti langsung selesai. Oh iya waktu
kecil dulu aku tidak perlu repot-repot memikirkan aku harus jadi apa. Jadi anak macam apa.
Karena kupikir semuanya akan tetap sama. Namun semakin kesini, semakin banyak tempat
kuinjak dengan kaki kecil ku yang semakin bertumbuh juga. Aku mengerti, waktu berjalan cepat,
tidak menyisakan ruang untuk aku dan mama tetap seperti dulu. Hingga aku terpaksa
mengangkat kaki untuk melangkah. Berjalan ke dunia orang dewasa.

“Kin, aku bagusnya jadi apa ya?

“Ya, jadi diri sendiri sajalah mau apalagi” balasku ke Pian kembali bertanya.

“Bukan gitu woi, cita-cita maksudku”

“Oh, memangnya harus pake cita-cita ya biar hidup bahagia?”

“Hah?” Pian mengernyit menandakan bingung dengan kalimatku. “Hm, kalau kamu pengen

jadi apa Kin?”

“Belum tau juga, aku pengennya sih jadi anak kecil lagi”

“Wkwkwk, buah nanas, buah kedondong. Sa ae lu tong”


Bahkan Pian juga berjuang. Maksudku, bukan berjuang membela bangsa tapi untuk dirinya
sendiri. Sedangkan aku, bingung juga mau bagaimana. Di rumah mama, menuntut terus, terus-
terus bertanya cita-citaku. Waktu aku bilang aku pengen jadi kecil lagi, dia memukulku main-
main mengatakan aku tidak pernah serius.

“Kin Kin”

“Apa woi, manggil terus dari tadi lagi bingung juga nih” tak kusangka aku marah pada Pian

“Sori-sori, kamu dipanggil Pak Hasan tuh”

“Oh, yaudah aku kesana dulu”

Aku berjalan santai menuju ruang guru. Niatnya sih ketemu Pak Hasan. Sambil memikirkan
apa tujuan dan maksud Pak Hasan kepadaku. Mungkin aku dikira anak nakal atau apalah aku
juga tidak tau apa. Jangan tanya aku. Hei kenapa sih aku ini, marah-marah ke siapa juga. Aku
mempercepat langkahku menuju Pak Hasan. Agar aku tidak merancau lagi.

“ Ya Pak, kenapa panggil saya?” ucapku pada Pak Hasan yang kuharap itu sopan melihat
rautnya sedikit berubah aneh dengan kepalanya yang botak.

“ Oh Kino, sini Kin duduk Bapak mau bicara” sapanya ramah. Fiyuh aku menghela nafas kurasa
kalimatku tadi cukup sopan.

“Kenapa Pak?”

“ Jadi begini Kino, bapak telusuri kamu tidak pernah ikut kegiatan apapun ya?”

“ Ya pak, memangnya kenapa?” tanyaku bingung. Sekarang pasti wajahku semakin aneh.

“ Ok, begini ya Kino mamamu kemarin datang bertanya apa kamu punya masalah soalnya kamu
dirumah jarang bicara sejak masuk SMA. Kamu juga tidak pernah terlibat dalam kegiatan
apapun disekolah ini. Dan bapak melihat semangat kamu kurang menjalani masa sekolahmu.
Kamu ikut OSN matematika ya”

“ Heh “ hanya heh yang keluar dari mulutku mewakili semua kebingunganku.

“ Karena bapak liat, kamu ini punya potensi, nilai kamu bagus, tugasmu lengkap. Jadi kamu mau
ya, Rian kan sakit jadi kamu gantikan ok” Bujuk Pak Hasan dengan manisnya.

“ Tapi pak, saya tidak bisa” Aku juga tetap tidak mau. Apa-apaan ini aku tidak mau menukar
tidur siangku dengan belajar matematika. Enak saja.

“ Kino kamu harus ikut, bapak maksa, kalau tidak nilaimu bakalan bapak kasih c” Aku tidak
suka ini, jadi kulangkahkan kakiku dari tempat ini berdalihkan sakit perutku.
“Assalamualaikum” kuketuk pintu dan melangkah menuju kamarku. Aku memikirkan yang
terjadi hari ini. Apa iya aku seapatis itu, tidak pernah memikirkan mamaku?”

Ah, tidak juga buktinya aku tidak nakal kan? Atau bukan itu yang ibuku inginkan?

Aku menuju meja makan, dan tidak sengaja melihat ibuku. Melihat matanya yang seperti
meminta sesuatu padaku. “ Kenapa ma? Mama mau apa? Tanyaku.

“ Ah tidak. Hanya saja mungkin bagus kalau kamu terima tawaran Pak Hasan?”

“ kenapa ma? Mama mau aku ikut?”

“ Mama sih mau banget kamu ikut tapi, kalau tidak mau, yaudah gak usah dipaksa”

Malamnya aku memikirkan perkataan Pak Hasan, mama, dan Pian. Apa benar harus ada
semangat dalam hidup? Semangat berjuang? Aku melihat balkon kamarku, dan bintang-bintang,
angin, dan langit malam, seperti memberi jawaban sama. Semuanya butuh semangat meski tidak
sama lagi. Waktu kecil hidupku bahagia, bersemangat dan menyenangkan. Setiap hidup
bagaimanapun itu harus punya semangat. Meski tidak kecil lagi. Meski hidup sulit dan kejam.
Setidaknya aku tetap semangat!!!

Ya semangat!!!!!!!
NAMA: NURUL AULYA A.M

KELAS: XI MIPA 1

“ MIMPI SANG BINTANG MALAM”

Pada suatu hari, di bawah langit sore dengan pemandangan senja yang indah bertiup angin
sejuk penawar kedamaian, seorang pemuda tengah teermenung sambil memikirkan suatu hal. Si
pemuda berkata “ Apa yang dapat kuberikan untuk bangsa ini” , sudah banyak yang
dikorbankan, diberikan, dan dirampas dari bangsaku namun aku bahkan tidak memberikan
apapun”tolong..... .Sambil menikmati semilir angin menyerdu teh hangat yang menentramkan
tenggorokan sang pemuda terus berpikir sembasi mencari solusi dari masalahnya. Sang pemuda
tersebut bernama “Thoriq”.

Yaps, Thoriq lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja membuat ia terbiasa berusaha selaras
mungkin ketika ingin mendapatkan sesuatu. Ia merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara,
memiliki 4 saudara yaitu kak Abrar, Akbar, dan Ali membuatnya merasa hidup tidak adil sebab
ketiga kakaknya memiliki awalan huruf yang sama yaitu A sedangkan ia Thoriq entah apa yang
membuat ibunya memberikan nama dengan arti bintang malam tersebut, mungkin ibunya
menginginkan suatu saat harinya dapat bersinar seperti namanya atau paling tidak dapat menjadi
seperti Pak Habibie yang dapat menerbangkan pesawat terbang wkwk. Thoriq bersekolah di
Sekolah Teknik Menengah atau biasa disebut dengan “STM” ia masuk di sekolah tersebut karena
ibunya menginginkan Thoriq menjadi seorang ahli mesin.

Di suatu pagi, aku terbangun “astaga.... ibu ngapain bangunin aku secepat ini”..... Sang ibu
pun menjawab “Astaga, Thoriq putraku kamu tahu tidak ini sudah jam berapa, masih asik tidur
saja, mau jadi apa kamu?....” tanya ibu dengan nada kesel. Akupun menjawab “yah mau jadi
orang sukseslah bu.... apapun itu pengen jadi pemuda yang berguna biar bisa bikinin ibu rumah
yang besar hahaha” jawab Thoriq dengan nada bangga... Ibu pun menjawab “ya sudah sana
mandi cepat, belajar yang baik hingga sukses , capek ibu lihat kamu rebahan mulu” kata ibu.
Akupun bersiap-siap ke sekolah dengan menaiki tumpangan umum atau kebanyakan orang biasa
menyebutnya angkot. Setiap hari inilah yang aku kendarai angkot paling-paling jika angkot tidak
ada naik bajaj lah kalaupun uang saku ku benar-benar tengah meraung aku pasti minta Beni
untuk menjemput. Akupun telah sampai disekolah, “astaga dari rumah udah ganteng pake
parfum ah ini malah sampai disekolah apek, baru kuingat mana panas lagi” inilah kutukan ku
hampir setiap hari ketika sampai disekolah selalu mengomel tentang menurunnya kualitas
penampilanku saat telah sampai di sekolah. Beni pun ternyata baru tiba dan langsung mengajak
ngobrol Thoriq “Woy Thoriq ngapain lu ngomel mulu dari tadi, udahlah gue kan udah bilang beli
motorlah buat diri loh sendiri juga, untung juga di elo kan?gimana bro? Thoriq pun menjawab
“motor-motor lu pikir harganya murah apa? Tapi ini juga lagi nabung bro dikit-dikitlah” “yaudah
semangat nabungnya yah” semangat Beni untuk Thoriq.

Drdrdrtdrtdr suara bel istirahatpun berbunyi, “Thoriq nggak ke kantin” ajak Beni “Deluan aja
yah Ben” tolakn Thoriq halus, “yaudah nanti nyusul yeeee, OK!” kata Beni sambil menaik
turunkan alisnya , “siap bos” jawab Thoriq lantang!

Di perjalanan menuju kantin, Thoriq melihat banyak orang-orang berkerumun di mading


sekolah “Ada apaan nih” tanya Thoriq , salah satu siswa menjawab “ini nih Pak Habibie mau
mengunjungi sekolah kita” , whohuooo dengan rasa semangat yang begitu mengebu-ngebu
Thoriq pun melihat poster tersebut dan ternyata ketika ingin bertemu dengan Pak Habibie ia
harus menampilkan sebuah karya dan memberikannya sebagai hadiah persembahan untuk
pemuda Indonesia yang paling hebat itu.

Hari demi hari terus berlalu, dan tidak terasa hari ini telah tiba, hari dimana Seorang
Pahlawan Bangsa akan mengunjungi sekolah Thoriq. Thoriq sangt bersemangat karena hari ini ia
akan membuktikan kepada keluarga dan teman-temannya bahwa ia bisa menjadi sang bintang
maka yang sesungguhnya saat nanti dan hari ini merupakan langkah yang tepat yang harus di
maksimalkan oleh Thoriq sepenuhnya. Para siswa siswi STM mulai berhamburan dan memenuhi
Aula untuk menghadiri pertemuan mantan Presiden tersebut.
Seluruh siswa siswi STM tampak bersemangat dan sangat menyambut dengan suka cita
kehadiran Pak Habibie di sekolahnya tak terkecuali Thoriq ia bahkan membuat sebuah replika
yang rencananya akan ia berikan kepada Pak Habibie jika ia berhasil bertutup muka dengan
beliau. Setelah pemaparan singkat dan petuah-petuah bagi para siswa Pak Habibie pun
menyampaikan pesan singkatnya bagi para generasi penerus untuk tetap semangat dalam
menggapai cita dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu hingga Indonesia dapat maju
ditangan para generasi penerus, pesan singkat Pak Habibie dihadiahi tepukan yang meriah dari
para siswa siswi STM. Selanjutnya Kepala Sekolah STM mengajukan pertanyaannya “dari anak-
anak sekalian siapa yang dengan bangga dan berani untuk menyampaikan pesannya serta
harapan kepada Pak Habibie” dengan gagah berani Thoriq menganjungkan tangan “saya pak”
“baik Thoriq, silahkan maju kedepan”

Thoriq pun maju dengan senyum yang tak pernah henti dan mata yang sedikit berkaca-kaca,
ia maju sambil membawa replika pesawat yang telah ia buat dari jauh-jauh hari sebelumnya.
“baik Thoriq silahkan sampaikan pesan dan harapanmu kepada beliau” kata kepsek. “Baik.
Assalamualaikum pak, nama saya Thoriq dan saya sangat mengidolakan bapak bangga dan haru
bisa langsung bertemu dengan bapak, karena hal ini merupakan mimpi terbesar saya dan
akhirnya dapat terwujud. Semoga bapak selalu sehat dan doakan saya dapat menjadi seperti
baapak” “Iya Thoriq semoga dapat menjadi orang yang sukses kedepannya, terus belajar yah”
kata Pak Habibie. “makasih pak ini ada hadiah untuk bapak dari saya”

Thoriq pun memberikan replika tersebut kepada Pak Habibie dan Pak Habibie pun
menerimanya dengan bahagia serta memberikan medali kepada Thoriq sebagai wujud rasa
terima kasihnya. Di bawah terik matahari dengan peluh yang menetes dari dahi serta senyuman
yang Thoriq berlari kedalam rumah sambil berteriak. “Ibu, Thoriq pulang ini dapat medali dari
Pak Habibie” kata Thoriq. “Alhamdulillah anak ibu hebat, ibu bangga sama kamu nak” dengan
penuh rasa sama ibu Thoriq memeluk Thoriq dengan penuh cinta sambil mengungkapkan rasa
bangganya.

Akhirnya mimpi terbesar Thoriq dapat terwujud melalui cara-cara dan waktu yang tidak
diduga olehnya, Thoriq mengajarkan untuk teruslah berusaha dan jangan pernah lelah dan malu
untuk bermimpi sebab Tuhan selalu mendengar dan mengabulkan impian-impian hambanya
selama ia percaya dan selalu berusaha. Pesan Thoriq “selalu bermimpi dan bermimpi karena
hanya lewat mimpilah seseorang dapat menjadi orang yang besar, dan jangan lupa usaha tidak
akan pernah mengkhianati hasil”......

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA

28 OKTOBER 2019
“Sang Pejuang Subuh”
Bagi sebagian anak waktu subuh tidaklah begitu berarti, Namun berbeda denganku.
Hari ini sekolah menunaikan kewajiabanku menunaikan shalat subuh. Kuraih karung lusuh
yang berada di samping pintu. Pintu rumah yang hanya terbuat dari teripleks
bekas,dindingnya hanya berbalut koran. Tapi bagiku adalah istanah.

Aku merupakan anak laki- laki 9 tahun yang harus merelakan sekolahaku demi
mencari nafkah agar ibu dan kedua adikku bisa makan. Ayahku pergi saat usiaku 6 tahun,
beliau pergi karna kecelakaan tragir yang di sebabkan pengemudi yang kurang tanggung
jawab. Mengemudi dalam keadaan mabuk, sungguh jika mengigat kejadian itu ingin sekali
aku memaki ke arah pengemudi tersebut.

Setiap hari di waktu subuh, di saat orang- orang masih terlelap. Kembali ku telusuri
jalanan ibu kota yang belum terlalau ramai. Berpinfah dari tempat sampah yang satu ke
tempat sampah lainnya. Mencari botol-botol bekas dan kardus kardus dari rumah-rumah
mewah dengan pagar yang tinggi menjulang. Rumah rumah para petinggi yang berdasi.
Yang duduk di atas kursi berada di ruangan ber – AC. Jika saja aku adalah salah satu dari
mereka.mungkin hidupku tidak semenyedihkan ini. Jika saja.

Mentari mulai meninggi, menampakkan keperkasaanya. Jalanan ibu kota mulai


padat dengan kendaraan beroda yang berebut melintas di atas jalan. Karung yang berda di
pundakku sudah terisi setengah. Alhamdulillah, syukurku di dalam hati.

“Hey! Anak sialan, menyinkir dari jalanan! Tampak sebuah mobil sedan mewah
dengan kaca terbuka setengah memaki ke arah salah satu anak yang bernasib sama
denganku. Tentu saja aku terkejuk, anak yang mendapat makian tersebut menepi
kemudian membalas ucapan oarang tadi.

“Hey! Paman! Jalanan bukan milik kau seorang. Dasar manusia berdasi yang haus
akan mearil “ umpat si anak yang kelihatanya lebih tua dari pada aku. Paman yang tadi tak
mengubris dan lebih memilih memacu kendaraanya membelah jalanan ibu kota ku
lanjutkan perjalananku menyesium jalanan ibu kota yang penuh dengan pelosi yang
menyesakkan dada.

Langkah ku terhenti di salah satu sekolah dasar dengan pagar yang sudah tertutup
rapat. Memandan lurus ke arah pintu gerbang yang di dalamnya terlihat menjanjikan.
Tanpa sadar aku berucap dalam lirih,”andai,aku ada di sana.”Ucapku tanpa sodari saat
sadar apa yang kucapkan,aku menggeleng keras. Mana mungkin anak pemulung seperti
diriku mengecap bagaimana rasanya bersekolah, membeli satu saragam saja rasanya
begitu berat.

Kembali ku langkahkan kakiku menyusuri perumahan mewah yang terdapat di


ibukota. Peluh sudah memenuhi dahiku, baju yang ku pake sedari subuh tanpak basah
akibat keringat. Terik matahari membakar kulitku dan membuatnya semakin menghitam.
Tiba di salah satu rumah mewah seorang anak keluar dengan kardus di tanggannya, anak
perempuan dengan rambut di kepang dua, Aku memandangnya penuh tanya.

“ Halo? Kamu siapa?”tanyaknya sambil memandangku dari akar sampai bawah.

“Aku menunjuk diriku sendiri. “a-aku?” ucapku berbara akibat bingung.

“ ya,siapa lagi. Mau buku? Ucapnya sambil menyedorkan kardus yang ia bawa.

Mata ku berbinar melihatnya” benarkah? Tentu saja aku mau!”. Aku mengagguk
semagat ,rasanya seperti mendapat berlian secata Cuma Cuma. Ia menyodorkan kardus
yang berisi banyak sekali buku. Terdapat banyak sekali buku dengan berbagai jenis judul.
Yang paling banyak buku tentang trik jitu dalam membuka usaha

Aku mengucapkan terima kasih tanpa henti. Anak perempuan itu kemudian pamit
dan menghilang di balik pagar rumahnya. Aku memutar balik pagar rumahnya. Aku
mumatar balik arah, lekas pulang ke rumah aku membaca buku-buku baru pemberian
seseorang yang sudah ku anggap sebagai malaikat, setelah ibuku tentunya. Karung yang
berada di pundakku juga hampir penih.
Aku pulang ke rumah dengan senyum mengembang dan hati yang senagng bukan
main.aku tiba di rumah sebelum ibuku tiba,tidak ada orang di sana. Kedua adikku pasti ikut
bersama ibuku untuk membantunya memulung. Adikku kembar identik dua – duanya
perempuan, usianya baru 4 tahun.

Hari-hariku mulai bewarna dan lebih hidup sejak adanya buku tadi. Setiap hari setelah
shalat subuh ku sempatkan membaca dulu kemudian pergi memulung saat memulungpun
ku selingi dengan membaca buku.

Hingga suatu hari tetanggaku berteriak dengan lantang di depan rumahku. “ Hey, anak
tidak tahi di untung. Keluar kamu! Teriknya menarik perhatian tetangga.”apa perlu ku
bakar dulu gubuk mu ini, baru kamu mau keluar?” Aku gemetar bukan main, dengan tangan
gemetar ku buka pintu rumahku.

“ a-ada apa?” ucapku bergetar.

“ dasar aanak tidak tau di untung! Kembaliakan buku buku yang kau curi dariku!”
ucapnya mengeluarkan air mata

“ A-aku tidak mencuri apapun dari paman”tubuhku bergetar hebat dan hampir
mengeluarkan air mata.

“Dasar anak pembohong! Minggir” paman tadi menyelong begitu saja memasuki rumahku
dan keluar dengan buku buku di tanganya

“Paman itu punyaku!” aku berusaha meraih buku di tanganya. Ia menepisku dengan kasar.

Aku menangis tersedu sedu. Kenapa nasibku semalang ini? Kenapa aku yang merasakan
ini?

Aku kembali masuk di rumah dan ternyata ada satu buku yang tersisa. Aku bersyukur
tanpa henti. Tuhan masih mengasihaniku.

Dan sekarang berkat buku itu, aku bisa jadi pengusaha sukses dan menyekolahkan
kedua adikku. Sayangnya ibuku tak dapat menyaksikan kesuksesan ku. Terim kasih anak
perempuan dengan rambut rambut kuncir dua. Berkat buku mu aku bisa seperti sekarang.
Dan ini kisahku,anak pejuan subuh.
“sumpah pemuda,sumpah kita”
Namaku Antares mahendra putra aditya kalian bisa memanggilku Antores lahir
sebagai anak tunggal membuat diriku mendapat perhatian yang full dari orang tuaku.kalau
kalian pikir perhatian yang aku maksduditu kasih sayang, kalian salah besar. Terlahir di
keluarga yang workholic membuat aku sangat kekuranga kasih sayang. Ayah seorang CEO
dan ibu pemilik butik terkenal membuat akumendapat perasaan hampa.saat bangun pagi
dan sarapan hanya bbi surarti menemaniku. Fasilitas yang cukup berlebih atau bahkan
melimpah di mata kalian tak sebanding dengan kasih sayang orang tua yang aku butuhkan.

“so lucky my love, so lucky to heve you...”terdengar bunyi alaram pukul 5 pagi yang
membuatku terusik.”Anjir,apasih itu! Gangu gue aja”dengan malas akumeraba bawah
bantalku untuk mematikan alaram dan kembali tidur.”Baksu! seventeen right hehe!..”
terdengar lagi alaram dari hp ku tepat pada pukul 5.30 pagi.”Yatuhan! siapayang pasang
alaram woy!” dengan malas dan niat yang agah-agahan,aku mengambil hp ku dan...

“Bangsat! Hari ini peringatan sumpah pemudah! Anjir,anjir!” denganan tergesa gesa
aku langsung melompat dari tempat tidur dan langsung mengambil handuk dengan
kecepatan kilat menuju kamar mandi. Hari ini,28 oktober merupakan hari peringatan
sumpah pemudah.aku lupa memberitahu kalian,bahwa aku seorang ketua osis. Ntah apa
yang merasukiku,seoran Anta yang pemalas dan malas beroganisasi,tiba-tiba
mencalongkan diri sebagai ketua osis.dan berkat wajah tanpan turunan ayah,menjadi nilai
plus mengapa aku dapat terpilih menjadi ketua osis.

“bi,siapin seragamku dong.”kataku sambil memakai pomade. Terlambat


boleh,penampilan mah harus tetap oke. Untung saja, semua buku ku ada di dalam loker
sekolah,jadi aku tidak ,menghabiskan waktuku untuk hal tak berguna itu.”mas, ini
seragamnya,mba taro di kasur.”sip! makasih bi,Anta sayang bibi, muah!”dengan segera aku
memakai seragamku dan mengambil senjata utamaku iphone 11 pro max ku yang baru aku
beli.

“Bibi! Aku berangkat! Good bay!” kataku sambil menyambar kunci mobilku.

“mas! Sarapannya belum di sentuh nih!”

“udah minum susu bibi, nasi gorengnya buat bibi aja!” kataku seraya memakai
sepatuku. “ udah ah. Anto berangkat bi!” Dengan secepat lalat aku menuju ke mobilku yang
sudah terparkir di laur pagar.”gerutu sambil menginjak pedal gas. Perjalanan ke sekolah
hanya membutuhkan 20 menit. Sesampainya di gerbang sekolah ternyata sudah tertutup.

“pak! Ini anta, ketua osis yang kece! Bukain gerbang dong!” kataku sambil
membunyikan klakson mobilku.”iya, aduh kenapa terlambat? Mba ratna tadi cariin loh
ciee” kata pak yahto

Saya membukakan gerbang untuknya. “ makasi pak! Uang rokok nya bentar ya!
Tunggu,siapa tadi?patra? aku punya gebetan, Ratna Dwi Indah pertiwi, siswi kelas 12 mipa
3 yang sangat menarik di mataku.iy tidak menonjol terlihat biasa saja di mata orang lain.
Namun di mataku dia memiliki pesona yang berbeda bahkan mengalahkan primado
sekolah – yunita anita, siswi 11 mipa 4. Aku langsung lari selelah memarkirkan mobilku
dan lari ke lapangan upacara,” wah,l liat nih setan satu, sudaht terlambat, tidak minta maaf
lagi” kata ardi wakil kesayanganku. “sorry bro, macet”kataku sambil sambil memakai topi.
“yuk mulai upacara,dah telat 15 menit” kataku sambil menuju ke posisiku.” Bri hari ini
kelas rahma yang bertugas loh, cie”goda ardi di sampingku ,” diam anjr, gue lagi nyari dia di
barisan padus katalu sambil berfokus ke sana.”Ada woy! Tambah lucudan wah ada dia yang
mimpin arah podus?Gils!”kataku sambil menatapnya. Tanpa lusadari,ternyata ratna
membalas tatapanku,walaupun hanya 10 detik, aku seperti habis lari maraton 10 km.
Terasa bergemuruh ia segerah memutuskan kontak mata kami, dan dia seperti malu? Ah,
lucunya!

“ Fokus, udah mulai upacara”senggol andi sambil menatapku.


“ iya tau. Eh btw, gue may nembat ratna nih, boleh gak? Momentumnnya cocok!” kata
kurendom.

“wah anjr, tiba tiba aja,nembak sana! Setelah upacara, dari pada di rebut orang? Gue mah
asal loh bahagia. Gue juga”katanya tanpa mengenalku

“ wah sip dah! Gue traktir nanti! Dan andi tidak membalas ucapku.

Selama upacara aku memang mengikutinya dengan baik. Namun aku hanya fokus
kepada ratna. Setelah upacara selesai, aku memalapka diriku untuk menuju ke arah padus

“kepada nona ratna? Saya antres meminta untuk 1 ikatan denaganku” katalu sambil
mencari ratna.

“ Hah? Aku? Okay” ucap ratna mengikutiku kami berada di belakang tembok sekolah.

“ jadi, ada apa anta?”

“ sebenarnya, ini bukan style gue banget, i like u when i see u first time, u’re diffrent,
so? Be mire?”katalu the point.

“ hum, yes” katanya serayu tersipu waktu manisnya!

“ karna hari ini sumpah pemuda,kita juga harus ada supahnya dong!” kataku serayu
mengenggam tanganya.” Wait,, nulis dulu” kataku mengambil ranting kayu dan mulai
menulisnya.”sudah!” katalu dengangembira”Hah apa? Bacain doang”.” Oke dengar ya
ucapku sambil menyiapkan diri

“ kami atna dan Anta, telah menjadi satu, bukan teman lagi”

“ kami Ratna dan Anta, akan selalu saling jujur dan tidak akan mendua”

“ kami Ratna dan Anta, akan selalu dalam suka dan duka. Sampai nikah”.

Setelah mendengarkan aku membacakan sumpah kita,” Ratna tertawa dengan manisnya.”
Saya berjanji akan menaaati seluruh sumpah tersebut, pink promise?” kalahnya serayu
mengacungkan kelingkingnya “ pink promise!” kataku serayu mengaitkan kelingkinya
Nama : siti nurhidayah

Kelas : XI IBB 2

Takkan Terlupakan

Hai yang hanya menjadi kenangan bagiku, yang merupakan kenangan baik burukku. Dimasa-
masa kita masih sering melalui hari-hari secara bersama-sama, walaupun saat ini kita sudah
jarang bertemu

Masih teringat jelas, kenangan kita diwaktu smp walaupun aku dan kamu tidak sekelas, tetapi
kita sering bertemu di dalam oragnisasi. kita sering berjalan bertiga dengan temanku Rani.
hubungan kita berdua sudah seperti saudara kandung, tetapi kadang-kadang kita juga sering
diolok-olok oleh teman-temanku bahwa kita pasangan yang serasi, tetapi ketika mereka
mengatakan hal itu, kata-kata mereka tidak membuatku marah, padahal jika mereka mengolokku
berpasangan dengan fariz teman sekelasku, aku merasa sangat terganggu

Dan tampa kusadari kamu juga merupakan anggota osis, dimana kamu sudah jarang datang
keorganisasi kita yang sama. Hari-hari menjelang pemilihan ketua osis tiba, kanu ternyata
mancalonkan diri untuk menjadi ketua osis,

Keesokan harinya, aku baru mengetahui bahwa kamu terpilih menjadi ketua osis, aku antara
merasa senang dan sedih karena, kita sudah sibuk dengan kegiatan kita masing-masing dan
jarang bersama.

Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, hari ujian tinggal beberapa hari. Ketika itu tidak ada
kesempatan untuk tetap fokus ke organisasi, melainkan lebih ke persiapan UN/US

Hari unian pun tiba, dimana aku sangat khawatir dengan nilai ujianku. Akupun belajar
bersungguh-sungguh untuk mencapai nilai standar, untuk memasuki SMA impianku.
Sepulang ujian tepatnya didepan gerbang ada,yang memanggilku

"Dina...dina

akupun menoleh,

Dan ternyat yang memanggilku adalah wahyu, dia pun datang menghampiriku

Wahyu : "Dina, pulang kemanako nanti?

Saya : "kenapa?

Wahyu : "tidakji, jawabmi saja pertanyaanku, kemanding atau kerappang?

Saya : "kerappang ja' kayanya

Wahyu : "oh, bagusmi itu

Saya : "kenapaikah?

Wahyu : "tidakji, dirumah jako nanti jam 3 toh?

Saya : "iya, keknya"

Wahyu : "oh, iya pale, deluanka saya nah

Saya : "iya"

Setelah percakapan itu, aku pun merasa itu percakapan terakhirku bersama wahyu. Tiba tiba
ibuku, mengetok pintu kamarku, dan berkata "ada wahyu diluar" saya pun melihat jam, ternyata
memang pukul tiga (3), aku masih belum mengetahui maksud kedatangan wahyu aku oun
bertanya

Saya : "kenapa?"

Wahyu : "ais, begitu caramu menyambut tamu nah, *sembari berdiri dipintu*

Saya : eh....astaga masuki

- Kenapa banyak sekali mubawa buku

Wahyu : salahkah?

Saya : "tidakji". *dengan nada jengkel

Walaupun agak jengkel tapi, itu membuatku bahagia, karena kupikir wahyu berubah semenjak
manjadi ketua osis,tapi, perkiraanku salah.

Dan, dia tetap menjadi orang menjengjelkan namun begitu asyik bagiku.
Ibuku, pun datang membawa minuman dingin untuk kita berdua dan mempersilahkan wahyu
untuk minum

Ibuku melarangkuvuntuk dekat dengan sembarang laki - laki, tapi tidak dengan wahyu,karena
wahyu sangat pintar menang hati ibu-ibu. hehehe....

Setelah itu kami belajar dengan serius, wahyu bertanya kepada jika ada sesuaty yang tidak
duketahuinya begitupun sebaliknya. Setelah satu ja belajar bersama Rani pun datang, dan kita
bertiga pun belajar bersama

Haru ujian pun selesai, saya, wahyu, dan rani, mendapatkan nilai standar, atau bisa dibilang
memuaskan, walaupun tidak masuk 10 besar.

Kita bertigapun memiliki sekolah impian masing - masing Rani lulus di SMAN 3, sayadi SMAN
1, sedangkan wahyu di sma makassar, yang tidan kutahu sma apa. 2 tahun berjalan saya dengan
wahyu tidak pernah ketemu maupun kontek-kontekan.

Di SMA pun saya sempat memiliki tambatan hati tetapi kami hanya sampai beberapa bulan saja
karena,saya dan dia mungkin tidak ada kecocokan setelah hal itu,saya hanya nyaman untuk
sendiri karena saya masih memiliki teman-teman yang menemani hari hati saya.

Hari libur pun tiba, dikarenan senior saya yang kelas 12 melaksanakan ujian nasional. Saya tidak
menyukai libur, cuman "bangun, tibur, membersikan, nonton, dan hanya itu terulang-ulang.
Kakak ke 2 saya mengajak saya kemakassar untuk pergi kursus belajar mengendarai mobil. pada
malam hari saya dan kakak aaya pergi ke sebuah Mall yang ada dimakassar, Mall tersebut
berdekatan dengan kost kakak saya.

Dan saat dimall saya sempat melihat seseorang yang mirip dengan wahyu,tetapi saya
melihatnya hanya sekilas, tetapi tiba-tiba seseorang memanggil saya dan benar saja ia adalah
wahyu. Kami pun berbincang, kakak saya pun pergi untu membeli sepatu dan saya cuman
berbincang dengan wahyu

Tidak alam kemudian kakak saya datang dan mengajak pulang, tetapi sebelum pulang wahyu
sempat memberikan saya sesuatu dan itu sebagai bukti persahabatan ku dengannya

Sesampainya saya dirumah diapun men-dm saya setelah itu kami,sudah sering kontek-kontekan
kembali.
NAMA : BALQIS. A

KELAS : XI MIPA 4

Apakah engkau pemuda – pemudi indonesia sejati ?

Di pagi hari, terdengar suara percikan air diluar jendela. Tiba – tiba terdengar suara
ketukan pintu sembari memanggil namaku, ternyata itu adalah suara dari mamaku. Akupun
sontak terbangun dari khayalanku dan segara membuka pintu. “ kamu tidak pergi sekolah ” kata
mamaku. Jawab ku “ kan ini hari minggu”. Mamaku pun cengar – cengir tak kuruan karena
kebiasaannya pelupa itu ia tidak bisa ia hindari.

Aku melihat suasana ricuh dimeja makan, aku pun segera berjalan menuju ke meja makan
sembari berkata “apa yang kalian bicarakan” “kami sedang berbincang mengenai hari sumpah
pemuda” kata ayahku. “ kak, ayah bilang sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1428 bukannya
sumpah pemuda itu esok ya kak” kata adikku. Owh..... jadi ini yang kalian ributkan dari- tadi, iya
memang benar sumpah pemuda diperingati pada tanggal yang disebutkan ayah, dan kata kamu
juga benar bahwa sumpah pemuda jatuh pada hari esok” jawab ku.

Malam hari aku dan keluargaku berkumpul di ruang tamu, sembari mengobrol mengenai
makna dari sumpah pemuda. “ yah sebenarnya mengapa kita harus memperingati hari sumpah
pemuda”. Ya karna kita rakyat Indonesia “ ucapku menjawab petanyaan yang dilontarkan oleh
adikku. Dan sebenarnya jawaban dariku itu tidak sepenuhnya benar.

Pagi ini aku bangun cepat, karena disekolahku diadakan upacara untuk memperingati hari
sumpah pemuda, bukan hanya itu hari ini juga banyak diselenggarakan lomba – lomba seperti
seni teater, cerpen, baca puisi, dan masih banyak lagi. Setelah aku menggunakan pakaian
sekolahku dengan rapi akupun berlari menuruni anak tangga dan hampir saja aku terjatuh karena
tiba – tiba mamaku muncul, lalu akupun langsung meraih tangan mamaku dan mengucapkan
salam sembari berlari keluar.

Aku sampai disekolah tepat jam 07.00. suasana disekolah pagi ini sangat ricuh aku melihat
disekelilingku banyak siswa yang berlari kasana kemari karena mereka terlambat untuk
mengikuti upacara. Upacara pun dimulai dimana amanat yang disampaikan oleh pembina
upacara semuanya berhubungan dengan sumpah pemuda. Sampai pada akhirnya ikrar sumpah
pemuda pun dibacakan dan diikuti seluruh siswa. Aku pun bertan – tanya dalam hati “ apakah
segampang itu mengucapkan ikrar sumpah pemuda”.

Sesampainya dikelas aku melihat lala yang merupakan teman dekatku sibuk seperti sedang
mencari sesuatu, aku pun langsung mendatanginya sembari berkata apa yang sedang kamu cari. “
teks ikrar sumpah pemuda” jawab lalu. Tanyaku lagi memang “ kamu mau gunakan untuk apa
ikrar sumpah pemuda itu” untuk seni teater, dan masalahnya sekarang ialah aku belum
menghapal teks ikrar sumpah pemuda itu” kata lala. Memangnya mengapa kamu harus
menghapalnya” tanyaku lalu lala pun menjawab dan pembicaraanku dengan lala semakin
memanas.

Aku pun langsung berkata pada lala. Kita sebagai rakyat Indonesia sekaligus para pemuda
– pemudi penerus bangsa seharusnya menanamkan dalam hati ikrar sumpah pemuda bukan
hanya menghapalnya jika itu diperlukan. Dan jika kamu harus membacakan ikrar sumpah
pemuda kamu harus melakukannya dengan sepenuh hati dan penuh perasaan, seolah – olah kamu
merasakan maksud dari ikrar sumpah pemuda itu.

Setelah mendengar perkataan dari ku, lala pun seketika terdiam sejenak lalu mengatakan
perkataan kamu benar. “ jadi tolong bantu aku untuk bisa membacakan ikrar sumpah pemuda itu
dengan benar benar pinta lala.

Pertunjukkan seni teater pun dimulai, semua pelakon memainkan perannya masing –
masing. Ditengah pertunjukkan tersebut lala pun membacakan ikrar sumpah pemuda dengan
penuh perasaan.

“ sumpah pemuda ”

Kami putra dan putri indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air indonesia.

Kami putra dan putri indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Setelah lala membacakan ikrar sumpah pemuda para siswa bersorak riau sembari meneteskan air
mata. Benar kata ayahku malam itu bahwa kita tidak boleh hanya mengucapkan sumpah pemuda
saja tetapi kita harus merenungi maksud dari sumpah pemuda itu. Karna jika kamu tidak
memahami dan menghayatinya. Apakah kamu masih pantas disebut pemuda pemudi Indonesia
yang sejati ? aku pikir tidak. Karna semangat jiwa nasionalisme harus tertanam dalam diri setiap
pemuda – pemudi Indonesia.

PEMUDA BERJIWA PAHLAWAN


Senin,28 oktober 2017 adalah hari dimana diperingatinya sumpah pemuda. Semua rakyat indonesia
merayakannya dengan hikmat,begitupun dengan sekolahku, SMA NEGERI 1 POLEWALI adalah salah satu
sekolah favorid di polewali mandar, dan juga tak pernah melewatkan peringatan sumpah pemuda.SMA
NEGERI 1 POLEWALI selalu menampilkan cara yang berbeda dari sekolah lain di setiap hari-hari
besar,baik itu mengenai kemerdekaan bahkan keagamaan

Sekolah ku ini,memiliki banyak siswa-siswi yang terbilang terkenal,mulai dari olahraga,pendidikan


bahkan seni. Siswa yang berprestasi akan selalu mendapat penghargaan di hari upacara,ini juga
merupakan tanda bahwa banyaknya pemuda berpotensi bisa mengubah kota polewali bahkan negara
indonesia.

Sekolah yang terbilang populer ini bukan hanya memiliki siswa berprestasi melainkan juga memiliki
siswa berprestasi melainkan juga memiliki tenaga pendidik yang begitu kratif dan berprestasi. Namun
dibalik semua kelebihan sekolah ini tentu saja memiliki kekurangan. Kekurangan ini sangat ini sering
terjadi di berbagai sekolah,dan mungkin sebagian siswa pernah merasakanya. Kekurangan ini bisa
menimbulkan beberapa masalah serius,yang disebabkan ketidak adilanya hukum di sekolah.

Aku selalu mendengar bahwa negaraku adalah negara yang sangat menjunjung tinggi hukum tanpa
membeda-bedakan tapi kurasa tidak. Aku merasakan ketidak adilan itu saat melihat teman ku bernama
Rani.Rani merupakan teman kelas ku yang berasal dari keluarga kurang mampu tapi,keahlianya di
bidang Bulu Tangkis sangat tinggi. Kami berteman sejak kelas X SMA namun hingga tahun ke-3 ku
berteman dengan dia, kami hanya sebatas teman kelas yang jarang menyapa karna dia merupakan
tipikal orang yang lebih suka berdiam diri dan menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan.

Suatu hari sekolah mengadakan seleksi Tim inti BuluTangkis untuk menghadapi perlombaan O2SN,dan
Rani tentunya ikut. Rani memiliki kekurangan memiliki kurangnya percaya diri namun aku dan teman
kelasku lainya tetap menyemangati dan meyakinkan dirinya untuk optimis ikut seleksi tersebut. Rani pun
mengikuti seleksi itu dengan optimis. Bagiku ini saatnya untuk menunjukkan keahlianya itu dan
membuat cemohan orang tentang dia menjadi tepuk tangan. Seleksi itu diikuti oleh banyak siswa
termasuk anak kepala sekolah kami yaitu Fatima. Bagiku ini tidak adil, Fatima selalu diikutkan dan tidak
memberikan kesempatan bagi siswa lainya. Fatima ini selain terkenak dia juga sangat sombong
ditambah lagi dia adalah anak Kepala Sekolah kami, tetapi aku tidak sedikitpun takut padanya.

Dibeberapa seleksi Fatima kerap kali dikatakan bawa dia juaranya ditambah lagi guru olahraga sekaligus
penilai seleksi itu sangat segan kepada kelurga fatima. Keluarga Fatima ini menjadi rasa penghambat
Rani untuk optimis mengikuti perlombaan. Aku meyakinkan rani agar tidak terpengaruh oleh itu. Dan
hari seleksi itupun tiba, Rani terlihat begitu kurang percaya diri mengikuti ajang seleksi ini. Saat
semuanya telah siap pertandinganya pun dimulai. Dan alhasil aku terkejut karna melihat dengan jelas
bahwa Rani betul-betul memimpin pertandingan ini namun tetap kembali terjadi, waktu pertandingan
itu di palsukan dan rani hanya tersenyum.

Aku memberontak dan membela Rani bahwa ini kecurangan yang sangat terlihat jelas dibandingkan
tahun-tahun kemarin. Namun Rani juga tetap membuatku kaget yang hanya mencoba mendiamkan dan
menenangkan ku juga berusaha terlihat seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Setelah insiden tersebut,
keesokan harinya aku menemui rani dan menanyakan semuanya. Dia hanya mengatakan bahwa dari
awal dia memang sudah tahu bahwa dirinya akan diiurangi lagi tapi dia bersih keras ikut seleksi karna
melihat betapa banyak yang mendukungnya termasuk kedua orang tuanya. Dia mengikuti seleksi
tersebut hanya untuk menjelaskan kepada orang-orang kecil bahwa pemenang sesungguhya akan selalu
ikhlas mengenai hasil akhirnya, pemenang tak selamanya dikatakan seorang pemenang hanya karena
berada di urutan pertama. Rani tetap menjalani hal yang sudah ia ketahui akhirnya hanya untuk
menjadikan dirinya menjadi kuat. Baginya, di negara ini kemerdekaan hanya dapat dirasakan oleh
mereka yang bertahta bukan yang berahlak

Menurut Rani bukan hanya sekedar teman kelas ku yang pendiam dan tertutup melainkan seorang
pemuda yang mempunyai segudang cara dan kekuatan yang akan membawa perubahan di negara ini,
jika negara bisa menampilkan potensi

Oleh

Nama : nurul alifia

Kelas : XII MIPA 2

Nama: Dina mustika

Kelas: X mipa 2

Tema

Judul: “Perjuangan hidup”


Siang itu Matahari sangat terik, mungkin bagi sebagian orang yang beraktivitas di luar
rumah seperti pekerjaan kantoran,polisi lalu lintas,dan pejalan kaki akan merasa panas
matahari dapat membakar kulit mereka, tapi tidak untuk anak-anak jalananyang setiap hari
harus membanting tulang untk mencari makan dan membiyayai kehidupan keluarga mereka.
Berada di sudut kata terdekskriminasi dari masyarakat lain, di sebuah gubuk kecil yang hanya
beralaskan karton tinggal sebuah keluarga yang nasibnya jauh dari kata cukup. Seorang ibu
memiliki 2 anak, yang satu masih berusia 2 tahun dan yang satunya lagi harus membanting
tulang menghidupi keluarganya. Eeeit....ss jangan salah lagi dia bukan seorang pegawai bukan
pula seorang bocah, dia juga bukan anak berusia 20 an tapi, dia adalah seorang anak kecilyang
berusia 10 tahun , dmana anak yang berada di usia itu hanya harus bermain bersama teman
sebayanya dan belajar. Tapi , tidak untuk Hendra seorang anak kecil yanng harus bekerja keras
untuk menghidupi keluarganya. Dia adalah tipe anak yang berbakti kepada keluarganya, dia
akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ibu dan adiknya, mengingat ibunya yang sering
sakit-sakitan tapi, dia tidak akan pernah melupakan tentang pendidikannya, karena menurutnya
pendidikan yang akan membawanya pada kesuksesan nanti.

Pagi ini adalah pagi yang indah burung berkicau dengan merdunya bersamaan dengan
Hendra yang akan berangkat kesekolah “ ibu Hendra berangkat ke sekolah dulu yahh!!!” Ucap
Hendra kepada ibunya , “hati-hati dijalan , belajar yag rajin dengarkan kata gurumu” ucap ibu
Hendra lirih kepada anaknya. “ iya bu , jangan lupa minum obatnya “mengingatkan
ibunya”assalaualaikum” ucap Hendra sambil mencium tangan orang tuanya, “waalaikusalam”
jawab ibu Hendra sambil tersenyum. Hendra berjalan di trotoar jalan sambil melihat-lihat
banyak poster yang di pajang sepanjang jalan mengingat 2 hari lagi akan datang hari Sumpah
pemuda yang disambut bhagia oleh masyarakat Indonesia, tak terasa Hendra sudah berada di
depan pagar sekolah, Hendra masih berada di tingkat sekolah dasar dan menduduki bangku
kelas 4. Dia berjalan masuk ke halaman sekolah, Hendra dikenal sebagai anak yang sopan dan
pintar oleh para guru, tapi tidak sedikit juga tang membully Hendra entah karena menjadi
kesayangan guru atau karena latar belakang keluarganya. Tapi dia hanya menganggap itu
semua sebagai angin lalu, dan kembali fokus kepada tujuan utamanya yaitu belajar. “ Hendra “
panggil seorang guru yang berjlan ke arah Hendra “ iya bu, ada apa memanggil saya?” Tanya
Hendra sopan ,guru tersenyum dan menjawab “ saya memanggil kamu karena saya ingin kamu
berpidato di hari Sumpah pemuda nanti”Hendra heran mengapa guru itu memilihnya padahal
masih banyak teman-teman atu kakak kelasnya yang lebih baik darinya.”Tapi kenapa harus
saya bu?”Tanya Hendra heran.” Karena saya percaya sama kamu dan saya yakin kamu bisa
melakukannya “ uacap guru itu tenang sambil berlalu meninggalkan Hendra.

Bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Hendra masih diam memikirkan
taearan guru tadi kepadanya” terima atau tidak yah?” batin Hendra. Kemudian Hendra teringat
bahwa ia harus bekerja sepulang sekolah , Hendra langsung berlari menuju gerbang sekolah. “
Assalamualaiku”ucap Hendra saat memasuki rumah atau bisa disebut gubuk oleh orang yang
melihatnya , tapi bagi Hendra ini adalah rumahnya tempat dia bernaung bersma keluarganya.
Hendra berjaan menuju sebuah ruangan yang sempit yang dijadikan kamar disana terlhat
ibunya tertidur pulas bersama adiknya, Hendra tersenyum melihatnya. Kemudian berjalan ke
dapur untuk memasak makanan seadanya untuk adik dan juga ibunya. Selesai memasak ia
keluar untuk bekerja ini memang sudah menjadi kebiasaan untuknya pulang dari sekolah ia
akan langsung bekerja. Hendra bekerja sebagai penjual koran, tapi penghasilannya tidak
seberapa tetapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Saat bekerja ia kembali
memikirkan tawaran gurunya kepadanya kemudian ia teringat dengan ucapan ibunya
kepadanya”orang gagal adalah orang yang takut untuk mengambil tantangan” jadi dari situ ia
bertekad dan akan mengambil tawaran dari gurunya itu.

Hari ini 28 oktober adalah hari sumpah pemuda hari dimana pemuda indonesia
bersumpah untuk menjunjung martabat dan nama baik bangsa Indonesia. Dan hari ini pula
Hendra akan berpidato di depan teman-temannya dan para gurunya. Dengan penuh percaya
diri dia naik ke pangung dan berbicara dengan lantang”saya Henra anak dari kelurga biasa
berdiri disini untuk menyampaikan sedikit pesan kepada teman-teman, saya inin
menyampaikan di hari sumpah pemuda ini, banyak pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang
untuk mendapatkan kemerdekaan jadi kita sebagai generasi penerus bangsa jika tidak bisa
memperjuangkan bangsa seperti mereka setidaknya jangan menghancurkan dengan tindakan
tidak mendidik seperti membully dan mendeskripsi siswa-siswa yang berada di
tingkatperekonomian rendah atau berbeda dari kalian, jadi pesan saya jangan memandang
orang dengan sebelah mata orang lain karena bisa saja orang yang anda injak sekarang suatu
saat nanti akan menjadi orang yang pertama kali mengulurkan tangannya pada saat anda jatuh
nantinya”Hendra berhenti dan memberi jeda” jadi lelaki sejati adlahyanng busa bertanggung
jawab terhadap hidupnya dan keluarganya.”semua orang tidak percaya seorang anak yang
berusia 10 tahun mampu berbicara seperti itu. Setelah menyampaikan pidato penutupnya para
guru datang dan memuji penampilan Hendra dan teman-temannya yang selama ini
membullynya berbalik meminta maaf kepadanya.

Jadi kita jangan menganggap diri kita sebagai orang yang paling di atas, karena roda
kehidupan selalu berputar dabn dunia tidak mengelilingi kalian, jadi jangan menganggap orang
lain rendah, karena suatu saat nanti mungkin kita akan berada pada posisis orang itu.
Nama: Zulfa zahra khairunnisa

Kelas:X ips 1

Judul:Tangisan di hari sumpah pemuda

Namaku clara clarissa putri. Biasa disapa Ara. Aku berumur 17 tahun. Aku bersekolah di
SMA Negeri 17 Bandung. Hari ini hari senin, tanggal 28 oktober 2015 bertepatan dengan hari
sumpah pemuda, aku duduk di salah satu bangku yang ada di taman sekoalhaku. Di sampingku
terdapat sebuag piala dan sertifikat lomba. Itu adalah hasil dari perlombaan cipta puisi yang
diadkan di sekolahku setiap tahunnya untuk memperingati hari sumpah pemuda. Dan aku
berhasil memenangkan lomba tersebut. Walaupun hari ini aku menang, aku justru sedih,
karena pada satu tahun yang lalu, bertepatan dengan hari sumpah pemuda, aku mengalami hal
yang menyakitkan. Hari dimana duniau tersa berhenti. Karena pada saat itu....
Satu tahun yang lau....

Aku berada di dalam kamar. Aku terus memikirkan tawaran ibu Ela, salah satu guru bahasa
Indnesia di sekolah ku. Bu ela menawarkanku lomba cipta puisi dan terus membujukku untuk
mengikuti lomba tersebut. Tiba-tiba ibuku datang ke kamar dan bertanya,”ada apa nak?kamu
terlihat bingung”akupun menjawab “ aku bingung ibu. Bu ela menyuruhku untuk
mrngikutilomba cipta puisi”.” Terus lenapa bingung? Kamu kan sangat pandai dalam membuat
puisi”balas ibu”. Aku ingin ikut ibu, tetapi aku harus mengikuti latihan selama satu minggu di
sekolah. Kalau aku terus pergi mengikuti latihan, siapa yang akan menjaga ibu di rumah?ibukan
sedang sakit” jawabku. Lalu ibu tersenyum dan berkata “Ara tidak perlu mengkhawatirkan ibu.
Ibu bisa jaga diri. Kan sekarang sudah modern. Ibu sudah memiliki handphone. Kalu ibu sakit,
ibu bisa telpeon Ara kan” mendengar perkataan ibu aku seedikit lega “benar ya bu?ibu
langsung telepon Ara kalau ada apa-apa”.”iya Ara” ibu sambil tersenyum.

Di sekolah , aku menghapiri bu Ela dan memberiathu bahwa aku siaap untuk mengikuti
lomba cipta tersebut. Latihan ini berlangsung selma satu minngu. Di saat latihan, aku terus
memperhatikan handphoneku. Takut jika ibuku menelpon. Tetapi selma satu minggu full aku
latihan, aku tidak pernah menerima telepon dari ibu. Aku meras lega akan hal itu. Malam ini
aku makan bersama ibu di ruang makan. Lalu ibu berkata”maaf ya Ara, ibu tidak bisa melihat
Ara lomba” mendengar itu aku menggelengkan kepala “ tidak ibu, tidak apa-apa. Aku hanya
minta doa dari ibu agar bisa menang”. “ tenag, ibu tetap mendoakan Ara kalau Ara kalah Ara
tidak boleh berkecil hati. Yang penting Ara sudah berusaha” balas ibu dengan senyum. Aku
tersenyum lebar mendengar perkataan ibu dan terus membuat aku berfikir positif bahwa aku
bisa memenangkan lomba itu. Tiba-tiba ibu berbicara lagi “Ara sudah telepon ayah?”, aku
menjawab” sudah bu”. Oh iya, aku hanya toinggal berdua dengan ibuku. Ayahkumenetap di
jakarta karena pekerjaannya. Ayah hanya bisa mengirim uang lewat rekening untuk biaya
kehidupanku dan ibu. Ayah juga bisa pulang kalu ada hari libur.

Keesokan harinya. Hari dimana aku berlomnba. Akusedikit tegang. Tetapi aku terus
memikirkan perkataan ibuku. Aku terus berdoa agar perlombaannya lanacar dan
bisamemenangkan lomba tersebut. Akhirnya lomba pun dimulai. Aku menuliskan puisi yang
sudah aku persiapkan. Bebrapa menit puisi yang aku buat selesai dan setiap peserta akan
membacakan puisi yang dibuat. Akumenunggu giliran dan terus berdoa agar semuanya lancar.
Beberapa menit kemudian, namaku di panggil dan aku naik ke atas panggung. Aku berusah
tenang dan menutupi ketenanganku. Akupun membacanya. Dan setelah beberapa menit
akupun selesai. Akupun merasa lega dan tinggal menunggu hasilnya. Satu jam menunggu,
akhirnya hasilnya keluar. Aku terus berdoa agar aku bisa menang. Dan aku sangat terkejut saat
namaku disebut. Aku berhasil memenangkan lomba itu!aku sangat senang! Aku dipanggil untuk
naik ke ats panggung dan diberikan sebuah piala dan sertifikat. Setelah menerima hadiah, aku
bergegas pulang ke rumah dan ingin memprlihatkannya pada ibu. Tetapi aku sangat terkejut
karena bnyak tetanggaku berada di rumah. Perasaanku tidak enak. Aku memikirkan apa yang
terjadi. Saat aku masuk ke dalam rumah, duniaku tersa berhenti. Dadaku sangat sesak. Aku
terus berkata bahwa ini adalah sebuah mimpi. Di depanku terdapat sebuah mayat perempuan
dan perempuan itu ibuku. Aku terus menghampiri ibuku dan menangis. Aku tudak percaya akan
hal itu.

Itu adalah kejadian satu tahun yang lalu. Kejadian yang tidak akan aku lupa. Kini aku
duduk dan menangis mengingatnnya. Setelah itu ayahku datang menghampiriku dan
memelukku dan berkata” Ara tidak usah menangis, ibu akan bangga disana” aku semakin
terisak dan memeluk ayahku. Setidaknya aku masih mempunyai ayah yang sangat
menyayangiku.

Anda mungkin juga menyukai